BAB IV KEBIJAKAN OPERASIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS
4.5 PENINGKATAN KETERBUKAAN DAN KETERSEDIAAN DATA SERTA
Sebagai bagian dari upaya untuk mendorong demokratisasi dalam pengelolaan SDA, keterbukaan dalam proses pengelolaan SDA dalam setiap tahap perlu ditingkatkan. Untuk ini harus tersedia akses yang seluas-luasnya bagi para pelaku untuk ikut berperan dalam program-program pengelolaan SDA yang dilaksanakan. Hal ini perlu didukung oleh ketersediaan dan informasi tentang SDA termasuk data dan informasi hidrologi yang lebih memadai, akurat, tepat waktu dan berkelanjutan.
Untuk menjadikan pengelolaan SDA sebagai proses yang terbuka bagi publik dalam keseluruhan tahapannya dan meningkatkan ketersediaan data dan informasi SDA yang akurat, tepat waktu dan berkelanjutan, maka diperlukan strategi sebagai berikut:
a. Pelatihan pengelolaan SDA dengan bimbingan dan pendampingan.
b. Peningkatan kesadaran dalam upaya kesehatan lingkungan dan parasarana SDA
c. Mendorong pembentukan kelembagaan / masyarakat pengelola SDA di tiap-tiap Daerah
d. Pelibatan masyarakat dalam upaya konservasi dengan bantuan bibit, bimbingan teknis konservasi.
e. Sosialisasi dan Pemahaman Undang-Undang SDA dan Peraturan Pemerintah yang menyertainya
f. Kegiatan Monitoring & Evaluasi serta pengembangan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan SDA
46
BAB IV
KEBIJAKAN OPERASIONAL PENGELOLAAN SDA WILAYAH SUNGAI PULAU LOMBOK
Kebijakan operasional adalah arahan pokok untuk melaksanakan strategi pengelolaan sumber daya air yang telah ditentukan. Kebijakan operasional pegelolaan sumber daya air pada dasarnya merupakan ketentuan yang telah disepakati dan ditetapkan oleh pemerintah untuk dijadikan pedoman, pegangan dan petunjuk bagi instansi pelaksana dalam upaya merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air.
Dengan mengacu pada arah kebijakan nasional dan memperhatikan kajian terhadap isu-isu utama yang ada di WS Pulau Lombok serta analisis atas kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap pengelolaan SDA, disusunlah kebijakan operasional pengelolaan sumber daya air di WS Pulau Lombok yang akan menjadi pedoman dalam penyusunan agenda pengelolaan SDA selama 20 tahun ke depan (2010-2030), sebagai penjabaran pelaksanaan misi dalam rangka mewujudkan visi pengelolaan SDA yang telah disepakati bersama.
4.1 Konservasi Sumber Daya Air
Konservasi SDA merupakan upaya perlindungan dan pelestarian sumber daya air, pengawetan air dan pengendalian pencemaran air dengan tujuan untuk menjaga kelangsungan daya dukung, daya tampung dan fungsi sumber air disesuaikan dengan undang-undang.
Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air pada aspek Konservasi SDA di WS Pulau Lombok diarahkan untuk dapat :
1. Meningkatkan dan memulihkan ketersediaan air untuk kemanfataan bagi generasi sekarang maupun yang akan datang.
2. Meningkatkan dan memulihkan kualitas air untuk memenuhi kebutuhan air baik bagi generasi sekarang maupun akan datang.
3. Memulihkan dan mempertahankan daya dukung lingkungan SDA untuk menjamin ketersediaan air guna memenuhi kebutuhan generasi sekarang maupun yang akan datang.
