• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Dasar Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi

Diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, menghimbau seluruh instansi perguruan tinggi untuk beradaptasi dengan pertaturan tersebut.

Perguruan tinggi harus menggunakan KKNI dan Standar Nasional Perguruan Tinggi sebagai acuan dalam membuat dan menyusun kurikulum. Tantangan perguruan tinggi dalam pembuatan kurikulum pada masa Revolusi Industri 4.0 adalah menghasilkan lulusan dengan kemampuan literasi baru, antara lain literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia berbudi pekerti luhur berdasarkan pemahaman nilai-nilai agama. Perguruan tinggi harus orientasi ulang pengembangan kurikullum untuk mengatasi tantangan tersebut.

KKNI mencakup empat aspek dalam definisi hasil belajarnya yakni unsur sikap dan tata nilai, unsur kapasitas kerja, unsur penguasaan keilmuan, dan unsur wewenang dan tanggung jawab. Pengembangan hasil belajar lulusan tertuang dalam salah satu Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN- Dikti), yaitu Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Output

pembelajaran dalam Standar Nasional Perguruan Tinggi (SN- Dikti) meliputi komponen sikap, keterampilan umum, keterampilan khusus, dan pengetahuan. Unsur sikap dan kemampuan umum telah ditetapkan secara rinci dan dituangkan dalam lampiran SN-Dikti, sedangkan forum program studi sejenis harus membentuk unsur keterampilan khusus dan pengetahuan yang menjadi ciri khas lulusan program studi terkait. Rumusan capaian pembelajaran lulusan (CPL) masing-masing program studi (prodi) akan diteruskan ke Direktur Belmawa Kemenristekdikti yang selanjutnya dikaji oleh pakar yang ditunjuk dan kemudian disahkan oleh Menteri. Atas dasar perumusan (CPL), kurikulum sebuah prodi dapat dirancang.

2.3.1 Landasan Penyusunan Kurikulum

Pengembangan kurikulum harus didasarkan pada landasan filosofis, sosiologis, psikologis, historis, dan yuridis. Pengembangan kurikulum merupakan hak dan tanggung jawab masing-masing perguruan tingg.; Namun demikian, pengembangan kurikulum pendidikan tinggi harus mengacu pada UUD 1945, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, dan Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang dituangkan dalam Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015,

beserta ketentuan lain yang berlaku. Pada mulanya kurikulum dirancang agar peserta didik memperoleh informasi dan kemampuan tertentu, serta mengembangkan akhlak mulia, sehingga dapat berkontribusi dalam melestarikan keragaman dan meningkatkan kesejahteraan dan kejayaan bangsa Indonesia.

Landasan filosofis, menyampaikan bimbingan filosofis pada tahap perencanaan, penerapan, dan peningkatan kualitas pendidikan (Ornstein & Hunkins, 2014), bagaimana pengetahuan digali dan ditemukan sehingga siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan dan memiliki keterampilan yang dapat meningkatkan kualitas hidup bagi individu dan masyarakat (Zais, 1976).

Landasan sosiologis, menyediakan kerangka kerja untuk pengembangan kurikulum sebagai alat pendidikan yang terdiri dari tujuan, sumber daya, kegiatan belajar, dan lingkungan belajar yang menyenangkan untuk perolehan pengalaman pelajar yang terhubung dengan pengembangan pribadi dan sosial siswa (Ornstein & Hunkins, 2014, hal. 128).

Kurikulum harus mampu mewariskan budaya kepada generasi mendatang. Budaya dipandang sebagai elemen keahlian kolektif (Ross, 1963: 85). Kurikulum harus mampu mengeluarkan anak dari kapsul budayanya sendiri atau

kapsul yang berprasangka buruk dan tidak menyadari kekurangannya sendiri. Enkapsulasi budaya mengakibatkan keengganan untuk memahami budaya lain (Zais, 1976, p.

219).

