BAB III METODE PENELITIAN
3.7. Bagan Tahapan Penelitian
44 Selanjutnya dengan membandingkan manfaat sosial aktual dengan manfaat sosial optimal dapat dilakukan pengujian hipotesis statistik dengan menggunakan uji t- student.
45 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Usaha Perikanan Tangkap dan Jumlah Rumah Tangga/perusahaan Perikanan , Perahu/kapal, Alat Tangkap
Usaha perikanan tangkap adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh ikan tuna diperairan dalam keadaan tidak di budidayakan dengan tanpa alat tangkap, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk menampung, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah dan mengawetkan (S Anna, 2003). Pengembangan usaha perikanan tangkap di Indonesia perlu diarahkan agar dapat menunjang tujuan-tujuan pembangunan umum perikanan, seperti yang tergambar dari misi Departemen Kelautan dan Perikanan. Berkut ini dari hasil penelitian bahwa syarat untuk pengembangan usaha perikanan tangkap :
1). Meningkatkan kesejahtraan nelayan
2). Meningkatkan jumlah produksi dalam rangka penyediaan sumber protein hewani;
3). Mendapatkan jenis ikan tuna komoditi ekspor atau jenis ikan yang biasa diekspor;
4). Menciptakan lapangan kerja;
5). Tidak merusak kelestarian sumber daya ikan
Usaha pengelolaan dan pengembangan perikanan laut dimasa datang akan terasa lebih berat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Tetapi dengan pemanfaatan IPTEK, akan mampu mengatasi keterbatasan sumber daya melalui suatu
Merumuskan Strategi Pengembangan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pelagis Tuna di Perairan Selat Makassar (Analisis AHP))
Rekomendasi Kebijakan
46 langkah yang rasional untuk mendapatkan yang optimal dan berkelanjutan. Langkah pengelolaan dan pengembangan tersebut harus mempertimbangkan aspek biologi, teknis, sosial budaya dan ekonomi (Balai Riset Perikanan Laut 2005).
Perikanan tangkap merupakan kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan/pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di laut secara bebas.
Gambar 1. Usaha Perikanan Tangkap.
Pengembangan usaha perikanan merupakan suatu proses atau kegiatan manusia untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan dan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan nelayan melalui penerapan teknologi yang lebih baik (Hanneson 2008). Kegiatan perikanan tangkap di kawasan konselidasi dipengaruhi beberapa aspek yakni, (1) aspek biologi, yang berhubungan dengan ketersediaan sumberdaya ikan, penyebarannya, komposisi ukuran hasil tangkapan dan jenis ikan, (2) aspek teknis, yang berhubungan dengan unit penangkapan, jumlah kapal, fasilitas penanganan di atas kapal, fasilitas pendaratan, fasilitas penanganan ikan di darat, (3) aspek sosial, yang berhubungan dengan kelembagaan, ketenagaan kerja serta dampak usaha terhadap nelayan, (4) aspek ekonomi, yang berkaitan dengan hasil
47 produksi dan pemasaran serta efisiensi biaya operasional yang berdampak kepada pendapatan bagi stakeholders (A T ,Charles, 2001 yang diacu dalam Hanesson,2008) .
Gambar 2. Data Primer Usaha Perikanan Tangkap Nelayan. (2013)
Sumber daya ikan bersifat dapat pulih diperbaharui (renewable recources), dimana sumberdaya tersebut memiliki kemampuan regenerasi secara biologis, namun pengelolaan yang kurang baik akan mengarah kepada eksploitasi yang tidak terkontrol dan akan mengancam keberlanjutan sumberdaya ikan. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah pemanfaatan potensi sumberdaya ikan yang berkelanjutan atau pemanfaatan sumberdaya ikan yang seimbang dengan konservasi sehingga kelestarian dapat terjaga (sustainable). Hal ini sejalan dengan yang telah dicanangkan oleh (Hanenesson 2008) dalam Code of Conduct for
48 Responsible Fisheries yang menyatakan bahwa “states and users of aquatic ecosystems should minimize waste, catch of non-target species, both fish and non fish species, and impacts on associated or dependent species”.
