Departemen Pertanian
pejantan dewasa (0,50%), kambing induk bunting (0,35%), dan kambing induk menyusuifaktasi (0,40%).
Pada pemeliharaan yang intensif komposisinya adalah : bekatul (60%), jagung giling (10%), bungkil kelapa (18%), bungkil kedelai (5%), tepung tulang (5%), dan garam (2%). Jumlah yang diberikan adalah: cempe pasca sapih (0,20%), kambing muda (0,25%), kambing induk dewasa (0,25), kambing pejantan dewasa (0,50%), kambing induk bunting (0,40%), dan kambing induk menyusuiAaktasi (0,45%).
Kandang: Dapat dibuat dengan bahan daun rumbia, alang-alang, dan seng.
Kebutuhan kandang induk 1 x 1 m, induk menyusui 1,5 x 1,5 m, anak 0,75 x 1 m, dan pejantan 2 x 1,5 m. Periengkapan yang diperlukan adalah : tempat makan yang dilengkapi dengan ember, gudang makanan (untuk menyimpan hijauan yang telah dilayukan), tempat umbaran (utamanya dibutuhkan untuk kambing yang tidak digembalakan), tempat kotoran/kompos (merupakan keharusan, utamanya pada kambing yang dikerem); kalau kandang berupa panggung diusahakan agar kerapatan lantai begarak 2 cm). Kandang diletakkan pada tempat yang relatif lebih tinggi, tidak lembab, dan jauh dan i kebisingan;
memungkinkan masuknya sinar matahari; jauh dan lokasi pemukiman, sumber air, dan keramian. Model kandang dapat berbentuk panggung dan kandang lemprak. Kandang panggung dapat dibuat tunggal atau dobel, tinggi dindingnya 60-80 cm, ketinggian dan i tanah minimal 50 cm (untuk usaha petemakan yang besar dapat dibuat dengan ketinggian 2m), dan tinggi ruang utama dan alas sampai ke atap sekitar 2m. Palung (bak pakan) hams dibuat rapat supaya bahan makanan tidak berceceran. Pada kandang tunggal palung diletakkan diluar dan menempel pada dinding kandang, sedangkan panggung dobel palung makan dibuat di tengah, dengan ukuran alas 25-40 cm, lebar bagian atas 40-50cm, kedalaman palung 30-40 cm. Lantai Kandang berbahan kayu atau bambu yang sudah diawetkan supaya tidak mudah lapuk, karena sebagai pijakan dan menahan temak. Kandang lemprak umum digunakan untuk memelihara kambing kereman, tidak dilengkapi alas kayu, dan tempat pakan. Alasnya adalah kotoran dan sisa-sisa hijauan, sedangkan tempat pakan digunakan keranjang.
Kotoran dibongkar setiap 1— 6 bulan.
Penanganan Penyakit: Pencegahan penyakit dilakukan dengan membebaskan kandang dari genangan air, membenkan vaksinasi secara teratur, memerhatikan sanitasi kandang, memperoleh sinar matahari langsung, mengatur ventilasi 38 Panduan Materi Bimbingan Peningkatan Usaha Pertanian,
kandang, menggembala kambing, dan memberikan pakan yang bergizi.
Tindakan yang dianjurkan adalah apabila menggunakan kandang bekas temak yang diserang penyakit kandang hams didesinfeksi, kemudian dibiarkan beberapa saat. Bila ada kambing dan daerah lain perlu dimasukkan ke kandang karantina dan diperlakukan khusus. Temak yang diduga bulunya membawa penyakit sebaiknya dimandikan dan digosok dengan larutan sabun, karbol, neguvon, bactiol pour, triatex atau grenade 5% EC dengan konsentrasi 4,5 gram/
3 liter air. Untuk membasmi kutu, dapat dimandikan dengan larutan asuntol berkonsentrasi 3-6 gram/ 3 liter air. Kandang dan lingkungan tidak boleh lembab dan bebas dari genangan air.
