• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aturan Pangkat yang Digeneralisir

Dalam dokumen DASAR-DASAR KALKULUS (Halaman 116-120)

BAB IV APLIKASI TURUNAN

4.6. Aturan Pangkat yang Digeneralisir

Perhatikan ketika aturan rantai diterapkan pada pangkat suatu fungsi. Jika 𝑒𝑒=𝑔𝑔(π‘₯π‘₯) merupakan fungsi yang dapat didiferensiasi dan π‘Ÿπ‘Ÿ suatu bilangan rasional (π‘Ÿπ‘Ÿ β‰  βˆ’1), maka:

𝐷𝐷π‘₯π‘₯[π‘’π‘’π‘Ÿπ‘Ÿ+1

π‘Ÿπ‘Ÿ+ 1]=π‘’π‘’π‘Ÿπ‘Ÿβˆ™ 𝐷𝐷π‘₯π‘₯𝑒𝑒 Atau dengan cara penulisan fungsional:

𝐷𝐷π‘₯π‘₯[[𝑔𝑔(π‘₯π‘₯)]π‘Ÿπ‘Ÿ+1

π‘Ÿπ‘Ÿ+ 1 ]= [𝑔𝑔(π‘₯π‘₯)]π‘Ÿπ‘Ÿβˆ™ 𝑔𝑔′(π‘₯π‘₯) Akibatnya diperoleh suatu aturan penting untuk integral tak-tentu.

Teorema D (Aturan Pangkat yang Digeneralisir)

Misalkan 𝑔𝑔 suatu fungsi yang dapat didiferensiasi dan π‘Ÿπ‘Ÿ suatu bilangan rasional yang bukan βˆ’1 maka:

∫[𝑔𝑔(π‘₯π‘₯)]π‘Ÿπ‘Ÿβˆ™ 𝑔𝑔′(π‘₯π‘₯) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=[[𝑔𝑔(π‘₯π‘₯)]π‘Ÿπ‘Ÿ+1

π‘Ÿπ‘Ÿ+ 1 ]+𝐢𝐢 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑔𝑔𝑑𝑑𝑑𝑑 π‘Ÿπ‘Ÿ β‰  βˆ’1

Atau jika dimisalkan:

𝑒𝑒=𝑔𝑔(π‘₯π‘₯) π‘šπ‘šπ‘‘π‘‘π‘˜π‘˜π‘‘π‘‘ 𝑑𝑑𝑒𝑒=𝑔𝑔′(π‘₯π‘₯)𝑑𝑑π‘₯π‘₯ Sehingga diperoleh:

∫ π‘’π‘’π‘Ÿπ‘Ÿ 𝑑𝑑𝑒𝑒= π‘’π‘’π‘Ÿπ‘Ÿ+1

π‘Ÿπ‘Ÿ+ 1 +𝐢𝐢 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑔𝑔𝑑𝑑𝑑𝑑 π‘Ÿπ‘Ÿ β‰  βˆ’1

110 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s

Jadi aturan pangkat yang digeneralisir hanyalah aturan pangkat biasa yang diterapkan pada fungsi, tetapi dalam menerapkannya harus selalu yakin mempunyai 𝑑𝑑𝑑𝑑 bersama-sama dengan π‘‘π‘‘π‘Ÿπ‘Ÿ.

Contoh:

Hitunglah:

(1) ∫(π‘₯π‘₯4+ 3π‘₯π‘₯)30 (4π‘₯π‘₯3+ 3) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ (2) ∫sin10π‘₯π‘₯cosπ‘₯π‘₯ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

(3) ∫(π‘₯π‘₯3+ 6π‘₯π‘₯)5(6π‘₯π‘₯2+ 12) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ (4) ∫(π‘₯π‘₯2+ 4)10π‘₯π‘₯ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

Penyelesaian:

(1) ∫(π‘₯π‘₯4+ 3π‘₯π‘₯)30 (4π‘₯π‘₯3+ 3) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ Misalkan:

𝑔𝑔(π‘₯π‘₯) =π‘₯π‘₯4+ 3π‘₯π‘₯ Maka:

𝑔𝑔′(π‘₯π‘₯) = 4π‘₯π‘₯3+ 3 Menurut teorema D:

∫(π‘₯π‘₯4+ 3π‘₯π‘₯)30 (4π‘₯π‘₯3+ 3) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=∫[𝑔𝑔(π‘₯π‘₯)]30 𝑔𝑔′(π‘₯π‘₯) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

=[𝑔𝑔(π‘₯π‘₯)]31

31 +𝐢𝐢=[π‘₯π‘₯4+ 3π‘₯π‘₯]31 31 +𝐢𝐢 (2) ∫sin10π‘₯π‘₯cosπ‘₯π‘₯ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

Misalkan:

𝑔𝑔(π‘₯π‘₯) = sinπ‘₯π‘₯ Maka:

𝑔𝑔′(π‘₯π‘₯) = cosπ‘₯π‘₯ Menurut teorema D:

∫sin10π‘₯π‘₯cosπ‘₯π‘₯ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=∫[𝑔𝑔(π‘₯π‘₯)]30 𝑔𝑔′(π‘₯π‘₯) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

=[𝑔𝑔(π‘₯π‘₯)]11

11 +𝐢𝐢=sin11π‘₯π‘₯ 11 +𝐢𝐢 (3) ∫(π‘₯π‘₯3+ 6π‘₯π‘₯)5(6π‘₯π‘₯2+ 12) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

Misalkan:

𝑑𝑑=π‘₯π‘₯3+ 6π‘₯π‘₯

D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 111 Maka:

𝑑𝑑𝑑𝑑= (3π‘₯π‘₯2+ 6) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ Dan:

(6π‘₯π‘₯2+ 12) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯= 2(3π‘₯π‘₯2+ 6) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯= 2 𝑑𝑑𝑑𝑑 Sehingga diperoleh:

∫(π‘₯π‘₯3+ 6π‘₯π‘₯)5(6π‘₯π‘₯2+ 12) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=∫ 𝑑𝑑5 2 𝑑𝑑𝑑𝑑= 2∫ 𝑑𝑑5 𝑑𝑑𝑑𝑑= 2[𝑑𝑑6

6 +𝐢𝐢]=𝑑𝑑6 3 + 2𝐢𝐢

=(π‘₯π‘₯3+ 6π‘₯π‘₯)6 3 +𝐾𝐾 (4) ∫(π‘₯π‘₯2+ 4)10π‘₯π‘₯ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

Misalkan:

𝑑𝑑=π‘₯π‘₯2+ 4 Maka:

𝑑𝑑𝑑𝑑= 2π‘₯π‘₯ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ Sehingga diperoleh:

∫(π‘₯π‘₯2+ 4)10π‘₯π‘₯ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=∫(π‘₯π‘₯2+ 4)10βˆ™1

2βˆ™2π‘₯π‘₯ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=1

2∫ 𝑑𝑑10 𝑑𝑑𝑑𝑑=1 2(𝑑𝑑11

11 +𝐢𝐢)

=(π‘₯π‘₯2+ 4)11 11 +𝐾𝐾

Soal-soal latihan:

1. Tentukan anti-turunan umum 𝐹𝐹(π‘₯π‘₯) +𝐢𝐢 a. 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) = 5

b. 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) =π‘₯π‘₯2+πœ‹πœ‹ c. 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) =π‘₯π‘₯54 d. 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) =3√π‘₯π‘₯12

e. 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) =π‘₯π‘₯2βˆ’ π‘₯π‘₯ f. 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) = 4π‘₯π‘₯5βˆ’ π‘₯π‘₯3

g. 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) = 27π‘₯π‘₯7+ 3π‘₯π‘₯5βˆ’24π‘₯π‘₯3+√2π‘₯π‘₯ h. 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) =π‘₯π‘₯32βˆ’π‘₯π‘₯23

i. 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) =4π‘₯π‘₯6π‘₯π‘₯+3π‘₯π‘₯3 4

112 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s

2. Tentukan integral tak-tentu yang ditunjuk:

a. ∫(π‘₯π‘₯2+π‘₯π‘₯) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ b. ∫(π‘₯π‘₯+ 1)2 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ c. ∫(𝑧𝑧2βˆšπ‘§π‘§+1)2 𝑑𝑑𝑧𝑧 d. ∫(sinπœƒπœƒ βˆ’cosπœƒπœƒ) π‘‘π‘‘πœƒπœƒ

3. Gunakan aturan pangkat yang digeneralisir dengan 𝑒𝑒 sebagai variabel pada integral tak-tentu berikut:

a. ∫(√2π‘₯π‘₯+ 1)3 √2 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

b. ∫(5π‘₯π‘₯2+ 1) (5π‘₯π‘₯3+ 3π‘₯π‘₯ βˆ’8)6 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ c. ∫(πœ‹πœ‹π‘₯π‘₯3+ 1)4 3πœ‹πœ‹π‘₯π‘₯2 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

d. ∫(5π‘₯π‘₯2+ 1)√(5π‘₯π‘₯3+ 3π‘₯π‘₯ βˆ’2) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ e. ∫3𝑑𝑑 √2𝑑𝑑3 2βˆ’11 𝑑𝑑𝑑𝑑

f. ∫√2𝑦𝑦3𝑦𝑦2+5 𝑑𝑑𝑑𝑑 g. ∫ π‘₯π‘₯2 √π‘₯π‘₯3+ 4 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ h. (π‘₯π‘₯3+π‘₯π‘₯)√π‘₯π‘₯4+ 2π‘₯π‘₯2 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ i. ∫sinπ‘₯π‘₯ (1 + cosπ‘₯π‘₯)4 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

4. Tentukn ∫ 𝑓𝑓′′(π‘₯π‘₯) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) =π‘₯π‘₯ √π‘₯π‘₯3+ 1

5. Misalkan 𝑒𝑒= sin(π‘₯π‘₯2+ 4)4 maka tentukan ∫sin2π‘₯π‘₯ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 113 BAB V

INTEGRAL TENTU

5.1. Jumlah Rienmann

Newton dan Leibniz keduanya memperkenalkan versi awal tentang konsep ini, tetapi Georg Friedrich Bernhard Reinmann (1826-1866) yang memberikn definisi modern dengan gagasan pertama yaitu jumlah Riemann.

Definisi:

Misalkan sebuah fungsi 𝑓𝑓 didefinisikan pada interval tertutup [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏]. Fungsi ini bisa bernilai positif ataupun negative pada interval tersebut dan bahkan tidak perlu kontinu. Grafik tampak berikut:

Misalkan suatu patisi 𝑃𝑃 membagi interval [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏] menjadi 𝑛𝑛 interval-bagian (tidak perlu sama panjang) dengan menggunakan titik-titik π‘Žπ‘Ž=π‘₯π‘₯1<π‘₯π‘₯2<β‹―<π‘₯π‘₯π‘›π‘›βˆ’1<π‘₯π‘₯𝑛𝑛=𝑏𝑏 dan misalkan βˆ†π‘₯π‘₯𝑖𝑖=π‘₯π‘₯π‘–π‘–βˆ’ π‘₯π‘₯π‘–π‘–βˆ’1. Pada interval bagian [π‘₯π‘₯π‘–π‘–βˆ’1,π‘₯π‘₯𝑖𝑖], ambil sebuah titik sebarang π‘₯π‘₯̅𝑖𝑖 (yang mungkin saja sebuah titik ujung) yang disebut sebagai titik sampel untuk interval bagian ke-𝑖𝑖.

Sebuah contoh dari konstruksi ini diperlihatkan dalam gambar berikut untuk 𝑛𝑛= 6.

Disebut jumlah:

𝑅𝑅𝑝𝑝=βˆ‘ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯̅𝑖𝑖) βˆ†π‘₯π‘₯𝑖𝑖

𝑛𝑛

𝑖𝑖=1

114 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s

Jumlah Rienmann untuk 𝑓𝑓 yang berpadanan terhadap partisi 𝑃𝑃. Tafsiran (interpretasi) geometrinya diperlihatkan dalam gambar berikut:

Contoh:

Hitung jumlah Rienmann untuk 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) =π‘₯π‘₯2+ 1 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑝𝑝𝑖𝑖 [βˆ’1, 2] dengan menggunakan titik-titik partisi berjarak sama βˆ’1 <βˆ’0,5 < 0 < 0,5 < 1 < 1,5 < 2 dengan titik sampel π‘₯π‘₯̅𝑖𝑖 berupa titik tengah dari interval bagian ke-𝑖𝑖.