Pengelolaan daerah penangkapan ikan tuna yang berkelanjutan mengacu kepada Code of Conduct for responsible Fisheries dimana pengelolaan harus melalui kebijakan, hukum, dan kerangka kelembagaan yang tepat dengan mengadopsi langkah-langkah untuk pemanfaatan yang berkelanjutan, langkah-langkah yang dimaksud adalah :
1). Menghindari penangkapan ikan melebihi potensi lestarinya 2). Mendukung industri perikanan yang bertanggung jawab 3). Memperhatikan kepentingan nelayan kecil
4). Melindungi dan mengkonservasi keanekaragaman hayati yang terancam punah 5). Memfasilitasi pemulihan stok ikan tuna yang sudah mulai berkurang
6). Mengkaji dan memperbaiki dampak negatif akibat aktivitas manusia
7). Meminimalkan dampak negatif seperti pencemaran limbah, bearnya hasil tangkapan sampingan (by catch) dengan menggunakan alat tangkap yang selektif, efisien dan ramah lingkungan. Penangkapan ikan yang berkelanjutan di suatu daerah penangkapan tuna akan mengakibatkan menurunnya sumberdaya ikan di wilayah penangkapan ikan di laut Jawa diindikasikan telah mengalami oferfishing pada berbagai jenis stok sumberdaya ikan seperti udang, ikan pelagis kecil dan cumi-cumi.
Beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya oferfishing, yaitu jumlah nelayan, jumlah armada penagkapan, serta jumlah dan jenis alat tangkap yang dipakai dalam perikanan tangkap yang dipakai dalam perikanan tangkap di suatu wilayah perairan.
Penangkapan ikan dengan menggunakan metode tidak ramah lingkungan akan mempercepat terjadinya overfishing karena kegiatan penangkapan yang semakin tidak selektif terjadinya kerusakan habitat sebagai akibat dari metode penangkapan yang merusak. Namun alat
49 tangkap legal juga tetap akan menyebabkan ovet shing jika penerapan effort dilakukan melebihi kapasitas yang mungkin bagi stok sumberdaya dalam melakukan pemulihan (DKP Propinsi Sulawesi Tengah).
TABEL1. JUMLAH RUMAH TANGGA/PERUSAHAAN PERIKANAN,
PERAHU/KAPAL, ALAT TANGKAP, PRODUKSI DAN NILAINYA,TAHUN 2012
Sumber Data Sekunder DKP Provinsi Sulawesi Tengah Gambar 3
Jumlah RT Perikanan (RTP) Propinsi Sulawesi Tengah sebanyak 53,2 , perahu kapal 55,381, alat tangkap 49 unit, jumlah nelayan 293 orang, total produksi 196 ton dan nilai produksi (Rp. 1000) sebanyak 2.489.197,742 dengan sub sektor perikanan penangkapan laut,
RUMAH TANGGA PERAHU/ ALAT JUMLAH NILAI
PERIKANAN KAPAL TANGKAP NELAYAN PRODUKSI PRODUKSI
( RTP ) (Buah) (Unit) (Orang) (Ton) ( Rp. 1.000,-)
SULAWESI TENGAH 53,269 55,381 48,302 232,964 197,202.3 2,489,197,742 PENANGKAPAN
1. LAUT 52,373 54,423 46,695 231,053 196,108.3 2,465,727,306
2. PERAIRAN UMUM 896 958 1,607 1,911 1,094.0 23,470,436
A. DANAU 889 951 1,600 1,904 1,089.2 23,398,301
B. RAWA - - - - - -
C. SUNGAI 7 7 7 7 4.8 72,135 NO SUB SEKTOR PERIKANAN
50 perairan umum dan rawa, sungai. Pengertian dan ruang lingkup tataniaga dalam rumah tangga nelayan bahwa kegiatan perekonomian yang menyangkut persoalan cara kita berpencaharian dan cara hidup, dapat dibagi ke dalam tiga aspek pokok, yaitu produksi, distribusi (marketing) adalah kegiatan yang bertalian dengan penciptaan atau penambahan kegunaan daripada barang dan jasa, sedang konsumsi adalah kegiatan yang bertalian dengan penurunan kegunaan daripada barang dan jasa.
