Latar Belakang
Maksud, Tujuan dan Sasaran
Maksud
Tujuan
Sasaran
Karakteristik Wilayah Sungai
Letak Geografis dan Wilayah Administrasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 21/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum, Kawasan Sungai Citarum merupakan wilayah kerja Sungai Citarum. Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) di Bandung. Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Sungai Citarum mempunyai dua Kawasan Strategis Nasional (KSN) dan tiga Kawasan Pendukung (KA) sebagai berikut.
Daerah Aliran Sungai Wilayah Sungai Citarum
Topografi
Morfologi Sungai Citarum bagian tengah bervariasi antara dataran (250-400 m dpl), perbukitan agak bergelombang (200-800 m dpl), perbukitan terjal (m dpl) dan morfologi pegunungan vulkanik. tubuh. Seluruh sungai di wilayah Sungai Citarum mengalir dari selatan ke utara dan bermuara di pantai utara (Laut Jawa).
Jenis Tanah dan Formasi Geologi
Tanah ini tersebar di sekitar gunung berapi yaitu di sekitar Gunung Burangrang, Gunung Patuha, Gunung Malabar dan lain-lain di Kawasan Sungai Citarum. Bahan penyusunnya berasal dari batuan keras yang belum mengalami pelapukan sempurna. Jenis tanah ini disebut juga tanah azonal.
Tataguna Lahan
Luas pertanian di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat berkurang sekitar 75 hektar setiap tahunnya akibat alih fungsi lahan untuk keperluan non-pertanian. Rencana pembukaan kawasan industri di Purwakarta menjadi salah satu faktor terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian.
Sistem Sungai
Penambahan lahan pemukiman ini merupakan dampak dari peningkatan jumlah penduduk yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi peningkatan lahan kritis di kawasan Sungai Sitarum. Pemerintah Purwakarta menyatakan akan membuka kawasan industri baru di sekitar Kecamatan Plered dan Sukatani.
Daerah Irigasi
Daerah irigasi provinsi di Kawasan Sungai Citarum meliputi 8 kabupaten dan 2 kota dengan luas total 32.638 hektar. Daerah irigasi provinsi di Kawasan Sungai Citarum meliputi 8 kabupaten dan 2 kota dengan luas total 40.069 hektar.
Isu Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air
Isu Strategis Nasional
Untuk meningkatkan produksi padi di wilayah Sungai Citarum perlu dilakukan peningkatan dan pengembangan daerah irigasi. Begitu pula dengan menurunnya produksi pangan di wilayah ini juga dipengaruhi oleh permasalahan banjir yang terjadi di wilayah sungai Citarum.
Isu Strategis Lokal
Curah hujan pada musim hujan sedikit meningkat antara 1% hingga 5%, sedangkan curah hujan pada musim kemarau cenderung menurun antara 5% hingga 20% mulai saat ini (KLHK, 2015).
Potensial dan Permasalahan Sumber Daya Air
Potensi Yang Bisa Dikembangkan
Pengelolaan sumber daya air bertujuan untuk memanfaatkan fungsi dan potensi sumber air serta mengelompokkan penggunaan air pada sumber air menjadi beberapa kelompok, termasuk baku mutu air. Pengembangan sumber daya air bertujuan untuk meningkatkan kegunaan fungsi sumber daya air serta meningkatkan ketersediaan air dan kualitas air.
Permasalahan Sumber Daya Air di Wilayah Sungai Citarum
Banjir terjadi setiap tahun di hulu Sungai Citarum (Cekungan Bandung: Kecamatan Baleendah dan Dayeuhkolot), di hulu Sungai Ir. Kolam. Integrasi penataan ruang dalam pengelolaan sumber daya air dapat diwujudkan dengan memasukkan zona perairan dalam RTRW Provinsi/Kabupaten.
Dasar Pertimbangan Strategi
Alternatif Pemilihan Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air
Strategi B sama dengan Strategi A, dengan upaya tambahan yaitu keseriusan dalam meningkatkan kelembagaan pengelolaan sumber daya air yang proaktif dan penegakan peraturan perundang-undangan pengelolaan tanah dan air yang lebih kuat. Namun dalam strategi ini, sumber daya yang tersedia belum/tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan yang optimal, antara lain belum dibangunnya fasilitas sumber daya air baru, namun sudah ada upaya untuk meningkatkan kualitas air.
