• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANTISIPASI KEBAKARAN HUTAN

KHUTBAH 17

paru dunia, dan menjadi tempat berbagai ekosistem yang berguna untuk menjaga kestabilan lingkungan. Selain itu hutan juga memberikan manfaat ekonomi yang besar bagi manusia. Namun keserakahan manusia menyebabkan hutan diekspolitasi secara berlebihan sehungga menyebabkan tingkat kerusakan hutan sangat mengkhawatirkan .

Berdasarkan data Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) yang dirilis tahun 2017, setiap tahun hutan di Indonesia berkurang 2,7 (dua koma tujuh) juta hektar (ha). Hutan yang awalnya berjumlah 126,8 (seratus dua puluh enam koma dealapan) juta ha, saat ini sudah berkurang sebanyak 72% (tujuh puluh dua persen). Hutan yang dimiliki Indonesia saat ini hanya tersisa 35,5 (tiga puluh lima koma lima) juta ha.

Selain karena eksploitasi secara umum, kerusakan hutan juga karena kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Selama musim kemarau 2019 diberbagai wilayah di Indonesia terus terjadikebakaran hutan.

Karhutla berdampak signifikan terhadap lingkungan, ekonomi, dan struktur sosial di pedesaan, kota bahkan negara tetangga. Sampai September 2019, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan karhutla lahan mencapai 857.755 hektare.

Untuk lahan mineral 630.451 hektare, dan lahan gambut 227.304 hektare.

Ada berbagai faktor penyebab karhutla, seperti pembukaan lahan dengan dibakar, baik oleh masyarakat maupun korporasi.

Hingga 16 September 2019 polisi sudah menetapkan 185 tersangka perseorangan, empat korporasi dan menyegel 42 perusahaan terkait karhutla

.Keserakahan manusia yang menyebabkan kerusakan hutan telah disinyalir oleh Allah SWT dalam Q.S al-Rum ayat 41 :

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ

الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mere- ka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kemba- li (ke jalan yang benar).” (Q.S al-Rum ayat [30]:41)

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,

Dalam ayat yang lain Al-Qurوan sudah dengan tegas melarang manusia untuk melakukan kerusakan dalam bentuk apapun di muka bumi ini. Sesuai dengan firman Allah SWT:

وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ

قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan), sesung- guhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (Q.S Al-Araf[7]: 56)

Manusia sebagai khalifah Allah di bumi memiliki hak dan wewenang untuk memanfatkan sumberdaya alam, termasuk hutan. Namun di dalam hak tersebut juga melekat kewajiban untuk menjaga dan melestarikan hutan. Dengan demikian memanfaatkan hutan harus menghindari perbuatan dzalim terhadap pihak lain.

Allah telah melarang hamba-Nya dari perbuatan dzalim sebagaimana firman-Nya

وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ

“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan jangalah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat keru- sakan” (Q.S. al-Syu’arâ’[26]: 183)

Lebih lanjut Nabi, SAW juga memerintahkan untuk menjauhi perbuatan dzalim

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللّهِ أَنّ رَسُولَ اللّهَ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «اتَّقُوا الظُّلْمَ. فَإِنّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. وَاتَّقُوا الشُّحَّ. فَإِنّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ

قَبْلَكُمْ

Dari Jâbir bin ‘Abdullâh bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Jauhilah perbuatan zalim karena perbuatan zalim itu adalah mendatangkan kegelapan di hari kiamat nanti, dan jauhilah kekikiran karena keki- kiran itu menghancurkan/ membinasakan orang-orang sebelum kalian, membawa mereka pertumpahan darah dan menghalalkan apa yang diharamkan.” (H.R. Muslim).

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,

Sehubungan dengan banyaknya kebakaran hutan dan larangan perbuatan dzalim dalam pengelolaan hutan, maka MUI mengelurakan Fatwa tentang Hukum Pembakaran Hutan dan Lahan serta pengendaliannya. Dalam hal ini yang dimaksud pembakaran hutan dan lahan adalah perbuatan manusia secara sengaja yang menyebabkan terbakarnya hutan dan/atau lahan. dan Pengendalian kebakaran hutan dan lahan adalah tindakan pencegahan, penanggulangan dan penanganan kebakaran.