Landasan psikologis, menawarkan kerangka kerja untuk pengembangan kurikulum, dapat terus menginspirasi keingintahuan siswa dan menciptakan dorongan seumur hidup untuk belajar, dan dapat meningkatkan pengenalan siswa terhadap peran dan tugas mereka di lingkungan mereka. Kurikulum yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan bernalar pada tingkat yang lebih tinggi (higher order thinking); kurikulum yang memaksimalkan pengembangan potensi siswa untuk menjadi manusia ideal (Zais, 1976, hlm. 200); Kurikulum yang dapat membantu peserta didik belajar menjadi manusia seutuhnya, yaitu manusia yang merdeka, bertanggung jawab, percaya diri, bermoral atau berakhlak mulia, cakap bekerja sama, toleran, dan terpelajar untuk mencapai tujuan yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

Landasan historis, mampu membantu belajar siswa sesuai dengan perkembangan zaman; kurikulum yang dapat mentransmisikan nilai-nilai budaya dan sejarah emas dari

peradaban masa lalu dan mengubah usia di mana mereka belajar. Kurikulum yang dapat membekali siswa untuk hidup lebih sukses di masa transisi abad 21, dan berperan aktif di era industri. 4.0 dan mampu mengenali indikator revolusi industri 5.0.

Landasan yuridis, adalah kerangka hukum yang menjadi dasar atau acuan dalam semua tahapan perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi, serta sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi yang akan menjamin penerapan kurikulum dan pencapaian tujuannya. Landasan hukum berikut diperlukan untuk pembuatan dan implementasi kurikulum:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336);

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012, Tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI);

4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013, Tentang Penerapan KKNI Bidang Perguruan Tinggi;

5. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015, Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi;

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2014, Tentang Ijazah, Sertifikat Kompetensi, Dan Sertifikat Profesi Pendidikan Tinggi;

7. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2016, Tentang Akreditasi Program Studi dan Perguruan Tinggi;

8. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2016 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi;

9. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Tahun 2015-2019.

10.Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2017 Tentang Pendidikan Standar Guru.

2.3.2 Kaitan Kurikulum dengan SNDIKTI

Kurikulum merupakan kumpulan rencana dan pengaturan yang melibatkan CPL, bahan studi, proses, dan evaluasi yang berfungsi sebagai panduan untuk prodi.

Melalui definisi ini, perencanaan dan pengaturan kurikulum sebagai suatu siklus kurikulum terdiri dari banyak fase yang dimulai dengan analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan, implementasi, penilaian, dan tindak lanjut penyempurnaan prodi (Ornstein & Hunkins, 2014). Siklus kurikulum berjalan sedemikian rupa sehingga lulusan yang dihasilkan sejalan dengan capaian lulusan program.

2.3.3 Dokumen Kurikulum

Kerangka penyusunan dokumen kurikulum dilakukan sebagai berikut:

1. Identitas Program Studi - Menuliskan identitas Program Studi meliputi: Nama Perguruan Tinggi, Fakultas, Prodi, Akreditasi, Jenjang Pendidikan, Gelar Lulusan, Visi dan Misi.

2. Evaluasi Kurikulum & Tracer Study – Menjelaskan pelaksanaan kurikulum yang telah dan sedang berjalan, dengan menyajikan hasil evaluasi kurikulum.

Analisis kebutuhan berdasarkan kebutuhan pemangku

kepentingan dari hasiltracer study.

3. Landasan Perancangan & Pengembangan Kurikulum:

landasan filosofis, landasan sosiologis, landasan psikologis, landasan yuridis, dll.

4. Rumusan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang dinyatakan dalam Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) – CPL terdiri dari aspek: Sikap, Pengetahuan, Keterampilan umum, dan keterampilan khusus yang dirumuskan berdasarkan SN-Dikti dan deskriptor KKNI sesuai dengan jenjangnya.

