• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Sumber Daya Air di Wilayah Sungai Pulau Lombok

N/A
N/A
Dialog Mana

Academic year: 2024

Membagikan "Pengelolaan Sumber Daya Air di Wilayah Sungai Pulau Lombok"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

POLA

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI PULAU LOMBOK

TAHUN 2010

(2)
(3)
(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ... 1

1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN ... 1

1.2.1 Maksud ... 1

1.2.2 Tujuan ... 2

1.2.3 Sasaran ... 2

1.2.4 Visi dan Misi Pengelolaan sumber daya air di WS P. Lombok……… 3

1.3 ISU-ISU STRATEGIS ... .. 3

1.3.1 Isu Strategis Nasional ... ... 3

1.3.2 Isu Strategis Lokal ... . 5

BAB II KONDISI WILAYAH SUNGAI 2.1 PERATURAN PERUNDANGAN-UNDANGAN DIBIDANG SUMBER DAYA AIR DAN PERATURAN LAINNYA YANG TERKAIT... 9

2.2 KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKAIT DENGAN PENGELOLAAN SDA DI WS PULAU LOMBOK ... 12

2.2.1 Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air………... 12

2.2.2 Kebijakan Tata Ruang Wilayah Dalam Pengelolaan SDA……….. 13

2.3 INVENTARISASI DATA ... 16

2.3.1 Data Umum ... 16

2.3.1.1 Wilayah Administratif ... 16

2.3.1.2 Kondisi Geografis ... .. 16

2.3.1.3 Kondisi Topografi dan Morfologi ... .. 17

2.3.1.4 Kondisi Geologi ... . 17

2.3.2 Data Sumber Daya Air ... 18

2.3.2.1 Kondisi Hidrometeorologi ... .. 18

2.3.2.2 Kondisi Hidrogeologi ... . 19

2.3.2.3 Mata Air ... . 20

2.3.2.4 Cekungan Air Tanah ... . 20

2.3.2.5 Sarana dan Prasarana ... . 21

2.3.3 Data Kebutuhan Air ... 22

2.3.4 Data Sosial Ekonomi ... 23

2.3.4.1 Demografi……….. 23

2.3.4.2 Pertumbuhan Ekonomi ... 23

2.3.4.3 Pertumbuhan produk regional domestik Bruto ... . 24

2.3.4.4 Pertumbuhan PDRB per-Kapita ... . 24

2.3.5 Kondisi Lahan ... . 25

2.3.5.1 Tata Guna Lahan ... . 25

2.3.5.2 Kondisi Hutan ... . 26

(5)

2.3.6 Identifikasi Kondisi Lingkungan dan Permasalahan ... 27

2.3.6.1 Aspek Konservasi ... . 27

2.3.6.2 Aspek Pendayagunaan ... . 29

2.3.6.3 Aspek Pengendalian Daya Rusak ... . 33

2.3.7 Identifikasi Terhadap Potensi yang Bisa Dikembangkan ... 34

2.3.7.1 Aspek Konservasi Sumber Daya Air ... 34

2.3.7.2 Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air ... 34

2.3.7.3 Aspek Pengendalian Daya Rusak Air ... 35

2.3.7.4 Aspek Sistem Informasi Sumber Daya Air ... 35

2.3.7.5 Aspek Peran Serta Masyarakat dan Sistem Koordinasi ... 35

BAB III ANALISI DATA WILAYAH SUNGAI PULAU LOMBOK………. 36

3.1 ASUMSI, KRITERIA DAN STANDAR ... 36

3.2 HASIL ANALISIS... 36

3.3 SKENARIO EKONOMI, POLITIK DAN PERUBAHAN IKLIM DALAM PENGELOLAAN SDA DI WS PULAU LOMBOK ... 40

3.3.1 Pertumbuhan Ekonomi Wilayah ... 40

3.3.2 Kemampuan Keuangan Daerah ... 40

3.3.3 Kependudukan ... 40

3.3.4 Peranserta Masyarakat ... 40

3.3.5 Kebijakan Pengembangan Wilayah ... 41

3.4 ALTERNATIF PILIHAN STRATEGI PENGELOLAAN SDA DI WS PULAU LOMBOK ... 41

3.4.1 Konservasi Sumber Daya Air ... 41

3.4.2 Strategi Pendayagunaan SDA………. 42

3.4.3 Strategi Pengendalian Daya Rusak Air……….. 43

3.4.4 Strategi Peningkatan Sistem Data dan Informasi bidang SDA……….. 45

3.4.5 Strategi Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan SDA… 45

BAB IV KEBIJAKAN OPERASIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS PULAU LOMBOK……… 46

4.1 KONSERVASI SUMBER DAYA AIR ... . 46

4.1.1 Perlindungan dan Pelestarian SDA ... 46

4.1.2 Pengawetan Air……….. 47

4.1.3 Pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran air……….. 47

4.2 PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR ... . 47

4.2.1 Penatagunaan Sumber Daya Air ... 48

4.2.2 Penyediaan Sumber Daya Air ... 48

4.2.3 Penggunaan Sumber Daya Air ... 48

4.2.4 Pengembangan Sumber Daya Air ... 48

4.2.5 Pengusahaan Sumber Daya Air ... 48

4.3 PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR ... . 48

4.3.1 Pencegahan Bencana Alam ... 49

4.3.2 Penanggulangan Bencana Alam ... 49

4.3.3 Pemulihan Bencana Alam ... 49

4.4 PEMBERDAYAAN DAN PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH ... . 49

4.5 PENINGKATAN KETERBUKAAN DAN KETERSEDIAAN DATA SERTA INFORMASI DALAM PENGELOLAAN SDA ... . 50

LAMPIRAN

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Target Cakupan Layanan PDAM tahun 2015 ... 4

Tabel 2.1 Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air .... 12

Tabel 2.2 Wilayah Administratif WS Pulau Lombok Per Kabupaten/Kota ... 16

Tabel 2.3 Kondisi Hidrometeorologi di WS Pulau Lombok ... 18

Tabel 2.4 Mata Air di WS Pulau Lombok ... 20

Tabel 2.5 Potensi Cekungan Air Tanah (CAT) di Pulau Lombok... 21

Tabel 2.6 Sarana dan Prasarana di WS Pulau Lombok ... 21

Tabel 2.7 Jumlah Penduduk di WS Pulau Lombok Per Kabupaten/Kota ... 23

Tabel 2.8 Jenis Penggunaan Lahan di WS Pulau Lombok Per-Kab/kota ... 25

Tabel 2.9 Pola Pemanfaatan Hutan Berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan 26

Tabel 2.10 Lahan Kritis Berdasarkan DAS Per Kabupaten ... 28

Tabel 2.11 Proyeksi Jumlah Penduduk per Kabupaten/Kota WS P. Lombok ... 29

Tabel 2.12 Proyeksi Penggunaan dan Pemenuhan Kebutuhan Air di WS P. Lombok 30 Tabel 2.13 Das-das di WS Pulau Lombok per Kabupaten/Kota ... 32

Tabel 2.14 Daerah Rawan Bencana WS Pulau Lombok ... 33

Tabel 2.15 Kondisi Kualitas Air WS Pulau Lombok ... 34

Tabel 3.1 Proyeksi Pemanfaatan Air di WS Pulau Lombok untuk Skenario Pertumbuhan Ekonomi Rendah ... 37

Tabel 3.2 Proyeksi Pemanfaatan Air di WS Pulau Lombok untuk Skenario Pertumbuhan Ekonomi Sedang ... 38

Tabel 3.3 Proyeksi Pemanfaatan Air di WS Pulau Lombok untuk Skenario Pertumbuhan Ekonomi Tinggi ... 39

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Peta wilayah administrasi Wilayah Sungai Pulau Lombok ... 16

Gambar 2.2 Peta Morfologi Pulau Lombok ... 17

Gambar 2.3 Kondisi Geologi Pulau Lombok ... 18

Gambar 2.4 Kondisi Hidrogeologi Pulau Lombok ... 19

Gambar 2.5 Sebaran Mata Air di WS Pulau Lombok ... 20

Gambar 2.6 Cekungan Air Tanah di WS Pulau Lombok ... 21

Gambar 2.7 Sebaran Sarana dan Prasarana SDA di WS Pulau Lombok ... 22

Gambar 2.8 Distribusi penggunaan air ... 23

Gambar 2.9 Peta Tataguna Lahan di Pulau Lombok ... 25

Gambar 2.10 Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) di Pulau Lombok ... 26

