• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI WILAYAH SUNGAI FLORES

C. Rencana Tata Ruang Wilayah

Berdasarkan rencana tata ruang wilayah Provinsi NTT Tahun 2010-2030 kawasan strategi Provinsi terbagi dalam kawasan strategi daerah tertinggal, kawasan strategi lingkungan hidup, kawasan strategi pertumbuhan ekonomi dan, kawasan strategi sosial budaya spritual.

37 Penjabaran dari kawasan strategis untuk WS Flores dibagi dalam:

1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi meliputi:

a. kawasan strategis nasional KAPET Mbay Kabupaten Nagekeo;

b. kawasan Nebe-Konga di Kabupaten Flores Timor dan Kabupaten Sikka;

c. kawasan Nangaroro, Mautenda, Waiwajo di Kabupaten Sikka dan Kabupaten Ende;

d. kawasan Aesesa di Kabupaten Ngada dan Kabupaten Nagekeo;

e. kawasan Buntal di Kabupaten Manggarai Timur;

f. kawasan Wae Jamal, Lembor di Kabupaten Manggarai Timur, Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Barat;

g. kawasan Waepesi di Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Timur dan Kabupaten Ngada; dan

h. kawasan Industri Maurole di Kabupaten Ende.

2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya yang terdapat di WS Flores, meliputi:

a. kawasan Larantuka di Kabupaten Flores Timur.

3. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yang terdapat di WS Flores, meliputi:

a. kawasan Taman Nasional Komodo;

b. kawasan konservasi Kelimutu di Kabupaten Ende;

c. kawasan konservasi Riung di Kabupaten Ngada; dan d. kawasan konservasi laut Flores.

Peta kawasan strategis diatas dapat dilihat pada Gambar 2.3.

38 Sumber: Data Spasial Rencana Tata Ruang dan Wilayah Provinsi NTT, Tahun 2010-2030

Gambar 2.3. Peta Kawasan Strategis di WS Flores

39 Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi NTT Tahun 2010 – Tahun 2030, arahan pola pemanfaatan ruang terbagi kedalam kawasan lindung dan kawasan budidaya.

Kawasan lindung terdiri dari taman wisata alam, taman nasional, sempadan sungai, sempadan pantai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan resapan air, kawasan lindung geologi, hutan lindung, hutan bakau, cagar alam. Sedangkan kawasan budidaya terdiri dari sungai/danau, pertanian lahan kering, pertanian lahan basah, lahan penggembalaan, kebun campuran,hutan produksi terbatas, hutan produksi konversi, hutan produksi, daerah wisata, daerah pemukiman, bandar udara. Prosentase luasan kawasan lindung di WS Flores terhadap Luas WS Flores sebesar 33,084% sedangkan prosentase kawasan budidaya sebesar 69,816%. Peta Arahan Pola Pemanfaatan Ruang di WS Flores dilihat pada Gambar 2.4 dan Peta Pola Pemanfaatan Ruang di WS Flores dilihat pada Gambar 2.5.

40 Sumber: Data Spasial Rencana Tata Ruang dan Wilayah Provinsi NTT, Tahun 2010-2030

Gambar 2.4. Peta Arahan Pola Pemanfaatan Ruang di WS Flores

41 Sumber : Data Spasial Rencana Tata Ruang dan Wilayah Provinsi NTT, Tahun 2010-2030

Gambar 2. 5. Peta Pola Pemanfaatan Ruang di WS Flores

42 D. Topografi

Berdasarkan data DEM yang didapat dari ASTER GDEM Worldwide Elevation Data dengan resolusi data 1,5 arc-secon atau sama dengan 30 meter.

Pada topografi datar terdapat beberapa dataran yang cukup luas seperti dataran Lembor, dataran Borong, dataran Aimere, dan dataran Aesesa. Selain dataran rendah terdapat dataran tinggi dengan beberapa gunung seperti Gunung Ranaka (2.400 m), Gunung Mandosawu (2.382 m), Gunung Inerie (2.245 m), Gunung Guteng (2.216 m), Gunung Ambulembo (2.149 m).

Kondisi topografi WS Flores sangat bervariasi, mulai dari datar sampai sangat curam dengan bentuk daratan sampai sangat bergunung. Pentingnya mengetahui topografi dan morfologi agar dalam analisis arahan pengembangan pemanfaatan lahan, dapat dikeluarkan pemanfaatan lahan yang sesuai.

