• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Cengal-Batulicin Tahun 2020

N/A
N/A
diah tri utami

Academic year: 2024

Membagikan "Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Cengal-Batulicin Tahun 2020"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI CENGAL-BATULICIN

TAHUN 2020

(2)

Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran 1.2.1. Maksud

1.2.2. Tujuan 1.2.3. Sasaran

II. GAMBARAN UMUM WILAYAH SUNGAI 2.1. Karakteristik Wilayah Sungai

2.2. Isu Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air 2.3. Potensi dan Permasalahan Sumber Daya AIr III. PEMILIHAN STRATEGI

3.1. Dasar Pertimbangan Dalam Pemilihan Strategi 3.2. Pemilihan Strategi

IV. INVENTARISASI SUMBER DAYA AIR

4.1. Kondisi Hidrologis, Hidrometeorologis, dan Hidrogeologis 4.2. Kuantitas dan Kualitas Sumber Daya Air

4.3. Kondisi Lingkungan Hidup dan Potensi Yang Terkait Sumber Daya Air

4.4. Kelembagaan Pengelolaan Sumber Daya Air

4.5. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Terkait Sumber Daya Air 4.6. Kebijakan Terkait Pengelolaan Sumber Daya Air

4.7. Rencana Strategis dan Rencana Pembangunan Daerah

V. ANALISIS DATA DAN KAJIAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 5.1. Daerah Resapan Air, Daerah Tangkapan Air, Zona Pemanfaatan

Sumber Air

5.1.1. Daerah Resapan Air (DRA) 5.1.2. Daerah Tangkapan Air (DTA)

5.1.3. Zona Pemanfaatan Sumber Air (ZPSA) 5.2. Konservasi Sumber Daya Air

5.3. Pendayagunaan Sumber Daya Air 5.4. Pengendalian Daya Rusak Air 5.5. Sistem Informasi Sumber Daya Air

5.6. Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha VI. UPAYA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

6.1. Rekapitulasi Perkiraan Biaya

6.2. Matrik Dasar Penyusunan Program dan Kegiatan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air

(3)

BAB IV

INVENTARISASI SUMBER DAYA AIR BAB IV INVENTARISASI SUMBER DAYA AIR

4.1 Kondisi Hidrologis, Hidrometeorologis, dan Hidrogeologis A. Iklim

Pada analisa suhu udara dibahas mengenai suhu udara minimum, maksimum, dan rata-rata yang terdapat pada WS Cengal-Batulicin. Pada WS Cengal- Batulicin suhu udara minimum terendah terjadi pada bulan Juli yakni sebesar 26,3 oC, sedangkan suhu maksimum tertinggi terdapat pada Oktober yakni sebesar 27,7oC. Adapun suhu rata-rata dalam setahun berkisar antara 26,6- 27,6 oC. Lebih lengkapnya mengenai trend suhu udara WS Cengal-Batulicin dapat dilihat pada Tabel 2-14.

Tabel 2-1. Temperatur Rata-Rata (°C ) di WS Cengal-Batulicin

TAHUN JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC

2010 26,3 26,9 26,7 27,1 27,2 26,6 26,3 26,1 26,7 26,7 26,7 26,2

2011 26,3 26,1 26,1 26,5 26,4 25,7 25,5 25,9 26,3 27,4 27,2 27,1

2012 26,3 26,8 26,4 27,7 27,9 26,8 26,6 27,1 28,2 29,3 29,6 28,7

2013 26,8 26,9 27,0 27,2 27,0 26,9 25,4 25,7 26,3 27,5 27,2 26,9

2014 26,7 26,4 26,6 26,7 27,3 26,6 25,8 25,8 25,9 27,0 27,9 27,5

2015 26,8 26,8 27,1 26,4 26,9 27,1 26,1 26,3 26,9 27,7 27,5 26,7

2016 26,7 26,5 26,7 26,6 26,7 25,9 25,8 25,7 26,2 26,6 27,4 27,7

2017 28,4 27,4 27,8 27,5 28,3 28,6 29,0 29,5 28,3 29,0 28,3 28,8

Jumlah 214, 3

213, 8

214, 4

215, 7

217, 7

214, 2

210, 5

212, 1

214, 8

221, 2

221, 8

219, 6 Rerata 26,8 26,7 26,8 27,0 27,2 26,8 26,3 26,5 26,9 27,7 27,7 27,5

Sumber : BMKG Pelaihari, Tahun 2018

Kelembaban udara merupakan nilai yang menunjukkan konsentrasi air yang terdapat di udara. Berdasarkan data yang didapat, kelembaban udara di WS Cengal-Batulicin berkisar antara 77 % hingga 86 %. Kelembaban terendah terjadi pada bulan SEP, sedangkan kelembaban tertinggi terjadi pada bulan April dan November. Lebih lengkapnya mengenai tren kelembaban udara WS Cengal-Batulicin dapat dilihat pada Tabel 2-15.

Tabel 2-2. Kelembaban udara Rata-Rata (%) di WS Cengal-Batulicin

TAHU

N JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC

2010 89,0 88,0 88,0 88,0 88,0 88,0 89,0 88,0 86,0 87,0 87,0 89,0 2011 88,0 88,0 89,0 89,0 89,0 88,0 86,0 79,0 82,0 80,0 82,0 86,0 2012 88,0 85,0 87,0 81,0 81,0 82,0 83,0 76,0 73,0 70,0 74,0 77,0 2013 86,0 86,0 87,0 86,0 86,0 85,0 88,0 83,0 80,0 78,0 82,0 85,0 2014 86,0 86,0 87,0 86,0 86,0 85,0 88,0 83,0 80,0 78,0 82,0 85,0 2015 85,0 87,0 83,0 86,0 81,0 80,0 82,0 76,0 74,0 78,0 80,0 85,0 2016 86,0 88,0 86,0 87,0 85,0 86,0 80,0 75,0 73,0 73,0 76,0 80,0 2017 87,0 86,0 86,0 87,0 85,0 84,0 80,0 76,0 80,0 72,0 72,0 87,0 Jumla

h 695, 0 694,

0 693, 0 690,

0 681, 0 678,

0 676, 0 636,

0 628, 0 616,

0 635, 0 674,

0 Rerat

a 86,9 86,8 86,6 86,3 85,1 84,8 84,5 79,5 78,5 77,0 79,4 84,3

Sumber : BMKG Pelaihari, Tahun 2018

Pada analisa kecepatan angin dibahas mengenai kecepatan angin rata-rata dan kecepatan angin maksimum yang terdapat pada WS Cengal-Batulicin.

Berdasarkan data yang didapat, kecepatan rata-rata angin di WS Cengal-

(4)

Batulicin berkisar antara 2-4 m/detik. Kecepatan angin rata-rata terendah terjadi pada bulan Maret hingga Juni, Oktober, dan Nopember. Sedangkan kecepatan angin rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan September.

Kecepatan angin maksimum terjadi pada bulan Agustus sebesar 4,3 m/detik.

Lebih lengkapnya mengenai kondisi kecepatan angin WS Cengal-Batulicin dapat dilihat pada Tabel 2-16.