Penyakit yang umum menyerang kambing adalah : Mencret (disebabkan bakteri E.Coli, menyerang cempe sampai umur 3 bulan), Radang Pusar (penyebabnya bakteri Streptococcus, menyerang cempe umur 2-7 hari), Cacar Mulut (disebabkan bakteri, menyerang cempe sampai umur 3 bulan), Titani (disebabkan defisiensi mineral kalsium dan manganum, menyerang cempe umur 3-4 bulan). Radang Limpa (disebabkan Baccillus Anthtraxis, menyerang cempe dan kambing dewasa), Mulut dan Kuku (disebabkan virus, menyerang semua usia), Ngorok (disebabkan bakteri, menyerang semua usia), Perut Kembung (disebabkan oleh gas, menyerang semua usia), Parasit Cacing (disebabkan cacing hati atau cacing gelang atau cacing lambung atau cacing mata, dan menyerang semua usia), Kudis (disebabkan kutu, menyerang semua usia), Dermatitis (disebabkan virus, menyerang semua usia), Pneumonia (disebabkan oleh kandang yang lembab, menyerang semua usia), dan Radang Kelenjar Susu ( disebabkan pemerahan yang tidak hati-hati, menyerang kambing dewasa).
Pengelolaan Reproduksi: Dewasa kelamin kambing jantan adalah umur 8 bulan, sedangkan betina 15 bulan. Kambing jantan dapat digunakan sebagai pemacek pada umur lebih dan 12 bulan dan yang betina dapat umur 15 bulan.
Masa birahi betina antara 24-48 jam. Bila tanda birahi tampak pada pagi hari, saat yang tepat untuk dikawinkan adalah sorenya, namun bila tanda birahi tampak pada sore hari, saat itu juga hams dikawinkan. Lama bunting 150-154 hari, atau rata-rata 152 hari. Tanda bunting yang umumnya tampak adalah tidak munculnya birahi. Perkawinan setelah beranak dapat dilakukan 90 hari setelah melahirkan, baik dengan kawin alam maupun melalui inseminasi buatan. Untuk kawin alam sebaiknya digunakan kandang khusus dan sesudah dikawinkan kambing betina dianjurkan untuk dibawa berlari-lan, supaya sperma tidak keluar lagi. Untuk menjaga kualitas dan kesehatan induk, interval kelahiran adalah 2
Panduan Mater Bimbingan Peningkatan Usaha Peianian, 39
Departemen Perfanian
tahun dengan 3 kali melahirkan, atau jarak melahirkan 8 bulan (masa bunting 5 bulan dan menyusui 3 bulan). Untuk mendapatkan hash l yang optimal dapat dilakukan penyerempakan birahi dengan sistem pengelompokan, caranya 20 ekor betina diberi 1 ekor jantan, kambing betina yang birahi akan mudah dideteksi untuk kemudian dipisahkan dan dikawinkan dengan pemacek.
Analisis Usaha. Faktor yang dihitung dalam analisis usaha mencakup pengeluaran dan pendapatan. Untuk pemeliharaan satu ekor kambing dalam satu tahun adalah :
Komponen biaya pengeluaran : pembelian bibit; pembuatan kandang dan peralatan (umur pakai 3 tahun); pembelian konsentrat, obat, dan mineral; dan upah tenaga kerja. Sedangkan pendapatan bersumber pada : hasil penjualan kambing atau susu, bibit kambing (dalam 2 tahun 3 kali melahirkan); dan penjualan pupuklkotoran.
Referensi
• Abbas Siregar Djarijah. 1996. Usaha Temak Kambing. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta
• Bambang Agus Murtidjo, 1993. Memelihara Kambing: Sebagai Temak Potong dan Perah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
• Direktorat Budidaya, Ditjen Peternakan. 2002. Budidaya Ternak KambinglDomba yang Baik : (Good Farming Practice). Jakarta
• Direktorat Budidaya, Ditjen Bina Produksi Petemakan, 2001. Pedoman Teknis Produksi Petemakan: Ternak Unggas. Jakarta.
• Direktorat Budidaya, Ditjen Peternakan Bina Produksi Petemakan, 2002. Pedoman Budidaya Temak Ayam Buras yang Baik (Good Farming Practice)
• Direktorat Bina Produksi, Ditjen Perkebunan 1992. Petunjuk Teknis Budidaya Kakao, Jakarta.
• Direktorat Bina Produksi, Ditjen Perkebunan 1992. Petunjuk Teknis Budidaya tada, Jakarta.
40 Panduan Maten Blmbingan Peningkatan Usaha Pertanian,