Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2014
Gambar 3.1. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat (tanpa migas) dan Nasional
2. Terlaksananya konservasi lahan agak kritis pada DAS di wilayah Citarum;
3. Terlaksananya konservasi lahan potensial kritis pada DAS di wilayah Citarum;
4. Terlaksananya Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah Citarum;
5. Terwujudnya perlindungan yang optimal pada alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Citarum;
6. Terlaksananya PerMenTan No. 47/PerMenTan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman Umum Budi daya Pertanian pada lahan Pegunungan;
7. Terlaksananaya penanaman kawasan non hutan yang berlereng dengan tanaman jangka panjang bernilai ekonomi tinggi (contoh tanaman kopi);
8. Tercapainya standar luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) sesuai dengan peraturan;
9. Terwujudnya kawasan pemukiman baru yang memenuhi daya dukung lingkungan;
10. Terlindunginya situ secara berkelanjutan;
11. Terlindunginya kawasan muara dan pantai;
12. Terlindungnya kawasan pantai secara alami dengan hutan bakau;
13. Terlindungnya dasar dan alur sungai terhadap kerusakan akibat penambangan pasir dan krikil;
14. Terciptanya batas pemilikan lahan yang jelas di hulu antara milik PERUM PERHUTANI, PTPN dan Masyarakat;
15. Terlindunginya lahan bekas sudetan sungai Citarum dan anak- anak sungainya;
16. Terlindunginya keanekaragaman hayati;
17. Terwujudnya sempadan sungai;
18. Tertatanya lingkungan bersih dan sehat disekitar sungai,
19. Bertambahnya waduk, situ dan kolam retensi;
20. Terlaksananya pengendalian pengambilan air tanah;
21. Tercapainya efisiensi pemakaian air irigasi;
22. Tercapainya efisiensi pemakaian air rumah tangga dan industri;
23. Berkurangnya kebocoran distribusi air minum;
24. Terlindunginya dan meningkatnya luas daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Citarum;
25. Terlindunginya daerah retensi dan bantaran sungai terhadap perambahan oleh masyarakat;
26. Teridentifikasinya potensi daerah retensi di wilayah Citarum;
27. Terlaksananya pembuatan sumur resapan dan biopori oleh seluruh masyarakat; dan
28. Terlindunginya mata air di wilayah Citarum secara berkelanjutan
B. Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air
1. Terbitnya pergub peruntukan air pada sumber air pada ruas/lokasi tertentu, termasuk penetapan kelas air sungai;
2. Terbitnya penetapan zona pemanfaatan sumber air dan terintegrasinya pada peta RTRW Prov. Jawa Barat;
3. Meningkatnya efisiensi penggunaan air;
4. Mengurangi pencurian air atau pemborosan air RKI dan irigasi;
5. Tersusunnya rencana penyediaan air terpadu;
6. Terbangunnya waduk dan tampungan air untuk penyediaan air irigasi dan air baku RKI;
7. Bertambahnya debit sungai Cisangkuy 0,7 m3/detik dari Waduk Harian Cikalong dan 1,5 m3/detik dari Waduk Santosa yang merupakan kaskada waduk ;