Tabel 2-3. Kecepatan Angin Rata-Rata (m/detik) di WS Cengal-Batulicin

TAHUN JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AU

G SEP OCT NO

V DEC

2007 3,6 3,6 3,6 3,6 4,1 3,6 5,7 6,2 5,1 4,6 3,6 3,6 2008 3,6 3,1 2,6 3,1 5,1 3,6 3,6 3,1 2,6 2,1 2,1 2,1 2009 2,6 2,1 2,1 2,6 3,1 3,6 3,6 4,1 3,6 3,6 3,6 2,6 2010 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,6 2,6 2,6 2,1 2,1 2,1 2,1 2011 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 3,6 4,1 5,1 2,1 1,5 2,1 1,5 2012 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 2,6 2,6 3,1 2,6 2,6 2,1 5,1 2013 1,5 1,5 1,5 1,5 2,1 2,6 2,6 3,1 3,1 3,1 2,6 2,6 2014 2,1 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 3,6 4,1 3,6 3,6 3,1 2,6 2015 3,6 3,1 4,1 3,6 5,1 5,1 4,6 6,2 6,2 4,6 4,6 3,6 2016 4,1 4,1 5,1 4,1 4,1 5,1 5,7 7,7 6,7 6,7 4,6 4,6 2017 1,5 2,1 1,5 1,5 1,5 1,5 2,1 2,1 2,6 3,1 3,1 2,1 Jumlah 28,

3 27,

8 28,8 28,

3 33,

4 36,

5 40,

6 47,

3 40,

1 37,

6 33,

4 32,

4 Rerata 2,6 2,5 2,6 2,6 3,0 3,3 3,7 4,3 3,6 3,4 3,0 2,9

Sumber : BMKG Pelaihari, Tahun 2018

Pada analisa penyinaran matahari dibahas mengenai penyinaran matahari rata-rata dan penyinaran matahari maksimum yang terdapat pada WS Cengal- Batulicin. Berdasarkan data yang didapat, penyinaran matahari di WS Cengal- Batulicin berkisar antara 49 – 85 %. Penyinaran matahari terendah terjadi pada bulan Januari hingga Maret. Sedangkan penyinaran matahari rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Oktober hingga Desember. Penyinaran matahari terjadi pada bulan Oktober sebesar 86 %. Lebih lengkapnya mengenai kondisi penyinaran matahari WS Cengal-Batulicin dapat dilihat pada Tabel 2-17.

Tabel 2-4. Penyinaran Matahari Rata-Rata (%) di WS Cengal-Batulicin

TAHUN JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC

2010 35,0 69,0 66,0 68,0 77,0 68,0 58,0 62,0 78,0 71,0 79,0 51,0 2011 57,0 50,0 54,0 71,0 49,0 42,0 60,0 72,0 64,0 93,0 84,0 40,0 2012 52,0 66,0 33,0 74,0 60,0 47,0 46,0 72,0 78,0 94,0 86,0 73,0 2013 46,0 55,0 70,0 72,0 76,0 69,0 36,0 61,0 70,0 81,0 79,0 62,0 2014 37,0 52,0 73,0 77,0 77,0 63,0 80,0 68,0 80,0 86,0 91,0 86,0 2015 58,0 65,0 70,0 57,0 74,0 81,0 63,0 86,0 86,0 80,0 77,0 56,0 2016 62,0 67,0 65,0 70,0 76,0 42,0 74,0 87,0 76,0 94,0 94,0 88,0 2017 47,7 45,1 34,1 30,0 63,0 60,0 82,0 72,0 78,0 90,0 91,0 86,0 Jumlah 394,

7

469, 1

465, 1

519, 0

552, 0

472, 0

499, 0

580, 0

610, 0

689, 0

681, 0

542, 0 Rerata 49,3 58,6 58,1 64,9 69,0 59,0 62,4 72,5 76,3 86,1 85,1 67,8

Sumber : BMKG Pelaihari, Tahun 2018

Air tanah merupakan salah satu sumber air untuk memenuhi kebutuhan di daerah penelitian sedangkan untuk kebutuhan air irigasi, pemanfaatan air tanah baru sebagian kecil dari potensi air yang ada. Pemanfaatan air tanah sangat terkait dengan potensi air permukaan (base flow), maka pemanfaatan air tanah yang terlalu besar akan menurunkan aliran dasar dari sungai yang ada.

(5)

Besarnya potensi air tanah di daerah penelitian diperoleh dari komposisi batuan penyusun dan kelulusan dan dikorelasikan dengan terdapatnya airtanah dan produktifitas akuifer.

Tabel 2-5. Terdapatnya Air Tanah dan Produktifitas Akuifer

TIPE AKUIFER PRODUKTIFITAS DISKRIPSI

I. Akuifer dengan produktifitas tinggi, penyebaran luas

1. Akuifer dengan

produktifitas tinggi, penyebaran luas

2. Akuifer produktif dengan penyebaran luas

3. Akuifer produktif sedang, dengan penyebaran luas luas

4. Setempat, akuifer produksi sedang

Akuifer berlapis banyak dengan keterusan sedang sampai tinggi; muka air tanah beragam, umumnya dekat permukaan tanah, di beberapa daerah ada di atas permukaan tanah, debit sumur > 10 l/detik.

Akuifer berlapis banyak dengan keterusan sedang; muka air tanah beragam, umumnya dekat permukaan tanah, debit sumur umumnya 5 – 10 l/detik

Akuifer berlapis banyak dengan keterusan sedang; muka air tanah beragam umumnya dekat permukaan tanah; debit sumur kurang dari 5 l/detik.

Akuifer dangkal, tidak menerus, tipis dengan keterusan rendah sampai sedang; debit sumur kurang dari 5 l/detik

II. Akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir

1. Akuifer produktif tinggi dengan penyebaran luas 2. Akuifer produktif

sedang, dengan

penyebaran luas

3. Setempat akuifer produktif

Akuifer dengan keterusan dan kisaran kedalaman muka air tanah sangat beragam, debit sumur umumnya >5 l/detik;

pemunculan mata air banyak dijumpai, beberapa debitnya mencapai > 500 l/detik, terutama yang muncul dari lava vesikuler.

Akuifer dengan keterusan sangat beragam;

kedalaman muka airtanah umunya dalam, debit sumur <5 l/detik; mata air umumnya mempunyai debit sedang, muncul terutama pada daerah lekuk lereng.

Akuifer dengan keterusan sangat beragam,umumnya air tanah tidak dimanfaatkan karena dalamnya permukaan air tanah; setempat mata air berdebit kecil dapat diturap.

III. Akuifer dengan aliran melalui celahan, rekahan dan saluran

1. Akuifer berproduktif sedang 2. Setempat akuifer produktif

Aliran airtanah melalui zona celahan, rekahan dan saluran pelarutan, debit sumur beragam,pada tempat yang serasi mencapai lebih dari 10 l/detik; mata air karst banyak dijumpai, beberapa diantaranya berdebit lebih dari 500 l/detik.

Aliran airtanah melalui zona celahan dan rekahan, muka air tanah umumnya dalam dan serahan sumur dan mata air beragam dalam kisaran yang besar umumnya rendal.

IV. Akuifer (bercelah

atau sarang)

produktifitas kecil dan daerah air tanah langka

1. Akuifer produktif kecil setempat berarti

2. Daerah air tanah langka 3. Setempat, akuifer

berproduksi kecil menutupi akuifer berproduksi tinggi

Keterusan umumnya rendah sampai sangat rendah; setempat air tanah dalam jumlah terbatas dapat diperoleh terutama pada daerah rendah atau zona pelapukan batuan padu.

Akuifer batugamping karst dengan keterusan sangat tinggi ditutupi oleh endapan lempung yang secara nisbi keterusannya rendah dan bertindak sebagai lapisan perlambat. Debit sumur yang menyadap akuifer tersebut

(6)

TIPE AKUIFER PRODUKTIFITAS DISKRIPSI

dapat mencapai lebih dari 25 l/detik

Pendekatan yang digunakan dalam penentuan besarnya potensi air tanah di WS Cengal-Batulicin diperoleh dari analisa peta hidrogeologi dan peta Cekungan Air Tanah, dengan memperhitungkan luasan masing-masing jenis akuifer yang mempunyai harga produktifitas tertentu didalam satuan batas DAS dan besarnya potensi air tanah dapat dilihat peta Hidrogeologi untuk WS Cengal-Batulicin pada Gambar 2-14 dan peta cekungan air tanah pada Gambar 2-15.

Tabel 2-6. Luasan Tipe Aquifer di WS Cengal-Batulicin

NO PRODUKTIVITASAQUIFER LUAS

(KM2) PERSENTAS E

1. Daerah airtanah langka 1.366,41 9,51%

2.