Penyelesaian:

𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) =π‘₯π‘₯2+ 1 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑝𝑝𝑖𝑖 [βˆ’1, 2] yang tampak pada gambar berikut:

𝑅𝑅𝑝𝑝=βˆ‘ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯̅𝑖𝑖) βˆ†π‘₯π‘₯𝑖𝑖

𝑛𝑛

𝑖𝑖=1

𝑅𝑅𝑝𝑝= [𝑓𝑓(βˆ’0,75) +𝑓𝑓(βˆ’0,25) +𝑓𝑓(0,25) +𝑓𝑓(0,75) +𝑓𝑓(1,25) +𝑓𝑓(1,75)](0,5)

= [1,5625 + 1,0625 + 1,0625 + 1,5625 + 2,5625 + 4,0625](0,5)

= 5,9375

D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 115 Fungsi pada gambar diatas merupakan positif, akibatnya jumlah Rienmann hanyalah sejumlah luas segiempat-segiempat, tetapi bagaimana jika negatif?

Pada kasus ini titik sampel π‘₯π‘₯̅𝑖𝑖 dengan sifat bahwa 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯̅𝑖𝑖) < 0 akan mengarah ke segiempat yang sepenuhnya berada di bawah sumbu π‘₯π‘₯ dan hasil kali 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯̅𝑖𝑖) βˆ†π‘₯π‘₯𝑖𝑖 akan negative. Hal ini berarti segiempat-segiempat yang demikian terhadap jumlah Rienmann adalah negatif yang tampak pada gambar berikut:

Contoh:

Hitung jumlah Rienmann 𝑅𝑅𝑝𝑝 untuk:

𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) = (π‘₯π‘₯+ 1)(π‘₯π‘₯ βˆ’2)(π‘₯π‘₯ βˆ’4) =π‘₯π‘₯3βˆ’5π‘₯π‘₯2+ 2π‘₯π‘₯+ 8

Pada interval [0, 5] dengan menggunakan partisi 𝑃𝑃 dengan titik-titik 0 < 1,1 < 2 <

3,2 < 4 < 5 dan titik-titi sampel yang berpadanan π‘₯π‘₯Μ…1= 0,5; π‘₯π‘₯Μ…2= 1,5; π‘₯π‘₯Μ…3= 2,5; π‘₯π‘₯Μ…4= 3,6 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 π‘₯π‘₯Μ…5= 5.

Penyelesaian:

𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) = (π‘₯π‘₯+ 1)(π‘₯π‘₯ βˆ’2)(π‘₯π‘₯ βˆ’4) =π‘₯π‘₯3βˆ’5π‘₯π‘₯2+ 2π‘₯π‘₯+ 8 pada interval [0, 5] tampak pada gambar berikut:

116 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s

𝑅𝑅𝑝𝑝=βˆ‘ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯̅𝑖𝑖) βˆ†π‘₯π‘₯𝑖𝑖

𝑛𝑛

𝑖𝑖=1

𝑅𝑅𝑝𝑝=βˆ‘ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯̅𝑖𝑖) βˆ†π‘₯π‘₯𝑖𝑖

5

𝑖𝑖=1

=𝑓𝑓(π‘₯π‘₯Μ…1) βˆ†π‘₯π‘₯1+𝑓𝑓(π‘₯π‘₯Μ…2) βˆ†π‘₯π‘₯2+𝑓𝑓(π‘₯π‘₯Μ…3) βˆ†π‘₯π‘₯3+𝑓𝑓(π‘₯π‘₯Μ…4) βˆ†π‘₯π‘₯4+𝑓𝑓(π‘₯π‘₯Μ…5) βˆ†π‘₯π‘₯5

=𝑓𝑓(0,5)(1,1βˆ’0) +𝑓𝑓(1,5)(2βˆ’1,1) +𝑓𝑓(2,5)(3,2βˆ’2) +𝑓𝑓(3,6)(4βˆ’3,2) +𝑓𝑓(5)(5βˆ’4)

= (7,875)(1,1) + (3,125)(0,9) + (βˆ’2,625)(1,2) + (βˆ’2,944)(0,8) + 18(1) = 23,9698

5.2. Integral Tentu

Definisi integral tentu:

Misalkan bahwa 𝑃𝑃,βˆ†π‘₯π‘₯𝑖𝑖 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 π‘₯π‘₯̅𝑖𝑖 memiliki arti seperti yang telah dibahas dan tetapkan ‖𝑃𝑃‖ disebut 𝑑𝑑𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑑𝑑 (𝑑𝑑𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛)𝑃𝑃 yang menyatakan panjang interval bagian yang terpanjang dari partisi 𝑃𝑃. Misalnya dalam contoh pertama berarti ‖𝑃𝑃‖= 0,5 dan contoh yang kedua berarti ‖𝑃𝑃‖= 3,2βˆ’2 = 1,2

Teorema A (Integral Tentu):

Misalkan 𝑓𝑓 suatu fungsi yang didefinisikan pada interval tertutup [𝑑𝑑,𝑏𝑏]. Jika

‖𝑃𝑃‖→0lim βˆ‘ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯̅𝑖𝑖) βˆ†π‘₯π‘₯𝑖𝑖

𝑛𝑛

𝑖𝑖=1

𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑

Maka dikatakan 𝑓𝑓 adalah terintegrasikan pada [𝑑𝑑,𝑏𝑏].

Lebih lanjut ∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)π‘Žπ‘Žπ‘π‘ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ disebut integran tentu ( atau integral Rienmann) 𝑓𝑓 dari 𝑑𝑑 ke 𝑏𝑏 kemudian diberikan oleh:

∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯= lim‖𝑃𝑃‖→0βˆ‘ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯̅𝑖𝑖) βˆ†π‘₯π‘₯𝑖𝑖

𝑛𝑛

𝑖𝑖=1

Secara umum, ∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)π‘Žπ‘Žπ‘π‘ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ menyatakan luas bertanda daerah yang terkurung diantara kurva 𝑦𝑦=𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) dan sumbu π‘₯π‘₯ dalam interval [𝑑𝑑,𝑏𝑏] yang berarti bahwa tanda positif dikaitkan untuk luas bagian-bagian yang berada di atas sumbu π‘₯π‘₯ dan tanda negatif dikaitkan untuk luas bagian-bagian yang berada di bawah sumbu π‘₯π‘₯ dengan lambang:

∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=π΄π΄π‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žβˆ’ π΄π΄π‘π‘π‘Žπ‘Žπ‘π‘π‘Žπ‘Žβ„Ž

D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 117 Tampak pada gambar berikut:

Atau:

∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

Dengan π‘Žπ‘Ž sebagai titik ujung bawah (limit bawah) dan 𝑏𝑏 sebagai titik ujung atas (limit atas) untuk integral.

Perkataan limit dalam definisi tenatang integral tentu lebih umum ketimbang penggunaan sebelumnya dan oleh karenanya perlu dijelaskan. Identitas:

‖𝑃𝑃‖→0lim βˆ‘ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯̅𝑖𝑖) βˆ†π‘₯π‘₯𝑖𝑖

𝑛𝑛

𝑖𝑖=1

=𝐿𝐿

Berarti bahwa berpadanan terhadap setiap πœ€πœ€> 0 terdapat suatu 𝛿𝛿> 0 sedemikian rupa sehingga:

|βˆ‘ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯̅𝑖𝑖) βˆ†π‘₯π‘₯𝑖𝑖

𝑛𝑛

𝑖𝑖=1

βˆ’ 𝐿𝐿|<πœ€πœ€

Untuk semua jumlah Rienmann βˆ‘π‘›π‘›π‘–π‘–=1𝑓𝑓(π‘₯π‘₯̅𝑖𝑖) βˆ†π‘₯π‘₯𝑖𝑖 untuk 𝑓𝑓 pada [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏] yang memenuhi norma ‖𝑃𝑃‖

partisi yang berhubungan adalah lebih kecil dari 𝛿𝛿, sehingga dikatakan bahwa limit yang ditunjuk itu bernilai 𝐿𝐿.

Dalam definisi ∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)π‘Žπ‘Žπ‘π‘ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯, secara implisit diasumsikan bahwa π‘Žπ‘Ž<𝑏𝑏 sehingga diperoleh:

∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)π‘Žπ‘Ž

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯= 0

∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=βˆ’ ∫ π‘“π‘“π‘Žπ‘Ž (π‘₯π‘₯)

𝑏𝑏 𝑑𝑑π‘₯π‘₯, π‘Žπ‘Ž>𝑏𝑏 Misalnya:

(1) ∫ π‘₯π‘₯22 3 𝑑𝑑π‘₯π‘₯, maka: ∫ π‘₯π‘₯22 3 𝑑𝑑π‘₯π‘₯= 0

(2) ∫ π‘₯π‘₯62 3 𝑑𝑑π‘₯π‘₯, maka: ∫ π‘₯π‘₯62 3 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=βˆ’ ∫ π‘₯π‘₯26 3 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

118 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s

Variabel π‘₯π‘₯ merupakan variabel boneka (dummy variabel) sehingga π‘₯π‘₯ bisa diganti sebarang huruf lain (tentu saja, asalkan diganti di setiap kemunculannya):

∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=∫ 𝑓𝑓(𝑑𝑑)𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑𝑑𝑑=∫ 𝑓𝑓(𝑒𝑒)𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑𝑒𝑒

Tidak setiap fungsi terintegrasikan pada interval tertutup [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏].

Misalnya: Fungsi tak terbatas:

{ 1

π‘₯π‘₯2 π‘—π‘—π‘—π‘—π‘—π‘—π‘Žπ‘Ž π‘₯π‘₯ β‰ 0 1 π‘—π‘—π‘—π‘—π‘—π‘—π‘Žπ‘Ž π‘₯π‘₯= 1

Tampak pada gambar berikut yang tidak terintegrasikan pada [βˆ’2, 2]:

Terlihat bahwa untuk fungsi tek terbatas ini jumlah Rienmann dapat dibuat besar secara sebarang limit jumlah Rienmann pada [βˆ’2, 2] π‘‘π‘‘π‘—π‘—π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘—π‘— π‘Žπ‘Žπ‘‘π‘‘π‘Žπ‘Ž.

Bahkan beberapa fungsi terbatas dapat gagal untuk bisa terintegasikan tetapi fungsi-fungsi itu pasti sangat rumit.

Teorema di bawah ini merupakan teorema terpenting tentang keintegrasian, tetapi sangat sulit untuk dibuktikan sehingga dibahas pada kalkulus lanjut.

Teorema B (Teorema Keintegrasian)

Jika 𝑓𝑓 terbatas pada [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏] dan kontinu di sana kecuali pada sejumlah titik yang berhingga maka 𝑓𝑓 terintegrasikan pada [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏], khususnya jika 𝑓𝑓 kontinu pada seluruh interval [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏] maka 𝑓𝑓 terintegrasikan pada [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏].

D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 119 Akibatnya fungsi-fungsi berikut dapat terintegrasikan pada setiap interval tertutup [π‘Žπ‘Ž.𝑏𝑏], yaitu:

a. Fungsi Polinomial b. Fungsi Sinus dan Cosinus

c. Fungsi Rasional, asalkan [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏] tidak mengandung titik-titik yang mengakibatkan penyebut nol.

Perhitungan integral tentu dengan menggunakan partisi beraturan (interval-interval bagian sama panjang) dan mengambil titik sampel π‘₯π‘₯̅𝑖𝑖 dalam cara yang mudah dipahami.

Teorema C (Sifat Penambahan Interval)

Jika 𝑓𝑓 terintegrasikan pada interval yang memuat titik π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏,π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘‘π‘‘ 𝑐𝑐 maka:

∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)𝑐𝑐

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯+∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)𝑐𝑐

𝑏𝑏 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ Tidak peduli apapun urutan π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏,π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘‘π‘‘ 𝑐𝑐.

Misalnya:

∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)2

0 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)1

0 𝑑𝑑π‘₯π‘₯+∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)2

1 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

5.3. Teorema Dasar Kalkulus Pertama

Teorema dasar kalkulus pertama menghubungkan turunan dan integral tentu, jenis limit terpenting yang sudah diperlajari.

Teorema A (Teorema Dasar Kalkulus Pertama)

Misalkan 𝑓𝑓 kontinu pada interval tertutup [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏] dan misalkan π‘₯π‘₯ sebarang titik (variabel) dalam (π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏) maka:

𝑑𝑑

𝑑𝑑π‘₯π‘₯ ∫ 𝑓𝑓π‘₯π‘₯ (𝑑𝑑)𝑑𝑑𝑑𝑑

π‘Žπ‘Ž =𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)

Teorema B (Sifat Perbandingan)

Jika 𝑓𝑓 π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘‘π‘‘ 𝑔𝑔 terintegrasikan pada [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏] dan jika 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)≀ 𝑔𝑔(π‘₯π‘₯) untuk semua π‘₯π‘₯ dalam [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏] maka:

∫ 𝑓𝑓𝑏𝑏 (π‘₯π‘₯) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

π‘Žπ‘Ž ≀ ∫ 𝑔𝑔(π‘₯π‘₯)𝑑𝑑π‘₯π‘₯𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž

120 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s

Dalam bahasa tak resmi tetapi deskriptif dikatakan bahwa integral tentu mempertahankan pertidaksamaan.