Gambar 2.11 Perubahan luas hutan di WS Pulau Lombok Per Kabupaten/Kota Tahun 2000 – 2007 ... 27

Gambar 2.12 Peta Lahan Kritis di Pulau Lombok ... 28

Gambar 2.13 Distribusi pengunaan air ... 31

Gambar 2.14 Das di WS Pulau Lombok ... 32

Gambar 2.15 Sebaran Das Utilitas ... 32

Gambar 2.16 Neraca Air WS Pulau Lombok ... 33

Gambar 3.1 Grafik Neraca Air PSDA WS P. Lombok untuk Skenario Pertumbuhan Ekonomi Rendah ... 37

Gambar 3.2 Grafik Neraca Air PSDA WS P. Lombok untuk Skenario Pertumbuhan Ekonomi Sedang ... 38

Gambar 3.3 Grafik Neraca Air PSDA WS P. Lombok untuk Skenario Pertumbuhan Ekonomi Tinggi ... 39

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sumber daya air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan dan penghidupan manusia yang perlu dikelola bersama diantara para pemilik kepentingan secara keberlanjutan agar dapat dimanfaatkan bagi berbagai keperluan dalam memenuhi hajat hidup masyarakat.

Pemanfaatan sumberdaya air untuk berbagai keperluan di satu pihak terus meningkat dari tahun ke tahun, sebagai dampak pertumbuhan penduduk dan perkembangan aktifitasnya. Di lain pihak ketersediaan sumberdaya air semakin terbatas bahkan cenderung semakin langka, terutama akibat penurunan kualitas lingkungan dan penurunan kualitas akibat pencemaran.

Disamping itu dengan adanya keterbatasan sumberdaya air dalam hal jumlah, waktu dan mutu pada suatu daerah, memerlukan upaya pengaturan yang mengarah pada suatu keseimbangan antara pemanfaatan dengan upaya pelestarian. Selain itu juga timbulnya permasalahan persaingan dalam pemanfaatan, maupun upaya pengelolaan sumberdaya air, serta permasalahan lain berupa kerusakan lingkungan di dalam daerah aliran sungai.

Gambaran secara umum Wilayah Sungai Pulau Lombok, adalah sebagai berikut :

1. Pada musim hujan sering terjadi banjir di hilir, sebaliknya di musim kemarau terjadi kekeringan karena ketersediaan air terbatas. Kejadian ini berdampak pada menurunnya tingkat kehidupan masyarakat baik sosial, ekonomi maupun lingkungan

2. Perubahan fungsi hutan dan kawasan resapan air untuk lahan budidaya karena kebutuhan ekonomi yang tidak mengindahkan kaidah konservasi berakibat meningkatnya laju erosi dan sedimentasi yang pada akhirnya debit puncak banjir meningkat

3. Bangunan prasarana sumberdaya air yang ada belum mampu untuk mencukupi berbagai kebutuhan air seiring dengan pertumbuhan penduduk dan segala aktifitasnya.

Untuk memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat di berbagai keperluan, diperlukan suatu perencanaan terpadu yang berbasis wilayah sungai guna menentukan langkah dan tindakan yang harus dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan mengoptimalkan potensi pengembangan sumberdaya air, melindungi, melestarikan serta meningkatkan nilai sumberdaya air dan lahan.

1.2. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN 1.2.1 Maksud

Maksud disusunnya Pola Pengelolaan Sumber Daya Air di WS Pulau Lombok ini adalah untuk membuat kerangka dasar dalam pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai Pulau lombok.

(9)

2 1.2.2 Tujuan

Tujuan dari Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Pulau Lombok adalah untuk merumuskan pola pengelolaan wilayah sungai termasuk menyusun dokumentasi SDA WS (air permukaan dan air tanah), menganalisis perimbangan ketersediaan dan kebutuhan air baik untuk saat ini maupun di masa mendatang (20 tahun), dan mengidentifikasi rencana program-program strategis yang dapat menjadi kerangka dasar untuk pengelolaan SDA WS, dengan melibatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha. Pola pengelolaan sumber daya air untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

1.2.3 Sasaran

Sasaran dari penyusunan Pola Pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Pulau Lombok adalah untuk:

a. Memberikan kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiaan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumberdaya air dan pengendalian daya rusak air.

b. Memberikan arahan yang berkaitan dengan konservasi dan pendayagunaan sumber daya air, serta pengendalian daya rusak air pada pengembangan kawasan-kawasan agar tidak menimbulkan dampak negatif seperti timbulnya/meningkatnya daya rusak air.

c. Memberikan arahan yang berkaitan dengan sumber daya air terhadap pengembangan kawasan pembangunan antara lain kawasan budidaya, sistem pusat-pusat pemukiman, sistem sarana dan prasarana wilayah dan kawasan yang perlu diprioritaskan.

d. Memberikan arahan kebijakan yang menyangkut tata guna tanah, tata guna air, tata guna sumber daya alam serta kebijakan penataan ruang wilayah yang direncanakan secara bersinergi

e. Menjamin kepentingan masa kini dan generasi yang akan datang, yang terkait dengan ketersediaan sumber daya air.

1.2.4 Visi dan Misi Pengelolaan sumber daya air di WS P. Lombok Visi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Pulau Lombok adalah sebagai berikut:

Terwujudnya kemanfaatan Sumber Daya Air bagi kesejahteraan seluruh rakyat di Wilayah Sungai Pulau Lombok

Dari rumusan visi diatas terkandung makna bahwa sumber daya air sebagai salah satu unsur utama bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat harus dikelola secara berkelanjutan, sehingga kemanfaatannya tetap terpelihara.

Untuk mewujudkan Visi tersebut diatas maka perlu diselenggarakan misi pengelolaan sumber daya air. Misi Pengelolaan Sumber Daya Air WS Pulau Lombok adalah sebagai berikut:

1. Konservasi sumber daya air yang berkelanjutan di Wilayah Sungai Pulau Lombok

2. Pendayagunaan sumber daya air yang adil untuk memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat yang memenuhi kualitas dan kuantitas di Wilayah Sungai Pulau Lombok

3. Pengendalian daya rusak air di Wilayah Sungai Pulau Lombok

(10)

3 4. Pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat, swasta dan

pemerintah di Wilayah Sungai Pulau Lombok

5. Peningkatan keterbukaan dan ketersediaan data serta informasi dalam pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai Pulau Lombok.

1.3. ISU-ISU STRATEGIS

Beberapa isu strategis yang berkembang di masyarakat, baik yang bersifat nasional maupun lokal dan akan sangat berdampak pada pengelolaan sumber daya air WS Pulau Lombok di masa depan diantaranya adalah : 1.3.1. Isu Strategis Nasional

1. Target Millenium Development Goals (MDGs) 2015

Millennium Development Goals (MDGs) 2015 adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun 2015 merupakan tantangan- tantangan utama dalam pembangunan diseluruh dunia. Tantangan- tantangan ini sendiri diambil dari seluruh tindakan dan target yang dijabarkan dalam Deklarasi Milenium yang diadopsi oleh 189 negara dan ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan September 2000. Sasaran utama dalam Millennium Development Goals (MDGs) 2015, antara lain adalah :

1) Pengentasan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim

Target untuk 2015: Mengurangi setengah dari penduduk dunia yang berpenghasilan kurang dari 1 dolar AS sehari dan mengalami kelaparan.

2) Pemerataan pendidikan dasar

Target untuk 2015: Memastikan bahwa setiap anak, baik laki-laki dan perempuan mendapatkan dan menyelesaikan tahap pendidikan dasar.

3) Mendukung adanya persaman jender dan pemberdayaan perempuan

Target 2015: Mengurangi perbedaan dan diskriminasi gender untuk semua tingkatan pada tahun 2015.

4) Mengurangi tingkat kematian anak

Target untuk 2015: Mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak- anak usia di bawah 5 tahun

5) Meningkatkan kesehatan ibu

Target untuk 2015: Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam proses melahirkan

6) Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya Target untuk 2015: Menghentikan dan memulai pencegahan penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit berat lainnya.