4.1.1 Perlindungan dan Pelestarian SDA.
a. Melakukan penghijauan di awal musim hujan
b. Rehabilitasi hutan 73.940 ha tersebar di Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur
c. Kerjasama daerah provinsi/kabuaten/kota dalam rehabilitasi hutan d. Pengembangan HKM (hutan kemasyarakatan)
e. Penerapan Perda Pengelolaan Jasa Lingkungan di seluruh WS f. Melibatkan semua unsur masyarakat dalam konservasi
g. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat dalam usaha konservasi h. Rehabilitas lahan seluas 23.127 ha tersebar di Lombok Barat, Lombok
Tengah dan Lombok Timur
i. Sosialisasi pemanfaatan lahan dengan tanaman produktif kepada masyarakat
j. Pengembangan wanatani
k. Diversifikasi tanaman produktif (tanaman umur panjang) l. Pengembangan hutan rakyat
47 m. Penetapan kawasan resapan air dan daerah tangkapan air
n. Pemberdayaan peran masyarakat dalam pelestarian fungsi resapan air dan daerah tangkapan air melalui penyuluhan dan kegiatan lain dengan capaian target 100%
o. Penanaman/pengembangan jenis tanaman penahan dan penangkap air dipinggir sungai
p. Perda Pengelolaan Wilayah Sungai Terpadu 4.1.2 Pengawetan Air
a. Perda tentang sumur resapan
b. Adanya pelatihan teknis bagi masyarakat dalam pembuatan biopori dan sumur resapan
c. Sosialisasi penyadaran tentang sumur resapan dan biopori bagi masyarakat
d. Adanya teknologi pengolahan air hujan menjadi sumber air bersih e. Menerapkan tarif penggunaan air yang bersifat progresif
f. Mencegah kehilangan atau kebocoran air pada sumber air, pipa atau saluran transmisi, instalasi pengolahan air, jaringan distribusi
g. Sosialisasi penyadaran hemat air
h. Adanya perubahan teknologi tanam yang konvesional menjadi hemat air (pola tanam padi SRI – System of Rice Intensification)
i. Pengembangan teknologi irigasi mikro
j. Penetapan peraturan tentang penggunaan air tanah k. Perizinan pemanfaatan air tanah
l. Pembatasan penggunaan air tanah m. Penegakan Perda tentang peruntukan air
4.1.3 Pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran air.
a. Pembuatan Perda Baku Mutu Air
b. Sosialisasi sistem pengolahan limbah rumah tangga dan industri c. Pemberian sangsi bagi pembuang limbah ke sungai
d. Sosialisasi penyadaran bagi masayakarat terhadap penurunan kualitas air
e. Perda tentang sampah
f. Penyuluhan kepada masyarakat agar tidak membuang sampah di sungai atau saluran
g. Pemberdayan masyarakat dalam pengolahan limbah rumah tangga dan industri
h. Pengembangan teknologi pengolahan limbah i. Penegakan hukum bagi yang melanggar.
4.2 Pendayagunaan Sumber Daya Air
Pendayagunaan SDA merupakan upaya penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan dan pengusahaan Sumber Daya Air secara optimal agar berhasil guna dan berdaya guna.
Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air pada aspek Pendayagunaan SDA di WS Pulau Lombok diarahkan untuk dapat :
1. Memberikan prioritas pada kebutuhan pokok penduduk akan air secara adil untuk kehidupan yang sehat, bersih dan produktif.
2. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyediaan serta penggunaan air irigasi untuk mendukung produksi pangan.
48 3. Melaksanakan pendayagunaan SDA untuk mendukung perkembangan ekonomi dengan mempertimbangkan kepentingan antar sektor dan dampak jangka panjang.
4.2.1 Penatagunaan Sumber Daya Air
a. Rehabilitasi jaringan penyedia air yang rusak
b. Pembangunan sarana dan prasarana penyedia air (embung, bendungan)
c. Peningkatan dan pemeliharaan sarana & prasarana yang ada d. Memantau dan mengevaluasi pengambilan air pada sumber air e. Meningkatkan koordinasi stakeholder pemakai air
f. Pemberian sangsi bagi yang melakukan pencurian air 4.2.2 Penyediaan Sumber Daya Air
a. Membuat saluran interkoneksi dari DAS surplus ke DAS minus
b. Melakukan kegiatan operasi dan pemeliharaan waduk secara rutin dan berkala sesuai stándar.
c. Mengutamakan penyediaan air untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari (kebutuhan air baku) dan irigasi bagi pertanian rakyat pada sistem irigasi yang sudah ada
4.2.3 Penggunaan Sumber Daya Air
a. Mensosialisasikan gerakan hemat air
b. Melakukan penghematan penggunaan air melalui rasionalisasi irigasi dengan pemberian air sesuai dengan umur tanaman, seperti teknik budidaya pertanian hemat air (padi SRI = System of Rice Intensification)
c. Menyusun peraturan perundangan air tanah di tingkat operasional d. Menyusun peraturan perundangan tentang penggunaan air yang saling
menunjang antara air permukaan dan air tanah dengan memprioritaskan penggunaan air permukaan
e. Melakukan pemantauan dan evaluasi atas penggunaan sumber daya air
4.2.4 Pengembangan Sumber Daya Air
a. Pengembangan sistem irigasi dari tadah hujan menjadi teknis b. Pembangunan embung, bendungan dan saluran interkoneksi c. Penerapan dan pengembangan teknologi pertanian.