Produktivitas akuifer

kecil 6.418,87 44,65%

3. Setempat akuifer

produktif 6.303,07 43,85%

4. Daerah tubuh air 286,65 1,99%

TOTAL 14.375,0

0 100,00%

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2018 berdasarkan Peta Hidrogeologi Direktorat Hidrogeologi Tata Lingkungan, 1990

(7)

Sumber : Direktorat Hidrogeologi Tata Lingkungan, 1990 Gambar 2.1. Peta Hidrogeologi WS Cengal-Batulicin

Sumber : Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Cekungan Air Tanah

Gambar 2.2. Peta CAT di WS Cengal-Batulicin

4.2 Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Air 4.2.1 Kualitas Air

Kegiatan awal dari pengelolaan kualitas air adalah kegiatan pemantauan kualitas air. Pemantauan dengan cara pengambilan sampel secara periodik pada titik-titik tertentu kemudian menganalisis dan selanjutnya menentukan peruntukan berdasarkan kualitasnya. Kerangka pendekatan analisis data dan tingkat pencemaran air sungai dapat dilihat pada bagan di bawah ini.

(8)

Gambar 2.3. Kerangka pendekatan analisis data dan tingkat pencemaran air Kegiatan pemantauan kualitas air yang dilakukan oleh pemerintah saat ini terbagi dalam dua kategori :

1. Pemantauan kualitas air di sungai-sungai yang dianggap penting termasuk anak-anak sungainya.

2. Pengukuran debit dan kualitas buangan pencemaran (limbah industri) dari industri tertentu.

Sebagai tolak ukur evaluasi data kualitas air sungai adalah Baku Mutu (BM) air pada sumber air yang datur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengendalian Pencemaran Air dan Surat Keputusan Peruntukan Sungai (Klasifikasi Sungai) dari masing-masing sungai yang dikeluarkan oleh Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan atau Bupati/Walikota daerah setempat.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 disebutkan bahwa penggolongan air menurut peruntukannya ditetapkan sebagai berikut :

Kelas I air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut

Kelas

II air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut

Kelas

III air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut

Kelas

IV air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut

Untuk Baku Mutu air di Provinsi Kalimantan Selatan berlaku Peraturan Gubernur Nomor 05 Tahun 2007 Tanggal 29 JAN 2007 tentang Baku Mutu Air Sungai Provinsi Kalimantan Selatan. yang dimaksud Baku Mutu Air dalam keputusan tersebut adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat dalam air, sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya Baku Mutu Air yang telah ditetapkan.

Untuk klasifikasi sungai, SK Peruntukan dikeluarkan oleh Gubernur bagi sungai- sungai yang melewati lebih dari satu kabupaten. Sedangkan untuk sungai- sungai yang berada dalam satu kabupaten ditetapkan oleh Bupati/Walikota setempat.

(9)

Sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai, menyatakan bahwa kualitas air pada Wilayah Sungai Cengal – Batulicin adalah klasifikasi I, sedangkan Hasil Uji baku mutu air di WS Cengal-Batulicin yang dilakukan oleh Balai Pengembangan Teknologi dan Konstruksi – Dinas PU Provinsi Kalimantan Selatan pada tanggal 28 Novenber 2013 (berpedoman pada Peraturan Gubernur Nomor 5 Tahun 2007), baku mutu Air di Wilayah Sungai Cengal - Batulicin di kategorikan pada kelas II.

(10)

Hasil uji kualitas air di wilayah sungai Cengal - Batulicin dapat dilihat pada Tabel 2-40, pengambilan sampling kualitas air Tahun 2018 dilaksanakan pada kondisi musim kemarau dengan sebaran lokasi sampling uji kualitas air bisa dilihat pada Gambar 2-19.

N

O PARAMETER SATUA N

HASIL ANALISIS DAS

SEBUHU R

DAS SWARANGA

N

DAS ASAM-

ASAM

DAS KINTA

P

DAS CUKA

DAS SEMBAMBA

N

DAS KUSAN

DAS BATULICI

N

DAS CANTUN

G

DAS SAMPANAHA

N

DAS MANUNGGA

L

DAS CENGA

L

1 Temperatur # ⁰C 27.1 27.1 26.8 26.8 26.8 27.1 26.9 26.9 26.8 26.9 26.8 26.7

2 Residu Terlarut, TDS # mg/L 164.0 380 270 270 96 164 80 456 174 142 148 136

3 Residu Tersuspensi, TSS mg/L 61.0 56 2080 2080 182 116 73 109 21 53 22 31

4 pH - 5.9 6.02 6.1 6.1 6.2 6.06 6.11 6.83 7.3 7.38 7.37 7.46

5 BOD# mg/L 3.6 3.77 3.79 3.79 3.84 3.8 3.76 3.86 3.94 3.92 3.94 3.91

6 COD# mg/L 23.9 24 24.1 24.1 24.2 24.1 24.1 24.8 25.3 25.4 25.4 25.5

7 DO# mg/L 5.2 5.38 5.37 5.37 4.92 5.67 5.45 5.36 5.68 5.55 5.7 5.63

8 Total Fosfat sbg P # mg/L 0.1 0.076 0.131 0.131 0.072 0.078 0.081 0.075 0.072 0.075 0.077 0.071

9 Nitrat, NO3-N # mg/L 0.2 0.256 0.284 0.284 0.251 0.225 0.325 0.315 0.311 0.233 0.212 0.21

10 Amoniak, NHɜ-N # mg/L 0.2 0.153 0.168 0.168 0.212 0.209 0.192 0.181 0.163 0.166 0.172 0.118

11 Kobalt, Co # mg/L 0.0 0.008 0.008 0.008 0.008 0.008 0.008 0.008 0.008 0.008 0.008 0.008

12 Barium, Ba # mg/L 0.0 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007 0.007

13 Kadmium, Cd mg/L <0.005* <0.005* <0.005

* <0.005

* <0.005

* <0.005* <0.005

* <0.005* <0.005* <0.005* <0.005* <0.005*

14 Khrom (VI), Cr⁴⁶# mg/L <0.005 <0.005 <0.005 <0.005 <0.005 <0.005 <0.005 <0.005 <0.005 <0.005 <0.005 <0.005

15 Tembaga, Cu # mg/L 0.0 0.033 0.038 0.038 0.035 0.025 0.036 0.028 0.038 0.035 0.034 0.037

16 Besi, Fe mg/L 0.8 0.676 0.236 0.236 0.456 0.373 0.446 0.373 0.219 0.244 0.197 0.197

17 Timbal, Pb # mg/L <0.05 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05

18 Mangan, Mn mg/L <0.014* <0.014* 0.648 0.648 <0.014 0.007 <0.014

* <0.014* <0.014* <0.014* <0.014* <0.014*

19 Air Raksa, Hg # mg/L <0.0006 <0.0006 <0.000

6 <0.000

6 <0.000

6 <0.0006 <0.000

6 <0.0006 <0.0006 <0.0006 <0.0006 <0.000 6

20 Seng, Zn # mg/L 0.0 0.024 0.024 0.024 0.024 0.236 0.249 0.124 0.243 0.245 0.216 0.232

21 Chlorida, CI-# mg/L 26.8 26.8 26.8 26.8 26.8 28.8 28.8 26.1 27.4 27.6 27.1 27.1

22 Fluorida, F⁻ # mg/L 0.2 0.158 0.182 0.182 0.165 0.168 0.157 0.177 0.174 0.155 0.154 0.155

23 Nitrit, NO2-N # mg/L 0.0 0.031 0.031 0.031 0.031 0.045 0.047 0.051 0.046 0.045 0.044 0.044

24 Sulfat, SO₄⁼# mg/L 25.4 25.4 25.6 25.6 25.6 27.1 27.1 25.1 25.8 25.8 25.5 25.5

25 Phenol # mg/L <0.005 <0.005 <0.005 <0.005 <0.005 <0.005 <0.005 <0.005 <0.005 <0.005 <0.005 <0.005

26 Klorin Bebas # mg/L 0.0 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006 0.006

27 Minyak & Lemak # mg/L <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5 <0.5

(11)

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2019

Gambar 2.4. Sebaran Lokasi Pengambilan Sample Kualitas Air 4.2.2 Kuantitas Air

1. Infrastruktur Sumber Daya Air (Aset Sumber Daya Air) dan Daerah Layanannya

Kondisi prasarana bangunan irigasi yang ada di WS Cengal-Batulicin sebagian besar telah mengalami penurunan fungsi sehingga berada di bawah standar pelayanan yang direncanakan. Penurunan kondisi prasarana tersebut terjadi mulai dari jaringan utama hingga tingkat tersier. Akibat kondisi tersebut, maka Daerah Irigasi yang ada mengalami kekurangan air irigasi terutama pada musim kemarau. Kekurangan air dialami oleh hampir semua areal/petak tersier yang berada di bagian hilir.