7) Menjamin daya dukung lingkungan hidup Target untuk 2015:

a. Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam kebijakan setiap negara dan program serta mengurangi hilangnya sumber daya lingkungan

b. Pada tahun 2015 mendatang diharapkan mengurangi setengah dari jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum yang sehat

(11)

4 c. Pada tahun 2020 mendatang diharapkan dapat mencapai pengembangan yang signifikan dalam kehidupan untuk sedikitnya 100 juta orang yang tinggal di daerah kumuh

8) Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

Target untuk 2015: Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem keuangan yang berdasarkan aturan, dapat diterka dan tidak ada diskriminasi. Termasuk komitmen terhadap pemerintahan yang baik, pembangungan dan pengurangan tingkat kemiskinan secara nasional dan internasional.

Berdasarkan sasaran Millennium Development Goals (MDGs) 2015 diatas, maka, yang berkaitan erat secara langsung dengan pengelolaan sumber daya air adalah sasaran ke tujuh, yaitu menjamin daya dukung lingkungan hidup terutama dalam hal mengurangi setengah dari jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum yang sehat pada tahun 2015 mendatang. Adapun target pencapaian cakupan layanan air bersih oleh PDAM Provinsi Nusa Tenggara Barat secara total pada tahun 2015 adalah sebesar 53,7 % dimana cakupan layanan existing pada tahun 2009 adalah 24,65%. Namun yang terkait dengan WS Pulau Lombok hanya 3 Kabupaten dan 1 Kota, dengan rincian target masing-masing tersaji pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Target Cakupan Layanan PDAM tahun 2015

No. Kabupaten/Kota

Cakupan Layanan Existing

2009

Target 2015 1. 2.

3.

Kab. Lombok Barat + Kota Mataram Kab. Lombok Tengah

Kab. Lombok Timur

22,40 % 19,25 % 18,07 %

27,50 % 21,66 % 42,58 %

Sumber: Ditjen Cipta Karya, Dep. PU

Oleh karena itu target penyediaan air minum tersebut perlu didukung oleh pembangunan infrastruktur penyedian air baku seperti embung dan waduk yang akan dibangun di wilayah sungai tersebut.

2. Ketahanan Pangan

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu dari lima provinsi yang menjadi lumbung beras nasional, hal ini karena produksi beras NTB cukup melimpah. Sebelum tahun 1980-an, NTB dikenal sebagai daerah rawan pangan sehingga sering mendapat bantuan pangan dari daerah lain. Namun, setelah mengubah sistem bercocok taman dengan sistem gogo rancah (GoRa), mulai 1985 NTB mampu berswasembada pangan sampai sekarang.

Menurut Perhitungan Angka Ramalan I tahun 2009, produksi padi NTB mencapai 1.792.697 ton gabah kering giling (GKG) meningkat sebesar 2,4 persen dari tahun 2008 sebesar 1.750.677 ton GKG. Produksi padi NTB tersebut setara dengan sekitar 900.000 ton beras, sementara kebutuhan konsumsi beras NTB 550.000 ton, jadi NTB masih kelebihan beras lebih dari 300.000 ton.

(12)

5 Sektor peternakan merupakan salah satu sektor andalan utama, karena potensinya yang menjanjikan. NTB merupakan salah satu daerah rujukan bagi pengembangan ternak besar secara nasional, khususnya pada komoditi sapi dan kerbau, baik untuk ternak bibit maupun ternak potong.

Kualitas sapi NTB mempunyai kekhasan dan keunggulan yang dapat dikembangkan dan merupakan asset yang tidak boleh ditinggalkan.

Untuk itu, bertepatan dengan peringatan HUT Emas Prov. NTB, telah dicanangkan program "NTB Bumi Sejuta Sapi".

3. Perubahan Iklim Global (Climate Change)

Salah satu fenomena perubahan iklim global adalah peningkatan suhu dan curah hujan tahunan dengan penurunan jumlah hari hujan sehingga musim hujan menjadi lebih singkat dengan peningkatan resiko terjadinya banjir. Oleh karena itu maka Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) NTB telah meluncurkan program Lombok Eco-City Island (LECI) guna menyelamatkan lingkungan di NTB. Program LECI termasuk didalamnya yaitu pembangunan dengan konsep ramah lingkungan.

Artinya pengembangan wilayah di NTB tidak akan bertentangan dengan tata ruang yang ada, sehingga pemberdayaan masyarakat bisa lebih terjamin.

Wilayah NTB, masuk dalam kategori kerusakan lingkungan dilevel menengah. Artinya wilayah NTB bisa saja terancam bahaya krisis air disaat kondisi lingkungan mamperihatinkan. Karena itu, keberadaan hutan didaerah ini sebaiknya tetap dipelihara oleh pemerintah dan masyarakat, agar ancaman kerusakan lingkungan tidak akan terjadi.

1.3.2. Isu Strategis Lokal

1. Pengembangan Kawasan

a. Pengembangan Sentra Industri Gerung

b. Pengembangan Kawasan Sentra Produksi (Amor-amor, Batukliang, Pamongkong, Sembalun Lawang)

c. Pengembangan Kawasan Andalan. Pengembangan Kawasan Andalan I meliputi beberapa kecamatan di wilayah Lombok Selatan, yaitu : Kec. Sekotong, Gerung, Praya Barat, Pujut, Praya Tumur, Sakra, Keruak

2. Peningkatan Kebutuhan Air

a. Kebutuhan Kolam Ikan. Trend pertumbuhan kolam ikan di WS Pulau Lombok menunjukkan angka positif ke depannya, keberadaan kolam ikan tersebut perlu penataan ulang, kondisi sekarang yang ada air yang masuk kedalam kolam ikan langsung di buang ke dalam drainase sungai. Artinya air yang ada tidak masuk kembali ke dalam sistem irigasi, yang mestinya membuat air menjadi lebih efisien

b. Kebutuhan Penggelontoran Kota. Kebutuhan air untuk menggelontor kota juga harus diperhatikan. Mengingat permasalahan sanitasi adalah permasalahan yang cukup krusial menyangkut kesehatan masyarakat umum secara luas

(13)

6 c. Kebutuhan Air Baku Perkembangan perkotaan dan daerah-daerah di WS Pulau Lombok memang cukup pesat terutama di Mataram, Selong, Praya, Gerung, dan Tanjung. Kebutuhan air baku ke depan juga diperlukan untuk sektor-sektor strategis seperti Bandara Internasional Lombok (BIL), daerah Pariwisata Kuta dan Sekotong.

Hal ini tidak mungkin tidak akan menimbulkan permasalahan kebutuhan air baku untuk minum. Kondisi yang sekarang ada pun, sudah mulai menggambarkan betapa krisisnya kebutuhan air baku di WS Pulau Lombok.

3. Pembangunan Sarana dan Prasarana Transportasi

Pembangunan Bandara Udara Lombok Baru. Mengingat bandara merupakan fasilitas umum yang memerlukan air dalam jumlah yang tidak sedikit, maka kebutuhan air untuk menyuplai kebutuhan bandara perlu dilakukan

4. Rencana Pembangunan Sarana dan Prasarana Sumber Daya Air a. Rencana Pembangunan Bendungan Pandanduri. Rencana

pengembangan secara terpadu untuk mengatasi kekeringan di Pulau Lombok melalui sistem suplesi HLD, dengan potensi areal seluas 50.695 Ha telah dilaksanakan sejak tahun 1982. Namun sampai dengan saat ini pengembangan sistim HLD Jurang Sate Komplek dan sistem Batujai - Pengga baru mencapai areal ± 29.945 Ha sehingga terdapat lahan hujan seluas 20.750 Ha masih belum tertangani dengan baik, salah satunya wilayah Pandanduri Suwangi

b. Rencana Pembangunan Bendungan Mujur. Pembangunan Bendungan Mujur salah satu konsep untuk mengatasi bencana kekeringan dan rawan kekurangan air baku di 3 Kecamatan (Praya Tengah, Praya Timur dan Janapria) dan meningkatkan lahan tadah hujan seluas 10.121 ha menjadi lahan beririgasi teknis di Pulau Lombok bagian selatan (selain pembangunan Bendungan Pandanduri Suwangi), serta untuk mendorong ekonomi pedesaan

c. Rencana Pembangunan Saluran Interbasin Transfer Meninting Jangkok (West). Konsep membuat saluran HLD Meninting-Jangkok adalah untuk mengalirkan air sungai Meninting menuju sungai Jangkok bagian hilir agar dapat digunakan untuk mengairi DI.