d. Pengembangan air tanah pada cekungan air tanah secara terpadu dalam pengembangan sumber daya air pada wilayah sungai dengan upaya pencegahan terhadap kerusakan air tanah
4.2.5 Pengusahaan Sumber Daya Air
a. Menetapkan kriteria sumber daya air yang dapat dilakukan pengusahaan.
b. Melakukan pengusahaan sumber daya air setelah terpenuhinya keperluan air untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada.
c. Melakukan pengusahaan sumber daya air dari daerah surplus ke daerah defisit melalui saluran interbasin
4.3 Pengendalian Daya Rusak Air
Daya rusak air di WS P. Lombok dapat berupa banjir, kekeringan, erosi dan sedimentasi, longsoran tanah, perubahan sifat dan kandungan kimiawi, biologi dan fisika air, terancamnya kepunahan jenis tumbuhan atau satwa atau wabah
49 penyakit. Hal tersebut telah banyak menimbulkan kerugian baik yang terhitung maupun yang tak terhitung.
Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air pada aspek Pengendalian Daya Rusak Air di WS Pulau Lombok di arahkan untuk :
a. Mengamankan daerah produksi pangan dan permukiman dari bencana banjir.
b. Memulihkan ekosistem dari kerusakan akibat daya rusak air.
c. Meningkatkan kesiapan dan kewapadaan masyarakat menghadapi bencana banjir dan daya rusak lainnya.
4.3.1 Pencegahan Bencana Alam
a. Penetapan peta zona rawan bencana (banjir, kekeringan, tanah longsor dan abrasi pantai)
b. Pembagunan sarana & prasarana pengendali banjir di 11 titik rawan banjir
c. Sosialisasi kepada masyarakat sistem penyelamatan bagi yang tinggal di daerah rawan bencana
d. Meningkatkan peralatan dini yang ada serta menambah pemasangan peralatan peringatan dini pada daerah rawan bencana
e. Penanaman hutan pantai (mangrove, waru, pandan dll) 4.3.2 Penanggulangan Bencana Alam
a. Pembentukan instituís terkait O & P sungai b. Melaksanakan O & P sesuai pedoman O & P
c. Memperkuat institusi agar penggalian golongan C terkendali d. Perundang-undangan tentang Golongan C
e. Melokalisir daerah penambangan pasir
f. nventarisasi, studi dan desain pada lokasi rawan bencana sebagai bagian dari program struktural pengendalian & pencegahan bencana pada 9 titik
g. Sosialisasi dan penyuluhan tentang sempadan sungai dan pantai 4.3.3 Pemulihan Bencana Alam.
a. Peraturan sistem pemulihan pasca bencana
b. Tindakan pemulihan daya rusak memprioritaskan pemulihan kembali fungsi sarana dan prasarana guna pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari
c. Mengintensifkan tupoksi dari lembaga (struktural) penanganan bencana.
4.4 Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat, Swasta dan Pemerintah
a. Menjadikan pengelolaan Sumber Daya Air sebagai proses yang terbuka bagi publik dalam keseluruhan tahapannya
b. Menciptakan sistem basis data dan utilitas untuk pelayanan informasi serta konsistensi penyediaan informasi yang akuntabel
c. Terbentuknya lembaga terpadu yang menangani informasi sda
d. Meningkatkan ketersediaan data dan informasi Sumber Daya Air yang akurat, tepat waktu dan berkelanjutan
e. Penyediaan peralatan untuk mempermudah akses informasi Sumber Daya Air.
50 4.5 Peningkatan Keterbukaan dan Ketersediaan Data dan Informasi
a. Pelatihan pengelola SDA
b. Pelatihan partisipatif dalam perencanaan dan pengelolaan meliputi aspek konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak air
c. Penyiapan Peraturan perundang-undangan d. Sekolah lapang tentang iklim
e. Peningkatan peran swasta dalam pengelolaan sumber daya air melalui CSR (Corporate Social Responsibility).