5. Penetapan Bahan Kajian – Berdasarkan CPL dan/atau menggunakan Body of Knowledge suatu Program Studi, yang kemudian digunakan untuk pembentukan mata kuliah.

6. Pembentukan Mata Kuliah (MK) dan penentuan bobot sks – Menjelaskan mekanisme pembentukan mata kuliah berdasarkan CPL (beserta turunannya di level MK) dan bahan kajian, serta penetapan bobot sks nya.

7. Matrik distribusi mata kuliah (MK) - Menggambarkan organisasi mata kuliah atau peta penempatan mata kuliah secara logis dan sistematis sesuai dengan Capaian Pembelajaran Lulusan

Program Studi. Distribusi mata kuliah disusun dalam rangkaian semester selama masa studi lulusan Program Studi.

8. Rencana Pembelajaran Semester (RPS) – RPS disusun dari hasil rancangan pembelajaran, dituliskan lengkap untuk semua mata kuliah pada Program Studi, dan perangkat pembelajaran yang menyertainya (Rencana Tugas, Instrumen Penilaian dalam bentuk Rubrik dan atau Portofolio, Bahan Ajar, dll.).

9. Manajemen dan mekanisme pelaksanaan kurikulum – Rencana pelaksanaan kurikulum dan perangkat Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di perguruan tinggi masing-masing yang terkait dengan pelaksanaan kurikulum.

2.3.4 Tahapan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi Uraian tahapan dalam menyusun dokumen kurikulum dibagi menjadi tiga yakni perancangan kurikulum, pembelajaran dan penilaian program pembelajaran dijelaskan sebagai berikut:

Tahapan Perencanaan Kurikulum

Tahap ini menghasilkan profil lulusan dengan diawali melalui analisis kebutuhan (market signal), dilanjutkan

dengan menghasilkan materi studi dari penelitian yang dilakukan oleh prodi sesuai berdasarkan spesialisasinya (scientific vision). Berdasarkan kedua hasil tersebut, berikutnya ialah perumusaln CPL, mata kuliah beserta kreditnya dan menyusun struktur mata kuliah dalam bentuk matriks. Tahapan kurikulum dijelaskan dengan sederhana terdiri dari:

a. Menetapkan profil lulusan & merumuskan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL);

b. Menetapkan materi studi & membentuk mata kuliah;

c. Menyusun matriks struktur mata kuliah.

2.3.5 Tahap Evaluasi Program Kurikulum

Perubahan kurikulum dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk perkembangan ilmu pengetahuan, peraturan pemerintah, kebutuhan pengguna lulusan, dan hasil penilaian kurikulum yang sedang berlangsung. Beberapa model yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kurikulum, antara lain:

1) Pendekatan evaluasi Formatif-Sumatif;

2) Pendekatan evaluasiDikrepansi Provus;

3)Pendekatan evaluasi Daniel Stufflebeam’s CIPP (Context, input, process, product);

4) Pendekatan evaluasi Empat Level Donald L. Kirkpatrick;

Terdapat memiliki kelebihan dan kekurangan pada masing- masing pendekatan. Buku Pedoman Penyusunan KPT ini ditampilkan dalam bentuk Model Evaluasi Dikrepansi Provus untuk menilai kurikulum berdasarkan SN-Dikti, dikarenakan alasan utamanya ialah setiap perguruan tinggi mempunyai standar pendidikan yang mengacu pada SN- Dikti (Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015).

2.4 Pengertian Kualitas Pendidikan

Mutu sekolah (pendidikan) merupakan kapasitas sekolah dalam mengolah operasional dengan efektif terhadap unsur terkait sehingga memberikan nilai tambah pada komponen tersebut sesuai standar yang relevan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pendidikan Pertumbuhan kemungkinan pendidikan telah mencapai tingkat perkembangan yang optimis. Namun, dunia pendidikan terus menghadapi ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan dari segi kualitas. Ada ekspektasi yang tinggi terhadap dunia pendidikan, namun para pengamat pendidikan terus mengirimkan sinyal dan penilaian pesimistis terhadap buruknya kualitas pendidikan. Ada atau tidaknya kurikulum nasional, ruang laboratorium yang berfungsi sebagai ruang praktikum, dan persentase tenaga pengajar dengan pengalaman kurang dari lima tahun berdampak pada kualitas pendidikan sekolah.