Mataram. Dengan dibuatnya saluran ini, maka kelebihan debit bendung Jangkok dapat ditransfer ke saluran Jurang Sate

d. Rencana Saluran Suplesi Belimbing Dan Kermit (East). Rencana saluran suplesi Blimbing-Kermit adalah untuk memanfaatkan potensi mata air yang cukup besar di Blimbing River Basin di bagian hulu bendung Tempasan untuk mengairi areal irigasi di sekitar aliran Sungai Kermit hingga ke rencana Bendungan Pandanduri.

5. Pariwisata

Nusa Tenggara Barat sebagai salah satu dari lima daerah unggulan pariwisata di Indonesia (Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur), terus berusaha untuk mengembangkan potensi pariwisata dengan membuat program unggulan dengan menyiapkan destinasi baru obyek wisata yang merupakan objek andalan seperti wisata : alam, bahari, budaya, MICE (meeting, incentive, conference, exhibition), belanja, ziarah, religi, dan geowisata. Pemerintah Provinsi NTB menetapkan 15 kawasan pariwisata yaitu sembilan di Pulau Lombok dan enam di Pulau Sumbawa.

(14)

7 NTB dan pariwisata tidak bisa dipisahkan. Bukan hanya Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB yang banyak berharap dari sektor jasa ini untuk menggerakkan roda pembangunan, tetapi juga sebagian besar masyarakatnya bertumpu di sektor tersebut

6. Sumber Daya Manusia (SDM)

Berdasarkan kinerja pembangunan manusia yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2007, Provinsi Nusa Tenggara Barat berada pada peringkat 32 dari seluruh provinsi di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan manusia di Provinsi Nusa Tenggara Barat harus tetap menjadi perhatian utama dalam penyusunan prioritas program dan kegiatan pembangunan daerah, dalam mendapatkan akses dan memanfaatkan hasil-hasil pembangunan, serta memiliki kontrol dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan, dengan pertimbangan bahwa sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif menjadi modal dasar dalam mendukung peningkatan daya saing wilayah secara berkelanjutan.

(15)

8

BAB II

KONDISI WILAYAH WILAYAH SUNGAI

2.1. PERATURAN PERUNDANGAN DAN PERATURAN PEMERINTAH YANG TERKAIT

Landasan hukum penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai, khususnya di WS P.Lombok antara lain adalah sebagai berikut : 1. Undang-Undang Dasar 1945

a. Alinea ke-4 Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 b. Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 2. Undang-Undang

a. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya.

b. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.

c. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumberdaya Air

d. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

e. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah f. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pusat dan Daerah

g. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.

h. Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

i. Undang-Undang No. 26 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Lombok Utara Di Provinsi Nusa Tenggara Barat

j. Undang-undang No.10 Tahun 2009 tentang Pariwisata

k. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

3. Peraturan Pemerintah

a. Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air b. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai.

c. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

d. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom.

e. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

f. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan

g. Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan.

h. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 tentang tentang Irigasi.

i. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan.

j. Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas k. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional l. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan SDA m. Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah

n. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2010 tentang Bendungan

(16)

9 4. Keputusan Presiden, Instruksi Presiden dan Peraturan Presiden

a. Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 1 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Pengelolaan Pengairan

b. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

c. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 9 Tahun 1999 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Kebijaksanaan Pendayagunaan Sungai dan Pemeliharaan Kelestarian Daerah Aliran Sungai

d. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 83 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden No. 123 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air

e. Peraturan Presiden Republik Indonesia No.12 Tahun 2008 Tentang Dewan Sumber Daya Air

5. Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri v Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri PU

a. Permen PU No. 48/PRT/1989 tentang Tata Laksana Pengerahan Jaringan Irigasi Kecil Berikut Wewenang Pengukurannya Kepada Petani Pemakai Air

b. Permen PU. No. 42/PRT/1990 tentang Pengelolaan Atas Air dan Sumber Air pada Wilayah Sungai

c. Permen PU. No. 45/PRT/1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada Sumber-Sumber Air

d. Permen PU No. 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan Atas Air dan atau Sumber Air Pada Wilayah Sungai

e. Permen PU No. 49/PRT/1990 tentang Tata Cara dan Persyaratan Ijin Penggunaan Air dan atau Sumber Air

f. Permen PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai

g. Permen PU No. 11A/PRT/M/2006 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai

h. Permen PU No. 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Aspek Fisik dan Lingkungan Ekonomi Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang

i. Permen PU No. 22/PRT/M/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor

j. Kepmen PU No. 458/KPTS/1986 tentang Ketentuan Pengamanan Sungai Dalam Hubungan Dengan Penambangan Galian Golongan C k. Kepmen PU No. 401 /KPTS/1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan

Izin Penggunaan Air dan atau Sumber Air untuk Usaha Pertambangan Umum

l. Kepmen PU No. 17/KPTS/M/2003 tentang Penetapan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan

v Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri Dalam Negeri

a. Permendagri No. 12 Tahun 1992 tentang Pembentukan dan Pembinaan Perkumpulan Petani Pemakai Air

b. Instruksi Mendagri No. 42 Tahun 1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 12 Tahun 1992 tentang Pembentukan dan Pembinaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) c. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 50 Tahun 2001 tentang

Pedoman Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air

(17)

10 d. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengaturan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Lembaga Pengelola Irigasi Propinsi dan Kabupaten/Kota

e. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum Pada Perusahaan Daerah Air Minum

v Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

a. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 03/MENLH/11/1991 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan yang Sudah Beroperasi

b. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air

c. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik

d. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air

e. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 142 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air

v Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi

a. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 523 K/ 201/ MPE/

1992 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Penyajian Informasi Lingkungan, Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan untuk Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C

b. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1451 K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Perencanaan Pendayagunaan Air Bawah Tanah.

v Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri Kesehatan

a. Peraturan Menteri Kesehatan No. 73/MEN.KES/VIII/'77 tentang Pengawasan Pencemaran Air dari Badan Air untuk Berbagai Kegunaan yang Berhubungan dengan Kesehatan

b. Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/MEN.KES/PER/VI/1982 tentang Kualitas Air Tanah yang Berhubungan dengan Kesehatan

c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 16/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

6. Peraturan Daerah Provinsi NTB

a. Perda Provinsi NTB No. 8 Tahun 1994 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai

b. Perda Provinsi NTB No. 11 tahun 2000 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas dan Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Provinsi NTB

c. Perda Provinsi NTB No. 6 Tahun 2001 tentang Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

d. Perda Provinsi NTB No. 5 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Pertambangan.

e. Perda Provinsi NTB No. 6 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan di Provinsi Nusa Tenggara Barat

(18)

11 f. Perda Provinsi NTB No. 11 tahun 2006 tentang RTRW Provinsi NTB g. Perda Provinsi NTB No. 5 Tahun 2007 tentang Perlindungan Hutan,

Flora dan Fauna di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

h. Perda Provinsi NTB No. 2 tahun 2008 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau–Pulau Kecil

7. Surat Keputusan Gubernur Provinsi NTB

a. Surat Keputusan Gubernur Provinsi NTB No. 37 Tahun 2001 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Provinsi NTB

b. Surat Keputusan Gubernur Provinsi NTB No. 122 Tahun 2005 tentang Lahan Kritis di Provinsi NTB

c. Surat Keputusan Gubernur Provinsi NTB No. 14A Tahun 2006 tentang Satuan Tugas Pengelolaan Sumber Daya Air (SATGAS-PSDA) Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa Sebagai Suatu Embrio Pembentukan Balai PSDA.

d. Surat Keputusan Gubernur Provinsi NTB No. 393 Tahun 2006 tentang Penetapan Kondisi Sub Satuan Wilayah Sungai (SSWS) / Daerah Aliran Sungai (DAS) Provinsi NTB

8. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota di WS Pulau Lombok v Peraturan Daerah Kota Mataram

a. Perda Kota Mataram No. 15 Tahun 2003 Tentang Sempadan Sungai b. Perda Kota Mataram No. 5 Tahun 2004 Tentang Upaya Pengelolaan

Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

c. Perda Kota Mataram No. 8 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Mataram Tahun 2005-2025

d. Perda Kota Mataram No. 10 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah v Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Barat

a. Perda Kabupaten Lombok Barat No. 3 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Air Bawah Tanah

b. Perda Kabupaten Lombok Barat No. 10 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

c. Perda Kabupaten Lombok Barat No. 4 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan

v Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah

a. Perda Kabupaten Lombok Tengah No.7 Tahun 2006 tentang Rencana Detil Tata Ruang Kawasan Bandar Udara Lombok Baru Kabupaten Lombok Tengah

v Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur

a. Perda Kabupaten Lombok Timur No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Sumber Daya Hutan Berbasis Masyarakat (PSDHBM) b. Perda Kabupaten Lombok Timur No. 5 Tahun 2007 tentang Irigasi c. Perda Kabupaten Lombok Timur No. 2 Tahun 2009 tentang Larangan

Pengambilan Karang Laut di Wilayah Kabupaten Lombok Timur

d. Perda Kabupaten Lombok Timur No. 6 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lombok Timur Tahun 2008 – 2013

(19)

12 2.2. KEBIJAKAN YANG BERLAKU DALAM PENGELOLAAN SDA

2.2.1. Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air

Kebijakan pengelolaan sumber daya air di WS Pulau Lombok berdasar pada kebijakan nasional sumber daya air dan kebijakan Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam pengelolaan sumber daya air. Sesuai dengan amanat Undang- Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, pengelolaan sumber daya air mencakup kepentingan lintas sektor dan lintas wilayah yang memerlukan keterpaduan tindak untuk menjaga kelangsungan fungsi dan manfaat air dan sumber air. Hal tersebut dilakukan melalui koordinasi dengan mengintegrasikan kepentingan berbagai sektor, wilayah, dan para pemilik kepentingan dalam bidang sumber daya air. Koordinasi dalam pengelolaan sumber daya air dilakukan oleh suatu wadah koordinasi yang bernama Dewan Sumber Daya Air atau dengan nama lain.

Beberapa kebijakan pemerintah daerah dalam pengelolaan sumber daya air, yang tertuang dalam Peraturan Daerah di Provinsi NTB maupun di masing- masing KabupatenKota di Wilayah Sungai Lombok secara garis besar dapat diuraikan dalam Tabel 1 berikut ini.

Tabel 2.1 Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air No. Aspek Pengelolaan

Sumber Daya Air Peraturan Daerah

1. Konservasi Sumber Daya Air

Perda Provinsi NTB No. 6 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan di Provinsi Nusa Tenggara Barat

Perda Provinsi NTB No. 11 tahun 2006 tentang RTRW Provinsi NTB

(Pasal : kawasan perlindungan setempat)

Perda Provinsi NTB No. 5 Tahun 2007 tentang Perlindungan Hutan, Flora dan Fauna di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Perda Provinsi NTB No. 5 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Pertambangan

Surat Keputusan Gubernur Provinsi NTB No. 122 Tahun 2005 tentang Lahan Kritis di Provinsi NTB

Surat Keputusan Gubernur Provinsi NTB No. 393 Tahun 2006 tentang Penetapan Kondisi Sub Satuan Wilayah Sungai (SSWS) / Daerah Aliran Sungai (DAS) Provinsi NTB Perda Kota Mataram No. 5 Tahun 2004 Tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

Perda Kota Mataram No. 10 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah

Perda Kabupaten Lombok Barat No. 10 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

Perda Kabupaten Lombok Barat No. 4 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan

Perda Kabupaten Lombok Timur No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Sumber Daya Hutan Berbasis Masyarakat (PSDHBM)

Perda Kabupaten Lombok Timur No. 2 Tahun 2009 tentang Larangan Pengambilan Karang Laut di Wilayah Kabupaten Lombok Timur

2. Pendayagunaan Sumber Daya Air

Perda Provinsi NTB No. 6 Tahun 2001 tentang Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

Perda Kabupaten Lombok Barat No. 3 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Air Bawah Tanah

(20)

13

No. Aspek Pengelolaan

Sumber Daya Air Peraturan Daerah

Perda Kabupaten Lombok Timur No. 5 Tahun 2007 tentang Irigasi

Perda Provinsi NTB No. 6 Tahun 2001 tentang Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

3. Pengendalian Daya Rusak Air

Perda Provinsi NTB No. 2 tahun 2008 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau–Pulau Kecil

Perda Provinsi NTB No. 11 tahun 2006 tentang RTRW Provinsi NTB

(Pasal : daerah rawan bencana)

Perda Provinsi NTB No. 8 Tahun 1994 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai

Perda Provinsi NTB No. 5 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Pertambangan

Perda Kota Mataram No. 15 Tahun 2003 Tentang Sempadan Sungai

4. Sistem Informasi Sumber Daya Air

Belum ada Perda yang spesifik mengatur hal ini 5. Peran Serta

Masyarakat, Swasta dan Pemerintah

Perda Provinsi NTB No. 11 tahun 2000 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas dan Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Provinsi NTB

Surat Keputusan Gubernur Provinsi NTB No. 14A Tahun 2006 tentang Satuan Tugas Pengelolaan Sumber Daya Air (SATGAS-PSDA) Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa Sebagai Suatu Embrio Pembentukan Balai PSDA.

Surat Keputusan Gubernur Provinsi NTB No. 37 Tahun 2001 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Provinsi NTB

2.2.2. Kebijakan Tata Ruang Wilayah Dalam Pengelolaan SDA

Sesuai dengan kebijakan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang (Perda Provinsi NTB No. 11 tahun 2006 tentang RTRW Provinsi NTB),maka fungsi dan peran wilayah Wilayah Sungai Pulau Lombok adalah :

a. Daerah pengembangan pertanian tanaman pangan, perkebunan, kelautan dan perikanan

b. Daerah pelestarian sumber daya alam c. Simpul transportasi regional dan nasional

d. Pusat pengembangan kerajinan, industri dan perdagangan e. Pusat pengembangan pariwisata

f. Pusat pengembangan pendidikan tinggi g. Pusat pemerintahan provinsi

h. Pusat pelayanan kesehatan

Arahan pengembangan kawasan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air adalah sebagai berikut :

1. Pemantapan kawasan lindung terdiri dari :

a) kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, meliputi : kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air.

b) kawasan perlindungan setempat (sempadan pantai, sungai, danau/waduk, mata air, hutan kota)

(21)

14 c) kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya

d) kawasan rawan bencana (G. berapi, banjir, tsunami, angin topan, gelombang pasang, kekeringan, longsor, gempa bumi, dan abrasi pantai)

2. Pemantapan kawasan budidaya a) kawasan hutan produksi

b) kawasan pertanian (pertanian basah dan kering, perkebunan, peternakan)

c) Kegiatan pertambangan diarahkan pada pertambangan bahan galian gol. C

d) Pengembangan energi listrik

e) Kawasan industri (agroindustri dan indstri kecil

f) Kawasan pariwisata ( Senggigi, Suranadi, Gili Gede, Benang Stokel, Dusun Sade, Selong Belanak, Kuta dan Rinjani

g) Kawasan perdagangan dan jasa 3. Pengembangan Infrastruktur Wilayah

a) Pengembangan infrastruktur transportasi darat, laut dan udara i. Pengembangan transportasi darat; diarahkan pada :

- pengembangan jaringan jalan dengan mengembangkan jalan arteri, kolektor dan jalan tol; pengembangan jalan tol diarahkan untuk menghubungkan kawasan Bandar Udara Internasional di Penujak Lombok Tengah dengan ibukota Provinsi dan pusat- pusat pertumbuhan strategis lainnya

- pengembangan simpul transportasi dengan meningkatkan kelas terminal tipe B, tipe C,dan pembangunan Terminal Barang dan Terminal Terpadu

ii. Pengembangan transportasi laut diarahkan untuk :

- pengembangan pelabuhan laut, untuk pelabuhan ekspor di Lembar, Telong-elong, dan pelabuhan pelayaran antar Pulau di Lembar, Labuhan Lombok, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) di Teluk Awang, Telong-elong.