8. Tersedianya air untuk keperluan air bersih/minum kota Bandung dari Waduk Saguling sekitar 4 m3/detik;
9. Tersedianya air bersih/minum untuk Kota Bandung (dan juga mengairi lahan irigasi di bagian hilir waduk) sebesar 2,05
10. Tersedianya air bersih/minum utk Jatinangor 3,02 m3/detik dari Waduk Rancaekek/Tegaluar;
11. Tersedianya air bersih/minum untuk Kota Cimahi 0,43 m3/detik (dan juga mengairi lahan irigasi seluas 1.717 ha di sekitar lokasi) serta produksi listrik 1.630 MWh dari waduk Sukawana;
12. Tersedianya air bersih/minum untuk Kota Padalarang 0,59 m3/detik (dan mengairi lahan irigasi seluas 825 ha di sekitar lokasi) dari waduk Cimeta;
13. Tersedianya air bersih/minum (Kab.Bandung, Kota Bandung dan Cimahi) 1,04 m3/detik dari waduk Cisondari 1, 2, 3,Ciwidey;
14. Tersedianya air bersih/minum Kab/Kota Bandung sebesar 0,4 m3/detik dari mata air Gambung, sebesar 0,5 m3/detik dari mata air Kertasari dan sebesar 0,4 m3/detik dari mata air Ganjarsari;
15. Tersedianya air bersih/minum Kab. Subang, Kab. Indramayu, Kec. Surian Kab. Purwakarta sebesar 1,1 m3/detik dari waduk Sadawarna
16. Tersedianya air bersih/minum Kab. Subang sebesar 2 m3/detik dari waduk Cilame Cs
17. Tersedianya air bersih/minum Kab. Purwakarta sebesar 0,2 m3/detik dari Intake SPAM Purwakarta dari waduk Jatiluhur 18. Tersedianya air bersih/minum Kab/Kota Bekasi, Kab. Karawang
sebesar 12,74 m3/detik dari Rehabilitasi Saluran Tarum Barat (Curug-Siphon Bekasi)
19. Tersedianya air bersih/minum Kab. Karawang sebesar 2 m3/detik dari waduk Cibeet
20. Tersedianya air bersih/minum Kab. Karawang sebesar 2 m3/detik dari waduk Cipamingkis
21. Tersedianya air bersih/minum Kab. Karawang sebesar 2 m3/detik dari waduk Pasirranji Cs
22. Meningkatnya penyediaan air dari Citarum ke DKI Jakarta sebesar 5 m3/detik dari peningkatan kapasitas Saluran Tarum Barat (Siphon Bekasi-Cawang)
23. Meningkatnya penyediaan air dari Citarum ke DKI Jakarta sebesar 10 m3/detik dari WTP Siphon Bekasi
24. Meningkatnya penyediaan air dari Citarum ke DKI Jakarta sebesar 5 m3/detik dari Pipa dari waduk Jatiluhur tahap I
25. Meningkatnya penyediaan air dari Citarum ke DKI Jakarta sebesar 4 m3/detik dari Pipa dari waduk jatiluhur tahap II
26. Tersedianya air bersih/minum Kab/Kota Bandung sebesar 1,5 m3/detik dari waduk Santosa
27. Tersedianya air bersih/minum Kab/Kota Bandung sebesar 2,05 m3/detik dari waduk Cikapundung
28. Tersedianya air bersih/minum Kab/Kota Bandung sebesar 1,55 m3/detik dari waduk Cipanengah
29. Tersedianya air bersih/minum Kab/Kota Bandung sebesar 0,38 m3/detik dari waduk Cigondok
30. Tersedianya air bersih/minum Kab/Kota Bandung sebesar 0,24 m3/detik dari waduk Citarik
31. Tersedianya air bersih/minum Kab/Kota Bandung sebesar 0,33 m3/detik dari waduk Cimahi
32. Tersedianya air bersih/minum Kab/Kota Bandung sebesar 0,59 m3/detik dari waduk Cimeta