Teorema C (Sifat Keterbatasan)

Jika 𝑓𝑓 terintegrasikan pada [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏] dan jika π‘šπ‘š ≀ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)≀ 𝑀𝑀 untuk semua π‘₯π‘₯ dalam [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏]

maka:

π‘šπ‘š(𝑏𝑏 βˆ’ π‘Žπ‘Ž)≀ ∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž ≀ 𝑀𝑀(𝑏𝑏 βˆ’ π‘Žπ‘Ž)

Integral Tentu pada Operasi Linear

Sebelumnya telah diperlajari bahwa 𝐷𝐷π‘₯π‘₯,βˆ«β€¦ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯,π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘‘π‘‘ βˆ‘ merupakan operator linear dan dapat menambahkan βˆ«π‘Žπ‘Žπ‘π‘β€¦ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ ke daftar tersebut.

Teorema D (Kelinearan Integral Tentu)

Misalkan bahwa 𝑓𝑓 π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘‘π‘‘ 𝑔𝑔 terintegrasikan pada [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏] dan π‘˜π‘˜ adalah konstants maka π‘˜π‘˜π‘“π‘“ π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘‘π‘‘ 𝑓𝑓+𝑔𝑔 adalah terintegrasi dan:

∫ π‘˜π‘˜ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž =π‘˜π‘˜ ∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

βˆ«π‘π‘[𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) +𝑔𝑔(π‘₯π‘₯)]

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž +∫ 𝑔𝑔(π‘₯π‘₯) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž

βˆ«π‘π‘[𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)βˆ’ 𝑔𝑔(π‘₯π‘₯)]

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž βˆ’ ∫ 𝑔𝑔(π‘₯π‘₯) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž

Contoh:

Menurut teorema dasar kalkulus pertama, hitunglah:

1. 𝑑𝑑π‘₯π‘₯𝑑𝑑 [∫ 𝑑𝑑1π‘₯π‘₯ 3 𝑑𝑑𝑑𝑑] 2. 𝑑𝑑π‘₯π‘₯𝑑𝑑 [∫ 𝑑𝑑

32

βˆšπ‘‘π‘‘2+17 𝑑𝑑𝑑𝑑

π‘₯π‘₯

2 ]

3. 𝑑𝑑π‘₯π‘₯𝑑𝑑 [∫ π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘‘π‘‘π‘₯π‘₯4 2𝑒𝑒cos𝑒𝑒 𝑑𝑑𝑒𝑒] 4. 𝐷𝐷π‘₯π‘₯[∫1π‘₯π‘₯2(3𝑑𝑑 βˆ’1) 𝑑𝑑𝑑𝑑]

D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 121 Penyelesaian:

3. 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 [∫ 𝑑𝑑1𝑑𝑑 3 𝑑𝑑𝑑𝑑]=π‘₯π‘₯3 2. 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 [∫ 𝑑𝑑

32

βˆšπ‘‘π‘‘2+17 𝑑𝑑𝑑𝑑

𝑑𝑑

2 ]= 𝑑𝑑

32

βˆšπ‘‘π‘‘2+17

3. 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 [∫ 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑4 2𝑒𝑒cos𝑒𝑒 𝑑𝑑𝑒𝑒]=𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 [βˆ’ ∫ 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑4𝑑𝑑 2𝑒𝑒cos𝑒𝑒 𝑑𝑑𝑒𝑒]=𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑2π‘₯π‘₯cosπ‘₯π‘₯

= 𝑑𝑑

𝑑𝑑π‘₯π‘₯ [∫ 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 2𝑒𝑒cos𝑒𝑒 𝑑𝑑𝑒𝑒

4 ]=βˆ’π‘‘π‘‘π‘‘π‘‘π‘‘π‘‘2π‘₯π‘₯cosπ‘₯π‘₯

Pertukaran limit atas dan limit bawah diperbolehkan jika kita beri tanda kurang di depan (ingat kembali definisi) bahwa: ∫ π‘“π‘“π‘π‘π‘Žπ‘Ž (π‘₯π‘₯) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=βˆ’ ∫ π‘“π‘“π‘Žπ‘Žπ‘π‘ (π‘₯π‘₯)𝑑𝑑π‘₯π‘₯

4. 𝐷𝐷𝑑𝑑[∫1𝑑𝑑2(3𝑑𝑑 βˆ’1) 𝑑𝑑𝑑𝑑] 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑒𝑒=π‘₯π‘₯2

Menurut aturan rantai, turunan terhadap π‘₯π‘₯ dari fungsi komposit yaitu:

𝐷𝐷𝑒𝑒[βˆ«π‘’π‘’(3𝑑𝑑 βˆ’1) 𝑑𝑑𝑑𝑑

1 ] βˆ™ 𝐷𝐷𝑑𝑑𝑒𝑒= (3𝑒𝑒 βˆ’1)(2π‘₯π‘₯)

= (3(π‘₯π‘₯2)βˆ’1)(2π‘₯π‘₯) = 6π‘₯π‘₯3βˆ’2π‘₯π‘₯

Cara lain untuk mencari turunan yaitu dengan menghitung integral tentu kemudian menggunakan aturan untuk turunan. Integral tentu ∫1𝑑𝑑2(3𝑑𝑑 βˆ’1) 𝑑𝑑𝑑𝑑 merupakan luas di bawah garis 𝑦𝑦= 3𝑑𝑑 βˆ’1 di antara 𝑑𝑑= 1 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑=π‘₯π‘₯2 sehingga diperoleh luas trapesium yaitu:

π‘₯π‘₯2βˆ’1

2 [2 + (3π‘₯π‘₯2βˆ’1)] =3

2π‘₯π‘₯4βˆ’ π‘₯π‘₯2βˆ’1 2 Maka:

βˆ«π‘‘π‘‘ (3𝑑𝑑 βˆ’1) 𝑑𝑑𝑑𝑑

2

1 =3

2π‘₯π‘₯4βˆ’ π‘₯π‘₯2βˆ’1 2

Jadi:

𝐷𝐷𝑑𝑑[βˆ«π‘‘π‘‘ (3𝑑𝑑 βˆ’1) 𝑑𝑑𝑑𝑑

2

1 ]=𝐷𝐷𝑑𝑑(3

2π‘₯π‘₯4βˆ’ π‘₯π‘₯2βˆ’1

2)= 6π‘₯π‘₯3βˆ’2π‘₯π‘₯

122 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s Soal Latihan:

1. Telaah Konsep:

a. Apabila 4≀ π‘₯π‘₯2≀16 untuk semua π‘₯π‘₯ dalam [2, 4] maka dari sifat keterbatasan integral dapat dikatakan bahwa ….. ≀ ∫ π‘₯π‘₯24 2 𝑑𝑑π‘₯π‘₯.

b. 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 [∫ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠1𝑑𝑑 3𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑]= ………

c. Menurut kelinearan, ∫ 𝑐𝑐 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)14 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=𝑐𝑐 βˆ™ … dan ∫25(π‘₯π‘₯+√π‘₯π‘₯ )𝑑𝑑π‘₯π‘₯=∫ π‘₯π‘₯25 𝑑𝑑π‘₯π‘₯+ … d. Jika ∫ 𝑓𝑓14 (π‘₯π‘₯)𝑑𝑑π‘₯π‘₯= 5 dan 𝑔𝑔(π‘₯π‘₯)≀ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) untuk semua π‘₯π‘₯ dalam [1, 4] maka sifat

perbandingan menyatakan bahwa ∫ 𝑔𝑔14 (π‘₯π‘₯)𝑑𝑑π‘₯π‘₯ ≀ ………….

2. Misalkan ∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)01 𝑑𝑑π‘₯π‘₯= 2,∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)12 𝑑𝑑π‘₯π‘₯= 3,∫ 𝑔𝑔(π‘₯π‘₯)01 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=βˆ’1 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑠𝑠 ∫ 𝑔𝑔(π‘₯π‘₯)12 𝑑𝑑π‘₯π‘₯= 4, gunakan sifat-sifat integral tentu untuk menghitung integral:

a. ∫022 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

b. ∫02[2 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) +𝑔𝑔(π‘₯π‘₯)] 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ c. ∫02[2 𝑓𝑓(𝑠𝑠) + 5 𝑔𝑔(𝑠𝑠)] 𝑑𝑑𝑠𝑠 d. ∫02[3 𝑓𝑓(𝑑𝑑) + 2 𝑔𝑔(𝑑𝑑)] 𝑑𝑑𝑑𝑑

3. Tentukan 𝐺𝐺′(π‘₯π‘₯) dari fungsi berikut:

a. 𝐺𝐺(π‘₯π‘₯) =∫1𝑑𝑑2𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 b. 𝐺𝐺(π‘₯π‘₯) =∫0𝑑𝑑(2𝑑𝑑2+𝑑𝑑)𝑑𝑑𝑑𝑑 c. 𝐺𝐺(π‘₯π‘₯) = ∫1𝑑𝑑2sin𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑

5.4. Teorema Dasar Kalkulus Kedua

Pada perhitungan integral akan lebih sering mnggunakan teorema dasar kalkulus kedua daripada teorema dasar kalkulus pertama.

Teorema A (Teorema Dasar Kalkulus Kedua)

Misalkan 𝑓𝑓 kontinu (karenanya terintegrasikan) pada [𝑑𝑑,𝑏𝑏] dan misalkan 𝐹𝐹 sebarang anti-turunan dari 𝑓𝑓 pada [𝑑𝑑,𝑏𝑏] maka:

∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=𝐹𝐹(𝑏𝑏)βˆ’ 𝐹𝐹(𝑑𝑑) π‘‘π‘‘π‘‘π‘‘π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Ž ∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=[∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)𝑑𝑑π‘₯π‘₯] π‘Žπ‘Žπ‘π‘

D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 123 Contoh:

(1) Perlihatkan bahwa ∫ π‘˜π‘˜π‘Žπ‘Žπ‘π‘ 𝑑𝑑𝑑𝑑=π‘˜π‘˜(𝑏𝑏 βˆ’ π‘Žπ‘Ž) dengan π‘˜π‘˜ konstanta.

(2) Hitunglah βˆ«βˆ’12(4𝑑𝑑 βˆ’6𝑑𝑑2) 𝑑𝑑𝑑𝑑 dengan menggunakan teorema dasar kalkulus dua dan menggunakan kelinearan

(3) Hitunglah ∫18(𝑑𝑑13+𝑑𝑑43) 𝑑𝑑𝑑𝑑

(4) Carilah 𝐷𝐷π‘₯π‘₯∫033 sin𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 dengan dua cara Penyelesaian:

(1) 𝐹𝐹(𝑑𝑑) =π‘˜π‘˜π‘‘π‘‘ adalah suatu anti-turunan 𝑓𝑓(𝑑𝑑) =π‘˜π‘˜ sehingga menurut teorema dasar kalkulus kedua:

∫ π‘˜π‘˜π‘π‘

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑𝑑𝑑=𝐹𝐹(𝑏𝑏)βˆ’ 𝐹𝐹(π‘Žπ‘Ž) =π‘˜π‘˜π‘π‘ βˆ’ π‘˜π‘˜π‘Žπ‘Ž=π‘˜π‘˜(𝑏𝑏 βˆ’ π‘Žπ‘Ž) (2) Menggunakan teorema dasar kalkulus dua:

∫2(4𝑑𝑑 βˆ’6𝑑𝑑2

βˆ’1 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑= [2𝑑𝑑2βˆ’2𝑑𝑑3] 2

βˆ’1 =(8βˆ’16)βˆ’(2 + 2) =βˆ’12 Menggunakan kelinearan:

∫2(4𝑑𝑑 βˆ’6𝑑𝑑2

βˆ’1 ) 𝑑𝑑𝑑𝑑= 4∫ 𝑑𝑑2

βˆ’1 𝑑𝑑𝑑𝑑 βˆ’6∫ 𝑑𝑑2 2

βˆ’1 𝑑𝑑𝑑𝑑

= 4[𝑑𝑑2 2] 2

βˆ’1βˆ’6[𝑑𝑑3 3] 2

βˆ’1 =βˆ’12

(3) ∫18(𝑑𝑑13+𝑑𝑑43) 𝑑𝑑𝑑𝑑=[34𝑑𝑑43+37𝑑𝑑73]βˆ’18 =454 +3817 β‰ˆ65,68 (4) Cara mudah dengan teorema dasar kalkulus pertama:

𝐷𝐷π‘₯π‘₯∫π‘₯π‘₯3 sin𝑑𝑑

0 𝑑𝑑𝑑𝑑= 3 sin𝑑𝑑

(5) Cara kedua dengan teorema dasar kalkulus kedua untuk menghitung integral 0 π‘˜π‘˜π‘˜π‘˜ 𝑑𝑑 kemudian menggunakan aturan turunan:

∫π‘₯π‘₯3 sin𝑑𝑑

0 𝑑𝑑𝑑𝑑= [βˆ’3 cos𝑑𝑑]𝑑𝑑

0 =βˆ’3 cos𝑑𝑑 βˆ’(βˆ’cos 0) =βˆ’3 cos𝑑𝑑+ 3 Selanjutnya:

𝐷𝐷π‘₯π‘₯∫π‘₯π‘₯3 sin𝑑𝑑

0 𝑑𝑑𝑑𝑑=𝐷𝐷π‘₯π‘₯(=βˆ’3 cos𝑑𝑑+ 3) = 3 sin𝑑𝑑 Kesimpulan:

∫ 𝑓𝑓(𝑑𝑑)𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑𝑑𝑑=[∫ 𝑓𝑓(𝑑𝑑)𝑑𝑑𝑑𝑑]𝑏𝑏 π‘Žπ‘Ž

124 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s Metode Substitusi.