Kondisi Perekonomian Wilayah Sungai Citarum
Sumber daya air berperan dalam menunjang perkembangan sektor industri, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor pertanian dengan menyediakan dan menggunakan sumber daya air sesuai dengan subaspek pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan dalam Undang-undang No. 7 Tahun 2004. Hal ini menunjukkan bahwa Jawa Barat mempunyai kekuatan ekonomi yang cukup tinggi sehingga secara finansial mampu menerapkan alternatif strategi pengelolaan sumber daya air D.
Pemilihan Strategi
Ketersediaan air bersih/air minum bagi Kota Padalarang sebesar 0,59 m3/detik (dan mengairi 825 ha lahan irigasi di sekitar lokasi) dari Waduk Cimeta; Ketersediaan air bersih/air minum (Kabupaten Bandung, Kota Bandung dan Cimahi) sebesar 1,04 m3/detik dari Waduk Cisondari 1, 2, 3 Ciwidey;
Kondisi Hidrologis, Hidrometeorologis, dan Hidrogeologis
Kondisi Hidrologis
Musim hujan berlangsung pada bulan Oktober hingga April, sedangkan musim kemarau berlangsung pada bulan-bulan lainnya. Curah hujan tertinggi di wilayah Sungai Sitarum terjadi pada bulan Januari hingga Februari, sedangkan terendah terjadi pada bulan Juli hingga Agustus. Jumlah sungai utama yang ada di kawasan Sungai Citarum sekitar 20 sungai yang mengalir ke laut utara atau bergabung dengan sungai lain dan mengalir ke Muara Gembong (Kabupaten Bekasi).
Lokasi dan daftar nama stasiun hujan di wilayah Citarum dapat dilihat pada gambar 4.2 dan tabel 4.2 berikut ini.
Kondisi Hidrometeorologis
Kondisi Hidrogeologis
Di wilayah Sungai Citarum, saat ini terjadi peningkatan penggunaan air tanah yang signifikan di Cekungan Air Tanah (CAT) Bandung-Soreang. Airtanah ini dimanfaatkan sebagai bahan baku utama industri dan penunjang kegiatan industri. Akibat peningkatan pengambilan air tanah yang signifikan tersebut, terjadi penurunan muka air tanah secara regional di CAT Bandung-Soreang.
Hal ini ditandai dengan terbentuknya kerucut dengan penurunan muka air tanah (Cone of Depression/CoD) yang cukup luas di beberapa wilayah.
Kuantitas dan Kualitas Sumber Daya Air
Kuantitas Sumber Daya Air
Potensi sumber daya air yang melimpah sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air baku di Metropolitan Bandung. Kondisi eksisting cakupan jaringan pipa air minum (PDAM) di Kota Metropolitan Bandung ditunjukkan pada Tabel 4.7 di bawah ini. Sumber: Petunjuk Direktur Bina Pengelolaan Pembangunan Air Minum Lokakarya Penyusunan RI-SPAM Wilayah I dan II Direktorat Pengembangan Air Minum Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum.
Infrastruktur utama yang dibangun di kawasan Sungai Sitarum digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan antara lain irigasi, air baku air minum dan industri, listrik, perikanan, air cuci dan pariwisata.
Kualitas Sumber Daya Air
Parameter fosfat total Sungai Citarum secara umum masih memenuhi kriteria mutu air Kelas II PP. Secara umum kadar BOD di Sungai Citarum melebihi kriteria mutu air kelas II PP. Parameter nitrat pada seluruh lokasi dan periode pemantauan Sungai Citarum secara umum masih memenuhi kriteria kualitas air kelas PP II.
Kadar sulfida di Sungai Citarum secara umum tidak memenuhi kriteria mutu air Kelas II PP.
Kondisi Lingkungan Hidup dan Potensi Terkait Dengan Sumber
Kondisi Lingkungan Hidup
Dari seluruh hasil analisa sampel sedimen beban tersuspensi/suspended load, nilai sedimentasi terendah terdapat pada S12 (Sungai Cikapundung, Desa Maribaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung) dengan nilai TDS (Total Dissolved Sediment) sebesar 68 mg/lt. Dari seluruh hasil analisa sampel dasar/beban dasar, nilai sedimentasi terendah terdapat pada S21 (Sungai Ciasem, Desa Curugagung, Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang) dengan nilai berat ditahan sebesar 0,05. Dari seluruh hasil analisa sampel sedimen dasar/beban dasar, nilai sedimentasi tertinggi terdapat pada S17 (Sungai Cisangkuy, Desa Kamasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung) dengan nilai berat ditahan sebesar 26,82.