Pola pengelolaan sumber daya air masing-masing skenario dan aspek pengelolaan sda disajikan pada Lampiran Matriks Kebijakan Operasional serta Lampiran Peta Tematik berikut ini :
51
Aspek Konservasi Sumber Daya Air
No Aspek Konservasi Hasil Analisis Sasaran/Target
Strategi
Kebijakan Operasional
Lembaga Jangka Pendek
(2010-2015)
Jangka Menengah (2015-2020)
Jangka Panjang (2020-2030) 1. Perlindungan dan
Pelestarian Sumber Air
Penurunan luas hutan dan pengelolaan yang tidak mengindahkan kaidah konservasi
Penghutanan kembali dan pengelolaan hutan harus dengan kaidah konservasi
· Rehabilitasi hutan kritis dengan capaian 25%
· Pembuatan Perda Rehabilitasi Hutan di Kabupaten/Kota/Provinsi
· Rehabilitasi hutan kritis dengan capaian kritis 50%
· Rehabilitasi hutan kritis dengan capaian 100%
· Melakukan penghijauan di awal musim hujan
· Rehabilitasi hutan tahap III seluas 36.973 ha tersebar di Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur
· Kerjasama daerah
provinsi/kabuaten/kota dalam rehabilitasi hutan
· Pengembangan HKM (hutan kemasyarakatan)
· Penerapan Perda Pengelolaan Jasa Lingkungan di seluruh WS
Dinas Kehutanan, Perkebunan, BP DAS, BWS, PU, Pertanian, Pemda
Perubahan luas tutupan lahan sehingga terjadi peningkatan erosi dan sedimentasi
Mengurangi laju erosi dan sedimentasi
· Penyuluhan dan gerakan penghijauan ke semua masyarakat dengan tingkat pencapaian 25%
· Program Penghijauan dan reboisasi
· Penyuluhan dan gerakan penghijauan ke semua masyarakat dengan tingkat pencapaian 50%
· Program Penghijauan dan reboisasi
· Penyuluhan dan gerakan penghijauan ke semua masyarakat dengan tingkat pencapaian 100%
·
· Melibatkan semua unsur masyarakat dalam konservasi
· Memberikan penyuluhan kepada masyarakat dalam usaha konservasi
Dinas Kehutanan, Perkebunan, BP DAS, BWS, PU, Pertanian, Pemda
Luasnya lahan kritis Pemanfaatkan lahan kritis menjadi lahan produktif diluar kawasan hutan (budidaya)
Rehabiltasi dan Koservasi hutan
· Rehabilitasi lahan kritis dengan capaian 25%
· Rehabilitasi lahan kritis dengan capaian kritis 50%
· Rehabilitasi lahan kritis dengan capaian 100%
· Rehabilitas lahan seluas 11.564 ha tersebar di Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur
· Sosialisasi pemanfaatan lahan dengan tanaman produktif kepada masyarakat
· Pengembangan wanatani
· Diversifikasi tanaman produktif (tanaman umur panjang)
· Pengembangan hutan rakyat
Dinas Kehutanan, Perkebunan, BP DAS, BWS, PU, Pertanian, Pemda
Penurunan debit mata air Peningkatan debit mata air
· Perlindungan dan pemeliharaan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air dengan pencaaian 30% dari seluruh WS
· Perlindungan dan pemeliharaan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air dengan pencaaian 60% dari seluruh WS
· Perlindungan dan pemeliharaan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air dengan pencaaian 100% dari seluruh WS
· Penetapan kawasan resapan air dan daerah tangkapan air
· Pemberdayaan peran masyarakat dalam pelestarian fungsi resapan air dan daerah tangkapan air melalui penyuluhan dan kegiatan lain dengan capaian target 100%
· Penanaman/pengembangan jenis tanaman penahan dan penangkap air dipinggir sungai
· Penerapan Perda Pengelolaan Wilayah Sungai Terpadu
Dinas Kehutanan, Perkebunan, BP DAS, BWS, PU, Pertanian, Pemda, BLHP
2 Pengawetan air Air terbuang pada saat hujan berlebih
Tersimpannya air yang berlebih saat hujan Pembuatan sumur resapan dan biopori
· Pembuatan sumur resapan sampai tingkat desa dengan pencaaian 30% dari seluruh WS