- pengembangan jaringan transportasi laut diarahkan untuk pelayaran regional, nasional dan internasional.

iii. Pengembangan transportasi udara, diarahkan pada:

- Relokasi Bandar Udara Selaparang ke Penujak Lombok Tengah, untuk penerbangan regional; penerbangan nasional dan internasional (Bandar Udara Internasional di Penujak Lombok Tengah melayani penerbangan internal, regional, nasional dan internasional)

b) Pengembangan ketenagalistrikan

Pengembangan ketenagalistrikan yang memanfaatkan sumber daya air, meliputi :

- Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) diarahkan di Bayan, Sajang Sembalun dan Pantai Endok Lombok Barat.

- Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) diarahkan di Narmada, Lingsar, Gunung Sari, Tanjung, Kayangan, Bayan, Gangga, Pringgarata, Batukliang Utara, Praya Barat, Aikmel, Sembalun, Sambelia, Pringgasela, Sikur, Masbbagik, Wanasaba, Tanjung Luar

(22)

15 - Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL) diarahkan di Kute Mawi Selong Blanak, Sambelia, Pemongkong

c) Pengembangan infrastruktur telekomunikasi, meliputi kantor pos, jaringan telepon dan frekuensi radio

d) Pengembangan pengelolaan air bersih diarahkan pada peningkatan cakupan layanan, peningkatan kualitas air dan efisiensi pemanfaatan air bersih dengan memperhatikan konservasi sumber air (mt. air, danau dan sungai) dan penganekaragaman sumber air baku.

Konservasi sumber-sumber air diutamakan pada lokasi mata air, danau dan sungai beserta ekosistemnya.

e) Pengelolaan sumberdaya air dilakukan dengan pendekatan Wilayah Sungai (WS Pulau Lombok) untuk pengelolaan air permukaan dan Cekungan Air Tanah (CAT Tanjung-Sambelia dan CAT Mataram – Selong) untuk pengelolaan air tanah.

(23)

16 2.3. INVENTARISASI DATA

2.3.1. Kondisi Umum WS Pulau Lombok 2.3.1.1 Wilayah Administratif

Berdasarkan wilayah administratif pemerintahan, Wilayah Sungai Pulau Lombok terletak dari 3 (tiga) Kabupaten dan 1 (satu) Kota yaitu: Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur dan Kota Mataram. Luas Wilayah Sungai Pulau Lombok berdasarkan Kabupaten/Kota disajikan pada Tabel 2.2 dan Gambar 2.1.

Tabel 2.2 Wilayah Administratif WS Pulau Lombok Per-Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota

Luas Daratan

(km2)

Jumlah Kecamatan

Jumlah Desa dan Kel.

Desa Kelurahan

Lombok Barat 1.863,40 15 52 6

Lombok Tengah 1.208,40 12 98 4

Lombok Timur 1.605,55 20 106 13

Kota Mataram 61,30 3 - 22

Jumlah 4.738,65 50 256 35

Sumber : BPS Provinsi NTB dalam Spasial Daerah Provinsi NTB, 2007

Gambar 2.1 Peta wilayah administrasi Wilayah Sungai Pulau Lombok 2.3.1.2 Kondisi Geografis

Wilayah Sungai Pulau Lombok terletak di Pulau Lombok yang merupakan salah satu pulau besar di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang secara geografis terletak antara 116o00 – 116o45 BT dan 8º15 – 9º10 LS. Wilayah Sungai Pulau Lombok mempunyai luas wilayah 7,619.80 km2 (15.45% dari luas wilayah Provinsi NTB), terdiri dari daratan 4,738.70 km2 (62.19%) dan perairan laut 2,881.18 km2 (37.81%). Batas-batas geografis Wilayah Sungai Pulau Lombok, di sebelah utara dan timur secara berturut turut dibatasi oleh Laut Flores dan Selat Alas, sedangkan di bagian selatan dan baratnya dibatasi oleh Samudra Indonesia dan Selat Lombok.

Kab. Lombok Barat

Kab. Lombok Tengah

Kab. Lombok Timur

Kota Mataram

(24)

17 2.3.1.3 Kondisi Topografi Dan Morfologi

Kondisi topografi Wilayah Sungai Pulau Lombok didominasi oleh jalur pegunungan dan perbukitan hasil kegiatan gunung api Gunung Rinjani lebih dari 75% luas daratan Pulau Lombok. Puncak Gunung Rinjani yang berbentuk sebuah kaldera berupa danau kawah (Segara Anak) dikelilingi oleh puncak Gunung Sengkareang (2.914 m), Gunung Baru (2.895 m) dan Gunung Nangi (2.110 m). Bagian puncak Gunung Rinjani ini medannya membentuk lereng tajam (15°- 40°) dan secara berangsur-angsur kemiringannya berkurang baik ke arah selatan maupun ke arah utara hingga mencapai garis pantai. Berdasarkan bentuk morfologi dan kemiringan lereng, bentang alam Pulau Lombok dibedakan menjadi 3 (tiga) satuan morfologi yaitu dataran, perbukitan dan gunungapi seperti terlihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Peta Morfologi Pulau Lombok

(Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB, 2007)

2.3.1.4 Kondisi Geologi

Kondisi Geologi Pulau Lombok terdiri dari batuan gunungapi, sedimen dan batuan terobosan yang berumur Tersier hingga Kuarter. Satuan batuan tertua di Pulau Lombok adalah Formasi Pengulung (Tomp) yang berumur Oligosen Akhir - Miosen Awal, tersingkap di jalur pegunungan selatan. Formasi ini tersusun oleh endapan hasil kegiatan gunungapi yang terdiri dari breksi, lava dan tuf dengan lensa batugamping yang mengandung bijih sulfida dan urat kuarsa. Gambaran tentang kondisi geologi permukaan Pulau Lombok disajikan pada Gambar 2.3 berikut ini.

(25)

18 Gambar 2.3 Kondisi Geologi Pulau Lombok

(Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB, 2005)

2.3.2. Data Sumber Daya Air 2.3.2.1 Kondisi Hidrometeorologi

Pulau Lombok mempunyai iklim tropis basah dan dipengaruhi oleh pergantian angin muson barat laut dan angin muson tenggara. Angin muson tenggara yang kering mengakibatkan terjadinya musim kemarau (umumnya terjadi bulan Mei sampai Oktober) dan angin muson barat laut yang basah menyebabkan musim hujan (umumnya terjadi pada bulan Nopember atau Desember sampai dengan bulan Maret atau April) dengan sifat hujan umumnya dibawah normal (B). Curah hujan rata-rata di Pulau Lombok adalah 1593,36 mm. Secara lebih terperinci kondisi hidrometeorologi di Pulau Lombok disajikan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Kondisi Hidrometeorologi di WS Pulau Lombok No Uraian Satuan Musim hujan

(Nov - April)

Musim kering (Mei- Okt)

Rata- rata 1 Temperatur maksimum oC 25 - 34 25 - 34 30,5

2 Temperatur minimum oC 17 - 28 18 - 26 21,8

3 Kelembaban maksimum

% 72 - 100 67 - 100 80

4 Kelembaban minimum % 65 - 67 67 - 84 70

5 Tekanan maksimum Mbar 1.010 - 1.014 1.011 - 1.016 1.013,7 6 Tekanan minimum Mbar 1.004 - 1.009 1.006 - 1.013 1.008,3

7 Penyinaran % 1 - 91 12 - 95 54

8 Arah angin o 120 - 360 130 - 310 231

9 Kecepatan angin Knot 2 – 6,1 4 - 6 4,8

10 Curah hujan mm/bln 7 - 458 1 - 335 133

11 Hari hujan hari 1 - 25 1 - 15 8

12 Aliran permukaan m3/dt/km 0,0004 - 0,19 0,0004 - 0,0414 0,0161 Sumber : Balai Hidrologi Dinas Kimprawsil Prov. NTB dalam Spasial Daerah Prov. NTB 2007

(26)

19 2.3.2.2 Kondisi Hidrogeologi

Kondisi hidrogeologi memberikan gambaran tentang komposisi litologi dan kelulusannya. Sifat-sifat akuifer dipengaruhi oleh jenis litologi, ketebalan, penyebaran dan posisinya. Secara umum kondisi litologi di Pulau Lombok sebagian besar terdiri dari :

a. Breksi, lava dan tufa dengan kelulusan rendah.

b. Batu gamping koral berlapis baik dengan kelulusan sedang.

c. Breksi, lava dan breksi gampingan dengan kelulusan rendah sampai sedang;

d. Tufa berbatu apung, breksi, lahar dan lava dengan kelulusan sedang sampai tinggi;

e. Batuan gunung api tak terpisahkan, campuran dari bahan-bahan gunung api lepas dan padu, terdiri dari lava, breksi dan tufa dengan kelulusan rendah sampai sedang

f. Batuan gunung api tak terpisahkan, campuran dari bahan-bahan gunung api lepas dan padu, terdiri dari lava, breksi dan tufa dengan kelulusan rendah sampai sedang;

g. Pada sebagian daerah pantai mempunyai komposisi litologi berupa aluvium endapan pantai, terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung, gambut, pecahan koral dengan kelulusan sedang sampai tinggi.