Sementara kurikulum nasional yang digunakan cenderung meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah yang tidak menggunakan kurikulum nasional, keberadaan ruang laboratorium cenderung meningkatkan kualitas kerja praktek siswa dalam pembelajaran pendidikan di sekolah yang tidak memiliki laboratorium. Jika dibandingkan dengan jumlah pengajar yang mengajar minimal lima tahun dengan yang mengajar kurang dari lima tahun, jumlah guru yang mengajar minimal lima tahun cenderung meningkatkan kualitas pendidikan.

Strategi Meningkatkan Kualitas Sekolah

Pendidikan dengan mutu tinggi menjadi bagian penting setiap orang. Untuk memperoleh pendidikan yang layak, dibutuhkan upaya-upaya tertentu. Memiliki tingkat pengetahuan atau kecakapan yang tinggi sangat penting bagi keberhasilan seseorang atau organisasi. Berikut merupakan strategi dalam meningkatkan mutu pendidikan.

a. Terapkan Sistem Belajar Yang Berkualitas

Keberhasilan di bidang pendidikan selaras dengan kapasitas untuk memahami berbagai ilmu yang bermanfaat. Semakin besar utilitas ilmu yang diperoleh, semakin besar kemungkinan keberhasilannya. Mereka yang memperoleh

ilmu di sekolah dengan kualitas yang lebih tinggi akan memiliki kemungkinan sukses yang lebih besar daripada mereka yang bersekolah di sekolah dengan kualitas yang lebih rendah.

b. Memiliki Kemandirian Dalam Belajar

Walaupun urgensi kesukesan dapat dicapai dengan belajar di sekolah yang berkualitas, kemandirian dalam belajar juga sama pentingnya, karena tidak semua informasi dunia nyata diajarkan di sekolah. Orang-orang sukses mampu mengintegrasikan sistem pendidikan formal dan informal agar memiliki sumber daya pendidikan yang memadai.

c. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional juga perlu untuk diasah dan dikembangkan seperti menumbuhkan kecerdasan intelektual di sekolah. Kecerdasan emosional dikaitkan dengan kapasitas untuk membentuk hubungan interpersonal yang produktif.

Tingginya kecerdasan emosional, maka kapasitas untuk membentuk hubungan antar individu pula makin besar.

Namun, kesuksesan tidak dapat dicapai dengan sendirian.

Dengan membangun hubungan sesama manusia yang berdasarkan hukum universal yang mengatur semesta, kesuksesan akan lebih mudah diperoleh.

d. Berinvestasi Dalam Putaran Waktu

Waktu adalah dimensi yang sangat penting. Kunci manajemen waktu yang baik adalah memusatkan waktu, pikiran, dan energi kita pada aktivitas bernilai tambah tinggi. Semakin kuat kemampuan manajemen waktu kita, semakin besar jumlah pencapaian yang mungkin kita capai.

e. Kecerdasan Spiritual

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, spiritualitas memiliki bagian penting dalam kehidupan setiap orang, sehingga tidak boleh diabaikan. karena memainkan peran penting dalam setiap keberadaan manusia. Dengan membaca kitab suci, bermeditasi, berbuat baik kepada manusia lain, dan mempraktikkan aturan kasih dalam membangun hubungan antarmanusia, kecerdasan spiritual dapat dikembangkan.

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan studi eksplanasi dalam menjelaskan kaitan antar dua variabel.