Daerah rawan banjir di kawasan sungai Citarum Nanjung, Kecamatan Marga Asih, Kabupaten Bandung) dengan nilai TDS (Total Dissolved Sediment) sebesar 432 mg/lt.
Potensi Terkait Sumber Daya Air
Provinsi Jawa Barat menyumbang 15,41% dari total produksi beras nasional dan diperkirakan akan meningkat pada tahun depan. Untuk mencapai tujuan peningkatan produksi padi di Provinsi Jawa Barat dalam rangka ketahanan pangan nasional, direncanakan penambahan luas daerah irigasi. Oleh karena itu, dilakukan pengumpulan data aset untuk memperoleh data lengkap mengenai aset infrastruktur dan potensi tambak di pesisir utara kawasan Sungai Citarum.
Pelaksanaan kegiatan inventarisasi lapangan untuk kajian potensi dan inventarisasi tambak pantai utara wilayah Sungai Citarum dilakukan di 4 kabupaten yaitu kabupaten Bekasi, Karawang, Subang dan Indramayu.
Kelembagaan Pengelolaan Sumber Daya Air
Lembaga ini dibentuk oleh regulator dengan tugas pokok melaksanakan keputusan regulator terhadap penyediaan pelayanan sumber daya air kepada masyarakat. Pengguna atau penerima manfaat, yaitu seluruh elemen masyarakat, baik individu maupun kelompok masyarakat, yang memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung dari pengelolaan sumber daya air. Forum ini bersifat representatif dan mempunyai tugas menyampaikan data kepada regulator serta menyiapkan resolusi dan rekomendasi penyelesaian permasalahan sumber daya air.
Regulator Operator Pengembang Koordinasi Pengguna Konservasi Pemanfaatan Sumber Daya Air Pengendalian Kerusakan Air Peningkatan Partisipasi Stakeholder Sistem Informasi.
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat yang Terkait dengan Sumber
Sedangkan untuk LPE di kabupaten/kota di wilayah Sungai Citarum terdapat 3 (tiga) kabupaten dan 1 (satu) kota yang rata-rata LPE lebih tinggi dibandingkan rata-rata LPE Provinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten Bogor (6,22%) . Kabupaten Karawang (6,35%), Kabupaten Bekasi (5,94%) dan Kota Bandung (7,47%). Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) kabupaten/kota di wilayah Sungai Citarum secara umum mengalami peningkatan pada tahun 2006, dengan dominasi sektor primer pada Kabupaten Cianjur, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Subang. Pengelompokan kabupaten/kota di Kawasan Sungai Citarum berdasarkan rata-rata kontribusi LPE dan sektor perekonomian dapat dilihat pada.
Penduduk di wilayah Sungai Citarum terkonsentrasi di Kabupaten Bogor (20%), Kabupaten Bandung (13%), Kabupaten Bekasi (11%), Kota Bandung (10%), Kabupaten Cianjur (8,9%) dan Kabupaten Karawang (8%). ), 7%) atau secara umum sekitar 71% penduduknya berada di wilayah Sungai Citarum, sedangkan 29% sisanya tersebar di Kabupaten Bandung Barat (6,2%), Kabupaten Indramayu (6,7%).
Kebijakan Terkait Pengelolaan Sumber Daya Air
Tingginya pertumbuhan ekonomi di wilayah Sungai Citarum akan mempengaruhi skenario dan strategi pengelolaan sumber daya air yang akan dipilih. Konsep kebijakan Provinsi Jawa Barat dalam pengelolaan sumber daya air diuraikan secara singkat sebagai berikut: A. Terlaksananya hukum yang berkeadilan dalam pelaksanaan Peraturan RT/RW Daerah Jawa Barat dan Peraturan RT/RW Daerah Kabupaten/Kota;
Kebijakan untuk mengoptimalkan pemanfaatan berbagai potensi ilmu pengetahuan, teknologi dan kearifan lokal dalam upaya pengelolaan sumber daya air di Provinsi Jawa Barat.
Rencana Strategis dan Rencana Pembangunan Daerah
Pengelolaan sumber daya air di wilayah Sungai Citarum memerlukan masukan dari rencana strategis dan rencana pembangunan wilayah dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Berdasarkan proyeksi rasio kebutuhan dan ketersediaan air tiap DAS pada tahun 2029 (aliran seragam), kategori DAS di wilayah Sungai Citarum disajikan pada Tabel 4.28. Rencana Pola Tata Ruang Kawasan Lindung di Provinsi Jawa Barat Tahun 2029 disusun berdasarkan jenis dan kriteria kawasan lindung.