Dalam pengertian dunia perusahaan, perkataan produksi dipakai sebagai tindakan pembuatan barang-barang, sedang perkataan distribusi (marketing) dipakai sebagai tindakan yang bertalian dengan pergerakan barang-barang dan jasa dari produsen ke tangan atau ke pihak konsumen. Istilah pemasaran dan tata niaga yang sering didengar dalam ucapan sehari- hari di negeri kita adalah terjemahan dari atau berasal dari perkataan “marketing”. Tujuan akhir dari pada tata niaga adalah menempatkan barang-barang ke tangan konsumen akhir.
Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilaksanakan kegiatan-kegiatan tataniaga yang dibangun berdasarkan arus barang yang meliputi proses pengumpulan (konsentrasi), proses pengimbangan (equalisasi) dan proses penyebaran (dispersi). Proses konsentrasi produksi ikan tuna merupakan tahap pertama dari arus barang. Barang-barang yang dihasilkan dalam jumlah kecil dikumpulkan menjadi jumlah yang lebih besar, agar dapat disalurkan ke pasar- pasar eceran secara lebih efisien . Equalisasi merupakan proses tahap kedua dari arus barang, terjadi antara proses konsentrasi dan proses dispersi. Proses equalisasi ini merupakan tindakan-tindakan penyusaian permintaan dan penawaran ikan tuna, berdasarkan tempat, waktu dan jumlah dan kualitas. Dispersi merupakan proses tahap terakhir dari pada arus barang, dimana barang-barang produksi ikan yang telah terkumpul disebarkan ke arah konsumen atau pihak yang menggunakannya. Tata niaga hasil perikanan tangkap tunamempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
51 1. Sebagian besar dari hasil perikanan tuna berupa bahan makanan yang dipasarkan diserap oleh konsumen akhir secara relatip stabil sepanjang tahun sedangkan penawarannya sangat tergantung kepada produksi yang sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim
2. Pada umumnya pedagang ikan tuna sebagai pengumpul memberi kredit (advancedpayment) kepada produsen (nelayan dan petani ikan tuna) sebagai ikatan atau jaminan untuk dapat untuk dapat memperoleh bagian terbesar dari hasil perikanan dalam waktu tertentu.
3. Saluran tataniaga hasil perikanan tuna pada umumnya terdiri dari : produsen nelayan atau petani ikan tuna), pedagang perantara sebagai pengumpul, wholesaler (grosir), pedagang eceran dan konsumen (industri pengolahan dan konsumen akhir).
4. Pergerakan hasil perikanan tangkap tuna berupa bahan makanan dari produsen sampai konsumen pada umumnya meliputi proses-proses pengumpul, pengimbangan dan penyebaran, dimana proses pengumpulan adalah terpenting
5. Kedudukan terpenting dalam tataniaga hasil perikanan tangkap tuna terletak pada pedagang pengumpul dalam fungsinya sebagai pengumpul hasil, berhubung daerah produksi berhubung daerah produksi ikan tuna terpencar-pencar, skala produksi ikan kecil-kecil dan produksinya berlangsung musiman.
6. Tata niaga hasil perikanan tuna tertentu pada umumnya bersifat musiman, karena pada umumnya produksi ikan berlangsung musiman yaitu musim barat dan musim timur, dan ini sangat jelas dapat dilihat pada perikanan tangkap di laut.
4.1.2 Ciri-ciri Hasil Perikanan Tangkap Tuna dan Implikasi Dalam Tataniaga
Lembaga Tataniaga adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi tataniaga dengan mana barang-barang bergerak dari pihak produsen sampai pihak konsumen.
52 Golongan produsen adalah mereka yang tugas utamanya menghasilkan barang-barang.
Mereka ini adalah nelayan, petani ikan, dan pengolah hasil perikanan. Disamping berproduksi, mereka ini seringkali aktip melaksanakan beberapa fungsi tataniaga tertentu untuk menyalurkan hasil produksinya kepada konsumen. Pada bagan dibawah ini adalah Road Map Lembaga dan saluran Tataniaga perikanan Tuna .