Studi eksplanasi menurut Sugiyono (2004) merupakan sejenis penelitian yang berusaha untuk mengetahui keterkaitan dua variabel atau lebih. Data kuantitatif yang diperoleh merupakan data numerik atau data yang berbentuk angka.

3.2 Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2004) merupakan area dimana terdapat obyek atau individu yang sesuai dengan karakteeristik yang telah ditentukan oleh peneliti unutk dikaji dan menjadi pertimbangan dalam membuat kesimpulan.

Sebanyak 300 responden dari Taruna/i Program Diploma Pelayaran digunakan sebagai populasi untuk penelitian ini. Pemilihan pengambilan jumlah responden angkatan 2018 dan 2019 didasarkan pada premis bahwa total

populasi adalah homogen sehingga cukup terwakili oleh sampel.

Stratified random sampling digunakan sebagi teknik pengambilan sampel yang berarti sampel diambil secara acak dengan tingkatan tertentu.

Penentuan sampel dari populasi dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut :

Formula Slovin digunakan guna menghitung jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penyebaran angket (Umar, 2007:78) untuk penelitian ini yakni sebagai berikut:

N n =

1 + N C2 Keterangan :

n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi

C : Persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir/diinginkan.

Penentuan tingkat kelonggaran untuk ukuran sampel yang digunakan sebesar 5% dan diperoleh jumlah sampel berdasarkan rumus diatas sebagai berikut:

= 171

Sebanyak 171 responden diambil sebagai sampel dalam penelitian ini berdasarkan perhitungan diatas.

3.3 Operasionalisasi Variabel

Operasional dideskripsikan sebagai penjelasan yang jelas dan eksplisit dari variabel yang dievaluasi sehingga mereka dapat dinilai secara akurat. Berikut deskripsi operasional yang digunakan:

1) Variabel bebas (X)

Pengukuran variabel ini dilakukan dengan pengembangan kurikulum dan pembentukan karakter yang dijelaskan sebagai berikut:

X1 = Kurikulum merupakan kumpulan rancangan dan aturan tentang CPL, materi studi, proses dan evaluasi yang ditetapkan sebagai panduan pelaksanaan program studi dengan dua indicator berikut:

1. capaian pembelajaran 2. standard kompetensi lulusan

X2 = Pengembangan karakter adalah pembentukan rasa hormat, yang mencakup penghargaan

terhadap diri sendiri, orang lain, semua bentuk kehidupan, dan lingkungan, dan dinilai dengan dua indikator berikut:

1. Moral Knowing/Learning to Know 2. Moral Loving/Moral Feeling

2) Variabel Terikat Mutu pendidikan adalah kemampuan lembaga pendidikan untuk menangani secara operasional dan efektif komponen-komponen terkait sekolah dalam rangka menciptakan nilai tambah sesuai dengan norma/standar yang relevan ( Y )

Adapun indikator variabel 1. kurikulum

2. sarana & prasarana

Skala Likert digunakan dalam mengukur variabel X dan Y menggunakan angket dengan memberikan tanda silang ( √ ) pada pilihan yang ditawarkan dengan nilai yang ditentukan:

Pilihan (A) memiliki nilai 5 menunjukkan sangat setuju Pilihan (B) memiliki nilai 4 menunjukkan setuju

Pilihan (C) memiliki nilai 3 menunjukkan ragu-ragu Pilihan (D) memiliki nilai 2 menunjukkan tidak setuju

Pilihan (E) memiliki nilai 1 menunjukkan sangat tidak setuju

3.4 Lokasi Penelitian

Pengumupaln data dilakukan di Program Diploma Pelayaran Universitas Hang Tuah Surabaya

3.5 Sumber Data

Penelitian ini menggunakan sumber data sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah informasi yang diperoleh langsung dari responden melalui penggunaan kuesioner atau serangkaian pertanyaan tergantung pada variabel yang diteliti. Informasi ini terdiri dari tanggapan dari responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan informasi yang berasal dari sumber selain data primer. Ini membantu dan dapat mendukung penelitian.