Aturan substitusi tidak lebih dari kebalikan aturan rantai yang diperlihatkan dalam teorema substitusi untuk integral tak-tentu.

Teorema B (Aturan Substitusi untuk Integral Tak-Tentu)

Misalkan 𝑔𝑔 fungsi terintegrasi dan misalkan bahwa 𝐹𝐹 adalah anti-turunan 𝑓𝑓 maka:

∫ 𝑓𝑓(𝑔𝑔(π‘₯π‘₯))𝑔𝑔′(π‘₯π‘₯) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=𝐹𝐹(𝑔𝑔(π‘₯π‘₯))+𝐢𝐢 Contoh:

(1) Hitunglah ∫sin 3π‘₯π‘₯ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ (2) Hitunglah ∫ π‘₯π‘₯ sinπ‘₯π‘₯2 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ (3) Hitunglah ∫ π‘₯π‘₯3√π‘₯π‘₯4+ 11 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ (4) Hitunglah ∫ √π‘₯π‘₯04 2+π‘₯π‘₯(2π‘₯π‘₯+ 1)𝑑𝑑π‘₯π‘₯ (5) Hitunglah ∫ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠0πœ‹πœ‹4 32π‘₯π‘₯cos 2π‘₯π‘₯ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ Penyelesaian:

(1) Substitusikan 𝑒𝑒= 3π‘₯π‘₯ sehingga 𝑑𝑑𝑒𝑒= 3 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ Diperoleh:

∫sin 3π‘₯π‘₯ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=∫1

3 sin 3π‘₯π‘₯ 3 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=∫1

3 sin𝑒𝑒 𝑑𝑑𝑒𝑒=1

3 cos𝑒𝑒+𝐢𝐢=1

3 cos 3π‘₯π‘₯ +𝐢𝐢 (2) Substitusikan 𝑒𝑒=π‘₯π‘₯2 sehingga 𝑑𝑑𝑒𝑒= 2π‘₯π‘₯ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

Diperoleh:

∫ π‘₯π‘₯ sinπ‘₯π‘₯2 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=∫1

2π‘₯π‘₯ sinπ‘₯π‘₯2 2π‘₯π‘₯ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=1

2∫sin𝑒𝑒 𝑑𝑑𝑒𝑒=1

2 cos𝑒𝑒+𝐢𝐢=1

2 cosπ‘₯π‘₯2+𝐢𝐢 (3) Substitusikan 𝑒𝑒=π‘₯π‘₯4+ 11 sehingga 𝑑𝑑𝑒𝑒= 4π‘₯π‘₯3 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

Diperoleh:

∫ π‘₯π‘₯3√π‘₯π‘₯4+ 11 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=1

4∫(π‘₯π‘₯4+ 11)12(4π‘₯π‘₯3 𝑑𝑑π‘₯π‘₯) =1

6(π‘₯π‘₯4+ 11)32+𝐢𝐢 (4) Substitusikan 𝑒𝑒=π‘₯π‘₯2+π‘₯π‘₯ sehingga 𝑑𝑑𝑒𝑒= (2π‘₯π‘₯+ 1) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

Diperoleh:

∫ √π‘₯π‘₯2+π‘₯π‘₯(2π‘₯π‘₯+ 1)𝑑𝑑π‘₯π‘₯=∫ 𝑒𝑒12 𝑑𝑑𝑒𝑒=2

3𝑒𝑒32+𝐢𝐢=2

3 (π‘₯π‘₯2+π‘₯π‘₯ )32+𝐢𝐢 Teorema dasar kalkulus kedua:

∫ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠4 32π‘₯π‘₯cos 2π‘₯π‘₯

0 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=[2

3 (π‘₯π‘₯2+π‘₯π‘₯ )32]4 0 =

2 3 (20)

32β‰ˆ59,63

D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 125 (5) Substitusikan 𝑒𝑒= sin 2π‘₯π‘₯ sehingga 𝑑𝑑𝑒𝑒= 2 cos 2π‘₯π‘₯ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

Diperoleh:

∫ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠32π‘₯π‘₯cos 2π‘₯π‘₯

πœ‹πœ‹4

0 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=1

2∫ (sin 2π‘₯π‘₯)3 2 cos 2π‘₯π‘₯

πœ‹πœ‹4

0 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=1

2𝑒𝑒3 𝑑𝑑𝑒𝑒=1 2

𝑒𝑒4 4

=[𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠42π‘₯π‘₯ 8 ]πœ‹πœ‹

40=1

8βˆ’0 =1 8

Teorema C (Aturan Substitusi untuk Integral Tentu)

Misalkan 𝑔𝑔 mempunyai turunan kontinu pada [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏] dan misalkan 𝑓𝑓 kontinu pada daerah nilai 𝑔𝑔 maka:

∫ 𝑓𝑓(𝑔𝑔(π‘₯π‘₯))𝑔𝑔′(π‘₯π‘₯)𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=βˆ«π‘”π‘”(𝑏𝑏)𝑓𝑓(𝑒𝑒)𝑑𝑑𝑒𝑒

𝑔𝑔(π‘Žπ‘Ž)

Dengan 𝑒𝑒=𝑔𝑔(π‘₯π‘₯)

Contoh:

(1) Hitunglah ∫ (π‘₯π‘₯2+2π‘₯π‘₯+6)π‘₯π‘₯+1 2 1

0 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

(2) Hitunglah βˆ«πœ‹πœ‹2πœ‹πœ‹24 cos √π‘₯π‘₯√π‘₯π‘₯

9

𝑑𝑑π‘₯π‘₯ Penyelesaian:

(1) Substitusikan 𝑒𝑒=π‘₯π‘₯2+ 2π‘₯π‘₯+ 6 sehingga 𝑑𝑑𝑒𝑒= (2π‘₯π‘₯+ 2)𝑑𝑑π‘₯π‘₯= 2(π‘₯π‘₯+ 1)𝑑𝑑π‘₯π‘₯ sehingga ketika π‘₯π‘₯= 0 π‘šπ‘šπ‘Žπ‘Žπ‘šπ‘šπ‘Žπ‘Ž 𝑒𝑒= 6 dan ketika π‘₯π‘₯= 1 π‘šπ‘šπ‘Žπ‘Žπ‘šπ‘šπ‘Žπ‘Ž 𝑒𝑒= 9

Diperoleh:

∫ π‘₯π‘₯+ 1

(π‘₯π‘₯2+ 2π‘₯π‘₯+ 6)2

1

0 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=1

2∫ π‘₯π‘₯+ 1 (π‘₯π‘₯2+ 2π‘₯π‘₯+ 6)2

1

0 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

=1 2∫ 𝑒𝑒9 βˆ’2

6 𝑑𝑑𝑒𝑒=[βˆ’1 2

1 𝑒𝑒]

9 6 =βˆ’1

8βˆ’ (βˆ’ 1 12)= 1

36 (2) Substitusikan 𝑒𝑒=√π‘₯π‘₯ sehingga 𝑑𝑑𝑒𝑒= (2√π‘₯π‘₯) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

Diperoleh:

∫ cos√π‘₯π‘₯

√π‘₯π‘₯

πœ‹πœ‹2 4

πœ‹πœ‹2 9

𝑑𝑑π‘₯π‘₯= 2 ∫cos√π‘₯π‘₯ βˆ™

πœ‹πœ‹2 4

πœ‹πœ‹2 9

1

2√π‘₯π‘₯ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯= 2∫ cos𝑒𝑒 𝑑𝑑𝑒𝑒

πœ‹πœ‹2

πœ‹πœ‹3

= [2 sin𝑒𝑒]

πœ‹πœ‹2 πœ‹πœ‹3

= 2βˆ’ √3

126 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s Soal Latihan:

1. Telaah konsep:

a. Jika 𝑓𝑓 kontinu pada [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏] dan jika 𝑓𝑓 sebarang ... dari 𝑓𝑓 maka ∫ π‘“π‘“π‘Žπ‘Žπ‘π‘ (π‘₯π‘₯)𝑑𝑑π‘₯π‘₯=…

b. Lambang [𝐹𝐹(π‘₯π‘₯)]π‘Žπ‘Žπ‘π‘ menggantikan ekspresi …………..

c. Menurut teorema dasar kalkulus ∫ 𝐹𝐹𝑐𝑐𝑑𝑑 (π‘₯π‘₯)𝑑𝑑π‘₯π‘₯= ………

d. Dengan substitusi 𝑒𝑒=π‘₯π‘₯3+ 1 maka integral tentu ∫ π‘₯π‘₯01 2(π‘₯π‘₯3+ 1)4 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=……….

2. Gunakan teorema dasar kalkulus kedua untuk menghitung masing-masing integran tentu:

a. ∫ π‘₯π‘₯02 3 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

b. βˆ«βˆ’12(3π‘₯π‘₯3βˆ’2π‘₯π‘₯+ 3) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ c. ∫4𝑀𝑀12

1 𝑑𝑑𝑑𝑑 d. ∫ βˆšπ‘‘π‘‘04 𝑑𝑑𝑑𝑑 e. ∫ (𝑦𝑦04 2+1𝑦𝑦) 𝑑𝑑𝑦𝑦 f. ∫0πœ‹πœ‹2cosπ‘₯π‘₯ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

g. ∫01(2π‘₯π‘₯4βˆ’3π‘₯π‘₯2+ 5) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

3. Gunakan metode substitusi untuk mencari nilai integral tak-tentu:

a. ∫ √3π‘₯π‘₯+ 2 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ b. ∫cos(π‘₯π‘₯2+ 2) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ c. ∫sin(6π‘₯π‘₯ βˆ’7) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ d. ∫ π‘₯π‘₯√π‘₯π‘₯2+ 4 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ e. ∫ π‘₯π‘₯ (π‘₯π‘₯2+ 3)βˆ’127 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ f. ∫ π‘₯π‘₯sin(π‘₯π‘₯2+ 4) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ g. ∫π‘₯π‘₯ sin √π‘₯π‘₯√π‘₯π‘₯2+42+4 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

h. ∫ π‘₯π‘₯2(π‘₯π‘₯3+ 5)8cos[(π‘₯π‘₯3+ 5)9]𝑑𝑑π‘₯π‘₯ i. ∫ π‘₯π‘₯cos(π‘₯π‘₯2+ 4)√π‘₯π‘₯2+ 4 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ j. ∫ π‘₯π‘₯2sin(π‘₯π‘₯3+ 5)𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐9(π‘₯π‘₯3+ 5) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 127 4. Gunakan metode substitusi untuk mencari nilai integral tentu:

a. ∫01(π‘₯π‘₯2+ 1)10 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ b. ∫3 (𝑑𝑑+2)1 2

βˆ’1 𝑑𝑑𝑑𝑑 c. ∫ √3π‘₯π‘₯58 + 1 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ d. ∫ √7 + 2π‘‘π‘‘βˆ’33 2 (8𝑑𝑑) 𝑑𝑑𝑑𝑑 e. ∫ 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠 0πœ‹πœ‹2 2 π‘₯π‘₯sinπ‘₯π‘₯ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ f. ∫01(π‘₯π‘₯+ 1)(π‘₯π‘₯2+ 2π‘₯π‘₯)2 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ g. ∫ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠0πœ‹πœ‹6 3 πœƒπœƒcosπœƒπœƒ π‘‘π‘‘πœƒπœƒ h. ∫01cos(3π‘₯π‘₯ βˆ’3) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ i. ∫ π‘₯π‘₯01 sin(πœ‹πœ‹π‘₯π‘₯2) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ j. ∫0πœ‹πœ‹4(cos 2π‘₯π‘₯+ sin 2π‘₯π‘₯) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ k. ∫0πœ‹πœ‹2sinπ‘₯π‘₯sin(cosπ‘₯π‘₯) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ l. ∫ 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠01 3(π‘₯π‘₯) sin(π‘₯π‘₯2) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

5.5. Teorema Nilai Rataan Untuk Integral

Secara umum, nilai rata-rata himpunan 𝑠𝑠 bilangan 𝑦𝑦1,𝑦𝑦2, … ,𝑦𝑦𝑛𝑛 maka cukup dengan menambahkannya dan membaginya dengan 𝑠𝑠.