Penyebab terjadinya permasalahan diatas adalah: banyak pintu air mengalami kerusakan sehingga tidak dapat dioperasikan dengan baik serta terjadi kebocoran, selain itu banyak bangunan/alat ukur debit rusak dan tidak berfungsi, banyak ruas saluran bocor dan terjadi pengambilan air tidak resmi.

(12)

2. Tampungan Air

Embung mempunyai fungsi utama sebagai pemasok air untuk keperluan irigasi, air rumah tangga, perkotaan dan industri serta penanggulangan banjir.

Beberapa lokasi embung yang telah diidentifikasi di wilayah studi yang dimasukkan ke dalam skematisasi dapat dilihat pada Tabel 2-41 berikut.

(13)

Tabel 2-7. Inventarisasi Potensi Bendungan dan Embung di WS Cengal-Batulicin NO KABUPATE

N KECAMATAN DESA VOLUME

(M3) FUNGSI LATITUDE LONGITUD

E BENDUNGAN

1. Kotabaru Pamukan

Utara Sampanahan 3.900.000 Pengendalian banjir,

irigasi, air baku 381851,50 9717091,40 2. Tanah

Bumbu Batulicin Segumbang 1.765.000 irigasi, air baku 381881,27 9622171,93 3. Tanah

Bumbu Karang

Bintang Karang

Bintang 1.500.000 irigasi, air baku 381879,27 9622125,93 4. Tanah

Bumbu Kusan Hilir Saring Sei

Bubu 1.900.000 irigasi, air baku 353422,88 9623562,76 5.

Tanah

Bumbu Kusan Hulu Purun 1.180.000 irigasi, air baku 354922,21 9637562,63 6. Tanah

Bumbu Kusan Hulu Mangkalapi 2 1.120.000 Pengendalian banjir,

irigasi, air baku 337431,18 9620055,26 7. Tanah

Bumbu Satui Wonorejo 2.540.000 Pengendalian banjir,

irigasi, air baku 363436,07 9594910,84 8. Tanah

Bumbu Satui Jombang 2.050.000 Pengendalian banjir,

irigasi, air baku 363326,07 9593610,84 9.

Tanah

Bumbu Satui Purwodadi 1.950.000

Pengendalian banjir,

irigasi, air baku 363496,07 9576210,84 10. Tanah

Bumbu Satui S. Cuka 1.050.000 Pengendalian banjir,

irigasi, air baku 331425,13 9596189,80 11. Tanah

Bumbu Simpang

Empat Sungai Dua 1.200.000 irigasi, air baku 381881,27 9622171,93 12. Tanah Laut Asam-asam Batalang 1.840.000 Pengendalian banjir,

irigasi, air baku 282688,78 9568765,68 13. Tanah Laut Batu Ampar Jilatan 1.840.000 Pengendalian banjir,

irigasi, air baku 259908,11 9564003,17

(14)

NO KABUPATE

N KECAMATAN DESA VOLUME

(M3) FUNGSI LATITUDE LONGITUD

E TOTAL VOLUME BENDUNGAN 23.835.00

0 EMBUNG

1. Kotabaru Hampang Cantung kiri

Hulu 410.000 Pengendalian banjir,

irigasi, air baku 356190,18 9608519,41 2. Kotabaru Kelumpang

Hilir Sahapi 350.000 Pengendalian banjir,

irigasi, air baku 385479,61 9644185,31 3. Kotabaru Kelumpang

Hulu Mentewe 680.000 Pengendalian banjir,

irigasi, air baku 348014,53 9651064,49 4. Kotabaru Kelumpang

Hulu Sei Kupang 265.000 irigasi, air baku 347908,70 9595422,51 5. Kotabaru

Kelumpang

Selatan Mekarsari 590.000

Pengendalian banjir,

irigasi, air baku 344760,15 9601455,02 6. Kotabaru Sungai

Durian Rantau Buda 770.000 Pengendalian banjir,

irigasi, air baku 355237,67 9595660,63 7. Tanah

Bumbu Angsana Sekapuk 400.000 Pengendalian banjir,

irigasi, air baku 361296,64 9597830,22 8. Tanah

Bumbu Angsana Bunati 18.000 air baku 347062,03 9585183,11

9.

Tanah

Bumbu Kuranji Giri Mulya 3.219 air baku 354893,71 9611800,25

10.

Tanah

Bumbu Kuranji Indra Loka 1.300 air baku 355740,38 9604868,15

11. Tanah

Bumbu Kuranji Kuranji 500.000 irigasi, air baku 355608,09 9613572,96

12. Tanah

Bumbu Kuranji Kusan 2.400 air baku 373520,42 9601613,77

13. Tanah

Bumbu Kuranji Mustika 2.800 air baku 354629,13 9608492,95

(15)

NO KABUPATE

N KECAMATAN DESA VOLUME

(M3) FUNGSI LATITUDE LONGITUD

E 14. Tanah

Bumbu Kusan Hilir Waringin

Tunggal 2.800 air baku 355422,88 9616562,76

15. Tanah

Bumbu Kusan Hulu Patampaan 600.000 Pengendalian banjir,

irigasi, air baku 357274,97 9590765,83 16.

Tanah

Bumbu Mentewe Dukuh Rejo 300.000

Pengendalian banjir,

irigasi, air baku 355766,84 9593041,25 17.

Tanah

Bumbu Satui Cuka 500.000

Pengendalian banjir,

irigasi, air baku 316740,72 9595197,61 18. Tanah

Bumbu Satui Panjang 400.000 Pengendalian banjir,

irigasi, air baku 363572,07 9595210,84 19. Tanah

Bumbu Sungai Loban Marga Mulya 2.100 air baku 362884,15 9596745,43

20. Tanah

Bumbu Sungai Loban Sari Mulya 10.000 air baku 360635,18 9597750,84

21.

Tanah

Bumbu Sungai Loban Tri Martani 2.400 air baku 363254,56 9597221,68

22. Tanah

Bumbu Sungai Loban Wonosari 1.140 air baku 363836,65 9597592,09

23. Tanah Laut Batu Ampar Batu Ampar 385.000 irigasi, air baku 371403,75 9599258,97 24. Tanah Laut Kintap

Riam

Adungan 280.000

Pengendalian banjir,

irigasi, air baku 301103,82 9584243,84 TOTAL VOLUME EMBUNG 6.476.159

TOTAL VOLUME TAMPUNGAN 24.115.00 0

Sumber : Studi Potensi Embung di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2013

(16)

Sumber : Studi Potensi Embung di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2013 Gambar 2.5. Peta Lokasi Potensi Embung dan Bendungan di WS Cengal-Batulicin

(17)

3. Bendung

Di WS Cengal-Batulicin hanya terdapat bendung Karang Bintang yang terletak di Kabupaten Tanah Bumbu untuk mengairi DI Batulicin dengan kapasitas suplai 3,52 m3/s.