33. Tersedianya air bersih/minum Kab/Kota Bandung sebesar 0,59 m3/detik dari
34. Tersedianya air untuk keperluan air bersih/minum dan irigasi dari potensi waduk yang ada di Citarum Hulu waduk Cikitu, Wakap, Cibintinu, Cikuda, Sekerende, Tugu, Cikalimiring, Cikawari, Tereptep, Leuwiliang, Cigumentong, Cimulu dan waduk Cibodas);
35. Tersedianya air untuk keperluan air bersih/minum dan irigasi dari potensi waduk yang ada di Citarum Hilir waduk Cibeber, Nameng, Pangkalan, Maya, Telagaherang, dan waduk Kandung);
36. Tersedianya air tanah khususnya untuk air bersih rumah tangga dengan memperhatikan keseimbangan antara potensi dan kebutuhan;
37. Meningkatnya cakupan layanan PAM Cekungan Bandung dan Kab./Kota lainnya sesuai target MDG's;
38. Harmonisasi penggunaan air irigasi dan air baku di wilayah Citarum;
39. Pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi terutama yang rusak berat;
40. Terlaksananya OP prasarana sumber daya air sesuai standar;
41. Melaksanakan OP Waduk/Situ sesuai kebutuhan;
42. Meningkatnya efisiensi air irigasi;
43. Tersedianya SOP tampungan/situ di Wilayah Citarum;
44. Peningkatan irigasi dalam rangka ketahanan pangan;
45. Optimalnya integrasi SOP Kaskade 3 Waduk Citarum (Saguling, Cirata dan Jatiluhur);
46. Operasi dan pemeliharaan waduk maksimal terpadu;
47. Pengamanan bendungan terjamin;
48. Terlaksananya penerapan Pengelolaan Aset Irigasi (PAI) secara berkelanjutan;
49. Terlaksananya rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat;
50. Terwujudnya pemisahaan fungsi saluran air baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat;
51. Operasi dan pemeliharaan bangunan irigasi dan jaringan irigasi secara maksimal dan terpadu;
52. Meningkatnya kesadaran petani dalam pelaksanaan hemat air irigasi;
54. Tersedianya pedoman operasional AKNOP irigasi;
55. Terlaksananya pengembangan potensi tenaga air;
56. Terlaksananya pengembangan penerapan teknologi desalinasi dan ultra filtrasi, khususnya untuk air industri di kawasan pantai utara dan Bandung; dan
57. Terlaksananya pengusahaan air minum oleh PJT 2 secara optimal.
C. Aspek Pengendalian Daya Rusak Air
1. Tersusunnya master plan sistem pengendalian banjir secara menyeluruh pada S.Citarum;
2. Terlaksananya perbaikan, rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana pengendali banjir pada sungai Citarum;
3. Tercapainya kapasitas aliran sungai dan jaringan drainase mampu menyalurkan banjir dengan debit tertentu;
4. Tercapainya penetapan dan pemasangan patok batas kawasan retensi banjir serta melarang pembangunan di daerah retensi (Cieunteng dan Cikapundung);
5. Terlaksananya ketetapan kawasan retensi yang telah terbangun termasuk upaya dan solusinya;
6. Terwujudnya bantaran sungai bersih dari bangunan, timbunan material galian (pasir, kerikil) dan tanaman keras yang menghambat arus banjir;