Seperti sudah dikemukakan bahwa berdasarkan tujuan penggunaannya, maka hasil perikanan dapat dikelompokkan ke dalam bahan mentah dan barang konsumsi. Sebagai bahan mentah akan dibeli oleh pabrik atau usaha pengolahan untuk diolah menjadi barang jadi (misalnya ikan kaleng, tepung ikan, ikan asin dan sebagainya. Sebagai barang konsumsi akan dibeli oleh konsumen akhir (household consumer, restaurant, hospital dan sebagainya untuk keperluan konsumsi. Pergerakan hasil perikanan bahan mentah dari produsen (nelayan, petani ikan tuna) sampai industri pengolahan menggambarkan proses pengumpulan pada gambar dibawah ini. Barang-barang diterima (dibeli) oleh industri pengolahan langsung dari produsen atau dari pedagang pengunpul lokal.
Bagi usaha perikanan komersil, keuntungan (profit) merupakan sasaran yang hendak dicapai nelayan atau petani ikan. Karenanya tugas utama nelayan dan petani ikan harus memperhitungkan permintaan pasar (market demand) secara lebih cermat. Nelayan dan petani ikan perlu mempelajari informasi pasar antara lain mencakup tipe pasar dari bermacam-macam produk yang dihasilkan, variasi harga musiman dan trend harga dari usaha hasil perikanan. Disamping itu nelayan dan petani ikan harus bisa merencanakan penjualan yang efektip, dan bisa menyesuaikan rencana produksi (usaha) dengan arah perubahan (trend) harga.
Gambar dibawah ini menjelaskan tentang Proses penyaluran hasil perikanan bahan mentah perikanan tangkap tuna di perairan selat Makassar.
53 Gambar 4: Proses penyaluran hasil perikanan bahan mentah perikanan tangkap tuna
Dari (P) = nelayan atau petani ikan tuna, P1= pedagang pengumpul lokal, dan IP= Industri pengolahan Lion Tuna (proses produksi)
Pergerakan hasil perikanan sebagai barang konsumsi (segar atau produk olahan) dari produsen sampai konsumen pada dasarnya menggambarkan proses pengumpulan data ikan tuna maupun penyebaran perikanan tangkap tuna.
Keterangan Gb. Skema penyaluran hasil perikanan tangkap tuna sebagai barang konsumsi
P P P P P
P 1 P 1
P (Nelayan atau Petani ikan Tuna)
P
P
P
P
P
P 1
P 1
P b
R
R
R
IM
Konsu men
E
54 Keterangan
P = Produsen (nelayan, petani ikan, industri pengolahan) P1 = Pedagang pengumpul lokal ikan tuna
Pb = Pedagang besar (wholesaler) E = Pedagang ekspor
Pe = Pedagang eceran
Im = Institutional market ( misalnya restaurant, rumah sakit ).
Gambar 5. Proses Pengumpulan dan Penyebaran Ikan Tuna
Barang-barang produksi penangkapan tuna sebelum diterima oleh konsumen telah mengalami proses pengumpulan dan proses penyebaran dengan pedagang besar (Pb) sebagai titik akhir pengumpulan dan titik awal penyebaran ke konsumen. Pedagang besar ini menerima seperti pengusaha ikan tuna menerima langsung produsen atau dari pedagang
55 pengumpul lokal (proses pengumpulan ) dan kemudian mengirim (menjual) kepada beberapa pedagang eceran, yang selanjutnya dijual kepada konsumen akhir, institutional market (misalnya restaurant), dan mungkin pula kepada pedagang ekspor (proses penyebaran).
Dengan demikian jelaslah bahwa dalam penyaluran hasil tangkapan perikanan tuna dari pihak produsen ke pihak konsumen terlihat satu sampai beberapa pedagang eceran, yang selanjutnya dijual kepada konsumen akhir, institutional market (misalnya restaurant), dan mungkin pula kepada pedagang ekspor proses penyebaran). Panjang pendeknya saluran tataniaga perikanan tangkap yang dilalui oleh suatu hasil perikanan tergantung pada beberapa faktor, antara lain :
a. Jarak antara produsen tuna dan konsumen tuna. Makin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh penduduk.
b. Cepat tidaknya ikan tuna rusak. Produk yang cepat atau mudah rusak harus segera diterima konsumen, dengan demikian menghendaki saluran yang pendek dan cepat.