Sehubungan dengan pengembangan kawasan industri yang ada untuk mengoptimalkan fungsi kawasan industri di Jawa Barat, telah ditetapkan beberapa kawasan industri baik operasional maupun operasional.
Daerah Resapan Air, Daerah Tangkapan Air dan Zona
Daerah Resapan Air
4 Tekstur Tanah Daerah yang tekstur tanahnya pasir akan mempunyai kemampuan menyerap air yang lebih besar dibandingkan daerah yang tekstur tanahnya liat. Daerah tangkapan air (DRA) ditunjukkan pada peta daerah tangkapan air wilayah Sungai Citarum yang dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Daerah Tangkapan Air
Zona pemanfaatan sumber air adalah suatu ruangan pada sumber air yang diperuntukkan bagi fungsi lindung dan fungsi budidaya. Untuk menentukan letak dan batas zona pemanfaatan sumber daya air pada wilayah sungai, dilakukan analisis spasial dengan mengkaji berbagai variabel spasial dengan menggunakan kriteria analisis pada Tabel 5.3. 3 Kawasan pengambilan air adalah kawasan lindung air tanah yang tidak diperuntukkan bagi pemanfaatan sumber daya air.
Zona pemanfaatan sumber daya air di wilayah Sungai Citarum digambarkan pada peta zona pemanfaatan sumber daya air, Gambar 5.3.
Konservasi Sumber Daya Air
Pemeliharaan Kelangsungan Fungsi Daerah Resapan &
Berdasarkan hasil analisis luas penggunaan lahan untuk setiap jenis penggunaan lahan pada tahun 2012 dan 2002, dapat dihitung perubahan lahan. Persentase tutupan lahan pada daerah tangkapan air dianalisis berdasarkan interpretasi peta citra satelit Quickbird sensus tahun 2012, peta RBI dan data sekunder peta penggunaan lahan tahun 2002. Hasil analisis menunjukkan bahwa di seluruh DAS persentase tutupan lahan pada daerah aliran sungai berada di bawah 30%.
Berdasarkan kriteria tersebut, persentase tutupan lahan pada daerah tangkapan air di wilayah sungai Citarum tidak sesuai dengan undang-undang no.
Perlindungan Pelestarian Sumber Air
Kondisi lingkungan di sekitar sempadan Sungai Citarum telah banyak berubah sejak saat itu, terutama sejak akhir tahun 1980an. Perencanaan Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Wilayah Sungai Citarum disusun sepenuhnya oleh BP DAS Citarum-Ciliwung melalui RTkRHL-DAS dengan jangka waktu 15 tahun. Luas lahan kritis di kawasan Sungai Sitarum diperkirakan kurang lebih 845.846 ha, yang terdiri dari lahan kritis di dalam kawasan hutan (164.419 Ha) dan di luar kawasan hutan (681.427 Ha) seperti disajikan pada Tabel 5.14.
Berdasarkan kriteria di atas, maka luas Rencana Remediasi Hutan dan Lahan (RHL) di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan di kawasan Citarum dapat ditentukan masing-masing, seperti terlihat pada tabel 5.16 dan Gambar 5.11 (untuk RHL dalam kawasan hutan).
Pengawetan Air
Desain Dasar
Matriks Dasar Upaya Fisik dan Non Fisik
Pendayagunaan Sumber Daya Air
Penatagunaan Sumber Daya Air
Penyediaan Sumber Air
Penggunaan Air
Prakiraan Kelayakan Teknis dan Ekonomi
Desain Dasar
Matriks Dasar Upaya Fisik dan Non Fisik
Pengendalian Daya Rusak Air
Pencegahan
Penanggulangan
Pemulihan
Desain Dasar
Matriks Dasar Upaya Fisik dan Non Fisik
Sistem Informasi Sumber Daya Air
Integrasi Sistem Informasi
Matriks Upaya Fisik dan Non Fisik
Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha
Pemangku Kepentingan dan Wadah Koordinasi Pengelolaan
Aspirasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan
Pemberdayaan Masyarakat
BLU dan IJL
Peran Swasta dalam Penyediaan Air Bersih
Matriks Dasar Upaya Fisik dan Non Fisik
Rekapitulasi Perkiraan Biaya
Matriks Dasar Penyusunan Program dan Kegiatan Rencana