Berdasarkan ketinggian diatas permukaan laut (dpl), dapat dibagi menjadi beberapa ketinggian, gambaran ketinggian tempat di Kabupaten-Kabupaten di WS Flores. Peta Topografi WS Flores disajikan pada Gambar 2.7. dan kemiringan lereng dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Kemiringan Lereng di WS Flores disajikan dalam Tabel 2.6 berikut ini.

Tabel 2.6. Kemiringan Lereng di WS Flores No Prosentase

Kemiringan Keterangan Luas (km2) Prosentase

1 0 - 5 % Datar 1.293,58 8,74

2 5 - 20 % Landai 4.974,17 33,62

3 20 - 40 % Agak Curam 5.620,02 37,98

4 40 - 60 % Curam 2.242,35 15,15

5 > 60 % Sangat Curam 666,78 4,51

Total 14.796,91 100,00

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2017

43 Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2017

Gambar 2.6. Peta Kemiringan Lereng WS Flores

44

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2017

Gambar 2.7. Peta Topografi WS Flores

45 E. Geologi

WS Flores dalam Wilayah Provinsi NTT termasuk merupakan kawasan Circum–

Pasifik. Hal itu menyebabkan daerah tersebut memiliki struktur tanah yang labil/patahan, terutama sepanjang Pulau Flores.

Pulau Flores, Pulau Alor, Pulau Komodo, Pulau Solor, Pulau Lembata dan pulau–pulau sekitarnya terbentuk secara vulkanik. Dengan kondisi tersebut, maka pulau–pulau yang terletak pada jalur vulkanik dapat dikategorikan subur, namun sering mengalami bencana alam yang dapat mengancam Geologi dan Jenis Tanah di WS Flores.

kehidupan penduduk yang menetap di daerah tersebut. Selain kondisi geologi tersebut, Provinsi NTT memiliki berbagai macam deposit, baik mineral maupun sumber–sumber energi lainnya.

Terdapat sekitar 100 (seratus) lokasi di Provinsi ini mengandung mineral dari sumber energi bumi/bahan bakar minyak, seperti di Pulau Sumba, Timor dan di sepanjang Pantai Flores bagian timur. Sumber energi dapat dikembangkan dari sungai-sungai besar, seperti Sungai Flores, Sungai Benanain, Sungai Aesesa dan Sungai Kambaniru.

Mineral yang terkandung di Provinsi ini antara lain Pasir Besi (Fe), Mangan (Mn), Emas (Au), Flourspor (Fs), Barit (Ba), Belerang (S), Posfat (Po), Zeolit (Z), Batu Permata (Gs), Pasir Kwarsa (Ps), Pasir (Ps), Gipsum (Ch), Batu Marmer (Mr), Batu Gamping, Granit (Gr), Andesit (An), Balsitis, Pasir Batu (Pa), Batu apung (Pu), Tanah Diatomea (Td) Lempung/Clay (Td).

Sebaran struktur batuan geologi WS Flores di Provinsi NTT antara lain:

1. Batuan Berasam Kersi Asam (Silicic (acid) Rock), terdapat di Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Sikka, Kabupaten Ende, sebagian besar Kabupaten Ngada, Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai;

2. Batuan Basa (Matic Basic Rocks);

3. Basa Menengah (Intermediate Basic);

4. Pra Tersier Tak Dibedakan (Pre Tertiare Undivideo);

5. Pleogen (Paleagene);

46 6. Alluvium Undak dan Berumba Koral (Alluvial Terrace Deposit and Coral

Reets);

7. Neogen (Neogene);

8. Deret Kekneno (Kekneno Series);

9. Deret Sonebait (Sonebait Series);

10. Deret Sonebait dan Deret Terlipat Bersama (Sonebait and Ofu Series Terefolde);

11. Deret Ofu (Ofu Series);

12. Efusiva Berasam Kersik (Silicic Efusives);

13. Batuan Trias (Triassic); dan

14. Batuan Sekis Hablur (Crystalline Shist).

Peta Geologi WS Flores dapat dilihat pada Gambar 2.8.