4. PDAM

Saat ini sudah terdapat layanan air perpipaan di sebagian kecamatan, baik di Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu maupun Kabupaten Tanah Laut dengan kapasitas layanan saat ini sebagai berikut :

Tabel 2-8. Kapasitas Terpasang Intake PDAM

NO KECAMATAN DESA NAMA DAS KAPASITA S (L/D) A. Kotabaru

0

1. Kelumpang

Hilir Tegal rejo Serongga 20

0

2. Kelumpang

hulu Banua lawas Cantung 20

0

3. Sungai durian Gendang timburu Sampanah

an 20

0 4.

Pamukan

utara Bakau Cengal 20

0

5. Pamukan

barat Sengayam Cengal 20

B. TANAH BUMBU 0

6. Satui Sungai danau Cuka 60

0

7. Kusan hilir Kota pagatan Kusan 10 0

8. Simpang

empat Gunung antasari Batulicin 40 0

9.

Karang

bintang Karang bintang Batulicin 40 1

0. Simpang

empat Sari gadung Batulicin 130

C. TANAH LAUT 1

1. Jorong Jorong Swarangan 20

1

2. Kintap/Asam-

asam Simpang empat

sungai baru Asam

Asam 20

TOTAL 420

Sumber : PDAM Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu dan PDAM Kabupaten Tanah Laut, Tahun 2018

Tabel 2-9. Cakupan Layanan PDAM

N KECAMATAN CAKUPAN

(18)

O LAYANAN SAAT INI %

A. KABUPATEN KOTABARU 01

. Kelumpang Hilir 17,5 02

. Kelumpang Hulu 15,6

03

. Sungai Durian 10,5

04

. Pamukan Utara 5,8

05

. Pamukan Barat 26

RATA-RATA 15,08 B. KABUPATEN TANAH

BUMBU 06

. Satui 25,4

07

. Kusan Hilir 25,4

08

. Batulicin 09 24,9

. Karang Bintang 10

. Simpang Empat

RATA-RATA 25,23 C. KABUPATEN TANAH

LAUT 11

. Jorong 6,8

12

. Kintap/Asam-asam 7,5

RATA-RATA 7,15

(19)

Sumber : PDAM Kotabaru, PDAM Tanah Bumbu, PDAM Tanah Laut, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 14/PRT/M/2015, Analisis Tahun 2018

Gambar 2.6. Sebaran Intake PDAM WS Cengal-Batulicin

(20)

Maksud penyusunan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Cengal - Batulicin ini adalah tersusunnya upaya-upaya pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai Cengal - Batulicin dalam bentuk matrik dasar penyusunan program dan kegiatan pengelolaan sumber daya air. Upaya-upaya pengelolaan tersebut didasarkan pada hasil analisis terhadap isu strategi, permasalahan sumber daya air yang terjadi di Wilayah Sungai Cengal - Batulicin.

4.2.3 Tujuan

Tujuan penyusunan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Cengal-Batulicin ini adalah tersusunnya arahan dasar bagi seluruh masyarakat, dunia usaha, sektor-sektor (instansi) terkait, serta seluruh pemangku kepentingan dalam menyusun program dan rencana kegiatan pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai Cengal - Batulicin.

4.2.4 Sasaran

Sasaran penyusunan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air pada Wilayah Sungai Cengal -Batulicin ini adalah tersusunnya rencana induk dalam pelaksanaan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air pada wilayah sungaiyang didukung oleh system informasi sumber daya air serta pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat dan seluruh pemilik kepentingan di seluruh Wilayah Sungai Cengal - Batulicin dalam pengelolaan sumber daya air yang menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan hidup, dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

(21)

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH SUNGAI

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH SUNGAI 2.1.Karakteristik Wilayah Sungai

2.1.1 Letak Geografis dan Wilayah Administrasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai, Wilayah Sungai Cengal - Batulicin ditetapkan sebagai Wilayah Sungai Lintas Kabupaten/Kota dengan kode WS: 04.10.B. Seluruh Wilayah Sungai Cengal Batulicin berada di wilayah administrasi Provinsi Kalimantan Selatan, meliputi 3 (tiga) Kabupaten dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.1 Cakupan Wilayah Sungai Cengal – Batulicin berdasarkan Provinsi dan Kabupaten/Kota

WILAYAH SUNGAI KABUPATEN PROVINSI Cengal - Batulicin

1. Tanah Laut 2. Tanah Bumbu

3. Kotabaru Kalimantan Selatan Sumber: Peraturan Menteri PUPR Nomor 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai

Wilayah Sungai (WS) Cengal-Batulicin yang selanjutnya disingkat WS Cengal- Batulicin, berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai merupakan WS lintas kabupaten yang terletak pada posisi 2°21'28.80" LS - 4°11'0.60" LS dan 114°37'1.54" BT - 116°36'10.60" BT dengan batas batas sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : WS. Kendilo 2. Sebelah Timur : Pulau Laut 3. Sebelah Selatan : Laut Jawa

4. Sebelah Barat : WS. Barito

2.1.2 Daerah Aliran Sungai Wilayah Sungai Cengal-Batulicin

WS. Cengal – Batulicin memiliki luas daratan ± 14.375 km2 dan terdiri dari enam puluh dua Daerah Aliran Sungai (DAS), dimana ada lima DAS terbesar yaitu :

 DAS Sampanahan (1.791,97 km2) dengan Sungai utama Sungai Sampanahan ± 147,13 km;

 DAS Kusan (1.735,52 km2) dengan Sungai utama Sungai Kusan ± 111,35 km;

(22)

 DAS Cantung (1.465,45 km2)dengan Sungai utama Sungai Gegayau ± 120,50 km;

 DAS Batulicin (1.381,42 km2) dengan Sungai utama Sungai Batulicin ± 77,42 km, dan

 DAS Cengal (1.177,74 km2) dengan Sungai utama Sungai Cengal ± 76,26 km.

Untuk lebih jelasnya luas WS. Cengal - Batulicin dapat dilihat pada Error: Reference source not found dan Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Luas Berdasarkan Wilayah Administrasi pada WS. Cengal -Batulicin

NO KABUPATEN LUAS

KESELURUHA N (KM2)

LUAS

DALAM WS.

CENGAL- BATULICIN (KM2)

PERSENTASE LUAS

TERHADAP WS.

1. Balangan 1.878,00 37,63 0,26%

2. Banjar 4.668,00 152,59 1,06%

3. Hulu Sungai Selatan 1.804,94 3,66 0,03%

4. Hulu Sungai Tengah 1.770,80 78,25 0,54%

5. Tanah Laut 3.631,00 6.947,83 48,33%

6. Kotabaru 9.483,00 4.814,76 33,49%

7. Tanah Bumbu 4.822,07 2.340,28 16,28%

TOTAL 14.375,00 100,00%

Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai dan Pola Pengelolaan Rancangan Sumber Daya Air, 2018.

Berdasarkan Tabel 2.2, mengingat luas wilayah Kabupaten Balangan, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang relatif kecil dan berada di Kawasan Hutan maka kabupaten-kabupaten tersebut tidak dimasukan dalam analisa-analisa dan perhitungan.

Tabel 2.3 adalah gambaran umum tentang kondisi dari sungai utama yang ada di dalam DAS.

