• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI FLORES TAHUN 2018

N/A
N/A
Christine Hadi

Academic year: 2024

Membagikan "POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI FLORES TAHUN 2018"

Copied!
369
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang
    • Maksud
    • Tujuan
    • Sasaran
    • Visi Dan Misi
  • Visi dan Misi Pengelolaan Sumber Daya Air
  • Visi dan Misi Provinsi Nusa Tenggara Timur
  • Ketahanan Air
  • Kedaulatan Pangan
  • Ketersediaan Energi
  • Perubahan Iklim Global (Global Climate Change)
    • Isu Strategis Lokal
  • Kerusakan Hutan dan Lahan
  • Banjir
  • Kekurangan Air dan Kekeringan
  • Pariwisata
  • Pantai Kritis

“Pengakuan atas manfaat berkelanjutan sumber daya air untuk sebesar-besarnya kesejahteraan seluruh masyarakat di Flores WS.” Permasalahan terbesar yang dihadapi petani tanaman pangan di WS Flores adalah skala usaha yang masih relatif kecil, dimana belum optimalnya pengairan. Dampak besar akibat perubahan iklim di Flores WAS adalah tingkat kekeringan yang terjadi hampir di seluruh wilayah WAS Flores.

Dengan adanya pariwisata di WS Flores, maka perlu adanya perhatian terhadap kebutuhan air untuk menunjang kegiatan pariwisata.

KONDISI WILAYAH SUNGAI FLORES

Peraturan Perundang-Undangan dan Peraturan Lainnya yang Terkait Sumber Daya Air

  • Kebijakan Nasional Terkait Pengelolaan Sumber Daya Air
  • Kebijakan Daerah

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 01/PRT/M/2016 tentang Tata Cara Perizinan Pemanfaatan dan Pengusahaan Sumber Daya Air; Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Cekungan Air Bawah Tanah di Indonesia; Prioritas diberikan pada upaya preventif melalui perencanaan pengendalian daya rusak air yang disusun secara terpadu dan komprehensif dalam model pengelolaan sumber daya air dan dilakukan dengan melibatkan masyarakat.

Kebijakan pengelolaan air dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 1 Tahun 2014, tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sikka.

Kependudukan dan Ekonomi

WS Flores terletak di 8 (delapan) wilayah yang tersebar di seluruh provinsi NTT yaitu Kabupaten Manggarai Timur, Kabupaten Ngada, Kabupaten Nagekeo, Kabupaten Ende, Kabupaten Sikka, Kabupaten Manggarai, Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Manggarai Barat dengan data luas disajikan pada Tabel 22. di bawah. Kabupaten Manggarai Barat dan Kabupaten Manggarai Barat merupakan daerah yang mempunyai luas wilayah terluas di Flores WS masing-masing sebesar 21,23%. Jumlah kecamatan yang termasuk dalam WS Flores sebanyak 99 (sembilan puluh sembilan) kecamatan yang tersebar di 8 (delapan) kabupaten/kota.

36 dan data pendapatan per kapita berdasarkan harga berlaku WS Flores menurut kabupaten, tahun 2011–2015 disajikan pada Tabel 2.5.

Rencana Tata Ruang Wilayah

Peta arah pola pemanfaatan ruang di Flores WS dapat dilihat pada gambar 2.4 dan peta arah pola pemanfaatan ruang di Flores WS dapat dilihat pada gambar 2.5. Berdasarkan ketinggian dari permukaan laut (dpl) dapat dibedakan menjadi beberapa ketinggian, gambaran ketinggian tempat-tempat di wilayah Kabupaten WS Flores. Jenis tanah di WS Flores berdasarkan data Balai Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor (1993) terdiri dari Andisols, Inceptisols, Mollisols dan Ultisols.

Jenis tanah di WS Flores disajikan pada Tabel 2.7 dan Peta Jenis Tanah di WS Flores disajikan pada Gambar 2.10.