Gambaran tentang kondisi hidrogeologi di Pulau Lombok dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut ini.

Gambar 2.4 Kondisi Hidrogeologi Pulau Lombok

(Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB, 2005)

(27)

20 2.3.2.3 Mata Air

Mata air di Pulau Lombok mempunyai penyebaran yang tidak merata yaitu sebanyak 107 buah (67 di SWS Dodokan, 32 di SWS Menanga dan 8 di SWS Putih), dimana sebagian besar terdapat di daerah Narmada, Batukliang Utara, Aikmel, Montong Gading, Lingsar dan Pringgasela. Keadaan mata air tersebut sangat bervariasi, karena keanekaragaman kondisi hidrogeologinya.

Debit mata air berkisar antara 4,1 lt/det-1233 lt/det. Sebagian kecil tidak mengalir jika musim kemarau. Mata air ini di manfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, air minum, irigasi maupun PDAM. Data mata air di Pulau Lombok dapat dilihat pada Gambar 2.5 dan Tabel 2.4.

Gambar 2.5 Sebaran Mata Air di WS Pulau Lombok Tabel 2.4 Mata Air di WS Pulau Lombok No. Kab./Kota Jumlah Debit

lt/dt

1 Mataram

2 Lobar 30 8,5 - 1.073,4

3 Loteng 40 4,8 - 632,8

4 Lotim 37 4,1 - 1.233,4

Jumlah 107

Sumber : Balai Hidrologi, 2007

2.3.2.4 Cekungan Air Tanah

Potensi Cekungan Air Tanah (CAT) di Pulau Lombok adalah 3.490 km2 atau 36.83% dari luas seluruh CAT di Propinsi NTB (9.475 km2), seperti terlihat pada Tabel 2.5 dan Gambar 2.6 Berdasarkan pembagian zona CAT dan Sub WS di Pulau Lombok, pada dasarnya CAT Mataram - Selong berada pada Sub WS Menanga dan Dodokan. Sedangkan CAT Tanjung – Sambelia berada pada Sub WS Putih. Adapun daerah yang berada di Sub WS Jelateng bukan merupakan CAT, karena daerah ini berada pada zona akuifer langka.

(28)

21 Tabel 2.5 Potensi Cekungan Air Tanah (CAT) di Pulau Lombok

No Cekungan Air Tanah (CAT)

Luas (km2)

Air Tanah Bebas (juta m3/tahun)

Air Tanah Tertekan (juta m3/tahun)

1 Mataram -Selong 2366 662 8

2 Tanjung - Sambelia 1124 224 22

Total 3490 886 30

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi NTB, 2005

Gambar 2.6 Cekungan Air Tanah di WS Pulau Lombok

2.3.2.5 Sarana dan Prasarana

Dalam mengelola kondisi wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Barat, terutama di WS Pulau Lombok, serta untuk keluar dari krisis pangan dan mempertahankan swasembada beras, berbagai usaha telah diupayakan terutama pembangunan prasarana dasar dan sarana bidang sumber daya air, seperti bendung, embung dan bendungan. Prasarana dasar tersebut sebagian besar difungsikan untuk melayani sawah irigasi dengan budidaya tanaman padi dan palawija. Data infrastruktur sda di WS Pulau Lombok disajikan pada Tabel 2.6, sedangkan penyebaraannya di WS Pulau Lombok dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Tabel 2.6 Sarana dan Prasarana di WS Pulau Lombok

INFRASTRUKTUR UNIT P. LOMBOK

Bendung Bh 233

Bendungan Bh 2

EMBUNG (dan skala Besar) Bh 90 (13)

Embung rakyat & desa Bh 2028

Saluran suplesi interkoneksi Km 35,50

Luas sawah potensial Ha 126.801

Luas sawah fungsional Ha 110.631 ( 233 DI )

Irigasi (a) < 1.000 ha

---à fungsional Ha 61.587

(51.606 :207 DI) SSWS JELATENG

SSWS JELATENG

CAT Mataram Selong

CAT Tanjung Sambelia

(29)

22

INFRASTRUKTUR UNIT P. LOMBOK

Irigasi (a) = 1000 – 3000 ha Ha 36.968

(32.849; 21 DI)

Irigasi (a) > 3.000 ha Ha 28.246

(26.176; 5 DI)

Sawah non pu Ha 9.347

Sawah tadah hujan Ha 14.781

Jar. Irigasi lahan kering Ha 2.061

Pompa air tanah (jiat) Bh / Ha 235 (3.515) Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB, 2007

Gambar 2.7 Sebaran Sarana dan Prasarana SDA di WS Pulau Lombok

2.3.3. Data Kebutuhan Air

Potensi ketersedian air permukaan tahunan dengan tingkat keandalan 80% di WS Pulau Lombok adalah 90,18 m3/dtk. Ketersediaan air tersebut telah digunakan untuk berbagai kebutuhan, yang didominasi untuk kebutuhan air irigasi sebesar 77,50 %, kemudian kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga, perkotaan dan industri (RKI) sebesar 15,72% dan kebutuhan perikanan dan peternakan sebesar 6,61%. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan perekonomian masyarakat, maka kebutuhan air untuk berbagai sektor juga akan terus meningkat. Penggunaan selengkapnya disajikan pada Gambar 2.8 sebagai berikut :

(30)

23

Irigasi, 77,50%

Domestik, 15,51%

Perikanan, 6,61%

Industri, 0,21%

Peternakan, 0,16%

Gambar 2.8 Distribusi penggunaan air

2.3.4. Data Sosial Ekonomi 2.3.4.1 Demografi

Jumlah penduduk di WS Pulau Lombok pada tahun 2007 adalah 3.015.245 jiwa (70,83% dari jumlah penduduk Provinsi NTB), dengan kepadatan rata- rata ± 636 jiwa/km2 dan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,98 % pertahun, seperti terlihat pada Tabel 2.7. Dalam perkembangannya, jumlah penduduk pada masing-masing Kabupaten/Kota di WS Pulau Lombok mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil analisa tersebut, diketahui persentasi perkembangan jumlah penduduk di WS Pulau Lombok mencapai 1,98%.

Tabel 2.7 Jumlah Penduduk di WS Pulau Lombok Per Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota Laki-Laki

(Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

Kepadatan (jiwa/km2)

Prosentase (%) Kota Mataram 176.892 176.291 353.183 5.762 12 Lombok Barat 379.716 403.227 782.943 420 26 Lombok Tengah 378.615 447.157 825.772 683 27 Lombok Timur 480.791 572.556 1.053.347 656 35 Jumlah 1.416.014 1.599.231 3.015.245 636 100 Sumber : BPS Provinsi NTB, 2007

2.3.4.2 Pertumbuhan Ekonomi

Pendorong pertumbuhan ekonomi masing-masing Kabupaten/Kota di WS Pulau Lombok secara umum bertumpu pada sektor pertanian, perdagangan, jasa dan angkutan, terutama dipengaruhi oleh naiknya konsumsi masyarakat serta adanya dukungan pembiayaan perbankan terutama kredit komsunsi yang relatif besar. Melalui pengembangan sistem agribisnis hasil pertanian, kehutanan dan tumbuhnya industri kecil, menengah dan koperasi, serta meningkatnya obyek dan daya tarik pariwisata diharapkan akan mewujudkan pemberdayaan dan pengembangan perekonomian masyarakat secara berkesinambungan. Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 adalah sebesar 4,89%.

