Tujuan dari uji Marshall ini ialah untuk mengetahui karakteristik Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA) dengan kadar aspal dengan waktu 30 menit. Maksud dari pengujian ini untuk mengetahui ketahanan (Stabilitas) terhadap kelelehan plastis (Flow) dari campuran aspal tersebut, untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.9. Resume Hasil Uji Karakteristik Campuran CPHMA Marshall Sisa dengan Perendaman Selama 30 Menit dan 1x24 Jam
NO PEMERIKSAAN
Kadar Aspal 7,04%
Spesifikasi 2018 Perendaman
30 Menit 1 x 24 Jam
1 Kepadatan 2,32 2,28 -
2 Stabilitas (Kg) 1316,60 1245.01 Min 500
3 FLOW (mm) 3,23 3,53 Min 3-5
4 VMA (%) 16.10 17,23 Min 16
5 VIM (%) 6,07 6,64 Min 4-10
6 VFB (%) 62,21 61,50 Min 60
7 MQ (Kg/mm) 408.36 354,67 Min 250
8 Stabilitas Sisa (%) 112 Min 60
Sumber : Hasil Pengujian dan Spesifikasi Bina Marga 2018 Kementrian PUPR
abel 4.10. Resume Hasil Uji Karakteristik Campuran CPHMA Menggunakan LATEKS 10%
Dengan Variasi Perendaman
NO PEMERIKSAAN
Penambahan Lateks 10%
Spesifikasi 2018 Kadar Aspal 7,04%
Waktu Perendaman
Normal 7 HARI 14 HARI 21 HARI
1 Kepadatan 2.32 2.29 2.26 2.24 -
2 Stabilitas (Kg) 1389.94 486.33 432.84 403.27 Min 500
3 FLOW (mm) 3.23 3.33 3.47 3.60 3 - 5
4 VMA (%) 16.10 17.06 18.07 18.66 Min 16
5 VIM (%) 6.07 6.49 7.64 8.29 4 - 10
6 VFB (%) 62.21 62.02 58.15 55.63 Min 60
7 MQ (Kg/mm) 430.65 147.34 124.96 112.20 Min 250
Sumber : Hasil Pengujian dan Spesifikasi Bina Marga 2018 Kementrian PUPR
Tabel 4.11. Resume Hasil Uji Karakteristik Campuran CPHMA Menggunakan LATEKS 15%
Dengan Variasi Perendaman
NO PEMERIKSAAN
Penambahan Lateks 15%
Spesifikasi 2018 Kadar Aspal 7,04%
Waktu Perendaman
Normal 7 HARI 14 HARI 21 HARI
1 Kepadatan 2.32 2,28 2,26 2,23 -
2 Stabilitas (Kg) 1389.94 462,02 328,96 321,95 Min 500
3 FLOW (mm) 3.23 3,33 3,60 3,97 3 - 5
4 VMA (%) 16.10 17,30 18,18 19,25 Min 16
5 VIM (%) 6.07 6,76 7,75 8,96 4 - 10
6 VFB (%) 62.21 61,06 57,92 53,58 Min 60
7 MQ (Kg/mm) 430.65 139,91 91,81 83,26 Min 250
Sumber : Hasil Pengujian dan Spesifikasi Bina Marga 2018 Kementrian PUPR
Tabel 4.12. Resume Hasil Uji Karakteristik Campuran CPHMA Menggunakan LATEKS 20%
Dengan Variasi Perendaman
NO PEMERIKSAAN
Penambahan Lateks 20%
Spesifikasi 2018 Kadar Aspal 7,04%
Waktu Perendaman
Normal 7 HARI 14 HARI 21 HARI
1 Kepadatan 2.32 2,29 2,25 2,22 -
2 Stabilitas (Kg) 1389.94 403,66 325,07 316,12 Min 500
3 FLOW (mm) 3.23 3,63 3,93 4,10 3 - 5
4 VMA (%) 16.10 17,10 18,44 19,50 Min 16
5 VIM (%) 6.07 6,54 8,04 9,24 4 - 10
6 VFB (%) 62.21 61,93 56,42 52,68 Min 60