c. Skala produksi ikan tuna. Bila produksi berlangsung dalam ukuran-ukuran kecil maka jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil pula, hal mana akan tidak menguntungkan bila produsen langsung menjualnya ke pasar. Dalam keadaan demikian kehadiran pedagang perantara diharapkan, dan dengan demikian saluran yang akan dilalui petani tuna cenderung panjang.
d. Posisi keuangan pengusaha. Produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung untuk memperpendek saluran tataniaga. Pedagang yang posisi keuangan (modalnya) kuat akan dapat melakukan fungsi tataniaga lebih banyak dibandingkan dengan pedagang yang posisi modalnya lemah. Dengan perkataan lain, pedagang yang memiliki modal kuat cenderung memperpendek saluran tata
56 niaga pemasaran ikan tuna.Banyak orang beranggapan bahwa terdapat terlampau banyak perantara yang bersaing pada setiap tindakan dalam proses tataniaga adalah pemborosan dan tidak berguna. Mereka beranggapan bahwa jumlah perantara yang lebih sedikit yang masing-masing melakukan usaha secara lebih luas akan bekerja dengan biaya persatuan yang lebih rendah, sehingga dengan demikian mengurangi biaya tataniaga dan memperbesar efisiensi..Gambar dibawah ini menjelaskan tentang saluran tataniaga dengan skema sebagai berikut : Saluran tataniaga HasilPerikanan Tangkap Tuna (segar dan olahan yang dijumpai di Pelabuhan Bajo
PPI Kabupaten Donggala dan Pelabuhan PPI Paranggi Sulawesi Tengah.
57 Gambar 6 Tataniaga Didaerah Produksi perikanan Tuna
Pelabuhan Bajo Donggala dan Pelabuhan Paranggi Sulawesi Tengah
Di Luar Daerah Produksi Perikanan Tuna Produsen
R
BC
P1
L
G AG
P E N G O L A H
IM
HC
G
R
G
G
58 Keterangan Gambar : Tataniaga Produksi perikanan tuna
P 1 = Pengumpul lokal R = Pedagang eceran L = lembaga pelelangan LM = Institutional market
Ag = Agent Grosir HC = konsumen akhir (rumah tangga) G = Grosir
4.2. Produsen Sebagai Penjual Ikan Tuna dan Road Map Saluran Tataniaga Tuna Bagi usaha perikanan komersial, keuntungan profit tuna merupakan sasaran yang hendak dicapai nelayan atau petani ikan. Karenanya tugas utama nelayan dan petani ikan tuna adalah menghasilkan barang (ikan) bermutu tinggi untuk dipasarkan. Para nelayan tuna atau petani tuna harus memperhitungkan permintaan pasar (market demand) secara lebih cermat.
Nelayan dan petani ikan tuna perlu mempelajari informasi pasar antara lain mencakup tipe pasar dari bermacam-macam produk yang dihasilkan, variasi harga musiman dan trend harga dari hasil usaha perikanan. Disamping itu nelayan dan petani ikan tuna harus bisa merencanakan penjualan yang efektip, dan bisa menyusaian rencana produksi (usaha) dengan arah perubahan (trend ) harga.
Tipe pasar ikan tuna yang diperjual belikan di pasar oleh produsen yang dilihat di lapangan yaitu pasr persaingan murni (pure competetion), pasar monopoli (pure monopoly) dan pasar persaingan monopolistis.
Variasi harga musiman tuna dan trend harga sangat berpengaruh pada keuntungan yang akan diterima nelayan dan petani ikan. Ikan tuna yang beratnya 300 kg dengan harga pasar dijual Rp. 1.500.000,-. Variasi harga musiman dari setiap hasil perikanan cenderung mengikuti pola yang sama dari tahun ke tahun. Harga terendah terjadi dalam masa panen.