Lahan Kritis

Berdasarkan data kawasan hutan di WS Flores, luas hutan lindung WS Flores hanya seluas 2.025,95 km2 atau 13,87% dari luas WS Flores. Berdasarkan Tabel 2.11 di atas, ditampilkan 11 (sebelas) DAS dengan luas lahan sangat kritis dan kritis lebih dari 50 km2, antara lain: DAS Pocong, DAS Laing, DAS Nanga Baras, DAS Mbaling, DAS Aesesa, DAS Lowo Dondo, DAS Sangan Kalo DAS, DAS Mokel, DAS Pong Lao, DAS Nangalili, DAS Golo Ketak. Provinsi NTT merupakan daerah rawan bencana alam gempa bumi, khususnya Pulau Flores, Pulau Alor dan sekitarnya.

Sebagai provinsi kepulauan yang dikelilingi oleh lautan, wilayah pesisir khususnya wilayah pesisir dengan laut lepas di pesisir Flores bagian utara, pesisir Sumba bagian selatan, pesisir pantai Timor bagian selatan dan pulau-pulau yang menghadap ke laut lepas. , Daerah rawan tsunami. Kawasan di Pulau Flores yang memiliki beberapa gunung berapi aktif mempunyai beberapa kawasan rawan bencana vulkanik. Provinsi NTT sebagai daerah dengan topografi perbukitan yang relatif kritis akibat pertanian yang tidak terkendali dan penggundulan hutan, memiliki wilayah rawan longsor yang tersebar relatif merata di seluruh wilayah.

Ada beberapa sungai di Sungai Flores yang patut diantisipasi karena rawan banjir, antara lain; Kabupaten Manggarai Barat (Sungai Wae Moso, Sungai Wae Jamal), Kabupaten Manggarai (Sungai Waebobo, Sungai Waepesi, Sungai Waemese), Kabupaten Manggarai Timur (Sungai Peot, Sungai Waebobo), Kabupaten Ende (Sungai Mautenda, Sungai Loworea, Sungai Nangpanda Wolowaru, Sungai Aemela, Sungai Wolofeo, Sungai Wolooja, Sungai Lokpare, Sungai Lowowona, Sungai Sokomaki, Sungai Watuneso dan Sungai Ndondo) dan kabupaten. Data luas genangan banjir dan rawan bencana vulkanik di WS Flores disajikan pada Tabel 2.12 dan Tabel 2.13. 13 Lokasi dan Daerah Rawan Bencana Gunung Api No. Jenis titik pengamatan terdekat Lokasi bahaya Posisi administratif.

WS Flores merupakan wilayah kepulauan yang memiliki tutupan tanaman yang pendek dan berpotensi cukup rentan terhadap kekeringan. Berikut daftar pantai kritis dan sudah selesai (berkembang) di WS Flores pada Tabel 2.14.

Klimatologi

  • Hujan

80 Data stasiun hidrologi eksisting di WS Flores dapat dilihat pada Tabel 2.17 – Tabel 2.19 dan peta stasiun hidroklimatologi di WS Flores terdapat pada Gambar 2.17, sedangkan intensitas curah hujan di WS Flores dapat dilihat pada Gambar 2.18. WS Flores mempunyai potensi sumber daya air permukaan berupa danau yang tersebar di Kabupaten Ende dan Kabupaten Manggarai yang dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat wisata, sebagian dimanfaatkan sebagai sumber irigasi. Selain danau sebagai potensi sumber air permukaan, WS Flores memiliki 2 (dua) sungai besar di DAS Aesesa yang merupakan DAS terbesar di Kabupaten Ngada dan DAS Wae Raho di Kabupaten Manggarai.

Potensi air permukaan di DAS Flores yang berasal dari 472 (empat ratus tujuh puluh dua) DAS sebesar 603,53 m3/detik (Qrerata), sedangkan DAS penyumbang debit terbesar adalah DAS Aesesa yaitu 48,59 m3/detik SEC. Berdasarkan hasil sebaran WD di WS Flores dikelompokkan menjadi 98 (sembilan puluh delapan) WD yang disajikan pada Tabel 2.25 dan lokasinya pada Gambar 2.19. 108 Potensi ketersediaan air di WS Flores didasarkan pada debit andalan Q80 yang dihitung dari 472 (empat ratus tujuh puluh dua) DAS di WS Flores, hasilnya ditunjukkan pada Gambar 2.20.