𝑦𝑦=𝑦𝑦1, +𝑦𝑦2+β‹―+𝑦𝑦𝑛𝑛 𝑠𝑠

Konsep rata-rata suatu fungsi 𝑓𝑓 pada suatu interval [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏], maka diambil partsisi berurutan dari [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏], misalnya:

𝑃𝑃:π‘Žπ‘Ž=π‘₯π‘₯0<π‘₯π‘₯1<π‘₯π‘₯2<β‹―<π‘₯π‘₯π‘›π‘›βˆ’1<π‘₯π‘₯𝑛𝑛=𝑏𝑏 dengan βˆ†π‘₯π‘₯=(π‘Žπ‘Žβˆ’π‘π‘)𝑛𝑛 Maka rata-rata 𝑠𝑠 nilai𝑓𝑓(π‘₯π‘₯1),𝑓𝑓(π‘₯π‘₯2), … ,𝑓𝑓(π‘₯π‘₯𝑛𝑛) adalah:

𝑓𝑓(π‘₯π‘₯1) +𝑓𝑓(π‘₯π‘₯2) +β‹―+ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯𝑛𝑛)

𝑠𝑠 =1

π‘ π‘ βˆ‘ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯𝑖𝑖)

𝑛𝑛

𝑖𝑖=1

=βˆ‘ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯𝑖𝑖)

𝑛𝑛

𝑖𝑖=1

𝑏𝑏 βˆ’ π‘Žπ‘Ž 𝑠𝑠

1 𝑏𝑏 βˆ’ π‘Žπ‘Ž

= 1

𝑏𝑏 βˆ’ π‘Žπ‘Žβˆ‘ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯𝑖𝑖)

𝑛𝑛

𝑖𝑖=1

βˆ†π‘₯π‘₯

128 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s Definisi (Nilai Rata-rata Sebuah Fungsi):

Jika 𝑓𝑓 terintegrasikan pada interval [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏], maka nilai rata-rata 𝑓𝑓 pada [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏] adalah:

1

𝑏𝑏 βˆ’ π‘Žπ‘Ž ∫ 𝑓𝑓𝑏𝑏 (π‘₯π‘₯)

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ Contoh:

(1) Carilah nilai rata-rata fungsi yang didefinisikan oleh 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) =π‘₯π‘₯ sinπ‘₯π‘₯2pada interval [0,√ πœ‹πœ‹]

(2) Misalkan dalam Fahrenheit suatu balok naja dengan panjang 2 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 tergantung pada posisi π‘₯π‘₯ menurut fungsi 𝑇𝑇(π‘₯π‘₯) = 40 + 20π‘₯π‘₯(2βˆ’ π‘₯π‘₯). Carilah suhu rata-rata dalam balok itu. Adakah titik tempat suhu yang sebenarnya sama dengan suhu rata-rata?

Penyelesaian:

(1) 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) =π‘₯π‘₯ sinπ‘₯π‘₯2 pada interval [0,√ πœ‹πœ‹]

Nilai rata-rata adalah:

1

𝑏𝑏 βˆ’ π‘Žπ‘Ž ∫ 𝑓𝑓𝑏𝑏 (π‘₯π‘₯)

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯= 1

βˆšπœ‹πœ‹ βˆ’0∫ π‘₯π‘₯βˆšπœ‹πœ‹ sinπ‘₯π‘₯2

0 𝑑𝑑π‘₯π‘₯= 1

βˆšπœ‹πœ‹βˆ« π‘₯π‘₯ sinβˆšπœ‹πœ‹ π‘₯π‘₯2

0 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

Untuk menghitung integral tersebut, substitusi:

𝑒𝑒=π‘₯π‘₯2 𝑑𝑑𝑒𝑒= 2π‘₯π‘₯ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

Ketika π‘₯π‘₯= 0 π‘šπ‘šπ‘Žπ‘Žπ‘šπ‘šπ‘Žπ‘Ž 𝑒𝑒= 0 dan ketika π‘₯π‘₯=βˆšπœ‹πœ‹ π‘šπ‘šπ‘Žπ‘Žπ‘šπ‘šπ‘Žπ‘Ž 𝑒𝑒=πœ‹πœ‹ Sehingga diperoleh:

1

βˆšπœ‹πœ‹βˆ« π‘₯π‘₯ sinβˆšπœ‹πœ‹ π‘₯π‘₯2

0 𝑑𝑑π‘₯π‘₯= 1

βˆšπœ‹πœ‹βˆ« 1

2 sin𝑒𝑒

βˆšπœ‹πœ‹

0 𝑑𝑑𝑒𝑒= 1

2βˆšπœ‹πœ‹[βˆ’cos𝑒𝑒]0πœ‹πœ‹= 1

2βˆšπœ‹πœ‹(2) = 1

βˆšπœ‹πœ‹

D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 129 (2) Panjang 2 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 tergantung pada posisi π‘₯π‘₯ menurut fungsi 𝑇𝑇(π‘₯π‘₯) = 40 + 20π‘₯π‘₯(2βˆ’ π‘₯π‘₯)

Suhu rata-rata adalah:

1

𝑏𝑏 βˆ’ π‘Žπ‘Ž ∫ 𝑓𝑓𝑏𝑏 (π‘₯π‘₯)

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯= 1

2βˆ’0∫2[40 + 20π‘₯π‘₯(2βˆ’ π‘₯π‘₯)]

0 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

=1

2∫2[40 + 20π‘₯π‘₯(2βˆ’ π‘₯π‘₯)]

0 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

=∫2(20 + 20π‘₯π‘₯ βˆ’10π‘₯π‘₯2)

0 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

=[20π‘₯π‘₯+20

2 π‘₯π‘₯2βˆ’10 3 π‘₯π‘₯3]

0 2

=[20π‘₯π‘₯+ 10π‘₯π‘₯2βˆ’10 3 π‘₯π‘₯3]

0 2

=(40 + 40βˆ’80 3)

=160 3 °𝐹𝐹 Tampak pada gambar berikut:

Suhu 𝑇𝑇 sebagai fungsi π‘₯π‘₯ yang menunjukkan bahwa ada dua titik tempat suhu yang sebenarnya sama dengan suhu rata-rata. Untuk mencari titik-titik tersebut ditetapkan bahwa 𝑇𝑇(π‘₯π‘₯) =1603 dan menyelesaikan sehingga:

40 + 20π‘₯π‘₯(2βˆ’ π‘₯π‘₯) =160 3

130 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s Menggunakan rumus abc, maka:

π‘₯π‘₯=1

3(3βˆ’ √3) β‰ˆ0,42265 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 π‘₯π‘₯=1

3(3βˆ’ √3) β‰ˆ1,5774

Kedua penyelesaian tersebut antara 0 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 2 sehingga terdapat dua titik tempat suhu yang sebenarnya sama dengan suhu rata-rata.

Teorema A (Nilai Rataan untuk Integral):

Jika 𝑓𝑓 kontinu pada [𝑑𝑑,𝑏𝑏] maka terdapat suatu bilangan 𝑐𝑐 antara 𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑏𝑏 sedemikian rupa sehingga:

𝑓𝑓(𝑐𝑐) = 1

𝑏𝑏 βˆ’ 𝑑𝑑 ∫ 𝑓𝑓𝑏𝑏 (𝑑𝑑)

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑𝑑𝑑 Contoh:

(1) Carilah semua nilai 𝑐𝑐 yang memenuhi teorema nilai rataan untuk integral 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) =π‘₯π‘₯2 pada interval [βˆ’3, 3]

(2) Carilah semua nilai 𝑐𝑐 yang memenuhi teorema nilai rataan untuk integral 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) =(π‘₯π‘₯+1)1 2 pada interval [0, 2]

Penyelesaian:

(1) Integral 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) =π‘₯π‘₯2 pada interval [βˆ’3, 3]

𝑓𝑓(𝑐𝑐) = 1

𝑏𝑏 βˆ’ 𝑑𝑑 ∫ 𝑓𝑓𝑏𝑏 (𝑑𝑑)

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑𝑑𝑑= 1

3βˆ’(βˆ’3)∫ π‘₯π‘₯3 2

βˆ’3 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=1 6∫ π‘₯π‘₯3 2

βˆ’3 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

=1 6[π‘₯π‘₯3

3]

βˆ’3 3

= 1

18[27βˆ’(βˆ’27)] = 3 Untuk mencari nilai 𝑐𝑐 maka:

3 =𝑓𝑓(𝑐𝑐) =𝑐𝑐2 𝑐𝑐= ±√3

Baik βˆ’βˆš3 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 √3 berada dalam nterval [βˆ’3, 3] sehingga dua-duanya memenuhi teorema nilai rataan untuk integral

D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 131 (2) Integral 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) =(π‘₯π‘₯+1)1 2 pada interval [0, 2]

Grafik 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) tampak berikut:

Nilai rata-rata fungsi diperoleh dengan membuat substitusi:

𝑒𝑒=π‘₯π‘₯+ 1 π‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘š 𝑑𝑑𝑒𝑒=𝑑𝑑π‘₯π‘₯ Ketika π‘₯π‘₯= 0 π‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘š 𝑒𝑒= 1 π‘‘π‘‘π‘šπ‘šπ‘‘π‘‘ π‘₯π‘₯= 2 π‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘š 𝑒𝑒= 3 Sehingga diperoleh:

𝑓𝑓(𝑐𝑐) = 1

𝑏𝑏 βˆ’ π‘šπ‘š ∫ 𝑓𝑓𝑏𝑏 (𝑑𝑑)

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑𝑑𝑑= 1

2βˆ’0∫ 1 (π‘₯π‘₯+ 1)2

2

0 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=1

2∫ 1

(π‘₯π‘₯+ 1)2

2

0 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

=1 2∫ 1

𝑒𝑒2

3

1 𝑑𝑑𝑒𝑒=1 2∫ 𝑒𝑒3 βˆ’2

1 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

=1

2[βˆ’π‘’π‘’βˆ’1]13=1 2(βˆ’1

3 + 1)=1 3 Untuk mencari nilai 𝑐𝑐 maka:

1

3 =𝑓𝑓(𝑐𝑐) = 1

(𝑐𝑐+ 1)2 𝑐𝑐2+ 2𝑐𝑐+ 1 = 3 𝑐𝑐=βˆ’2 ±√22βˆ’4(1)(βˆ’2)

2 =βˆ’1 ±√3

Perhatikan bahwa βˆ’1βˆ’ √3β‰ˆ βˆ’2,7321 π‘‘π‘‘π‘šπ‘šπ‘‘π‘‘ βˆ’1 +√3 β‰ˆ0,73205.

Dari penyelesaian ini, satu-satunya yang berbeda dalam interval [0, 2] adalah:

𝑐𝑐=βˆ’1 +√3 β‰ˆ0,73205

Jadi nilai 𝑐𝑐 hanya satu yang memenuhi teorema nilai rataan untuk integral.

132 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s

5.6. Penggunaan Simetri dalam Perhitungan Integral Tentu

Ingat kembali bahwa fungsi genap adalah fungsi yang memenuhi 𝑓𝑓(βˆ’π‘₯π‘₯) =𝑓𝑓(π‘₯π‘₯), sedangkan fungsi ganjil yang memenuhi 𝑓𝑓(βˆ’π‘₯π‘₯) =βˆ’π‘“π‘“(π‘₯π‘₯). Grafik 𝑓𝑓(βˆ’π‘₯π‘₯) simetri terhadap sumbu 𝑦𝑦 dan grafik βˆ’π‘“π‘“(π‘₯π‘₯) simetri terhadap titik asal.