Data sekunder yang digunakan diambil dari buku- buku, artikel-artikel, dan sumber-sumber lain yang memiliki keterkaitan erat dengan subjek penelitian yang didukung dari data pendukung yang dikumpulkan.

3.6 Teknik Pengumpulan Data a. Angket

Peneliti menyajikan responden dengan satu set pertanyaan dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan tertulis, yang mungkin tertutup atau terbuka.

b. Studi pustaka

Penulis mengkaji literatur yang berkaitan dengan manajemen pelayaran niaga, dengan berfokus pada persoalan terkait penelitian, baik informasi yang diperoleh dari perusahaan maupun informasi terkait lainnya.

3.7 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis statistik induktif (inferensial), yakni pendekatan analitis yang berusaha membuat kesimpulan tentang semua anggota populasi atau untuk mengkarakterisasi populasi yang diteliti, berdasarkan hasil penyelidikan sebagai populasi atau sampel. Metode analisis data berikut digunakan:

3.7.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk menilai apakah pertanyaan kuesioner valid dan reliabel, perlu dilakukan pre-test validitas dan

reliabilitasnya dengan menggunakan sampel responden yang besar (Singarimbun dan Effendi, 2005: 137-140).

Evaluasi validitas dan ketergantungan penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

a. UjiValiditasAlat Ukur (Kuesioner)

Menurut Azwar (2000:5), uji validitas adalah

"penilaian terhadap ketepatan dan keakuratan yang dengannya suatu alat ukur memenuhi tujuan pengukurannya". Validasi data yang diterima dari kuisioner yang diberikan kepada responden bertujuan untuk mengetahui apakah isi kuisioner dapat dipahami dengan baik oleh semua responden, hal ini terlihat dari kecilnya proporsi responden yang jawabannya menyimpang dari rata-rata tanggapan responden lainnya. Dalam penelitian ini, "Koefisien korelasi Pearson Product-Moment (r)" digunakan untuk menentukan kekuatan dan arah hubungan timbal balik antara perubahan dalam distribusi nilai. Rumus korelasiPearson Product Momentsebagai berikut :

Dimana :

X = skor pernyataan nomor Y = skor total

Dengan menggunakan aplikasi SPPSS for Windows versi 20.0, dilakukan perhitungan pengolahan data.

Untuk validitas statistik, angka korelasi yang dihasilkan (rhitung) harus memenuhi ambang batas derajat kebebasan n-2 pada tingkat signifikansi 0,05.

Item tersebut sah jika angka korelasi yang dihasilkan melebihi nilai krusial (rhitung > rtabel). Alternatifnya, jika nilai korelasi yang dihasilkan lebih kecil dari nilai krusial (rhitung < rtabel), item tersebut tidak valid dan harus dilakukan penyesuaian terhadap indikator yang tidak valid dan dihilangkan. Namun, jika hasil yang diperoleh valid, maka dilanjutkan ke uji reliabilitas.

b. UjiRealibilitas

Menurut Azwar (2000:4), uji reliabilitas mengukur sejauh mana hasil pengukuran dapat diandalkan. Hasil pengukuran hanya dianggap dapat dipercaya jika, terlepas dari berapa kali pertanyaan atau variabel diajukan kepada responden, jawabannya tetap relatif konsisten, dengan asumsi elemen yang dievaluasi

tidak berubah. Dengan melakukan uji reliabilitas dan penentuan koefisien alpha menggunakan metode cronbach's alpha dapat diketahui konsistensi tanggapan responden dari waktu ke waktu. Dengan menggunakan rumus berikut, nilai r alpha (koefisien) dihitung sebagai bagian dari uji reabilitas:

R = 2rb . (Sugiyono, 2005:122) 1 + rb

r = reliabilitas instrument ( r alpha ) rb = koefisien korelasi validitas instrument

Intrumen dinyatakan reliabel jika ralpha > rtable, dan sebaliknya, dinyatakan tidak reliabel jika jika ralpha <

rtable. Nilai r product moment (table statistic)

digunakan unutk menetapkan nilai r table dengan df = jumlah kasus – 2 dan tingkat signifikasi sebesar 5%.