· Pembuatan sumur resapan sampai tingkat desa dengan pencaaian 60% dari seluruh WS
· Pembuatan sumur resapan sampai tingkat desa dengan pencaaian 100% dari seluruh WS
· Penyusunan Perda tentang sumur resapan
· Adanya pelatihan teknis bagi masyarakat dalam pembuatan biopori dan sumur resapan
· Sosialisasi penyadaran tentang sumur resapan dan biopori bagi masyarakat
· Adanya teknologi pengolahan air hujan menjadi sumber air bersih
Bappeda, BWS, Dinas PU, Pertanian, Pemda
Pemakaian air yang boros Penghematan air · Sosialisasi dan implementasi gerakan hemat air dengan pencapaian 25% dari seluruh masyarakat di WS
· Sosialisasi dan implementasi gerakan hemat air dengan pencapaian 50% dari seluruh masyarakat di WS
· Sosialisasi dan implementasi gerakan hemat air dengan pencapaian 100%
dari seluruh masyarakat di WS
· Menerapkan tarif penggunaan air yang bersifat progresif
· Mencegah kehilangan atau kebocoran air pada sumber air, pipa atau saluran transmisi, instalasi pengolahan air, jaringan distribusi
· Sosialisasi penyadaran hemat air
· Rasionalisasi irigasi dari sistem tanam konvesional menjadi hemat air (pola tanam padi SRI)
BWS, Dinas PU, Pertanian, Pemda
TABEL 4.1 KEBIJAKAN OPERASIONAL POLA PENGELOLAAN SDA WS. PULAU LOMBOK Skenario I : Pertumbuhan Ekonomi Rendah
No Aspek Konservasi Hasil Analisis Sasaran/Target
Strategi
Kebijakan Operasional
Lembaga Jangka Pendek
(2010-2015)
Jangka Menengah (2015-2020)
Jangka Panjang (2020-2030)
· Pengembangan teknologi irigasi mikro
Tidak terkendalinya pemanfaatan air tanah
Terkendalinya pemanfaatan air tanah
· Monitoring tinggi muka airdengan pencaaian 30% dari seluruh WS
· Monitoring tinggi muka air dengan pencaaian 60% dari seluruh WS
· Monitoring tinggi muka air dengan pencaaian 100% dari seluruh WS
· Penerapan peraturan tentang penggunaan air tanah
· Perizinan pemanfaatan air tanah
· Pembatasan penggunaan air tanah dengan tetap
mengutamakan penggunaan air tanah untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari
· Penegakan Perda tentang peruntukan air
· Pemantauan dan evaluasi penggunaan air tanah
Dinas
Pertambangan, BWS, Dinas PU, Pertanian, Pemda
3 Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Menurunnya kualitas air Peningkatan kualitas air dan pengelolaan air sesuai peruntukan
· Monitoring dan penegakan hukum bagi yang melanggar dengan pencapaian 25%
· Monitoring dan pemberian sangsi bagi yang melanggar dengan pencapaian 50%
· Perencanaan pengelolaan air sesuai peruntukan
· Monitoring dan pemberian sangsi bagi yang melanggar dengan pencapaian 100%
· Pelaksanaan pengelolaan air sesuai peruntukan
· Penerapan Perda Baku Mutu Air
· Sosialisasi sistem pengolahan limbah rumah tangga dan industri
· Pemberian sangsi bagi pembuang limbah ke sungai
· Sosialisasi penyadaran bagi masayakarat terhadap penurunan kualitas air
BLH, BWS, Dinas PU, Pemda, Kepolisian
Banyaknya sampah di sungai dan saluran
Terpeliharanya kapasitas sungai dan saluran
· Pengelolaan sampah dengan pencaaian 30%
dari seluruh WS
· Pengelolaan sampah dengan pencaaian 60% dari seluruh WS
· Pengelolaan sampah dengan pencaaian 100% dari seluruh WS
· Penerapan Perda tentang sampah dan sanitasi lingkungan
· Penyuluhan kepada masyarakat agar tidak membuang sampah di sungai atau saluran
· Pemberdayan masyarakat dalam pengolahan limbah rumah tangga dan industri
· Pengembangan teknologi pengolahan limbah
· Penegakan hukum bagi yang melanggar
Dinas Kebersihan, BWS, Dinas PU, Pemda, Kepolisian
Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air
