• Tidak ada hasil yang ditemukan

BPJS Tenaga Kerja

Dalam dokumen BUKU AJAR HUKUM BISNIS (Halaman 39-47)

KEWAJIBAN PENGUSAHA

B. BPJS Tenaga Kerja

agen dan perwakilannya, pemilik atau pengurus baru maupun pemilik atau pengurus lama berkewajiban untuk melaporkannya.

Apabila terjadi pembubaran perusahaan atau kantor cabang, kantor pembantu atau perwakilannya, pemilik atau pengurus maupun likwidatur berkewajiban untuk melaporkannya. Apabila terjadi pencabutan kembali kuasa kepada seorang agen, pemilik atau pengurus perusahaan berkewajiban untuk melaporkannya. Pada waktu mela- porkan wajib diserahkan salinan akta perubahan atau surat pernyataan yang disahkan oleh pejabat yang ber- wenang untuk itu.

Daftar Perusahaan hapus apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:

a) perusahaan yang bersangkutan menghentikan segala kegiatan usahanya;

b) perusahaan yang bersangkutan berhenti pada waktu akta pendiriannya kadaluwarsa;

c) perusahaan yang bersangkutan dihentikan segala kegiatan usahanya berdasarkan suatu putusan Pengadilan Negeri yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap

program negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat.

Pasal 1 UUBPJS mendefinisikan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS sebagai badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. Sedangkan Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Penjelasan UUBPJS memberikan penjelasan bahwa yang dimaksud dengan “kebutuhan dasar hidup” adalah kebutuhan esensial setiap orang agar dapat hidup layak, demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan 3 (tiga) asas, yaitu sebagai berikut:

a) kemanusiaan; yaitu asas yang terkait dengan penghargaan terhadap martabat manusia

b) manfaat; yaitu asas yang bersifat operasional menggambarkan pengelolaan yang efisien dan efektif.

c) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia;

yaitu asas yang bersifat idiil

BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan prinsip:

a) Prinsip kegotongroyongan,adalah prinsip keber- samaan antar Peserta dalam menanggung beban biaya Jaminan Sosial, yang diwujudkan dengan kewajiban setiap Peserta membayar Iuran sesuai dengan tingkat Gaji, Upah, atau penghasilannya.

b) Prinsip nirlaba, adalah prinsip pengelolaan

usaha yang mengutamakan penggunaan hasil pengembangan dana untuk memberikan Manfaat sebesarbesarnya bagi seluruh Peserta.

c) Prinsip keterbukaan, adalah prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap, benar, dan jelas bagi setiap Peserta.

d) Prinsip kehati-hatian, adalah prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib.

e) Prinsip akuntabilitas, adalah prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

f) Prinsip portabilitas, adalah prinsip memberikan jaminan yang berkelanjutan meskipun Peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

g) Prinsip kepesertaan bersifat wajib, adalah prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk menjadi Peserta Jaminan Sosial, yang dilaksanakan secara bertahap.

h) Prinsip dana amanat, adalah bahwa Iuran dan hasil pengembangannya merupakan dana titipan dari Peserta untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan Peserta Jaminan Sosial.

i) Hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan Peserta.

BPJS terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu:

a) BPJS Kesehatan; dan b) BPJS Ketenagakerjaan.

BPJS Kesehatan adalah program yang menyeleng- garakan program jaminan kesehatan. Sedangkan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program:

1) jaminan kecelakaan kerja;

2) jaminan hari tua;

3) jaminan pensiun; dan 4) jaminan kematian.