Sesuai dengan Fatwa MUI maka

1. Melakukan pembakaran hutan dan lahan yang dapat menimbulkan kerusakan, pencemaran lingkungan, kerugian orang lain, gangguan kesehatan, dan dampak buruk lainnya, hukumnya haram.

2. Memfasilitasi, membiarkan, dan/atau mengambil keuntungan dari pembakaran hutan dan lahan sebagaimana dimaksud pada angka 1, hukumya haram.

3. Melakukan pembakaran hutan dan lahan sebagaimana dimaksud pada angka 1 merupakan kejahatan dan pelakunya dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat kerusakan dan dampak yang ditimbulkannya.

4. Pengendalian kebakaran hutan dan lahan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan umum hukumnya wajib.

5. Pemanfaatan hutan dan lahan pada prinsipnya boleh dilakukan dengan syarat-syarat sebagai berikut :

a. Memperoleh hak yang sah untuk pemanfaatan.

b. Mendapatkan izin pemanfaatan dari pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan berlaku.

c. Ditujukan untuk kemashlahatan.

d. Tidak menimbulkan kerusakan dan dampak buruk, termasuk pencemaran lingkungan.

6. Pemanfaatan hutan dan lahan yang tidak sesusai dengan syarat-syarat sebagaimana yang dimaksud pada angka 5, hukumnya haram.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,

Selanjutnya MUI memberikan Rekomendasi kepada : 1. Pemerintah, baik pusat maupun daerah agar:

a. melakukan harmonisasi regulasi terkait dengan pemanfatan hutan dan lahan sehingga tidak terjadi tumpang tindih.

b. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan norma terkait pemanfaatan hutan dan lahan dengan berbagai pendekatan, termasuk pendekatan keagamaan dengan melibatkan tokoh agama.

c. melakukan edukasi secara berkesinambungan kepada masyarakat terkait pemanfaatan hutan dan lahan dengan berbagai pendekatan, antara lain dalam bentuk penyuluhan dan ceramah keagamaan.

d. melakukan pemberdayaan masyarakat dengan penguatan konsep perhutanan sosial dan memfasilitasi penyiapan areal hutan dan lahan tanpa bakar.

e. menyiapkan teknologi yang ramah lingkungan.

f. membuat kebijakan yang adil dalam hal pemberian izin usaha pemanfaatan hutan dan lahan bagi masyarakat.

g. melakukan pengendalian kebakaran hutan dan lahan dengan membangun sinergi antar institusi / lembaga yang terkait.

h. melakukan penegakan hukum yang tegas dan adil terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan yang dapat menimbulkan kerusakan, pencemaran lingkungan, kerugian orang lain, gangguan kesehatan masyarakat, dan dampak buruk lainnya, baik oleh individu ataupun badan usaha.

2. Pelaku usaha agar :

a. mentaati seluruh peraturan perundang-undangan terkait dengan pemanfaatan hutan dan lahan.

b. melakukan pemberdayaan masyarakat, terutama masyarakat sekitar hutan dan lahan, agar lebih sejahtera.

c. menjamin terwujudnya kelestarian lingkungan.

d. menyediakan sumberdaya manusia dan sarana prasarana untuk pengendalian kebakaran hutan dan lahan.

e. Mengupayakan teknologi penyiapan pembukaan lahan yang ramah lingkungan.

3. Masyarakat agar :

a. melakukan upaya konstruktif dalam penyiapan area hutan dan lahan tanpa bakar.

b. melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan sesuai ketentuan yang berlaku.

c. berpartisipasi aktif dalam mengawasi dan mencegah praktik pembakaran hutan dan lahan yang dapat menimbulkan kerusakan, pencemaran lingkungan, kerugian orang lain, gangguan kesehatan

masyarakat, dan dampak buruk lainnya.

4. Pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat melakukan upaya percepatan pelestarian alam, melalui reboisasi dan restorasi pasca kebakaran.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ

اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ

وَلِسَائِرِ الْمُسْلِيِمْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