Teorema B (Teorema Simetri):

Jika 𝑓𝑓 fungsi genap, maka:

∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)π‘Žπ‘Ž

βˆ’π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯= 2∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)𝑑𝑑π‘₯π‘₯π‘Žπ‘Ž

0

Jika 𝑓𝑓 fungsi ganjil, maka:

∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)π‘Žπ‘Ž

βˆ’π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯= 0 Bukti:

Untuk Fungsi Genap, tafsiran geometri teorema tampak dalam gambar berikut:

Untuk membenarkan hasil secara analitis, pertama dituliskan:

∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)π‘Žπ‘Ž

βˆ’π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)0

βˆ’π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯+∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)π‘Žπ‘Ž

0 𝑑𝑑π‘₯π‘₯= 0 Dalam integral pertama di ruas kanan dibuat substitusi:

𝑒𝑒=βˆ’π‘₯π‘₯ π‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘š 𝑑𝑑𝑒𝑒=βˆ’π‘‘π‘‘π‘₯π‘₯ Jika 𝑓𝑓 fungsi genap maka:

𝑓𝑓(𝑒𝑒) =𝑓𝑓(βˆ’π‘₯π‘₯) =𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) Sehingga:

∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)0

βˆ’π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=βˆ’ ∫ 𝑓𝑓(βˆ’π‘₯π‘₯)0

βˆ’π‘Žπ‘Ž (βˆ’π‘‘π‘‘π‘₯π‘₯) =βˆ’ ∫ 𝑓𝑓(𝑒𝑒)0

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑𝑒𝑒=∫ 𝑓𝑓(𝑒𝑒)0

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑𝑒𝑒=∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)0

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ Akibatnya:

∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)π‘Žπ‘Ž

βˆ’π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)0

βˆ’π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯+∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)π‘Žπ‘Ž

0 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)π‘Žπ‘Ž

0 𝑑𝑑π‘₯π‘₯+∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)π‘Žπ‘Ž

0 𝑑𝑑π‘₯π‘₯= 2∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)π‘Žπ‘Ž

0 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ Bukti untuk fungsi sebagai latihan.

D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 133 Contoh:

(1) Hitunglah βˆ«βˆ’πœ‹πœ‹πœ‹πœ‹ cos(π‘₯π‘₯4) 𝑑𝑑𝑑𝑑 (2) Hitunglah ∫ π‘₯π‘₯π‘₯π‘₯2+45

5

βˆ’5 𝑑𝑑𝑑𝑑

(3) Hitunglah βˆ«βˆ’22(𝑑𝑑 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠4𝑑𝑑+𝑑𝑑3βˆ’ 𝑑𝑑4) 𝑑𝑑𝑑𝑑 (4) Hitunglah ∫ π‘ π‘ π‘ π‘ π‘ π‘ βˆ’πœ‹πœ‹πœ‹πœ‹ 3𝑑𝑑 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠5𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 Penyelesaian:

(1) βˆ«βˆ’πœ‹πœ‹πœ‹πœ‹ cos(π‘₯π‘₯4) 𝑑𝑑𝑑𝑑 Karena:

cos(βˆ’π‘‘π‘‘

4)= cos(𝑑𝑑 4) Maka 𝑓𝑓(𝑑𝑑) = cos(π‘₯π‘₯4) adalah fungsi genap

Sehingga diperoleh:

∫ cos(𝑑𝑑 4)

πœ‹πœ‹

βˆ’πœ‹πœ‹ 𝑑𝑑𝑑𝑑= 2∫ cos(𝑑𝑑 4)

πœ‹πœ‹

βˆ’πœ‹πœ‹ 𝑑𝑑𝑑𝑑= 8∫ cos(𝑑𝑑 4)

πœ‹πœ‹

βˆ’πœ‹πœ‹ βˆ™1

4 𝑑𝑑𝑑𝑑

= 8∫ cos𝑒𝑒

πœ‹πœ‹4

0 𝑑𝑑𝑒𝑒

= [8 sin𝑒𝑒]0πœ‹πœ‹4

= 4√2 (2) βˆ«βˆ’55 π‘₯π‘₯π‘₯π‘₯2+45 𝑑𝑑𝑑𝑑

Untuk 𝑓𝑓(𝑑𝑑) =π‘₯π‘₯2π‘₯π‘₯+45 adalah fungsi ganjil, sehingga integral bernilai nol.

(3) βˆ«βˆ’22(𝑑𝑑 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠4𝑑𝑑+𝑑𝑑3βˆ’ 𝑑𝑑4) 𝑑𝑑𝑑𝑑

Integran tersebut ada tiga suku, dua suku pertama dalam integran adalah ganjil dan yang terakhir adalah genap, sehingga diperoleh:

∫2(𝑑𝑑 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠4

βˆ’2 𝑑𝑑+𝑑𝑑3βˆ’ 𝑑𝑑4) 𝑑𝑑𝑑𝑑=∫ 𝑑𝑑 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠2 4

βˆ’2 𝑑𝑑+𝑑𝑑3𝑑𝑑𝑑𝑑 βˆ’ ∫ 𝑑𝑑2 4

βˆ’2 𝑑𝑑𝑑𝑑

= 0βˆ’2∫ 𝑑𝑑2 4

βˆ’2 𝑑𝑑𝑑𝑑=[βˆ’2𝑑𝑑5 5]

0 2

=βˆ’64 5

134 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s (4) ∫ π‘ π‘ π‘ π‘ π‘ π‘ βˆ’πœ‹πœ‹πœ‹πœ‹ 3π‘₯π‘₯ 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠5π‘₯π‘₯ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

Fungsi sinπ‘₯π‘₯ adalah fungsi ganjil dan cosπ‘₯π‘₯ adalah fungsi genap.

Sebuah fungsi ganjil dipangkatkan dengan pangkat ganjil adalah fungsi ganjil, sehingga 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠3π‘₯π‘₯ adalah fungsi ganjil.

Sebuah fungsi genap dipangkatkan dengan bilangan bulat adalah sebuah fungsi genap, sehingga 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑠𝑠5π‘₯π‘₯ adalah fungsi genap.

Jadi integran dalam integral ini adalah sebuah fungsi ganjil dan intervalnya simetri terhadap titik 0 sehingga nilai integral ini adalah nol.

5.7. Penggunaan Keperiodikan

Ingat kembali bahwa fungsi 𝑓𝑓 adalah fungsi periodik jika terdapat bilangan 𝑝𝑝 sedemikian rupa sehingga 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯+𝑝𝑝) =𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) untuk semua π‘₯π‘₯ di dalam daerah asal 𝑓𝑓. Bilangan positif terkecil 𝑝𝑝 yang demikian disebut periode 𝑓𝑓. Fungsi trigonometri merupakan fungsi periodik.

Teorema C (Teorema Periodik):

Jika 𝑓𝑓 periodik dengan periode 𝑝𝑝 maka:

βˆ«π‘π‘+𝑝𝑝𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)

π‘Žπ‘Ž+𝑝𝑝 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ Bukti:

Tafsiran geometri tampak dalam gambar berikut:

Untuk membuktikan hasil, dimisalkan:

𝑒𝑒=π‘₯π‘₯ βˆ’ 𝑝𝑝 π‘ π‘ π‘ π‘ β„Žπ‘ π‘ π‘ π‘ π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘– π‘₯π‘₯=𝑒𝑒+𝑝𝑝 𝑑𝑑𝑖𝑖𝑠𝑠 𝑑𝑑𝑒𝑒=𝑑𝑑π‘₯π‘₯ Maka:

βˆ«π‘π‘+𝑝𝑝𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)

π‘Žπ‘Ž+𝑝𝑝 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=∫ 𝑓𝑓(𝑒𝑒𝑏𝑏 +𝑝𝑝)

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=∫ 𝑓𝑓(𝑒𝑒)𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

Sehingga dapat menggantikan 𝑓𝑓(𝑒𝑒+𝑝𝑝)π‘π‘π‘œπ‘œπ‘ π‘ β„Ž 𝑓𝑓(𝑒𝑒) karena 𝑓𝑓 adalah fungsi periodik.

D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 135 Soal-soal latihan:

1. Telaah Konsep:

a. Rata-rata nilai suatu fungsi 𝑓𝑓 pada interval [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏] adalah …………

b. Teorema nilai rataan untuk integral mengatakan bahwa terdapat 𝑐𝑐 pada interval [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏] sedemikian rupa sehingga rata-rata nilai fungsi pada [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏] sama dengan …..

c. Jika 𝑓𝑓 adalah fungsi ganjil maka ∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)βˆ’22 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=β‹― dan jika 𝑓𝑓 adalah fungsi genap maka ∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)βˆ’22 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=β‹―

d. Fungsi 𝑓𝑓 adalah fungsi periodik jika terdapat bilangan 𝑝𝑝 sedemikian rupa sehingga

………. untuk semua π‘₯π‘₯ di dalam daerah asal 𝑓𝑓. Bilangan positif 𝑝𝑝 demikian yang terkecil disebut ……… dari fungsi tersebut.

2. Carilah rata-rata nilai fungsi pada interval yang diberikan:

a. 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) = 4π‘₯π‘₯3; [1, 3]

b. 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) =√π‘₯π‘₯2π‘₯π‘₯+16; [0, 3]

c. 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) = cosπ‘₯π‘₯; [0,πœ‹πœ‹]

d. 𝑓𝑓(𝑦𝑦) =𝑦𝑦 (1 +𝑦𝑦2)3; [1, 2]

3. Carila semua nilai 𝑐𝑐 yang memenuhi teorema nilai rataan untuk integral pada integran yang diberikan:

a. 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) =√π‘₯π‘₯+ 1; [0, 3]

b. 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) = 1βˆ’ π‘₯π‘₯2; [βˆ’4, 3]

c. 𝐻𝐻(𝑧𝑧) = sin𝑧𝑧; [βˆ’πœ‹πœ‹,πœ‹πœ‹]

d. 𝑅𝑅(𝑣𝑣) =𝑣𝑣2βˆ’ 𝑣𝑣; [0, 2]

e. 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) =π‘Žπ‘Žπ‘₯π‘₯+𝑏𝑏; [1, 4]

4. Gunakan simetri untuk membantu menghitung integral yang diberikan:

a. βˆ«βˆ’πœ‹πœ‹πœ‹πœ‹(sinπ‘₯π‘₯+ cosπ‘₯π‘₯) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ b. βˆ«βˆ’πœ‹πœ‹2πœ‹πœ‹1+cos π‘₯π‘₯sin π‘₯π‘₯

2 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ c. βˆ«βˆ’πœ‹πœ‹2πœ‹πœ‹(sinπ‘₯π‘₯+ cosπ‘₯π‘₯)2

2 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

d. βˆ«βˆ’11(1 +π‘₯π‘₯+π‘₯π‘₯2+π‘₯π‘₯3) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

136 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s

BAB VI

APLIKASI INTEGRAL

6.1. Luas Daerah Bidang Rata

Konsep-konsep integral tentu digunakan untuk menghitung luas daerah-daerah yang bentuknya lebih rumit, yang diawali dengan permasalahan pada kasus yang sederhana.

1. Daerah di atas 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 βˆ’ 𝒙𝒙

Misalkan 𝑦𝑦=𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) menentukan persamaan sebuah kurva di 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 βˆ’ π‘₯π‘₯𝑦𝑦 dan misalkan 𝑓𝑓 kontinu dan tak negative pada interval 𝑏𝑏 ≀ π‘₯π‘₯ ≀ 𝑏𝑏 (seperti dalam gambar di bawah ini).

Tinjau daerah 𝑅𝑅 yang dibatasi oleh grafik-grafik 𝑦𝑦=𝑓𝑓(π‘₯π‘₯),π‘₯π‘₯=𝑏𝑏,π‘₯π‘₯=𝑏𝑏 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑦𝑦= 0.

Tampak 𝑅𝑅 sebagai daerah yang π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘π‘‘π‘‘π‘π‘β„Ž 𝑦𝑦=𝑓𝑓(π‘₯π‘₯),𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑑𝑑𝑏𝑏𝑑𝑑𝑏𝑏 π‘₯π‘₯=𝑏𝑏,π‘₯π‘₯=𝑏𝑏, sehingga luas daerah 𝐴𝐴(𝑅𝑅) dinyatakan:

𝐴𝐴(𝑅𝑅) =∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž 𝑏𝑏π‘₯π‘₯ Contoh:

Tentukan luas daerah 𝑅𝑅 di bawah 𝑦𝑦=π‘₯π‘₯4βˆ’2π‘₯π‘₯3+ 2 diantara π‘₯π‘₯=βˆ’1 dan π‘₯π‘₯= 2 Penyelesaian:

Grafik 𝑅𝑅 tampak pada gambar berikut:

D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 137 Esitimasi wajar untuk luas 𝑅𝑅 adalah luas kali rata-rata tinggi, misalnya (3)(2) = 6 Nilai eksak adalah:

𝐴𝐴(𝑅𝑅) =∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ 𝐴𝐴(𝑅𝑅) =∫2(π‘₯π‘₯4βˆ’2π‘₯π‘₯3+ 2)

βˆ’1 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=[π‘₯π‘₯5 5 βˆ’π‘₯π‘₯4

2 + 2π‘₯π‘₯] 2

βˆ’1

=(32 5 βˆ’16

2 + 4) βˆ’ (βˆ’1 5βˆ’1

2βˆ’2)=51 10 = 5,1

Nilai terhitung 5,1 cukup deket dngan nilai estimasi ke 6 sehingga yakin kebenarannya.