Tabel 2.3 Nama DAS dan Luas DAS WS Cengal-Batulicin

NO NAMA DAS LUAS KM2 PANJANG SUNGAI UTAMA (KM)

1 Angsana 27,26 6,18

2 Anyar 20,16 5,84

3 Asam Asam 512,83 39,54

4 Bakau 5,21 3,61

(23)

NO NAMA DAS LUAS KM2 PANJANG SUNGAI UTAMA (KM)

5 Bandilan 42,40 7,41

6 Bantal 26,10 4,75

7 Batakan 14,59 2,50

8 Batulicin 1.381,42 77,42

9 Bekarangan 29,44 6,27

10 Bendo 103,88 9,14

11 Bengkalaan 418,11 46,57

12 Betung 29,32 20,65

13 Buluh 63,24 12,20

14 Bunati 120,00 13,46

15 Bungkukan 46,35 6,54

16 Cabe 31,83 9,39

17 Cantung 1.465,45 120,50

18 Cengal 1.177,74 76,26

19 Cuka 937,74 35,95

20 Danau 67,29 11,41

21 Dua 40,41 5,48

22 Dua Laut 34,46 16,79

23 Dua Pumpung 24,65 6,75

24 Duri 25,40 11,55

25 Hanau 33,10 5,45

26 Hanyar 63,04 9,77

27 Kandanghaur 5,59 2,36

28 Kintap 670,16 10,31

29 Kusan 1.735,52 111,35

30 Lawangan 49,34 9,62

31 Lembu 17,75 2,20

32 Lokan 9,82 4,51

33 Manunggal 462,04 24,27

34 Pabaungan 25,32 5,94

35 Pampang 42,20 11,64

36 Pandan 24,31 9,85

37 Pandansari 32,05 9,82

38 Panyulingan 3,31 1,86

39 Penggawa 44,75 12,54

40 Rakin 22,41 6,28

41 Samariti 38,76 3,32

42 Sampanahan 1.791,97 147,13

43 Sangsang 261,51 17,71

44 Satui 17,59 8,22

45 Sebuhur 224,39 27,28

46 Sebuli 70,60 2,19

47 Segumbang 46,32 10,79

(24)

NO NAMA DAS LUAS KM2 PANJANG SUNGAI UTAMA (KM)

48 Selatu 97,44 4,33

49 Sembamban 337,96 37,64

50 Senakin 231,68 20,08

51 Senipah 78,34 15,10

52 Seponggar 65,07 12,07

53 Serongga 345,25 79,99

54 Setangga 33,02 18,36

55 Setarap 129,07 19,09

56 Swarangan 375,32 45,98

57 Talok 22,03 5,92

58 Tambangan 7,82 3,59

59 Tamiang 166,12 17,64

60 Tanjungsela 34,03 11,63

61 Tengah 37,26 9,36

62 Terusan 77,82 15,68

TOTAL 14.375,00

Sumber : Pembagian DAS Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai dan Hasil Analisis Tahun 2018

2.1.3 Topografi

Topografi di WS Cengal-Batulicin memiliki relief yang didominasi oleh kawasan yang relatif datar (72,26 %) pada elevasi 0 – 100 m dpl. Rincian distribusinya bisa dilihat pada Tabel 2-8 dan Gambar 2-7.

Tabel 2.4 Elevasi Lahan di WS Cengal-Batulicin

NO ELEVASI LUAS KM2 PERSENTASE

1. 0 - 100 m dpl 10.387,29 72,26%

2. 101 - 200 m dpl 1.174,02 8,17%

3. 201 - 400 m dpl 1.142,98 7,95%

4. 401 - 600 m dpl 897,25 6,24%

5. 601 - 800 m dpl 474,56 3,30%

6. 801 - 1.000 m dpl 186,58 1,30%

7. 1.001 - 1.200 m dpl 70,07 0,49%

8. 1.201 - 1.400 m dpl 28,21 0,20%

9. 1.401 - 1.600 m dpl 12,24 0,09%

10

. 1.601 - 1.800 m dpl 1,75 0,01%

11

. > 1.800 m dpl 0,06 0,00%

TOTAL 14.375,00 100,00%

Sumber : Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS. Cengal - Batulicin, Tahun 2018

(25)

Tabel. 2.5 Klasifikasi Kelas Kelerengan di WS Cengal- Batulicin

NO KELAS KELERENGAN LUAS KM2 PERSENTASE 1. Datar (Kemiringan 0 - 8 %) 10.264,78 71,41%

2. Landai (Kemiringan 8 - 15 %) 1.175,60 8,18%

3. Agak Curam (Kemiringan 15 - 30

%)

1.570,80 10,93%

4. Curam (Kemiringan 30 - 45 %) 977,41 6,80%

5. Terjal (Kemiringan > 45 %) 386,41 2,69%

TOTAL 14.375,00 100,00%

Sumber : Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS. Cengal - Batulicin, Tahun 2018 Data DEM yang digunakan dalam analisis menggunakan data yang didapatkan dari DEMNAS (Digital Elevation Model Nasional) yang dikeluarkan oleh Badan Informasi Geospasial Tahun 2018. Data ini merupakan suatu bentuk data yang menyediakan informasi tentang ketinggian tempat atau biasa disebut DEM (Digital elevation Model) yang diindikasikan dengan gradasi warna dengan resolusi 8,28 m. DEM Nasional dibangun dari beberapa sumber data meliputi data IFSAR (resolusi 5 m), TERRASAR-X (resolusi 5 m) dan ALOS PALSAR (resolusi 11.25 m), dengan menambahkan data Masspoint hasil stereo-plotting.

Resolusi spasial DEMNAS adalah 0.27-arcsecond, dengan menggunakan datum vertikal EGM2008 Peta DEM di WS Cengal-Batulicin dapat dilihat pada Gambar 2-7.

2.1.4 Jenis Tanah dan Formasi Geologi a. Jenis Tanah

Berdasarkan jenis tanahnya, di WS Cengal-Batulicin terdapat 4 (empat) macam jenis tanah dengan luas jenis tanah di masing-masing kabupaten seperti yang tercantum pada Tabel 2-11. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa komposisi jenis Podsolik Merah Kuning yang memiliki persentase luas yang paling besar di masing-masing kabupaten di WS Cengal-Batulicin.

Tabel 2.6 Jenis Tanah di Kabupaten WS Cengal-Batulicin

NO KABUPATEN JENIS TANAH LUAS

(KM2) PERSENTAS E

1 Balangan

Latosol 23,33 0,16%

Podsolik merah

kuning 14,47 0,10%

2 Banjar Latosol 153,23 1,07%

3 Hulu Sungai

Selatan Latosol 3,67 0,03%

4 Hulu Sungai Tengah

Latosol 54,23 0,38%

Podsolik merah

kuning 24,39 0,17%

5 Kotabaru

Latosol 2.665,12 18,54%

Podsolik merah

kuning 3.118,23 21,69%

Aluvial 1.129,12 7,85%

6 Tanah Bumbu Latosol 1.842,76 12,82%

(26)

NO KABUPATEN JENIS TANAH LUAS

(KM2) PERSENTAS E

Podsolik merah

kuning 705,66 4,91%

Aluvial 913,41 6,35%

Komp pods, mr -

kn & laterik 1.375,23 9,57%

7 Tanah Laut

Latosol 796,11 5,54%

Aluvial 613,57 4,27%

Komp pods, mr -

kn & laterik 942,48 6,56%

TOTAL 14.375,00 100,00%

Sumber : Hasil Analisis Peta Jenis Tanah Repprot Balittanak, Tahun 2018

Karakteristik dan penyebarannya sebagai berikut : a. Tanah Latosol

Tanah jenis ini mempunyai sifat agak asam, berwarna kuning coklat merah, agak peka terhadap erosi, terdapat di daerah bergelombang sampai bergunung serta berasosiasi dengan jenis tanah andosol. Jenis tanah ini baik untuk pertanian.

b. Tanah Alluvial

Tanah jenis ini biasanya berwarna kelabu, coklat atau hitam, tidak peka terhadap erosi, karena terbentuk dari endapan laut, sungai atau danau. Tanah ini biasanya terdapat di daerah rendah atau cekung. Jenis tanah ini banyak dimanfaatkan untuk lahan sawah dan pemukiman.

c. Podsolik Merah Kuning

Tanah yang terbentuk karena curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah.