Tugas BPJS sesuai Pasal 10 UUBPJS, antara lain:

a) melakukan dan/atau menerima pendaftaran Peserta;

b) memungut dan mengumpulkan Iuran dari Peserta dan Pemberi Kerja;

c) menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah;

d) mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepen- tingan Peserta;

e) mengumpulkan dan mengelola data Peserta program Jaminan Sosial;

f) membayarkan Manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan program Jaminan Sosial; dan

g) memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program Jaminan Sosial kepada Peserta dan masyarakat.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, BPJS berwenang untuk:

a. menagih pembayaran Iuran;

b. menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk inves- tasi jangka pendek dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang

memadai;

c. melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan Peserta dan Pemberi Kerja dalam me- menuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional;

d. membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah;

e. membuat atau menghentikan kontrak kerja de- ngan fasilitas kesehatan;

f. mengenakan sanksi administratif kepada Peserta atau Pemberi Kerja yang tidak memenuhi kewa- jibannya;

g. melaporkan Pemberi Kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar Iuran atau dalam memenuhi kewa- jiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan

h. melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program Jaminan Sosial Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, wajib menjadi Peserta program Jaminan Sosial.

Pemberi Kerja selain penyelenggara negara dan setiap orang yang tidak melaksanakan ketentuan BPJS dikenai sanksi administratif berupa:

a. teguran tertulis;

b. denda; dan/atau

c. tidak mendapat pelayanan publik tertentu.

a. Program Jaminan Hari Tua

Yang dapat menjadi peserta Program Jaminan Hari Tua adalah:

Penerima upah selain penyelenggara negara, yaitu:

1) Semua pekerja baik yang bekerja pada perusahaan dan perseorangan

2) Orang asing yang bekerja di Indonesia lebih dari 6 bulan

Bukan penerima upah, yaitu:

1) Pemberi kerja

2) Pekerja di luar hubungan kerja/mandiri 3) Pekerja bukan penerima upah selain poin 2

Besar iuran program Jaminan Hari Tua dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1. tabel iuran JHT

Manfaat JHT adalah berupa uang tunai yang besarnya merupakan nilai akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya, yang dibayarkan secara sekaligus apabila:

1) peserta mencapai usia 56 tahun 2) Peserta meninggal dunia

3) Peserta mengalami cacat total tetap

Apabila peserta meninggal dunia, maka urutan ahli waris yang berhak atas manfaat JHT sebagai berikut :

a) Janda/duda b) Anak

c) Orang tua, cucu d) Saudara Kandung e) Mertua

f) Pihak yang ditunjuk dalam wasiat

g) Apabila tidak ada ahli waris dan wasiat maka JHT dikembalikan ke Balai Harta Peninggalan

b. Program Jaminan Kecelakaan Kerja

Program Jaminan Kecelakaan Kerja memberikan per lindungan atas risiko-risiko kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.

Iuran dibayarkan oleh pemberi kerja yang dibayarkan (bagi peserta penerima upah), tergantung pada tingkat risiko lingkungan kerja, yang besarannya dievaluasi paling lama 2 (tahun) sekali, dan mengacu pada tabel sebagai berikut:

tabel 2.2. tabel besaran iuran Jaminan Kecelakaan Kerja c. Program Jaminan Kematian (JKM)

Program Jaminan Kematian memberikan manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli waris ketika peserta meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja.

Iuran JKM adalah sebagai berikut:

a) bagi peserta penerima gaji atau upah sebesar 0,30% (nol koma tiga puluh persen) dari gaji atau upah sebulan.

b) Iuran JKM bagi peserta bukan penerima upah sebesar Rp 6.800,00 (enam ribu delapan ratus Rupiah) setiap bulan

Besarnya iuran dan manfaat program JKM bagi peserta dilakukan evaluasi secara berkala paling lama setiap 2 (dua) tahun.

a) Manfaat Jaminan Kematian dibayarkan kepada ahli waris peserta, apabila peserta meninggal dunia dalam masa aktif terdiri atas:

b) Santunan sekaligus Rp16.200.000,00 (enam belas juta dua ratus ribu rupiah);

c) Santunan berkala 24 x Rp200.000,00 =

Rp4.800.000,00 (empat juta delapan ratus ribu rupiah) yang dibayar sekaligus;

d) Biaya pemakaman sebesar Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah); dan

e) Beasiswa pendidikan anak diberikan kepada setiap peserta yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja dan telah memiliki masa iur paling singkat 5 (lima) tahun yang diberikan sebanyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) untuk setiap peserta.

Dalam dokumen BUKU AJAR HUKUM BISNIS (Halaman 39-47)