Yang dimaksud dengan ketersediaan airtanah pada suatu wilayah sungai adalah banyaknya airtanah yang dapat diambil dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan secara berkelanjutan tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan sekitar baik pada saat ini maupun pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, perlu dijaga keseimbangan sistem air tanah di wilayah cekungan (CAT) dengan mengatur jumlah pemompaan airtanah agar tidak melebihi jumlah ketersediaan dan tidak mengurangi cadangan airtanah di wilayah cekungan. Berdasarkan peta CAT Indonesia yang dikeluarkan Kementerian ESDM dalam Peraturan Menteri ESDM No. 2 Tahun 2017, WS Flores memiliki 11 (sebelas) kawasan CAT seperti terlihat pada Tabel 2.26.

Potensi airtanah di WS Flores yang telah dieksplorasi cukup besar sehingga perlu adanya upaya konservasi dan pengaturan pemanfaatan airtanah. Dengan menggunakan rumus di atas, Anda dapat mengetahui nilai laju erosi (ton/ha/tahun) dan erosi total (ton) pada setiap DAS di DAS Flores. Nilai erosi per DAS untuk masing-masing 472 (empat ratus tujuh puluh dua) DAS di DAS Flores disajikan pada Tabel 2.27 di bawah ini.

Berdasarkan Tabel 2.27 di atas, terdapat 14 (empat belas) DAS yang nilai erosinya >400 ton per ha atau berada pada tingkat erosi berat, antara lain: DAS Nangabuntal, DAS Wae Kokak, DAS Aesesa, DAS Lape, DAS Remo, DAS.

Sedimentasi

  • Sumber Pencemaran
  • Sumber Sumber Air Yang dipantau
  • Evaluasi Kondisi Kualitas air di WS Flores

Pemantauan kualitas air sumber air PDAM Maumere dan sumber air di Provinsi Sikka oleh BLHD Kota Maumere (2013) disajikan pada Tabel 2.31 di bawah ini. Lokasi pemantauan kualitas air pada sumber air PDAM Maumere dan sumber air Sikka dilakukan oleh BLHD Kota Maumere. Pemantauan kualitas air pada sumber air yang digunakan warga Kabupaten Flores Timur di BLHD Larantuka (2014) disajikan pada Tabel 2.32 berikut ini.

Tempat pemantauan kualitas air pada sumber air yang digunakan warga Kabupaten Flores Timur oleh Kota BLHD. Pemantauan kualitas air pada sumber air, limbah cair dan air laut di Kabupaten Manggarai Barat yang dilakukan oleh BLHD Kota Labuhan Bajo (2014), ditunjukkan pada Tabel 2.33 berikut ini. Lokasi Pemantauan Kualitas Air pada Sumber Daya Air, Limbah Cair dan Air Laut di Kabupaten Manggarai Barat oleh BLHD Kota Labuhan Bajo.

Lokasi pemantauan kualitas air di Sungai Wolowona, Sungai Nangaba, Sungai Wolowaru, Sungai Nangpanda dan Sungai Loworea di. Pemantauan kualitas air Sungai Wae Sesap, Sungai Wae Sele, Sungai Wae Kanta, Sungai Wae Lombur dan Sungai Wae Cewo di WS Flores tahun 2015 disajikan pada Tabel 2.35 di bawah ini. Lokasi pemantauan kualitas air di Sungai Wae Sesap, Sungai Wae Sele, Sungai Wae Kanta, Sungai Wae Lombur dan Sungai Wae Cewo di.

Catatan: = Tidak memenuhi persyaratan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Kelas – I. Kualitas Air di Wilayah Kabupaten Flores Timur. Kualitas air sungai, sumur gali, air laut dan limbah cair di Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2014.