47 Sumber: Hasil Analisis data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Tahun 2017

Gambar 2.8. Peta Geologi WS Flores

48 F. Hidrogeologi

Kondisi hidrogeologi daerah WS Flores secara garis besar dapat diKelasifikasikan pada 4 (empat) Kelasifikasi akuifer berdasarkan kondisi aliran air tanah yang didapatkan di daerah tersebut. Kelasifikasi akuifer daerah tersebut adalah :

1. Akuifer dengan aliran melaui ruang antar butir (Dataran pantai, lereng bawah gunung api).

2. Akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir (Lereng gunung api).

3. Akuifer dengan aliran melaui celahan rekahan dan saluran.

4. Akuifer (bercelah atau sarang) setempat produktivitasnya kecil dan daerah air tanah langka.

Berdasarkan bentuk topografi, geologi, serta curah hujannya, tataan hidrogeologi daerah Pulau Flores dapat dibagi menjadi tiga wilayah air tanah.

Wilayah air tanah pebukitan yang dapat dibagi lagi atas daerah berbatuan gamping dan berbatuan sedimen serta volkanik tua, akifer umumnya mempunyai produktivitas kecil. Setempat pada daerah lembah atau zona pelapukan batuan pada, terdapat penyebaran akifer yang cukup berarti kandungan airnya. Muka air tanah umumnya dalam, mengikuti bentuk topografi setempat. Pemunculan mata air berdebit kecil banyak dijumpai di wilayah air tanah ini.

Wilayah air tanah gunung api Kuarter, terdapatan air tanah dijumpai dalam akifer dengan aliran air tanah melalui sistem ruang antar butir maupun sistem celahan. Daerah puncak merupakan daerah air tanah langka. Air hujan yang jatuh di daerah ini sebagian besar akan mengalir sebagai aliran permukaan. Bagian tubuh merupakan daerah peresapan, dimana air tanah mulai terbentuk. Karena kondisi geologi dan topografi setempat, pada bagian ini banyak dijumpai pemunculan mata air dengan debit sangat beragam.

Diantaranya yang berdebit cukup besar mata air Wae Lako (150 lt/det), Wair Puang (25 lt/det), Wolo Area (43 lt/det), Wae Muku (75 lt/det), Wae Kojoblong (72 lt/det).

Bagian kaki gunung, karena bertambah aliran air tanahnya merupakan daerah terkumpulnya air tanah. Di daerah yang dipetakan, bagian kaki

49 gunung api dengan keterdapatan air tanah yang produktivitas akifernya tinggi, hanya ditemui di daerah sepanjang pantai Maumere. Daerah ini menempati sekitar 30 km2 luas, dengan panjang 15 km dan lebar sekitar 2 km. Tertutup oleh tufa pasiran berselang-seling dengan tafa breksi batu apung yang berkelulusan sedang sampai tinggi. Muka air tanah bebas umunya dekat permukaan sampai kurang dari 10 m dibawah rata tanah setempat. Dari 8 bulan pemboran yang dilakukan di daerah ini menunjukkan bahwa kemampuan jenis akifer berkisar dari 47 - 240 lt semenit semeter.

Wilayah air tanah dataran, menempati beberapa daerah sempit di pantai utara Pulau Flores, salah satu yang paling luas adalah dataran pantai Mbay.

Akifer air tanah tertekan dijumpai pada kedalaman sekitar 30-50 m dari rata tanah setempat (hasil pendugaan geolistrik Direktorat Geologi Tata Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral) diperkirakan aktifitas akifernya sedang.

Peta hidrogeologi dapat dilihat pada Gambar 2.9.

50 Sumber: Peta Hidrogeologi ESDM, 1983

Gambar 2.9. Peta Hidrogeologi WS Flores

51 G. Jenis Tanah

Tanah di Pulau Flores terdiri dari jenis tanah mediteran dengan bentuk wilayah pegunungan kompleks. Jenis tanah di WS Flores berdasarkan data Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor (1993) terdiri dari Andisols, Inceptisols, Mollisols dan Ultisols. Jenis Tanah Inceptisols dengan bentuk wilayah volkan mempunyai penyebaran paling luas. Jenis tanah yang ada di WS Flores disajikan pada Tabel 2.7 dan Peta Jenis Tanah WS Flores pada Gambar 2.10.

