BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH
B. Berbagai Ragam Bahasa
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terbentuk karena pemakaian bahasa. Pemakaian bahasa itu dibedakan berdasarkan media yang digunakan, topik pembicaraan, dan sikap pembicaranya.4
Ragam bahasa yang digunakan dalam suasana akrab (santai) biasanya mempunyai kelainan jika dibandingkan dengan bahasa yang dipakai dalam suasana resmi. Dalam suasana akrab, penutur bahasa biasanya sering menggunakan kalimat-kalimat pendek, kata-kata, dan ungkapan yang maknanya hanya dipahami dengan jelas oleh peserta percakapan itu. Sebaliknya, dalam suasana resmi, seperti dalam pidato resmi, ceramah ilmiah, perkuliahan, atau dalam rapat resmi, biasanya digunakan kalimat-kalimat panjang, pilihan, dan ungkapan sesuai dengan tuntunan kaidah bahasa yang benar. Bernstein menamakan kedua ragam bahasa yang ini masing-masing sebagai restricted code dan elaborate code.5
Berikut ciri-ciri kedua kode tersebut adalah:
Elaborated Code Restricted Code
Accurate grammatical order (tata
bahasa yang benar) Unfinished and short sentences (kalimat pendek dan tidak selesai)
Complex sentences (kalimat yang
kompleks) Simple clauses (klausa sederhana)
Frequent use of preposition (sering
menggunakan preposisi) Repetitions of conjunctions (penggunaan kata hubung yang berulang)
Impersonal pronoun (kata ganti
impersonal) Hesitancy (keragu-raguan)
Passive construction (penggunaan
kalimat pasif) Confusion of reasons (alasan yang membingungkan)
Unusual adjectives (kata sifat yang tidak
biasa) Language of implicit meaning (bahasa yang
mengandung makna implisit)
3https://issuu.com/search?language=id&q=bahasa%20indonesia%20 untuk%20perguruan%20tinggi&sortby=relevance&type=publication.
4https://galinggis.blogspot.com/2017/02/makalah-dasar-dasar-memahami- bahasa.html.
Contoh Elaborated Code—Kalimat Kompleks:
Pesawat dari Jakarta itu sudah datang dan saya pun disuruh masuk ke ruang tunggu Kami langsung pulang ke Kerinci karena jarak antara Padang dan Kerinci hanya 5 jam.
Contoh Restricted Code—Penggunaan Konjungsi yang Berulang:
Saya menikmati liburan di Mifan dan saya ke danau dan saya ke Kelok Sembilan dan di sana saya berfoto-foto bersama keluarga saya.
Dan saya menginap lagi di hotel. Di hotel yang lumayan mewah dan udaranya sejuk sekali dan saya paginya saya melanjutkan ke Bukittinggi dan saya ke Jam Gadang dan kebun binatang dan setelah itu saya pulang jam 5.6
1. Ragam Lisan dan Ragam Tulisan
Ragam suatu bahasa dapat juga dibedakan jenis kesatuan dasarnya (Halim, 1998). Dilihat dari wujud kesatuan dasar ini ragam bahasa dapat pula dibedakan antara ragam lisan dan ragam tulisan. Kesatuan dasar ragam tulisan adalah huruf. Tidak semua bahasa terdiri atas ragam lisan dan tulisan, tetapi pada dasarnya semua bahasa memiliki ragam lisan. Hubungan antara ragam lisan dan ragam tulisan adalah timbal balik. Ragam tulisan melambangkan ragam lisan dengan pengertian bahwa kesatuan ragam tulisan melambangkan ragam tulisan, yaitu huruf melambangkan kesatuan-kesatuan dasar lisan, yaitu bunyi bahasa dalam bentuk yang dapat dilihat.7
Hubungan perlambangan antara kedua ragam bahasa itu tidak jarang menimbulkan kesan bahwa struktur lisan sama benar dengan struktur ragam tulisan. Dalam kenyataannya, kedua ragam bahasa itu pada dasarnya berkembang menjadi dua sistem bahasa yang terdiri atas perangkat kaidah yang tidak seluruhnya sama. Ini berarti bahwa kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku juga bagi ragam tulisan, kaidah yang mengatur menghilangkan unsur-unsur tertentu
6https://media.neliti.com/media/publications/43471-ID-elaborated-code- dan-restricted-code-dalam-tindak-tutur-siswa-smp-sebuah-kajian-l.pdf dan https://galinggis.blogspot.com/2017/02/makalah-dasar-dasar-memahami-bahasa.
html.
7https://galinggis.blogspot.com/2017/02/makalah-dasar-dasar-memahami-
dalam kalimat ragam lisan, misalnya tidak berlaku seluruhnya bagi ragam tulisan, yang menuntut adanya kalimat-kalimat dalam bentuk selengkap mungkin. Dalam hubungan bahasa Indonesia, perbedaan antara kaidah ragam lisan dan kaidah ragam tulisan telah berkembang sedemikian rupa, sesuai dengan perkembanganya sebagai bahasa perhubungan antara daerah dan antarsuku selama berabad-abad di seluruh Indonesia (Teew, 1961; Halim 1998).8
2. Ragam Baku dan Ragam Nonbaku
Dalam pembicaraan seorang penutur selalu mempertimbangkan kepada siapa ia berbicara, di mana, tentang masalah apa, kapan, dan dalam suasana bagaimana. Dengan adanya pertimbangan semacam itu, timbullah ragam pemakaian bahasa sesuai dengan fungsi dan situasinya (Suwito, 1983). Situasi di kantor, dalam berdiskusi, berpidato, memimpin rapat resmi, dan sebagainya merupakan situasi/
suasana resmi (formal). Dalam situasi/suasana seperti ini hendaknya dipakai ragam resmi atau formal yang biasa disebut dengan istilah ragam bahasa baku.9
Ragam baku ini selain digunakan dalam suasana, seperti yang telah disinggung di atas, juga digunakan dalam surat-menyurat resmi, administrasi pemerintahan, perundang-undangan negara, dan dalam karya-karya ilmiah. Sebaliknya, situasi di dalam rumah tangga, di pinggir jalan, di warung-warung, di pasar, di lapangan olahraga, dan sebagainya merupakan situasi/suasana yang tak resmi (informal). Dalam suasana, seperti ini hendaknya kita menggunakan ragam bahasa tak resmi (informal) yang biasanya disebut dengan istilah ragam bahasa tidak baku (nonbaku) atau dengan singkatan ragam tidak baku (nonbaku).
Jadi, pemakaian bahasa di luar suasana formal (resmi) dan hanya berfungsi sebagai alat komunikasi antarsahabat, antaranggota keluarga di rumah, dan antarpembeli, kesemuanya digolongkan ke dalam ragam tidak baku.10
Kalau diperhatikan pemakaian kedua ragam bahasa itu, ragam baku adalah ragam bahasa yang dilambangkan dan diakui oleh sebagian besar
8https://galinggis.blogspot.com/2017/02/makalah-dasar-dasar-memahami- bahasa.html.
9https://core.ac.uk/reader/291483807.
warga masyarakat pemakainya dan dijadikan kerangka/rujukan norma kaidah bahasa dalam pemakaiannya. Sebagai kerangka rujukan, ragam baku berisi rujukan yang menentukan benar-tidaknya pemakaian bahasa, baik ragam lisan maupun tulisan, sedangkan ragam tidak baku selalu ada kecenderungan untuk menyalahi norma/kaidah bahasa yang berlaku.11