Tanah podzolik merah kuning berwarna merah sampai kuning dengan kesuburan yang relatif rendah karena pencucian-pencucian. Podzolik merah kuning banyak digunakan untuk tanaman kelapa, jambu mete, karet, dan kelapa sawit

d. Tanah Laterik

Terbentuk pada suhu yang lebih tinggi. Curah hujan yang tinggi menyebabkan tanah laterit memiliki kandungan hara yang rendah sehingga kurang cocok untuk berbagai jenis tanaman. Laterit banyak dijumpai pada pegunungan yang hutannya sudah gundul.

b. Formasi Geologi

Kondisi geologi regional wilayah studi didasarkan pada Peta Geologi bersistem Indonesia, Lembar Banjarmasin 1712, Kotabaru 1812 dan Sampanahan 1813, skala 1:250.000, Tahun 1994. Berdasarkan peta tersebut, formasi batuan yang menempati lembar peta secara berurutan dari muda ke tua, terdiri atas:

Tabel 2.7 Formasi Geologi WS Cengal-Batulicin

(27)

NO KODE FORMASI LUAS KM2 PERSENTAS E

1. Kak Formasi Keramaian 7,77 0,05%

2. Kgd Granodiorit 95,82 0,67%

3. km Formasi Manunggul 566,77 3,94%

4. Kok Olistolit Kintap, Formasi Pudak 133,65 0,93%

5. Kpn Formasi Paniungan 1.354,79 9,42%

6. Ksp Formasi Pitap 41,12 0,29%

.7. Kvh Formasi Haruyan 167,12 1,16%

8. Kvp Formasi Pisau 16,84 0,12%

9. Kvpi Formasi Pitanak 808,90 5,63%

10. Mdi Diorit 34,71 0,24%

11. Mgb Gabro 42,38 0,29%

12. Mm Batu Malihan 1.383,62 9,63%

13. Mr Batu Pasir kersikan dan Rijang

Radioraila 1.967,96 13,69%

14. Mub Batuan Ultramafik 6,57 0,05%

15. Qa Alluvium 685,52 4,77%

16. Tet Formasi Tanjung 1.458,74 10,15%

17. Tmop Formasi Pamaluan 621,52 4,32%

18. TmPb Formasi PuluBalang 70,80 0,49%

19. Tmw Formasi warukin 7,37 0,05%

20. Tomb Formasi Berai 3.162,97 22,00%

21. Tomp Formasi Pamaluan 1.547,66 10,77%

22. Tqd Formasi Dahor 192,42 1,34%

TOTAL 14.375,0

0

100,00%

Sumber : Hasil Analisis Peta Geologi Kalimantan Selatan, Tahun 2018

Stratigrafi yang dominan terdiri dari Kvpi Formasi Pitanak; terdiri atas lava andesit dengan breksi – konglomerat vulkanik. Lava andesit kondisi segar berwarna kelabu, lapuk berwarna coklat, porfiritik, fenokris plagioklas, amygdaloidal yang terisi mineral zeolite, kuarsa dan seladonit; setempat berstruktur bantal. Breksi – konglomerat vulkanik berwarna kelabu – kecoklatan, fragmen andesit – basal porfiri, massa dasar batupasir gunungapi, sortasi buruk, bentuk butir menyudut – menyudut tanggung. Formasi ini tersingkap di bagian barat laut pegunungan Meratus. Tebal formasi diperkirakan 500 meter.

Mm Batuan Malihan; terdiri atas sekis hornblende, sekis muskovit, filit, sekis klorit dan kuarsit muskovit. Batuan malihan ini sebagian besar menempati bagian baratdaya lembar. Dating K-Ar menunjukkan umur Kapur Awal. Hubungan dengan batuan disekitarnya adalah kontak tektonik.

Mr Batupasir Terkersikkan dan Rijang Radiolaria; batupasir terkersikkan berwarna putih kemerahan, berbutir halus dan padu, dengan sisipan rijang radiolarian. Satuan ini bersentuhan sesar dengan batuan ultramafic dan Formasi Pitap serta tertindih tak selaras oleh Formasi Tanjung. Umurnya di duga Jura.

(28)

Qa Alluvium; terdiri atas kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur. Terdapat sebagai endapan sungai, rawa dan pantai.

Tet Formasi Tanjung; terdiri atas perselingan konglomerat, batupasir dan batulempung dengan sisipan serpih, batubara dan batugamping. Bagian bawah terdiri dari

konglomerat dan batupasir dengan sisipan batulempung, serpih dan batubara, sedangkan bagian atas terdiri dari batupasir dan batulempung dengan sisipan batugamping. Batugamping mengandung fosil Discocyclina sp., Nummulites sp. dan Lepidocyclina sp. Berumur Eosen dan terendapkan di lingkungan paralis – neritic. Tebal satuan diperkirakan 750 meter.

Tmw Formasi Warukin; terdiri atas perselingan batupasir kuarsa dan batulempung, bersisipan serpih, batubara dan batugamping. Batupasir dan batulempung karbonan setempat mengandung konkresi besi. Satuan ini terendapkan pada lingkungan litoral hingga paralis dengan tebal 1250 meter. Formasi ini mengandung

fosil Miogypsina sp., Cycloclypeus sp., danLepidocyclina cf. sumatrensis yang berumur Miosen Awal – Miosen Tengah serta menindih selaras Formasi Berai. Lokasi tipe di daerah Kambilin Balikpapan, Kalimantan Timur.

Tomb Formasi Berai; disusun oleh batugamping dengan sisipan napal dan batugamping dengan ketebalan lapisan rata – rata 1 – 6 meter. Mengandung

fosil Spiroclypeus sp.,Heterostegina sp., Borelis sp. dan Rotalia sp., yang menunjukkan umur Oligosen Awal – Miosen Awal dengan lingkungan pengendapan pada laut

dangkal. Tebal formasi ini sekitar 1250 meter. Formasi ini menindih formasi Tanjung secara selaras dan menjemari dengan formasi Pamaluan.

Tomp Formasi Pamaluan; terdiri dari perselingan batulempung dan batupasir, napal dan batugamping. Ketebalan lapisan maksimal 2 meter. Napal kaya akan

fosil Cycloclypeus sp. dan Amphistegina sp., yang menunjukkan umur Oligosen – Miosen Awal. Ketebalan formasi ini mencapai 2500 meter.

Tqd Formasi Dahor; terdiri atas batupasir kuarsa, mudah hancur, setempat bersisipan lempung, lignit, limonit, kerakal kuarsa dan basal. Formasi Dahor terendapkan di lingkungan paralis dan ketebalan satuannya sekitar 750 meter. di lembar samarinda satuan berumur Pliosen – Plistosen dengan ciri – ciri litologi serupa disebut Formasi Kampung Baru dan menindih tidak selaras Formasi Warukin.

Sumberdaya energi yang berpotensi adalah batubara dan minyak bumi.

Batubara terdapat pada formasi Tanjung di daerah Setagen, di hulu sungai Kintap Kecil dan Binuang. Minyak bumi telah dieksplorasi di daerah batulicin dan Pagatan. Selain itu juga terdapat mineral logam antara lain bijih besi, nikel dan emas. Bijih besi terdapat di gunung Kukusan, Sarakaman, Gunung Batuberani, Tanjung Nusantara dan Gunung Damar. Emas placer di daerah Sungai Kusan, Sungai Pamutan, Ambalang, Muara Tabatan dan Limau Purut.

Bahan bangunan terdapat granit dan batugamping, pasir kuarsa dan batulempung terdapat di daerah Batulicin, Simpang dan Sungai Cantung Pasir lepas, kerikil dan kerakal digunakan sebagai bahan bangunan yang tempat penggaliannya di kampung Liang-Anggang.

2.1.5 Tataguna Lahan

Wilayah Sungai Cengal-Batulicin yang mempunyai wilayah seluas ± 14,400 km2, dengan penggunaan lahan terbesar untuk hutan belukar ± 32,01%, hutan lebat ± 32,36%, hutan sejenis ± 10,4% dan perkebunan besar ± 10,39%. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2-11.