2. Daerah di bawah 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 βˆ’ 𝒙𝒙

Luas adalah bilangan tak negatif. Jika grafik 𝑦𝑦=𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) terletak di bawah 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 βˆ’ π‘₯π‘₯ maka ∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)π‘Žπ‘Žπ‘π‘ 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ adalah bilangan negatif, sehingga tak dapat menyatakan suatu luas.

Namun demikian, bilangan itu merupakan negatif dari luas daerah yang dibatasi oleh 𝑦𝑦=𝑓𝑓(π‘₯π‘₯),π‘₯π‘₯=π‘Žπ‘Ž,π‘₯π‘₯=𝑠𝑠 π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘‘π‘‘ 𝑦𝑦= 0.

Contoh:

(1) Carilah luas daerah 𝑅𝑅 yang dibatasi oleh 𝑦𝑦=π‘₯π‘₯23βˆ’4,𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 π‘₯π‘₯,π‘₯π‘₯=βˆ’2,π‘₯π‘₯= 3.

(2) Carilah luas daerah 𝑅𝑅 yang dibatasi oleh 𝑦𝑦=π‘₯π‘₯3βˆ’3π‘₯π‘₯2βˆ’ π‘₯π‘₯+ 3 dan ruas 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 π‘₯π‘₯ antara π‘₯π‘₯=βˆ’1 π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘‘π‘‘ π‘₯π‘₯= 2 oleh garis π‘₯π‘₯= 2

Penyelesaian:

(1) Daerah 𝑅𝑅 tampak pada gambar berikut:

Estimasi awal untuk luasnya yaitu (5)(3) = 15 dan nilai eksaknya adalah:

𝐴𝐴(𝑅𝑅) =βˆ’ ∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

138 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s 𝐴𝐴(𝑅𝑅) =βˆ’ ∫ (π‘₯π‘₯3 23βˆ’4)

βˆ’2 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=∫ (βˆ’π‘₯π‘₯3 23+ 4)

βˆ’2 𝑑𝑑π‘₯π‘₯=[βˆ’π‘₯π‘₯3

9 + 4π‘₯π‘₯]3 2

=(βˆ’27

9 + 12) βˆ’ (8

9βˆ’8)=145

9 = 16,11

Nilai terhitung 16, 11 cukup deket dngan nilai estimasi yakin kebenarannya

(2) Daerah 𝑅𝑅 tampak pada gambar berikut:

Perhatikan bahwa ada sebagian yang terletak di atas sumbu π‘₯π‘₯ da nada yang di bawah sumbu π‘₯π‘₯. Luas dua bagian ini yaitu 𝑅𝑅1 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑅𝑅2 harus dihitung secara terpisah dan memeriksa bahwa kurva menotong sumbu π‘₯π‘₯ di βˆ’1, 1 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 3, sehingga:

𝐴𝐴(𝑅𝑅) =𝐴𝐴(𝑅𝑅1) +𝐴𝐴(𝑅𝑅2) =∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯+∫ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)𝑑𝑑

𝑐𝑐 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

=∫1(π‘₯π‘₯3βˆ’3π‘₯π‘₯2βˆ’ π‘₯π‘₯+ 3)

βˆ’1 𝑑𝑑π‘₯π‘₯ βˆ’ ∫2(π‘₯π‘₯3βˆ’3π‘₯π‘₯2βˆ’ π‘₯π‘₯+ 3)

1 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

=[π‘₯π‘₯4

4 βˆ’ π‘₯π‘₯2βˆ’π‘₯π‘₯2

2 + 3π‘₯π‘₯] 1

βˆ’1βˆ’ [π‘₯π‘₯4

4 βˆ’ π‘₯π‘₯2βˆ’π‘₯π‘₯2

2 + 3π‘₯π‘₯]2 1

= 4βˆ’ (βˆ’7 4)=23

4

Perhatikan bahwa menyatakan luas daerha sebagai satu integral dengan menggunakan lambang nilai mutlak yaitu:

𝐴𝐴(𝑅𝑅) =∫2|π‘₯π‘₯3βˆ’3π‘₯π‘₯2βˆ’ π‘₯π‘₯+ 3|

βˆ’1 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

Penulisan ini bukan penyederhanaan dalam perhitungan karena untuk menghitung integral harus memisahkannya ke dalam bagian.

D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 139 Cara berpikir yang dapat membantu perhitungan dengan lima langkah:

a. Langkah 1: sketsalah daerah tersebut

b. Langkah 2: irislah menjadi irisan-irisan kecil (strip) dan beri label irisan tertentu

c. Langkah 3: aproksimasikan luas irisan tertentu ini, dengan label suatu irisan tertentu sebuah segiempat

d. Langkah 4: jumlahkanlah aproksimasi dari luas irisan-irisan tersebut e. Langkah 5: ambillah limit dengan menunjukan lebar irisan mendekati nol,

sehingga diperoleh integral tentu.

Contoh:

Susunlah integral untuk luas daerah di bawah kurva 𝑦𝑦= 1 +√π‘₯π‘₯ dan ada diantara π‘₯π‘₯= 0 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 π‘₯π‘₯= 4

Penyelesaian:

Memahami lima langkah dapat disederhanakan menjadi tiga langkah yaitu iris, aproksimasi dan integrasikan. Integrasi merupakan gabunag dua langkah yaitu jumlahkan luas irisan dan ambil limit ketika lebar irisan menuju nol. Saat proses ini, βˆ‘β€¦ βˆ†π‘₯π‘₯ berubah menjadi βˆ«β€¦π‘‘π‘‘π‘₯π‘₯ saat mengambil limit yang tampak pada gambar berikut ini:

Aproksimasikan:

βˆ†π΄π΄ β‰ˆ (1 +√π‘₯π‘₯) βˆ†π‘₯π‘₯ Integrasikan:

𝐴𝐴=∫ (1 +04 √π‘₯π‘₯) 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

140 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s 3. Daerah di antara dua kurva

Perhatikan kurva-kurva 𝑦𝑦=𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑔𝑔(π‘₯π‘₯) dengan 𝑔𝑔(π‘₯π‘₯)≀ 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) 𝑝𝑝𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑 ≀ π‘₯π‘₯ ≀ 𝑏𝑏.

Kurva-kurva dan interval itu menentukan daerah yang diperlihatkan pada gambar berikut:

βˆ†π΄π΄ β‰ˆ[𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)βˆ’ 𝑔𝑔(π‘₯π‘₯)]βˆ†π‘₯π‘₯ 𝐴𝐴=βˆ«π‘π‘[𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)βˆ’ 𝑔𝑔(π‘₯π‘₯)]

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

Menggunakan metode iris, aproksimasikan, integrasikan untuk mencari luasnya.

βˆ†π΄π΄ β‰ˆ[𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)βˆ’ 𝑔𝑔(π‘₯π‘₯)]βˆ†π‘₯π‘₯ 𝐴𝐴=βˆ«π‘π‘[𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)βˆ’ 𝑔𝑔(π‘₯π‘₯)]

π‘Žπ‘Ž 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

Contoh:

(1) Carilah luas di antara kurva 𝑦𝑦=π‘₯π‘₯4 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑦𝑦= 2π‘₯π‘₯ βˆ’ π‘₯π‘₯2

(2) Pengirisan mendatar, carilah luas daerah di antara parabola 𝑦𝑦2= 4π‘₯π‘₯ 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑔𝑔𝑑𝑑𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 4π‘₯π‘₯ βˆ’3𝑦𝑦= 4

Penyelesaian:

(1) Dimulai dengan mencari titik-titik potong dari dua kurva tersebut, sehingga perlu menyelesaikan 2π‘₯π‘₯ βˆ’ π‘₯π‘₯2=π‘₯π‘₯4, suatu persamaan berderajat empat yang biasanya sulit dipecahkan. Kasus ini dengan π‘₯π‘₯= 0 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 π‘₯π‘₯= 1 adlah penyelesaian yang cukup jelas. Sketsa daerah beserta aproksimasi dan integral yang terkait tampak pada gambar berikut:

βˆ†π΄π΄ β‰ˆ(2π‘₯π‘₯ βˆ’ π‘₯π‘₯2=π‘₯π‘₯4) βˆ†π‘₯π‘₯ 𝐴𝐴=∫1(2π‘₯π‘₯ βˆ’ π‘₯π‘₯2=π‘₯π‘₯4)

0 𝑑𝑑π‘₯π‘₯

D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 141 Perhitungan integral:

∫1(2π‘₯π‘₯ βˆ’ π‘₯π‘₯2βˆ’ π‘₯π‘₯4)

0 𝑑𝑑π‘₯π‘₯= [π‘₯π‘₯2βˆ’π‘₯π‘₯2 3 βˆ’π‘₯π‘₯5

5]1

0 = 1βˆ’1 3βˆ’1

5 = 7 15

(2) Diperlukan titik potong dua kurva ini. Koordinat 𝑦𝑦 dari titik-titik ini dapat diperoleh dengan menuliskan persamaan kedua sebagai 4π‘₯π‘₯= 3𝑦𝑦+ 4 dan menyamakan kedua persamaan untuk 4π‘₯π‘₯

𝑦𝑦2= 3𝑦𝑦+ 4 𝑦𝑦2βˆ’3𝑦𝑦 βˆ’4 = 0 (𝑦𝑦 βˆ’4)(𝑦𝑦+ 1) = 0

𝑦𝑦= 4,βˆ’1

Ketika 𝑦𝑦= 4 π‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘š π‘₯π‘₯= 4 dan ketika 𝑦𝑦=βˆ’1 π‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘š π‘₯π‘₯=14, sehingga disimpulkan bahwa titik-titik potong adalah (4, 4) π‘‘π‘‘π‘šπ‘šπ‘‘π‘‘ (14,βˆ’1) dan daerah di antara kurva-kurva di berikan pada gambar berikut:

Sekarang bayangkan mengiris daerah ini secara tegak maka menghadapi masalah karena perbatasan bawah terdiri atas dua kurva yang berbeda. Irisan paling kiri merentang dari cabang bawah parabola hingga cabang atasnya. Untuk daerah sisanya, irisan merentang dari garis ke parabola. Pemecahan masalah ini dengan irisan tegak, pertama dipisahkan daerah menjadi dua bagian, menyusun integral untuk masing- masing bagian dan selanjutnya menghitung kedua integral.

142 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s

Pendekatan yang jauh lebih baik yaitu mengiris daerah secara mendatar yang tampak pada gambar berikut:

Dengan menggunakan 𝑦𝑦 sebagai variabel integrasi dan bukannya π‘₯π‘₯. Perhatikan irisan- irisan mendatar itu selalu berawalpada parabola (di sebelah kiri) dan berakhir (di sebelah kanan). Lebar irisan yang demikian adalah:

𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 π‘₯π‘₯ 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑛𝑛𝑑𝑑 (π‘₯π‘₯=1

4(3𝑦𝑦+ 4) 𝑑𝑑𝑛𝑛𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑛𝑛𝑛𝑛𝑑𝑑𝑛𝑛 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 π‘₯π‘₯ 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑛𝑛𝑛𝑛 (π‘₯π‘₯=1 4𝑦𝑦2) Sehingga:

𝐴𝐴=∫ [1

4(3𝑦𝑦+ 4)βˆ’1 4𝑦𝑦2]

4

βˆ’1 𝑑𝑑𝑦𝑦=∫ 3𝑦𝑦+ 4βˆ’ 𝑦𝑦2

4

4

βˆ’1 𝑑𝑑𝑦𝑦

=∫ 1

4(3𝑦𝑦+ 4βˆ’ 𝑦𝑦2)

4

βˆ’1 𝑑𝑑𝑦𝑦=1

4∫4(3𝑦𝑦+ 4βˆ’ 𝑦𝑦2)

βˆ’1 𝑑𝑑𝑦𝑦

=1 4[3𝑦𝑦2

2 + 4𝑦𝑦 βˆ’π‘¦π‘¦3 3] 4

βˆ’1 = 1

4[(24 + 16βˆ’64 3) βˆ’ (3

2βˆ’4 +1 3)]

=125

24 β‰ˆ5,21

Ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:

(a) Integran yang dihasilkan dari pengirisan mendatar mengandung variabel π’šπ’š bukan 𝒙𝒙.

(b) Untuk memperoleh integran, pecahkan dua persamaan tersebut untuk 𝒙𝒙 dan kurangkan nilai 𝒙𝒙 yang lebih kecil dari nilai 𝒙𝒙 yang lebih besar.