Tabel 2.7. Jenis Tanah di WS Flores

No Jenis Tanah Luas

(Km2) Prosentase (%)

1 Andisols 1.978,384 13,37

2 Inceptisols 9.606,165 64,92

3 Mollisols 1.313,169 8,87

4 Ultisols 1.899,192 12,84

Total 14.796,91 100,00

Sumber: Hasil Analisis Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor (1993), Tahun 2017

52 Sumber: Hasil analisis data Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor (1993), Tahun 2017

Gambar 2. 10. Peta Jenis Tanah WS Flores

53 H. Penggunaan Lahan

Pemanfaatan ruang yang paling terlihat nyata adalah pemanfaatan untuk kegiatan pertanian, perkebunan dan kehutanan, baik yang berada pada wilayah daratan, pesisir dan kepulauan. Penggunaan lahan terbesar di WS Flores berupan hutan lahan kering sekunder, yaitu sebesar 35% dari luas WS FLores.

Lebih jelasnya disajikan dalam Tabel 2.8 berikut ini, Peta Penggunaan Lahan WS Flores Tahun 2009 pada Gambar 2.11, Peta Penggunaan Lahan WS Flores Tahun 2011 pada Gambar 2.12, dan Peta Penggunaan Lahan WS Flores Tahun 2015 pada Gambar 2.13.

Tabel 2.8. Penggunaan Lahan di WS Flores

No Penggunaan Lahan Luas (Km2)

Tahun 2009 Tahun 2011 Tahun 2015

1 Hutan Lahan Kering Primer 830,11 812,27 811,45

2 Hutan Lahan Kering Sekunder 5.195,99 5.175,36 5.157,97

3 Hutan Mangrove Primer 17,46 16,20 16,18

4 Hutan Mangrove Sekunder 20,83 17,64 17,68

5 Pelabuhan Udara/Laut 2,41 2,41 2,41

6 Pemukiman 68,90 68,98 67,94

7 Pertanian Lahan Kering 959,82 963,64 977,50

8 Pertanian Lahan Kering Bercampur dengan

Semak 1.347,68 1.350,74 1.389,41

9 Savana 3.609,31 3.609,40 3.600,50

10 Sawah 285,62 286,90 288,58

11 Semak/Belukar 2.363,50 2.378,50 2.368,66

12 Semak/Belukar Rawa 13,14 10,32 10,31

13 Tambak 0,31 0,31 0,31

14 Tanah Terbuka 68,96 72,88 72,77

15 Transmigrasi 2,50 2,50 2,50

16 Tubuh Air 10,41 7,19 7,18

17 Rawa 0,00 5,56 5,56

Total 14.796,91 14.796,91 14.796,91

Sumber: Data Spasial Tutupan Lahan Kementerian Kehutanan, Tahun 2009, 2011 dan 2015

54 Sumber: Data Spasial Tutupan Lahan Kementerian Kehutanan Tahun 2009

Gambar 2. 11. Peta Penggunaan Lahan WS Flores, Tahun 2009

55 Sumber: Data Spasial Tutupan Lahan Kementerian Kehutanan Tahun 2011

Gambar 2. 12. Peta Penggunaan Lahan WS Flores, Tahun 2011

56 Sumber: Data Spasial Tutupan Lahan Kementrian Kehutanan Tahun 2015

Gambar 2. 13. Peta Penggunaan Lahan WS Flores, Tahun 2015

57 I. Kawasan Hutan

Hutan sebagai vegetasi penutup permukaan tanah, merupakan sumber daya yang penting, khususnya dalam menjaga daya dukung lingkungan dan keseimbangan ekosistem. Berdasarkan data Kawasan hutan di WS Flores Luas hutan lindung WS Flores hanya 2.025,95 km2 atau 13,87% luas WS Flores.

Kawasan Hutan di WS Flores dapat dilihat pada Tabel 2.9 berikut ini.

Tabel 2.9. Kawasan Hutan di WS Flores

No Kawasan Luas

(Km2) Persentase 1 Area Penggunaan Lain 9.876,59 66,17%

2 Cagar Alam 77,26 0,88%

3 Hutan Lindung 2.025,95 13,87%

4 Hutan Produksi 897,17 6,35%

5 Hutan produksi konversi 324,09 2,53%

6 Hutan Produksi Terbatas 411,02 3,11%

7 Taman Nasional 570,38 4,17%

8 Taman Wisata Alam 382,96 2,92%

Jumlah 14.796,91 100,00%

Sumber: Data Spasial RTRW Provinsi NTT, Tahun 2010 - 2030

Dokumen terkait