TDS (mg/L)

Upaya Pencegahan Pencemaran Air

Status Mutu Sungai Di WS Flores

Sumber: Laporan pemantauan kualitas air-BLHD Kabupaten Nagekeo, 2013 Tabel penentuan sistem nilai penentuan SMA (Metode Storet; .KepMen.LH no:115/2003). Sumber : Laporan pemantauan kualitas air-BLHD Kabupaten Ngada Tahun 2015 Tabel penentuan sistem nilai penentuan SMA (Metode Storet; .KepMen.LH no:115/2003).

Irigasi

Sumber : Analisis data Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14/PRT/M/2015 dan Data BWS NT II Tahun 2017 Potensi Pengembangan Daerah Irigasi di WS Flores (Kewenangan Pemerintah Provinsi) disajikan pada Tabel 2.53. Sumber : Analisa data Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14/PRT/M/2015 dan Data BWS NT II Tahun 2017. Luas fungsional DI Flores saat ini 36.883 ha, hingga 20 tahun ke depan Sasaran pelayanan yang ingin dicapai adalah potensi kawasan Pusat Otorita (38.658 ha) dan pemeliharaan kawasan fungsional melalui peningkatan kapasitas penyediaan air dengan pembangunan bendungan sehingga total DI yang dilayani seluas 54.741 ha. Letak jaringan irigasi utama berada di tepi lereng yang labil dan rawan longsor, sehingga pada musim hujan saluran irigasi sering tersumbat;

Bendung

Waduk yang ada di Sungai Flores sebagian besar merupakan cekungan yang digunakan oleh masyarakat lokal dan belum terdapat infrastruktur pengambilan air sehingga pemanfaatannya tidak optimal dan bersifat lokal. Pemanfaatan waduk di WS Flores sebagian besar untuk menyuplai air baku dan ada pula yang digunakan untuk mengairi lahan pertanian di wilayah sekitar. Sebaran lokasi waduk yang ada di Sungai Flores berada di lepas pantai sehingga tidak terhubung dengan saluran dan badan sungai.

Potensi waduk yang terdapat di Cekungan Flores tersebar di Kecamatan Ngada (Kecamatan Bajawa Utara, Kecamatan Riung Barat), Kecamatan Nagekeo (Kecamatan Nangaroro) dan Kecamatan Ende (Kecamatan Wewaria).

PDAM

Berdasarkan data Provinsi NTT pada angka tahun 2017, diketahui persentase pelayanan rumah tangga menurut kabupaten/kota dan sarana air minum di Provinsi NTT tahun 2016 diambil dari Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2016 ( Informasi SUSENAS: *Nomor ). pelayanan dari fasilitas umum dan bersama (PDAM) Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016 (SUSENAS).

Pembangkit Listrik Tenaga Air

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti : Apa saja fasilitas kearsipan yang digunakan dalam pengelolaan arsip dinamis pada Kantor Dirjen Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak

Pola Pengelolaan Sumber Daya Air merupakan dokumen yang digunakan sebagai pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan ( stakeholders ), serta berisikan mengenai

Balai Besar Wilayah Sungai mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai yang meliputi perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan

Dengan demikian dalam pelaksanaan pengelolaan SDA di WS Brantas harus mengindahkan 5 (lima) aspek, yakni : konservasi, pendayagunaan, pengendalian daya rusak air, peran

* Menginvenatrisasi kelompok masyarakat yang mempunyai budaya dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan, dan sumber daya air, serta memberikan bimbingan, arahan

2.1. Mempelajari Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air, Peraturan Perundang-undangan dan Isu-isu Strategis. Pola Pengelolaan sumber daya air disusun dengan memperhatikan

Dualisme pandangan pengelolaan sumber daya air karena faktanya batas batas admin tidak selalu berdasarkan pada daerah aliran sungai (DAS), wilayah sungai (WS) pada tiap

2.1. Mempelajari Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air, Peraturan Perundang-undangan dan Isu-isu Strategis. Pola Pengelolaan sumber daya air disusun dengan memperhatikan