D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 143 4. Jarak dan Perpindahan

Pandang suatu benda bergerak di sepanjang garis lurus dengan kecepatan 𝑣𝑣(𝑑𝑑) pada saat 𝑑𝑑. Jika 𝑣𝑣(𝑑𝑑)β‰₯0 π‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘šπ‘š ∫ π‘£π‘£π‘Žπ‘Žπ‘π‘ (𝑑𝑑)𝑑𝑑𝑑𝑑 memberikan jarak yang ditempuh dalam interval waktu π‘šπ‘š ≀ 𝑑𝑑 ≀ 𝑏𝑏, tetapi jika 𝑣𝑣(𝑑𝑑) kadangkala negatif yang berarti bahwa benda bergerak dalam arah sebaliknya maka:

∫ 𝑣𝑣(𝑑𝑑) 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž =𝑠𝑠(𝑏𝑏)βˆ’ 𝑠𝑠(π‘šπ‘š)

Mengukur perpindahan benda yaitu jarak berarah dari tempat berangkat 𝑠𝑠(π‘šπ‘š) ke tempat akhir 𝑠𝑠(𝑏𝑏). Untuk mendapatkan jarak total yang ditempuh benda selama π‘šπ‘š ≀ 𝑑𝑑 ≀ 𝑏𝑏 maka harus menghitung βˆ«π‘Žπ‘Žπ‘π‘|𝑣𝑣(𝑑𝑑)| 𝑑𝑑𝑑𝑑 dan luas daerah diantara kurva kecepatan dan sumbu 𝑑𝑑.

Contoh:

Sebuah benda berada pada posisi 𝑠𝑠= 3 pada waktu 𝑑𝑑= 0 dan kecepatan waktu 𝑑𝑑 adalah 𝑣𝑣(𝑑𝑑) = 5 sin 6πœ‹πœ‹. Dimana posisi benda pada waktu 𝑑𝑑= 2 dan berapa jauh benda tersebut menjelajah selama waktu itu?

Penyelesaian:

Perpindahan benda yaitu perubahan posisi adalah:

𝑠𝑠(2)βˆ’ 𝑠𝑠(0) =∫ 𝑣𝑣(𝑑𝑑)2

0 𝑑𝑑𝑑𝑑=∫25 sin 6πœ‹πœ‹π‘‘π‘‘

0 𝑑𝑑𝑑𝑑=[βˆ’ 5

6πœ‹πœ‹cos 6πœ‹πœ‹π‘‘π‘‘]2 0 = 0

Jika 𝑠𝑠(2) =𝑠𝑠(0) + 0 = 3 + 0 = 3. Benda berada di posisi 3 pada waktu 𝑑𝑑= 2 maka jarak yang ditempuh adalah:

∫ 𝑣𝑣2 (𝑑𝑑)

0 𝑑𝑑𝑑𝑑=∫25 sin 6πœ‹πœ‹π‘‘π‘‘

0 𝑑𝑑𝑑𝑑

Dalam sifat integrasi digunakan sifat simetri, sehingga:

∫2|𝑣𝑣(𝑑𝑑)|

0 𝑑𝑑𝑑𝑑=∫ 5 sin 6πœ‹πœ‹π‘‘π‘‘

122

0 𝑑𝑑𝑑𝑑= 60 [βˆ’ 1

6πœ‹πœ‹cos 6πœ‹πœ‹]

16

0= 20πœ‹πœ‹ β‰ˆ6,3662

144 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s Soal Latihan:

1. Telaah Konsep:

a. Misalkan 𝑅𝑅 adalah daerah di antara kurva 𝑦𝑦=𝑓𝑓(π‘₯π‘₯) dan sumbu π‘₯π‘₯ pada interval [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏].

𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)β‰₯0 untuk semua π‘₯π‘₯ dalam [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏] maka 𝐴𝐴(𝑅𝑅) =β‹― tetapi jika 𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)≀0 dalam [π‘Žπ‘Ž,𝑏𝑏] maka 𝐴𝐴(𝑅𝑅) =β‹―

b. Untuk mencari luas daerah diantara dua kurva maka akan sangat membantu jika kita mengingat tiga kata yaitu: ……….

c. Misalkan kurva 𝑦𝑦=𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘‘π‘‘ 𝑦𝑦=𝑔𝑔(π‘₯π‘₯) membatasi daerah 𝑅𝑅 maka pada 𝑅𝑅 berlaku yaitu =𝑓𝑓(π‘₯π‘₯)≀ 𝑦𝑦=𝑔𝑔(π‘₯π‘₯) , sehingga lus 𝑅𝑅 diberikan oleh βˆ«π‘Žπ‘Žπ‘π‘β€¦π‘‘π‘‘π‘₯π‘₯ dimana π‘Žπ‘Ž π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘‘π‘‘ 𝑏𝑏 ditentukan dengan menyelesaikan persamaan …………..

d. Jika 𝑝𝑝(𝑦𝑦)≀ π‘žπ‘ž(𝑦𝑦) untuk sumbu 𝑦𝑦 pada interval 𝑐𝑐,𝑑𝑑 maka luas 𝐴𝐴(𝑅𝑅) dari daerah 𝑅𝑅 yang dibatasi oleh kurva-kurva π‘₯π‘₯=𝑝𝑝(𝑦𝑦)π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘‘π‘‘ π‘₯π‘₯=π‘žπ‘ž(𝑦𝑦) di antara 𝑐𝑐 π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘‘π‘‘ 𝐷𝐷 diberikan oleh: 𝐴𝐴 (𝑅𝑅) = ……….

2. Susunlah integral untuk daerah yang ditunjuk dan hitunglah integral tersebut:

a.

D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 145 b.

c.

d.

146 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s e.

3. Sketsalah daerah yang dibatasi oleh grafik persamaan-persamaan yang diketahui, susunkah integral dan hitunglah luas daerah:

a. 𝑦𝑦= 3βˆ’13π‘₯π‘₯2,𝑦𝑦= 0,𝑑𝑑𝑑𝑑 π‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Ž π‘₯π‘₯= 0 π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Ž π‘₯π‘₯= 3 b. 𝑦𝑦= 5π‘₯π‘₯ βˆ’ π‘₯π‘₯2,𝑦𝑦= 0 𝑑𝑑𝑑𝑑 π‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Ž π‘₯π‘₯= 1 π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Ž π‘₯π‘₯= 3 c. 𝑦𝑦=14(π‘₯π‘₯2βˆ’7),𝑦𝑦= 0 𝑑𝑑𝑑𝑑 π‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Ž π‘₯π‘₯= 0 π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Ž π‘₯π‘₯= 2 d. 𝑦𝑦=2√π‘₯π‘₯,𝑦𝑦= 0 𝑑𝑑𝑑𝑑 π‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Ž π‘₯π‘₯=βˆ’2 π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Ž π‘₯π‘₯= 2 e. 𝑦𝑦= (π‘₯π‘₯ βˆ’3)(π‘₯π‘₯ βˆ’1)

f. 𝑦𝑦=π‘₯π‘₯2βˆ’2π‘₯π‘₯,𝑦𝑦=βˆ’π‘₯π‘₯2 g. π‘₯π‘₯= 8𝑦𝑦 βˆ’ 𝑦𝑦2,π‘₯π‘₯= 0

h. π‘₯π‘₯=βˆ’6𝑦𝑦2+ 4𝑦𝑦,π‘₯π‘₯+ 3𝑦𝑦 βˆ’2 = 0 i. 4𝑦𝑦2βˆ’2π‘₯π‘₯= 0, 4𝑦𝑦2βˆ’4π‘₯π‘₯ βˆ’12 = 0

4. Sketsalah daerah β„› yang dibatasi oleh 𝑦𝑦=π‘₯π‘₯+ 6,𝑦𝑦=π‘₯π‘₯3 π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Ž 2π‘₯π‘₯+𝑦𝑦= 0, kemudian tentukan tentukan luasnya.

5. Tentukan luas segitiga yang titik-titik sudutnya adalah (βˆ’1, 4), (2,βˆ’2)π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Ž (5, 1) dengan menggunkan integral.

D a s a r - d a s a r K a l k u l u s | 147 6.2. Volume Benda Pejal (Lempengan, Cakram, Cincin)

Benda pejal yang sederhana disebut silinder tegak, empat diantaranya tampak dalam gambar berikut:

Dalam setiap kasus, benda itu dibentuk dengan cara mengerakkan suatu daerah rata (alas) sejauh β„Ž dengan arah tegak lurus pada daerha tersebut, sehingga volume benda pejal didefinisikan sebagai luas alas dikalikan tinggi, yaitu:

𝑉𝑉=𝐴𝐴 βˆ™ β„Ž

Berikutnya dengan memperhatikan benda pejal yang penampang-penampangnya tegak lurus dengan suatu garus yang memiliki luas yang diketahui. Khususnya, misalnya garis tersebut adalah sumbu π‘₯π‘₯ dan misalkan bahwa luas penampang pada π‘₯π‘₯ adalah 𝐴𝐴(π‘₯π‘₯) dengan menyisipkan titik-titik π‘Žπ‘Ž=π‘₯π‘₯0<π‘₯π‘₯1<π‘₯π‘₯2<β‹―<π‘₯π‘₯𝑛𝑛=𝑏𝑏. Kemudian dilewatkan bidang- bidang melalui titik-titik ini tegak lurus pada sumbu π‘₯π‘₯ sehingga mengiris benda menjadi lempengan-lempengan tipis pada gambar berikut:

Volume βˆ†π‘‰π‘‰ suatu lempengan kira-kira sama dengan volume silinder yaitu:

βˆ†π‘‰π‘‰π‘–π‘–β‰ˆ 𝐴𝐴(π‘₯π‘₯Μ…)βˆ†π‘₯π‘₯𝑖𝑖 𝑖𝑖

(π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘–π‘Žπ‘Žπ‘‘π‘‘ π‘π‘π‘Žπ‘Žβ„Žπ‘€π‘€π‘Žπ‘Ž π‘₯π‘₯Μ… 𝑑𝑑𝑖𝑖𝑑𝑑𝑑𝑑𝑏𝑏𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑖𝑖𝑑𝑑𝑖𝑖𝑑𝑑 π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘ π‘ π‘ π‘ π‘‘π‘‘π‘ π‘  π‘¦π‘¦π‘Žπ‘Žπ‘–π‘–π‘‘π‘‘π‘‘π‘‘ π‘‘π‘‘π‘‘π‘‘π‘π‘π‘Žπ‘Žπ‘ π‘ π‘Žπ‘Žπ‘–π‘–π‘–π‘– π‘π‘π‘–π‘–π‘ π‘ π‘Žπ‘Žπ‘–π‘–π‘–π‘–π‘Žπ‘Žπ‘–π‘– π‘‘π‘‘π‘Žπ‘Žπ‘ π‘ π‘Žπ‘Žπ‘ π‘  π‘–π‘–π‘–π‘–π‘‘π‘‘π‘‘π‘‘π‘ π‘ π‘–π‘–π‘Žπ‘Žπ‘ π‘  [π‘₯π‘₯𝑖𝑖 π‘–π‘–βˆ’1, π‘₯π‘₯𝑖𝑖]

148 | D a s a r - d a s a r K a l k u l u s

Volume dari benda pejal dapat diaproksimasikan dengan jumlah Riemann, yaitu:

𝑉𝑉 β‰ˆ βˆ‘ 𝐴𝐴(π‘₯π‘₯Μ…)βˆ†π‘₯π‘₯𝑖𝑖 𝑖𝑖

𝑛𝑛

π‘–π‘–βˆ’1

Ketika norma partisi mendekati nol maka diperoleh suati integral tentu, yaitu:

𝑉𝑉=∫ 𝐴𝐴(π‘₯π‘₯)𝑑𝑑π‘₯π‘₯𝑏𝑏

π‘Žπ‘Ž

1. Benda Pejal Putar dengan Metode Cakram

Ketika sebuah daerah rata, yang terletak seluruhnya pada satu sisi dari sebuah garis tetap dalam bidangnya, diputar mengelilingi garis tersebut maka daerah itu membentuk sebuah benda pejal putar dan garis tetap tersebut dinamakan sumbu benda pejal putar.

Sebagai ilustrasi, jika daerah yang dibatasi oelh setengah lingkaran dan garis tengahnya, diputar mengelilingi garis tengah tersebut maka daerah tersebut membentuk sebuah bola pejal (gambar 4). Apabila daerah dalam segitiga siku-siku diputar mengelilingi kakinya maka membentuk kerucut pejal (gambar 5). Apabila sebuah daerah lingkaran diputar mengelilingi sebuah garis pada bidang lingkaran ini yang tidak meotong lingkaran (gambar 6) maka diperoleh sebuah torus (donat). Dalam setiap kasus, dimungkinkan menyajikan volume itu sebagai suatu integral tertentu.

Dalam dokumen DASAR-DASAR KALKULUS (Halaman 116-120)

Dokumen terkait