(29)

Tabel 2.8 Penggunaan Lahan di Wilayah Sungai Cengal- Batulicin

NO PENGGUNAAN LAHAN LUAS

(HA) PERSENTAS E LUAS

1 Alang - alang 85.993 6,05

2 Hutan belukar 454.927 32,01

3 Hutan lebat 459.900 32,36

4 Hutan sejenis 147.860 10,40

5 Kampung 1.283 0,09

6 Kebun campuran 8.633 0,61

7 Perkebunan besar 147.595 10,39

8 Pertambangan 2.438 0,17

9 Rawa 22.230 1,56

1

0 Sawah irigasi 1x padi/th 10.318 0,73 1

1 Sawah tadah hujan 102 0,01

1

2 Semak 53.621 3,77

1

3 Tegalan / ladang 26.267 1,85

Sumber : Hasil Analisa Peta Penggunaan Lahan 2013 Bappeda Prov.

Kalsel

Draft rencana tata ruang di Wilayah Sungai Cengal-Batulicin didasarkan pada Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2013-2033. Secara umum tata ruang Wilayah Sungai Cengal-Batulicin dapat dibedakan sebagian kawasan lindung (non-budidaya) dan kawasan budidaya yang terdiri dari :

a. Cagar Alam b. Hutan Lindung

c. Hutan Produksi Konversi d. Hutan Produksi Terbatas e. Hutan Produksi Tetap f. Kawasan Perkebunan

g. Kawasan Peruntukan Perikanan h. Kawasan Peruntukan Permukiman i. Pertanian Lahan Basah

j. Pertanian lahan kering k. Suaka Marga Satwa l. Taman Hutan Raya m. Taman Wisata Alam

(30)

Gambar 2.1 Peta Penggunaan Lahan di Wilayah Sungai Cengal-Batulicin

2.1.5.1 Luas Panen Sawah

Luas panen sawah di Kalimantan Selatan tahun 2019 tercatat seluas 356.245,95 hektar. Lahan panen terluas terdapat di Kabupaten Barito Kuala yaitu seluas 88.342,77 hektar atau sebesar 24,79 persen dari luas panen sawah Kalimantan Selatan. Sementara itu luas panen sawah terkecil terdapat di Kota Banjarbaru yaitu seluas 1.667,40 hektar atau hanya seluas 0,47 persen dari luas panen sawah Kalimantan Selatan.

(31)

Tabel 2.8 Penggunaan Lahan Sawah dan Kering di Wilayah Sungai Cengal-Batulicin

NO KABUPATEN KONDI SI

TAHUN

Lahan Sawah TOTAL

Irigasi Teknis

Irigasi Seteng ah Teknis

Irigasi Sederha na

Irigasi Desa / Non PU

Tadah

Hujan Pasang

Surut Lebak Tanah Sawa h 1 Kabupaten

Tanah Laut 2012 0 1.470 2.178 5.531 23.971 15.414 27.320 75.884

2 Kabupaten

Tanah Bumbu 2012 378 0 503 0 22.727 5.181 1.117 6.196 36.102

3 Kabupaten

Kotabaru 2012 5.550 21.962 4.361 31.873

Jumlah 5.928 1.470 2.681 5.531 68.660 24.956 28.437 6.196 143.859

Prosentase 4,12 1,02 1,86 3.84 47,72 17,34 19,76 4,3 100.00%

N

O KABUPAT EN

KONDI SI TAHU N

Lahan Kering TOTAL

Pekaran

gan Tegal/Keb un

Ladan g/

Huma

Padan g Rump ut

Rawa- rawa

Tamba k/

Kolam

Hutan Rakya t

Hutan

Negara Perkebun an

1

Kabupate n Tanah

Laut 2012 14.054 35.260 6.061 12.173 20.108 3.674 28.477 36.111 77.821 233.739

2 Kabupate n Tanah

Bumbu 2012 22.475 32.869 5.580 8.792 7.103 3.773 14.195 142.394 170.986 459.512 3 Kabupate

n

Kotabaru

2012

(32)

Jumlah 36.529 68.129 11.641 20.792 27.211 7.447 42.672 178.505 248.807 693.251 Prosentas

e 5,27 9,83 1,68 2,99 3,92 1,07 6,15 25,74 35,89 100.00

% Sumber : Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan 2017

(33)

2.1.5.2 Luas Hutan dan Perkebunan

Luas hutan lindung, hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan produksi dapat dikonversi pada tahun 2019 berturut-turut sebesar 525.686,26 hektar, 762.964,43 hektar, 126.717,21 hektar, dan 116.686,7 hektar.

Dari seluruh jenis perkebunan tahun 2019 tercatat luas tanam kelapa sawit dan karet masing-masing seluas 424.932 hektar dan 270.539 hektar dengan produksi 1.110.372 ton dan 197.759 ton.

Tabel 2.9 Luas Kawasan Hutan dan Konservasi Menurut Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan (Ha) 2019

KABUPATEN LUAS KAWASAN HUTAN DAN KONSERVASI PERAIRAN HUTAN

PRODUKSI TETAP

HUTAN PRODUKSI DAPAT KONVERSI

JUMLAH LUAS HUTAN DAN PERAIRAN

Tanah Laut 5243,03 12.177,83 105.829,18

Tanah Bumbu 25.785,74 25.754,11 303.935,99

Kotabaru 1269,55 22.533,66 493.567,10

KABUPATEN LUAS KAWASAN HUTAN DAN KONSERVASI PERAIRAN HUTAN

PRODUKSI TETAP

HUTAN PRODUKSI DAPAT KONVERSI

JUMLAH LUAS HUTAN DAN PERAIRAN

Tanah Laut 5243,03 12.177,83 105.829,18

Tanah Bumbu 25.785,74 25.754,11 303.935,99

Kotabaru 1269,55 22.533,66 493.567,10

Sumber: BPS, Kalimantan Selatan Dalam Angka 2020

2.2.Isu Strategis Pengelolaan Sumber Daya Air

Secara umum Isu-isu strategis lokal dijabarkan sebagai berikut : 1. Aktifitas Pertambangan

Terjadinya penurunan kualitas air di beberapa sungai terutama Sungai Batulicin, Sungai Swarangan, Sungai Cuka, Sungai Cengal, Sungai Sampanahan, Sungai Manunggal, Sungai Cantung, Sungai Sebamban, Sungai Kusan, dimana beberapa parameter kualitas air yang awalnya masih masuk dalam baku mutu kelas II saat ini sudah terjadi penurunan hingga baku mutu kelas IV hal ini terjadi sebagai akibat peningkatan luasan kawasan pertambangan;

Disamping itu terdapat sebaran pemukiman dan kawasan pertambangan diatas Daerah Imbuhan Cekungan Air Tanah (CAT) yang menyebabkan terjadinya Pencemaran Air Tanah di DAS Asam-asam, DAS Kintap, DAS Cuka dan DAS Cantung dan juga terjadi erosi lahan di beberapa wilayah di WS Cengal-Batulicin akibat terjadinya alih fungsi lahan dan kondisi hutan yang gundul menyebabkan tingginya erosi dan peresapan air permukaan menjadi rendah, serta masih terjadinya pembalakan hutan di beberapa DAS Cantung, DAS Batulicin, DAS Bengkalaan, DAS

(34)

Sampana

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti : Apa saja fasilitas kearsipan yang digunakan dalam pengelolaan arsip dinamis pada Kantor Dirjen Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak

Pendefinisian pertama wewenang dan tanggung jawab para aktor pada jejaring Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo (TKPSDA WS Bengawan

Tahap awal yang perlu dilakukan untuk dapat menetapkan strategi dan program Pengelolaan Sumber Daya Air adalah dengan mengidentifikasi permasalahan pengelolaan sumber

PERUBAHAN LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN KETUA TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR (TKPSDA) WILAYAH SUNGAI BANGKA NOMOR 01/KPTS/TKPSDA- WSBANGKA/2022 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA), Direktorat

Balai Besar Wilayah Sungai mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai yang meliputi perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan

Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air selanjutnya disebut TKPSDA WS adalah wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai, dan wilayah

Dualisme pandangan pengelolaan sumber daya air karena faktanya batas batas admin tidak selalu berdasarkan pada daerah aliran sungai (DAS), wilayah sungai (WS) pada tiap