No Sub Aspek Pendayagunaan Hasil Analisis Sasaran/Target
Strategi
Kebijakan Operasional
Lembaga Jangka Pendek
(2010-2015)
Jangka Menengah (2010-2020)
Jangka Panjang (2010-2030) 1. Penatagunaan SDA Masih terjadinya defisit
dalam pemenuhan kebutuhan
Keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan
· Pembangunan prasarana tampungan air sebesar 24,4 juta m3
· Pembangunan prasarana tampungan air sebesar 28,9 juta m3
· Pembangunan prasarana tampungan air sebesar 44,9 juta m3
· Rehabilitasi jaringan penyedia air yang rusak
· Pembangunan sarana dan prasarana penyedia air (embung, bendungan) sebesar 85,8 juta m3
· Peningkatan dan pemeliharaan sarana &
prasarana yang ada
BWS, Dinas PU, Pemda, Dinas Pertanian
Terjadinya konflik kepentingan dalam pemakaian air
Menghindari terjadinya konflik kepentingan pemakaian air
· Manajemen
pengelolaan air dengan pencaaian 30% dari seluruh WS
· Manajemen pengelolaan air dengan pencaaian 60% dari seluruh WS
· Manajemen pengelolaan air dengan pencaaian 100% dari seluruh WS
· Memantau dan mengevaluasi pengambilan air pada sumber air
· Meningkatkan koordinasi stakeholder pemakai air
BWS, Dinas PU, Pemda, Dinas Pertanian
Pengambilan air secara lia Berkurangnya pencurian air
· Pembuatan perda dan awig-awig
· Sosialisasi dan Aplikasi dari perda dengan tingkat capaian 40%
· Sosialisasi dan Aplikasi dari perda dengan tingkat capaian 100%
· Penerapan perda tentang pengambilan air dari sumber air
· Pemberian sangsi bagi yang melakukan pencurian air
BWS, Dinas PU, Pemda, Dinas Pertanian
2 Penyediaan SDA Keterbatasan ruang dalam
penyediaan air (ada DAS surplus dan DAS defisit)
Pemerataan pemenuhan kebutuhan air
· Belimbing-Kermit · Belimbing-Kermit · Meninting-Jangkok
· Belimbing-Kermit
· Mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari (air baku)
· Membuat saluran interkoneksi dari DAS surplus ke DAS minus (Das Meninting-Jangkok dan Das Belimbing- Kermit)
BWS, Dinas PU, Pemda
Berkurangnya kapasitas tampungan waduk sebagai akibat dari sedimentasi
Terjaganya optimasi pola operasi waduk
· Pengerukan sedimen secapa berkala
· Pengerukan sedimen secapa berkala
· Pengerukan sedimen secapa berkala
· Melakukan kegiatan O &
P waduk secara rutin dan berkala sesuai stándar
BWS, Dinas PU, Pemda
3 Penggunaan SDA Pemborosan air dalam
pemenuhan kebutuhan
Pemberian air sesuai dengan kebutuhan
· Gerakan hemat air dan pemanfaatan teknologi hemat air dengan pencaaian 30% dari seluruh WS
· Gerakan hemat air dan pemanfaatan teknologi hemat air dengan pencaaian 60% dari seluruh WS
· Gerakan hemat air dan pemanfaatan teknologi hemat air dengan pencaaian 100% dari seluruh WS
· Mensosialisasikan gerakan hemat air
· Rasionalisasi irigasi dengan mengembangkan teknik budidaya pertanian hemat air (padi SRI = System of Rice Intensification)
BWS, Dinas PU, Pemda, Dinas Pertanian, Pengusaha Pengguna Air (Perpamsi), Dinas Kelautan dan Perikanan, Perkebunan dan Peternakan Pengambilan air tanah
yang tak terkendali
Terkendalinya
keseimbangan air tanah dan air permukaan
· Pembuatan perda · Sosialisasi dan Aplikasi dari perda dengan tingkat capaian 40%
· Sosialisasi dan Aplikasi dari perda dengan tingkat capaian 100%
· Penerapan peraturan perundangan air tanah di tingkat Operasional
· Penerapan peraturan perundangan tentang penggunaan air yang saling menunjang antara air permukaan dan air tanah dengan memprioritaskan penggunaan air permukaa n
· Melakukan pemantauan dan evaluasi atas penggunaan
BWS, Dinas PU, Pemda, Dinas