7. Terwujudnya sungai dan saluran drainase bersih dari sampah;
8. Terbitnya Perda pembatasan KDB dan pembuatan kolam detensi pada komplek perumahan;
9. Tersedianya jalur evakuasi dan tempat pengungsian;
10. Terpasangnya sistem peringatan dini di semua sungai utama;
11. Terwujudnya sistem dan kapasitas aliran saluran drainase mikro yang memadai di perkotaan;
12. Teratasinya ancaman luapan air pasang laut;
14. Terlaksananya rehabilitasi situ, untuk mengembalikan kapasitas dan fungsinya sesuai rencana;
15. Melaksanakan OP Waduk/Situ sesuai kebutuhan;
16. Terlaksananya pelaksanaan PERDA tentang penetapan batas dan pemanfaatan daerah sempadan sungai dan situ/waduk;
17. Berkurangnya genangan banjir di hulu, bagian tengah dan hilir Citarum;
18. Kerugian akibat banjir dapat diminimalisasikan;
19. Terlaksananya evakuasi korban pada saat kejadian banjir;
20. Tercapainya pemulihan kondisi rumah masyarakat;
21. Terwujudnya perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak, memulihkan fungsinya; dan
22. Tersedianya dana yang memadai untuk pemulihan kondisi dan fungsi prasarana dan sarana umum.
D. Sistem Informasi Sumber Daya Air
1. Terwujudnya database sumber daya air yang lengkap dan terpercaya;
2. Tersedianya SDM yang menangani SISDA secara memadai;
3. Tersedianya peralatan yang memadai untuk menunjang SISDA terpadu;
4. Terintegrasinya data SISDA secara berkelanjutan;
5. Tersedianya pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif; dan
6. Terwujudnya komitmen penyediaan dana untuk SISDA terpadu.
E. Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat, Swasta, dan Pemerintah
1. Efektifnya pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja pengelolaan sumber daya air;
2. Terpenuhinya jumlah pegawai dan peningkatan kapasitasnya;
3. Terbitnya pedoman atau MoU tentang pembagian peran antar unit pengelola sumber daya air antara lain kewenangan terhadap situ dan anak sungai;
4. Terbitnya pedoman manajemen aset dalam pengelolaan sumber daya air;
5. Terwujudnya keterpaduan dalam penyusunan program dan anggaran pengelolaan sumber daya air;
6. Terwujudnya pungutan jasa pengelolaan sumber daya air;
7. Terbentuknya BLU Pengelolaan sumber daya air;
8. Terkendalinya pengambilan air tanah dalam;
9. Meningkatnya kesadaran swasta/perusahaan/industri dalam pengambilan air tanah dalam;
10. Terbitnya dokumen pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan;
11. Terbitnya dokumen pembagian peran kegiatan OP di Jargasi Jatiluhur;
12. Terwujudnya kebijakan yang jelas mengenai transfer air antar wilayah provinsi;
13. Optimalnya kinerja Komisi Irigasi Provinsi, Kabupaten/Kota yang aktif;
14. Optimalnya kinerja Dewan Sumber Daya Air Provinsi di wilayah Jawa Barat;
15. Terbentuknya Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan;
16. Optimalnya kinerja Sekretariat TKPSDA Citarum;
17. Peningkatan kinerja forum komunikasi DAS;
18. Meningkatnya Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi di wilayah Citarum;
19. Optimalnya koordinasi dalam penanggulangan bencana banjir penanggulangan bencana, dan pemulihan prasarana yang rusak oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah;
20. Meningkatnya kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam Pengelolaan sumber daya air;
21. Terlindungnya/terjaganya budaya/tradisi masyarakat dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan dan sumber daya air;
22. Terlaksananya pemasyarakatan hemat air untuk kebutuhan perkotaan;
23. Terlaksananya pembinaan petani berhemat air irigasi dengan sistem SRI;
24. Terlaksananya penerapan hemat air industri melalui Reduce- Reuse-Recycle;
25. Terlaksananya pengembangan dan Penerapan Teknologi ultra filtrasi dan desalinisasi air laut untuk industri;
26. Meningkatnya kesiapan masyarakat menghadapi banjir;
27. Meningkatnya kesadaran masyarakat dlm pengelolaan sampah (di saluran, sungai);
28. Terlaksananya peningkatan pengembangan dan penerapan Dana CSR untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan;
29. Terlaksananya peningkatan pemberdayaan masyarakat tentang kebersihan lingkungan, termasuk jamban keluarga;
30. Terlaksananya konservasi DAS dengan prinsip kerjasama hulu- hilir;
31. Terlaksananya kerjasama pengelolaan jasa lingkungan; dan 32. Optimalnya peran serta perempuan dalam pengelolaan Sumber
Daya Air termasuk dalam kegiatan konservasi, pendayagunaan dan daya rusak air, penyebarluasan informasi dan keterlibatan dalam organisasi kemasyarakatan.
4 BAB IV INVENTARISASI SUMBER DAYA AIR
4.1 Kondisi Hidrologis, Hidrometeorologis, dan Hidrogeologis