Seandainya nelayan atau petani ikan tuna memiliki fasilitas penyimpanan dan sanggup
59 menunggu (modal kuat) maka akan mempunyai kesempatan untuk menjual hasil usahanya pada waktu harga cukup tinggi. Trend harga ikan tuna untuk setiap hasil perikanan berbeda- beda, dapat turun atau naik karena perubahan permintaa. Trend harga untuk setiap hasil perikanan berbeda-beda, dapat turun atau naik karena perubahan permintaan. Trend harga disuatu pihak, dan perubahan biaya produksi di pihak lainnya mengharuskan nelayan dan petani ikan untuk menyusaikan rencana produksinya sebaik-baiknya agar diperoleh untung yang baik.
Rencana penjualan yang efektip yang mencakup bila penjualan dilakukan, dimana penjualan dilakukan dan bagaimana penjualan setepat-tepatnya adalah penting bagi produsen agar memperoleh pendapatan yang tinggi. Dalam menetapkan kapan penjualan dilakukan maka variasi harga musiman perlu mendapat perhatian, Biasanya harga berbagai macam hasil perikanan mencapai titik terendah selama musim panen atau musim ikan dan akan meningkat puncaknya menjelang panen atau musim ikan berikutnya. Dengan pertimbangan variasi harga musiman ini, petani ikan harus dapat menentukan berapa lama ikan dipelihara sebaiknya untuk nantinya dijual pada waktu harga tinggi. Akan tetapi hasil perikanan penangkapan, karena sifatnya mudah rusak maka harus segera dijual setelah penangkapan selesai. Apabila hasil perikanan penangkapan ini mau disimpan (ditahan) untuk dapat dijualnya pada harga tinggi, maka penyimpanan harus dilakukan dalam cold storange, dan dengan demikian perlu dipertimbangkan biaya penyimpanan, bunga modal dan pengeluaran-pengeluaran lainnya yang harus diperhitungkan dalam penetapan harga untuk waktu akan datang. Untuk jelasnya dapat dilihat Road Map dan Saluran tataniaga Tuna sebagai berikut :
60 Road Map lembaga dan saluran Tataniaga Rantai Dingin Ikan Tuna
Gambar 7: Road Map Tataniaga Perikanan Tangkap Tuna dan jenis ikan lainnya Pada Road Map Tataniaga perikanan tangkap tuna yang ditentukan adalah Market dan produk yaitu bahan-bahan mentah dan bagaimana proses produksinya dan aplikasi produk
Raw Matterial Market
Products
Proses Product Application / End Products
PRODUSEN A PRODUSEN B PRODUSEN C
Ikan Tuna Technologi Tepat
Guna Pengalengan
ikan
Abon Ikan
Ikan Asap
Lion Tuna Proses
Ikan Asap
61 tersebut dapat dimanfaatkan untuk produksi yang bagaimana, untuk diproses dengan tknologi tepat guna sehingga dapat menghasilkan nilai ekonomi kreatif misalnya dapat dijadikan ikan kaleng, ikan asap, abon ikan dan lain sebagainya. Hasil penelitian yang kami temukan dilapangan bahwa produksi perikanan tangkap semakin hari semakin meningkat jumlahnya, dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini :
TABEL2. PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP DAN KABUPATEN, TAHUN 2012
Sumber Data Sekunder DKP Provinsi Sulawesi Tengah
Satuan : Ton
SUB JUMLAH
SULAWESI TENGAH 197,202.6 196,108.3 1,094.3 1,089.5 - 4.8 Kab. Banggai Kepulauan 17,537.9 17,537.9 - - - - Kab. Banggai 10,839.2 10,839.2 - - - - Kab. Morowali 47,518.5 47,104.8 413.7 408.9 - 4.8 Kab. Poso 8,989.0 8,683.2 305.8 305.8 - - Kab. Donggala 17,880.5 17,778.6 101.9 101.9 - - Kab. Toli-Toli 42,676.5 42,676.5 - - - - Kab. Buol 17,009.1 17,009.1 - - - - Kab. Parigi Moutong 23,543.6 23,460.4 83.2 83.2 - - Kab. Tojo Una-Una 8,510.3 8,510.3 - - - - Kab. Sigi 189.7 - 189.7 189.7 - - Kota Palu 2,508.3 2,508.3 - - - -