Pertambangan, Pengusaha Pengguna Air (Perpamsi), PHRI
TABEL 4.2 KEBIJAKAN OPERASIONAL POLA PENGELOLAAN SDA WS. PULAU LOMBOK Skenario I : Pertumbuhan Ekonomi Rendah
No Sub Aspek Pendayagunaan Hasil Analisis Sasaran/Target
Strategi
Kebijakan Operasional
Lembaga Jangka Pendek
(2010-2015)
Jangka Menengah (2010-2020)
Jangka Panjang (2010-2030)
sumber daya air 4 Pengembangan SDA Sistem penyediaan air
irigasi belum menjangkau kawasan wilayah selatan dan utara
Terlayaninya kebutuhan air di seluruh WS
· Perbaikan, peningkatan, pemeliharaan jaringan irigasi dan
pembangunan sarana prasarana dengan pencapaian 25%
· Perbaikan, peningkatan, pemeliharaan jaringan irigasi dan
pembangunan sarana prasarana dengan pencapaian 50%
· Perbaikan, peningkatan, pemeliharaan jaringan irigasi dan
pembangunan sarana prasarana dengan pencapaian 100%
· Pengembangan sistem irigasi dari tadah hujan menjadi teknis
· Pembangunan embung, bendungan dan saluran interkoneksi
· Penerapan dan
pengembangan teknologi pertanian
· Pengembangan air tanah pada cekungan air tanah secara terpadu dalam pengembangan sumber daya air pada wilayah sungai dengan upaya pencegahan terhadap kerusakan air tanah
BWS, Dinas PU, Pertanian, Pemda
5 Pengusahaan SDA Belum terkontrolnya
pengusahaan air
Terkontrolnya pengusahaan air
· Pembuatan perda pengusahaan air
· Sosialisasi dan Aplikasi dari perda dengan tingkat capaian 40%
· Sosialisasi dan Aplikasi dari perda dengan tingkat capaian 100%
· Menetapkan kriteria sumber daya air yang dapat dilakukan pengusahaan
· Melakukan pengusahaan sumber daya air setelah terpenuhinya keperluan air untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan
pertanian rakyat dalam sis tem irigasi yang sudah ad a.
· Melakukan pengusahaan sumber daya air di daerah defisit dari daerah surplus melalui saluran interbasin
BWS, Dinas PU, Pemda, Dinas Pariwisata, Pertambangan, Pengusaha Pengguna Air (Perpamsi)
Aspek Pengendalian Daya Rusak Air
No
Sub Aspek Pengendalian Daya
Rusak
Hasil Analisis Sasaran/Target
Strategi
Kebijakan Operasional
Lembaga Jangka Pendek
(2010-2015)
Jangka Menengah (2015-2020)
Jangka Panjang (2020-2030) 1. Pencegahan Fluktuasi debit pada
musim penghujan dan kemarau besar sehingga terjadi banjir dan kekeringan
Terjadinya abrasi pantai dan tanah longsor
Mengurangi kerugian akibat banjir dan kekeringan Mengurangi kerugian akibat gelombang laut
· Pembangunan sarana dan prasarana pengendali pada daerah rawan bencana serta penyediaan sistem peringatan dini dengan pencaaian 30%
dari seluruh WS
· Pembangunan sarana dan prasarana pengendali pada daerah rawan bencana serta penyediaan sistem peringatan dini dengan pencaaian 60%
dari seluruh WS
· Pembangunan sarana dan prasarana pengendali pada daerah rawan bencana serta penyediaan sistem peringatan dini dengan pencaaian 100%
dari seluruh WS
· Penetapan peta zona rawan bencana (banjir, kekeringan, tanah longsor dan abrasi pantai)
· Penyusunan perda penanganan daerah rawan bencana
· Pembagunan sarana &
prasarana pengendali banjir di 11 titik rawan banjir
· Sosialisasi kepada masyarakat sistem penyelamatan bagi yang tinggal di daerah rawan bencana
· Meningkatkan peralatan dini yang ada serta menambah pemasangan peralatan peringatan dini pada daerah rawan bencana
· Penanaman hutan pantai (mangrove, waru, pandan dll)
Dinas Kehutanan, Perkebunan, BP DAS, BWS, PU, Pertanian, Pemda, BLHP, Dinas Kelautan dan Perikanan, Walhi, Badan
Penanggulangan Bencana Daerah
2 Penanggulangan Kurangnya kegiatan perbaikan sungai
Terpeliharanya sarana dan prasarana sungai