(31)

24 2.3.4.3 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto

Berdasarkan data statistik tentang PDRB, sektor pertanian memberikan kontribusi yang dominan. Pada tahun 2006 sektor ini memberikan kontribusi sebesar Rp. 3.260.122.000,00 (29,57%) disusul oleh sektor perdagangan, sebesar Rp. 1.974.654.000,00 (17,91%), sektor jasa memberikan kontribusi sebesar Rp. 1.604.986.000,00 (14,56%) dan sektor angkutan memberikan kontribusi sebesar Rp. 1.430.266.000,00 (12,97%). Laju pertumbuhan PDRB masing-masing Kabupaten/Kota di WS Pulau Lombok atas dasar harga berlaku (ADHB) dalam kurun waktu 2003 hingga 2007 terus mengalami peningkatan sebesar 17,77%.

2.3.4.4 Pertumbuhan PDRB per Kapita

Pendapatan per kapita pada masing-masing Kabupaten/Kota di WS Pulau Lombok atas dasar harga berlaku memperlihatkan perkembangan yang semakin meningkat, rata-rata sebesar 8,35%. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dengan meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat di WS Pulau Lombok, maka tingkat kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat juga semakin membaik.

2.3.5. Kondisi Lahan Pulau Lombok 2.3.5.1 Tata Guna Lahan

Berdasarkan fungsinya, lahan daratan di Pulau Lombok sebagian besar diarahkan dan dialokasikan untuk kawasan yang berfungsi lindung atau kawasan non budidaya. Ditinjau dari keadaan land cover (lapisan tanah penutup) maupun pola penggunaan tanahnya, maka kawasan non budidaya telah dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan usaha/budidaya, antara lain untuk pemukiman, pertanian dan lain-lain. Sedangkan lahan di kawasan budidaya masih ada yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk kegiatan budidaya. Secara rinci gambaran tentang penyebaran berbagai penggunaan lahan di Pulau Lombok disajikan pada Peta Tataguna Lahan seperti disajikan pada Gambar 2.9 dan Jenis Penggunaan Lahan pada Tabel 2.8.

(32)

25 0

Gambar 2.9 Peta Tataguna Lahan di Pulau Lombok

(Sumber : Kanwil BPN Prov NTB, 2007)

Tabel 2.8 Jenis Penggunaan Lahan di WS Pulau Lombok Per Kab/Kota

Sumber : Spasial Daerah Prov. NTB, 2007

JENIS JUMLAH

PENGGUNAAN MATARAM *) LOBAR LOTENG LOTIM

( Ha)

1 2 3 4 5 6 11 12

1. Kampung 3.154,91 4.792,25 4.285,86 5.721,00 17.954,03 3,79

2. Sawah Irigasi 2.893,21 18.932,74 13.118,82 47.346,00 82.290,77 17,37

3. Sawah Tadah Hujan 0,00 3.827,62 49.212,56 690,00 53.730,18 11,34

4. Tegalan 0,00 27.319,47 5.119,47 19.487,85 51.926,78 10,96

5. Ladang 0,00 0,00 40,00 240,00 280,00 0,06

6. Kebun Campuran 0,00 23.546,65 5.082,85 2.992,49 31.621,98 6,67

7. Perkebunan 0,00 19.336,59 5.120,18 5.724,00 30.180,78 6,37

8. Perikanan 0,00 390,00 367,95 560,00 1.317,95 0,28

9. Hutan Lebat 0,00 49.275,73 11.688,00 44.929,00 105.892,73 22,35

10. Hutan Sejenis 0,00 2.177,25 4.992,00 4.591,00 11.760,25 2,48

11. Hutan Belukar 0,00 11.624,81 6.035,69 3.769,00 21.429,50 4,52

12. Semak 0,00 7.586,61 11.823,59 3.363,00 22.773,20 4,81

13. Rumput 0,00 993,75 1.399,00 10.984,00 13.376,75 2,82

14. Alang-alang 0,00 1.114,46 197,00 511,00 1.822,46 0,38

15. Danau 0,00 611,00 0,00 140,00 751,00 0,16

16. Rawa 0,00 12,00 0,00 89,00 101,00 0,02

17. Embung/Waduk 0,00 668,75 1.790,05 144,00 2.602,80 0,55

18. Tanah Rusak 0,00 22,00 0,00 1.189,00 1.211,00 0,26

19. Pasang Surut 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

20. Lain-lain 81,89 14.108,32 566,98 8.084,66 22.841,85 4,82

PROVINSI NTB 6130,00 186340,00 120840,00 160555,00 473865,00 100,00

% KABUPATEN / KOTA *) (Ha)

NO.

(33)

26 2.3.5.2 Kondisi Hutan

Lahan hutan dibagi menjadi empat katagori yakni hutan lindung, suaka alam dan hutan wisata, hutan produksi terbatas dan hutan hutan produksi tetap, seperti terlihat pada Tabel 2.9 Luas lahan hutan di Pulau Lombok adalah 159.167,28 Ha. Luas lahan hutan terluas terdapat didaerah Kabupaten Lombok Barat (75.195,47 Ha), Kabupaten Lombok Timur (64.508,67 Ha) dan Kabupaten Lombok Tengah (19.463,14 Ha). Seperti disajikan pada peta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) pada Gambar 2.10, penyebaran hutan lindung dan hutan suaka bagi kehidupan binatang liar terdapat di daerah bagian puncak Gunung Rinjani. Untuk hutan produksi lokasi penyebarannya terdapat terutama di jalur pengunungan selatan (bagian selatan Pulau Lombok).

Tabel 2.9 Pola Pemanfaatan Hutan Berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan

Kabupaten/Kota

Luas (Ha) Wilayah Hutan

Lindung

Suaka Alam dan

Hutan Wisata

Hutan Produksi Terbatas

Hutan Produksi

Tetap

Jumlah Luas Hutan Lombok Barat 186,340.00 35,785.16 6,721.27 17,517.52 5,171.52 75,195.47 Lombok Tengah 120,840.00 10,587.54 3,987.02 - 4,888.58 19,463.14 Lombok Timur 160,555.00 31,498.67 27,445.00 - 5,565.00 64,508.67

Mataram 6,130.00 - - - - -

Jumlah 473,865.00 77,871.37 48,153.29 17,517.52 15,625.10 159,167.28 Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi NTB, 2007

Gambar 2.10 Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) di Pulau Lombok

Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi NTB, 2007

Gambar

Tabel  2.1 Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air  No.  Aspek Pengelolaan
Tabel  2.2  Wilayah Administratif WS Pulau Lombok Per-Kabupaten/Kota  Kabupaten/Kota
Tabel  2.3 Kondisi Hidrometeorologi di WS Pulau Lombok  No  Uraian  Satuan  Musim hujan
Gambar 2.5 Sebaran Mata Air di WS Pulau Lombok  Tabel 2.4 Mata Air di WS Pulau Lombok  No
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti : Apa saja fasilitas kearsipan yang digunakan dalam pengelolaan arsip dinamis pada Kantor Dirjen Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak

Bahwa dalam pelaksanaan rencana pengelolaan sumber daya air, agar dapat diketahui kesesuaian antara pelaksanaan dan perencanaan dalam dokumen Rencana Pengelolaan

Kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau leb Kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih ih. Daerah Aliran Sungai dan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA), Direktorat

Balai Besar Wilayah Sungai mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai yang meliputi perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan

Dualisme pandangan pengelolaan sumber daya air karena faktanya batas batas admin tidak selalu berdasarkan pada daerah aliran sungai (DAS), wilayah sungai (WS) pada tiap

Berdasarkan hal tersebut di atas pada Tahun Anggaran 2007, Balai Besar Wilayah Sungai Progo-Opak-Serang bermaksud akan melakukan penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah Pengelolaan Sumber Daya Air dalam satu atau lebih Daerah Aliran Sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000