3.7.2 Analisis Regresi

Karena terdapat satu variabel bebas dan satu variabel terikat, maka model Regresi Linier Berganda digunakan untuk menguji besar kecilnya keterkaitan atau pengaruh pengembangan kurikulum dan pembentukan karakter terhadap mutu pendidikan di Program Diploma Pelayaran.

Adapun persamaanya adalah sebagai berikut : Y = a + b1X1+b2X2+e

Dimana :

Y = Kualitas Pendidikan

a = Koefisien intercept (titip potong kurva terhadap sumbu Y)

b = Koefisien variable dependen X1-X2 X1 = Dimensi pengembangan kurikulum X2 = Dimensi pembentukan karakter e = Variabel error

3.8 Analisis Korelasi Berganda

Analisis Korelasi Berganda adalah metode kedua yang dapat digunakan untuk menentukan seberapa dekat dua atau lebih variabel terkait ketika dianalisis bersama.

Menghitung korelasi menurut Sugiyono (2004 : 182) sebagai berikut :

Dimana :

rxy = koefisien korelasi

X = item dari variabel yang di uji N = banyaknya sampel

Y = jumlah skor variabel di uji 3.9 Uji hipotesis

a. Uji t (uji parsial)

Untuk mengukur pengaruh pengembangan kurikulum dan pembentukan karakter terhadap mutu pendidikan secara parsial menggunakan formula menurut J. Suprapto (1990:198) sebagai berikut:

t hitung = √( r²) (n - 2) 1 – r Keterangan :

1 = korelasi parsial yang ditemukan n = jumlah sampel

t = t hitung yang selalu dibandingkan dengan t tabel.

Tingkat kepercayaan yang digunakan unutk pengujian hipotesis sebesar 95 % atau dengan α = 0,05 dengan persyaratan sebagai berikut :

1. Ho dapat diterima apabila –t tabel < t hitung, yang menunjukkan regresi parsial tidak signifikan.

2. Ho dapat diterima apabila t hitung < -t tabel, yang menunjukkan secara parsial signifikasi.

Melalui kurva distribusi t dua sisi berikut dapat menjelaskan daerah kritis Ho:

Gambar 1. Daerah penolakan Ho dan Penerimaan Hi b. Uji F (Uji Serempak )

Uji F ini dirancang untuk menguji relevansi keterkaitan antara pengembangan kurikulum dan pengembangan karakter pada kualitas pendidikan secara bersamaan.

Rumus yang digunakan : F = R²(N – M – 1 )

M (1 – R²) Keterangan :

R²= Koefisien daterminasi N = Banyaknya sampel

- t tabel 0 t hitung

Daerah penolakan Ho dan

penerimaan Hi

Daerah penolakan Ho dan

penerimaan Hi Daerah

Penerimaan Ho dan Penolakan Hi

M = Banyaknya variabel bebas

Tingkat kepercayaan yang digunakan unutk pengujian integritas sebesar 95 % atau denganα = 0,05 dengan persyaratan sebagai berikut:

- Ho dapat diterima apabila Fhitung < Ftabel, yang menunjukkan korelasi ganda secara simultan.

- Ho dapat diterima apabila Fhitung < Ftabel, yang menunjukkan korelasi ganda secara simultan signifikasi.

- Apabila Fhitung > Ftabel dan nilai signifikasinya >

alpha, maka Ho ditolak dan diterimanya Hi.

Gambar 2. Kurva distribusi F

Daerah Penerimaan Ho

Ftabel Fhitung

Daerah Penolakan Ho

Dokumen terkait