· Perbaikan dan pemeliharaan sungai dilakukan secara berkala
· Perbaikan dan pemeliharaan sungai dilakukan secara berkala
· Perbaikan dan pemeliharaan sungai dilakukan secara berkala
· Pembentukan instituís terkait O & P sungai
· Melaksanakan O & P sesuai pedoman O & P
Dinas Kehutanan, Perkebunan, BP DAS, BWS, PU, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Penambangan pasir liar Terkendalinya penggalian
golongan C
· Pembuatan perda · Sosialisasi dan Aplikasi dari perda dengan tingkat capaian 40%
· Sosialisasi dan Aplikasi dari perda dengan tingkat capaian 100%
· Pengendalian penambangan galian C
· Memperkuat institusi agar penggalian golongan C terkendali
BWS, Dinas PU, Pemda, Dinas Pertambangan
Di bagian hulu terjadi agradasi dan di bagian hilir terjadi degradasi dasar sunga
Menurunnya kerusakan alur sungai akibat degradasi
· Penanggulangan dan pengendalian dengan pencaaian 30% dari seluruh WS
· Penanggulangan dan pengendalian dengan pencaaian 60% dari seluruh WS
· Penanggulangan dan pengendalian dengan pencaaian 100% dari seluruh WS
· Perundang-undangan tentang Golongan C
· Melokalisir daerah penambangan pasir
BWS, Dinas PU, Pemda, Dinas Pertambangan Terjadinya abrasi pantai Mengurangi abrasi pantai · Pembangunan sarana
prasarana pengendali daerah rawan abrasi dengan pencaaian 30%
dari seluruh WS
· Pembangunan sarana prasarana pengendali daerah rawan abrasi dengan pencaaian 60%
dari seluruh WS
· Pembangunan sarana prasarana pengendali daerah rawan abrasi dengan pencaaian 100%
dari seluruh WS
· Pedoman pengelolaan daerah pantai dan pesisir
BWS, Dinas PU, Pemda, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banyaknya bangunan liar
yang tumbuh di sempadan sungai dan pantai
Tertatanya daerah sempadan sungai dan pantai
· Penegakan supermasi hukum
· Penegakan supermasi hukum
· Penegakan supermasi hukum
· Perda sempadan sungai dan pantai
· Sosialisasi dan penyuluhan tentang sempadan sungai dan pantai
BWS, Dinas PU, Pemda, Kepolisian,DKP, Dinas Kehutanan Banyaknya aktifitas
masyarakat di sekitar sempadan sungai dan pantai
Terlindunginya daerah sempadan sungai dan pantai
· Penertiban dan penegakan supremasi hukum
· Penertiban dan penegakan supremasi hukum
· Penertiban dan penegakan supremasi hukum
· Perda sempadan sungai dan pantai
· Sosialisasi dan penyuluhan tentang sempadan sungai dan pantai
BWS, Dinas PU, Pemda, Kepolisian,DKP, Dinas Kehutanan
3 Pemulihan Kurangnya sarana dan
prasarana pemulihan bencana
Belum adanya lembaga (struktural) yang menangani bencana di masing-masing kabupaten/Kota
Terkoordinasinya antara sektor dalam pemulihan akibat bencana Terbentuknya lembaga (struktural) yang menangani bencana di Kabupaten/Kota
· Koordinasi antar sektor dilakukan secara berkesinambungan
· Membentuk lembaga (struktural) yang menangani bencana di Kab./Kota
· Koordinasi antar sektor dilakukan secara berkesinambungan
· Membentuk lembaga (struktural) yang menangani bencana di Kab./Kota
· Koordinasi antar sektor dilakukan secara berkesinambungan
· Membentuk lembaga (struktural) yang menangani bencana di Kab./Kota
· Peraturan sistem pemulihan pasca bencana
· Tindakan pemulihan daya rusak memprioritaskan pemulihan kembali fungsi sarana dan prasarana guna pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari
· Mengintensifkan tupoksi dari lembaga (struktural) penanganan bencana
BWS, Dinas PU, Pemda, Badan Penanggulangan Bencana Daerah
TABEL 4.3 KEBIJAKAN OPERASIONAL POLA PENGELOLAAN SDA WS. PULAU LOMBOK Skenario I : Pertumbuhan Ekonomi Rendah