KABUPATEN JUMLAH
P E R I K A N A N T A N G K A P
LAUT
P E R A I R A N U M U M
DANAU RAWA SUNGAI
62 Gambar 8. Produksi Perikanan Tangkap.
Produksi perikanan tangkap Sulawesi Tengah dengan jumlah produksi secara keseluruhan dengan 10 (sepuluh) kabupaten dan 1 kota Palu atau Teluk Palu yang berkedudukan di Kota Palu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Morowali mempunyai produksi ikan yang tertiinggi yaitu 47.515,5 , kemudian Kabupaten Toli-Toli total produksinya 42.676,5 dan Parigi Moutong produksinya 33.543,6 dan Tojo Una-Una 5.510,3 ,Banggai 10.5349,3 dan Kabupaten Banggai Kepulauan 17.537,9 dan produksi yang terendah adalah Teluk Palu dengan jumlah produksinya 2.505,3. Jumlah total produksi secara keseluruhan untuk propinsi Sulawesi Tengah 197.212,6 . Hasil penelitian ditemukan bahwa dapat memberi rekomendasi untuk dapat membuat model bisnis pengembangan sumber daya ikan tuna di Propinsi Sulawesi Tengah karena hasil produksinya cukup meningkat setiap tahunnya.
4.3. Model Bisnis Pengembangan Sumber Daya Perikanan Tangkap Tuna
Untuk model bisnis pengembangan sumber daya perikanan tangkap tuna Sudah dikemukakan bahwa pembinaan pemasaran bisnis hasil perikanan menuntut keterlibatan beberapa Departemen Pemerintah. Telah pula digambarkan secara umum peranan masing- masing departemen yang terlibat. Keterlibatan Departemen-departemen ini dilakukan melalui suatu wadah atau badan kerjasama untuk investasi harus kerjassama Perbankan yang bertindak sebagai wadah atau badan kerjasama permodalan kerja sentra bisnis usaha perikanan tuna. Salah satu alternatif yang disajikan di dalam penelitian ini adalah membentuk badan kerjasama dengan Badan pemasaran Perikanan Nasional (BPTN), Semua Peraturan, Surat Keputusan dan kebijaksanaan Pemerintah dan perbankan kiranya dapat berfungsi sebagai pusat kegiatan dan koordinasi campur tangan Departemen pemerintah dalam pengembangan model bisnis sumber daya perikanan tuna di Propinsi Sulawesi Tengah agar Investor dapat menanam modalnya di propinsi Sulawesi Tengah.
63 GAMBAR 9. MODEL BISNIS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA PERIKANAN TUNA Di
PELABUHAN PPI BAJO DONGGALA DAN PPI PARANGGI
Bank/Investor
Kelompok Usaha Petani Ikan
Sarana Produksi
Mitra Pasar Industri Ekspertir
Added Value Activity Business Ikan Tuna
Kelompok A Pembudidaya Tata
Niaga Hasil Perikanan
Kelompok B Pembudidaya Tata
Niaga Hasil Perikanan
64 4.3.1 Jenis-Jenis Ikan Laut yang banyak tertangkap di Perairan Laut Selat Makasar Propinsi Sulawesi Tengah
Poduksi perikanan di Sulawesi Tengah berbeda diantara daerah/ pulau lainnya . Produksi perikanan yang tertinggi terdapat di pulau teluk Tomini, dan kemudian di Selat Makasar pulau Sulawesi. Pulau Sulawesi terkenal dengan sebagai produksi perikanan yang tertinggi dibandingkan dengan pulau lainnya.
“Produksi perikanan Indonesia selalu mengalami kekurangan penawaran hasil perikanan dalam setiap tahun, dan kekurangan ini ternyaa meningkat rata-rata sebesar 12.333 ton per tahun. Ini berarti “ fish consumption gap” akan bertambah dalam modernisasi penangkapan ikan laut, Intensifikasi penangkapan di perairan umum dan intensifikasi perikanan budidaya berlangsung lamban seperti masa sekarang ini. Apabila dilihat Selain P Jawa , maka Sumatra dan Sulawesi memiliki pula perikanan tambak yang potensial. Mengenai jenis- jenis ikan laut apa saja yang terdapat di pulau sulawesi, dapatdilihat pada gambar jenis ikan dibawah Ini”.
NAMA-NAMA DAN JENIS IKAN
1. Ikan Cakalang /Tuna/Tompi