3 BAB III PEMILIHAN STRATEGI
SKEN SKENARIO ASUMSI STRATEGI Tatakelola
Pemerintahan
Perubahan
Iklim Pertumbuhan
Ekonomi Pertumbuhan Penduduk
Identifier/
Judul
Penjelasan
4 GG TINGGI (7%) D.Maximum
Management
Upaya maksimum, dimaksudkan untuk meningkatkan semua upaya dari aspek PSDA dan berasumsi adanyacost recovery.
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2010
Terdapat 4 (empat) skenario yang masing-masing mememiliki strategi, diuraikan sebagai berikut:
A. Alternatif Strategi A : Current Trend Compliance
Tujuan dari strategi A adalah untuk memenuhi kebutuhan air pada masa datang dengan biaya serendah mungkin. Upaya yang akan dilakukan pada strategi A ini hanya berupa upaya minimum termasuk upaya pemenuhan air baku untuk keperluan RKI secara terbatas tanpa melakukan upaya optimal terhadap penanganan kualitas air. Pada strategi A ini kemampuan ekonomi untuk membiayai pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Citarum sangat rendah, hal ini dapat ditunjukkan salah satunya dengan indikator pertumbuhan ekonomi pada wilayah sungai rendah sampai sedang serta tatakelola pemerintah menunjukkan current trend (CT), ini berimplikasi bahwa opsi kebijakan lain tidak akan digabungkan, seperti langkah-langkah yang lebih murah yang dirancang untuk mendorong kesinambungan jangka panjang dari sistem sumber daya air.
Strategi A mencakup langkah-langkah JWRMS untuk pengaliran air dari waduk Jatiluhur ke wilayah Jabodetabek. Dalam strategi A keterlibatan pemerintah dalam meningkatkan efisiensi operasi dianggap rendah sehingga pelaksanaaan upaya struktural yang pada jangka panjang untuk mengoptimalkan secara penuh potensi air bersih Wilayah Sungai Citarum cukup rendah. Selain itu, strategi A
mengasumsikan bahwa tidak ada investasi besar terkait dengan konservasi atau restorasi DAS dan perbaikan kualitas air.
B. Alternatif Strategi B : Pro-active Management
Strategi B sama dengan Strategi A, dengan upaya tambahan yaitu kesungguhan dalam peningkatan kelembagaan untuk mengelola sumber daya air secara proaktif, dan dengan penegakan hukum yang lebih kuat dalam pengelolaan sumber daya lahan dan air. Namun, dalam strategi ini dana yang tersedia belum/tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan yang optimal, termasuk belum ada pembangunan sarana parasarana sumber daya air baru tapi sudah ada sedikit upaya peningkatan kualitas air.
C. Alternatif Strategi C :Optimum Management
Strategi C bertumpu pada pemenuhan kebutuhan air, didasarkan pada IWRM yang aktif dan berkelanjutan, termasuk pengelolaan air tanah, serta serangkaian upaya dan kebijakan aktif yang dimaksudkan untuk pengendalian pencemaran, serta konservasi dan restorasi DAS. Strategi C melakukan upaya optimum dalam pengelolaan sumberdaya air melalui pelaksanaan “sebagian besar” upaya penanganan secara bertahap, termasuk penanganan konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air, pengendalian daya rusak air, sistem informasi sumberdaya air serta pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan sumberdaya air.
Dengan demikian strategi ini hanya akan mungkin dilakukan dengan sumber dana yang memadai disertai peningkatan efisiensi. Strategi C menuntut otoritas untuk mengambil tindakan tepat dalam menanggulangi dan secara bertahap menghentikan pengambilan air tanah dalam di untuk industri. Pengambilan air tanah hanya diizinkan untuk air baku PDAM dan sumur penduduk.
D. Alternatif Strategi D : Maximum Management
Strategi D melaksanakan “semua” upaya pengelolaan sumber daya air secara maksimum. Oleh karena itu strategi D ini mempunyai target yang sangat tinggi, dengan konsekuensi semua upaya stuktural harus dilaksanakan segera (lebih awal dibandingkan dengan strategi C). Dari segi finansial untuk pelaksanaan upaya struktural ini kebutuhannya sangat tinggi. Strategi ini menuntut pasokan air permukaan ke Jakarta akan ditingkatkan secara signifikan. Strategi D memuat upaya pengembangan sumber daya air dengan asuransicost recovery.
3.1.2 Kondisi Perekonomian Wilayah Sungai Citarum
Wilayah Sungai Citarum merupakan wilayah sungai strategis nasional yang sepenuhnya berada di wilayah administratif Provinsi Jawa Barat.
Secara ekonomi wilayah sungai ini sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi provinsi Jawa Barat.
A. Nilai Pendapat Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kontribusi nilai tertinggi PDRB Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010, 2011 dan 2012 dicapai oleh sektor Industri Pengolahan disusul oleh sektor Perdagangan Hotel dan Restoran serta sektor Pertanian menempati urutan yang ke tiga, seperti terlihat pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2. PDRB atas harga Konstan (juta Rp)
No. Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013
1 Pertanian 42.137.486 42.101.055 41.801.728 43.292.316
2 Pertambangan & Penggalian 7.464.691 7.084.737 6.578.424 6.534.819 3 Industri Pengolahan 135.246.774 144.010.048 149.677.170 157.643.083 4 Listrik,.gas.&.air.bersih 7.315.960 7.426.138 8.113.890 8.685.680
5 Konstruksi 11.810.047 13.482.716 15.317.835 16.599.508
6 Perdagangan,.hotel&restoran 70.083.413 75.770.236 84.762.948 91.181.323 7 Pengangkutan.&.komunikasi 15.352.858 17.645.145 19.763.392 21.673.175 8 Keu.,persewaan&jasa.perush 10.564.691 11.985.429 13.209.862 14.313.207
9 Jasa-jasa 21.899.922 23.605.740 25.527.155 26.915.729
PDRB 321.875.841 343.111.243 364.752.403 386.838.840 PDRB.Tanpa.Migas 312.842.537 334.457.113 356.653.957 378.835.459 Sumber: Jawa Barat Dalam Angka 2010, 2011, 2012, 2013
Sumber daya air memiliki peran dalam mendukung perkembangan sektor industri, sektor Perdagangan, hotel & restoran seta sektor pertanian melalui penyediaan dan penggunaan sumber daya air sesuai sub aspek pengelolaan sumber daya air yang diamanatkan Undang- Undang No.7/2004. Terdapat hubungan fungsional yang sejajar antara pendapatan daerah pada ke tiga sektor tersebut dalam pengelolaan sumber daya air, artinya semakin besar pendapatan daerah dari ke tiga sektor di atas, daerah akan semakin mampu mengelola sumber daya air secara menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan untuk tujuan mewujudkan pemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk kemakmuran rakyat.
B. Pertumbuhan Ekonomi
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Jawa Barat relatif meningkat mulai dari tahun 2009, lajunya hanya 4,19 persen, pada tahun 2010 menjadi 6,2 persen, dan pada 2011 mencapai 6,48 persen, sedikit di atas LPE Indonesia yang mencapai 6,46 persen. Pada tahun 2012 LPE Jawa Barat sebesar 6,21% menyamai LPE Indonesia secara nasional yaitu 6,2%.
Laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat selama 4 (empat) tahun memiliki trend (kecenderungan) yang positif untuk mengikuti pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini mengindikasikan bahwa Jawa Barat memiliki kekuatan ekonomi yang cukup tinggi yang secara finansial mampu melaksanakan pengelolaan sumber daya air alternatif strategi D.
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2014
Gambar 3.1. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat (tanpa migas) dan Nasional