7 MQ (Kg/mm) 430.65 115,42 82,85 77,22 Min 250
Sumber : Hasil Pengujian dan Spesifikasi Bina Marga 2018 Kementrian PUPR
Dari hasil uji marshall dapat diketahui Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA) dengan variasi menggunakan penambahan LATEKS 10%, 15%, dan 20% kedalam campuran CPHMA dengan perendaman selama 7, 14, dan 21 hari kemudian direndam 30 menit pada suhu 60°C. Dapat kita amati pengaruh campuran aspal terhadap nilai Stabilitas, Flow, VIM, Marshall Quotient, VMA, dan VFB. Dapat dilihat pada perhitungan dibawah:
A. BJ Max Campuran Rumus :
BJ Max Campuran : 100
A
100 - A +
C T
Dimana : A : Kadar Aspal
C : BJ Efektif Gabungan
T : Specific Gravity of Bitument Kadar Aspal CPHMA 7,04 %
Max Sg Combined
Mix :
100 = 2,45
100 - 7,04 + 7,04
2,73 1,03
B. Volume Benda Uji Rumus :
Volume Benda uji = G - F
Dimana : G : SSD
F : Berat Dalam Air
Perendaman Normal (Lateks 0%) Sampel I ( Satu )
Volume Benda uji : 1210,70 - 702,90 = 507,80
Sampel II ( Dua )
Volume Benda uji : 1219,00 - 702,60 = 516,40
Sampel III ( Tiga )
Volume Benda uji : 1215,80 - 701,70 = 514,10
C. BJ Bulk Campuran Pemadatan
Rumus :
BJ Bulk Campuran Pemadatan : E
H
Dimana : E : Berat Benda Uji di Udara
H : Volume Benda Uji
Perendaman Normal (Lateks 0%) Sampel I ( Satu )
: 1187,10
= 2,34
BJ Bulk Campuran 507,80
Sampel II ( Dua )
: 1186,00
= 2,30
BJ Bulk Campuran 516,40
Sampel III ( Tiga )
: 1188,70
= 2,31
BJ Bulk Campuran 514,10
D. % VIM Rumus :
% VIM : 100 ( D - I )
D Dimana :
D : BJ Max Campuran (GMM) :
I BJ Bulk Campuran Pemadatan
Perendaman Normal (Lateks 0%)
Sampel I ( Satu )
% VIM = 100 ( 2,45 - 2,34 )
= 4,50 2,45
Sampel II ( Dua )
% VIM
= 100 ( 2,45 - 2,30 ) = 6,18 2,45
Sampel III ( Tiga )
% VIM = 100 ( 2,45 - 2,31 ) = 5.54
2,45
E. Stabilitas
Rumus :
Stabilitas K x Angka koreksi x Angka kalibrasi
Dimana : K : Pembacaan Stabilitas
Perendaman Normal (Lateks 0%) Sampel I
( Satu )
Stabilitas = 95,00 x 1,04 x 14,59 = 1441,49
Sampel II ( Dua )
Stabilitas = 90,00 x 1,00 x 14,59 = 1313,10
Sampel III ( Tiga )
Stabilitas = 97,00 x 1,00 x 14,59 = 1415,23
F. Marshall Quotient ( Kg/mm)
Rumus : Marshall Quotient
( Kg/mm) : L
M
Dimana : L : Stability ( Kg ) Adjust
M : Flow ( mm )
Perendaman Normal (Lateks 0%) Sampel I ( Satu )
Marshall Quotient ( Kg/mm) : 1330,61 = 380,17
3,50 Sampel II ( Dua )
Marshall Quotient ( Kg/mm) : 1260,58
= 406,64 3,10
Sampel III ( Tiga )
Marshall Quotient ( Kg/mm) :
1358,62 3,10
= 438,26
G.VMA Rumus :
VMA 100 - I
B X 100 - A
Dimana : I : BJ Bulk Campuran Pemadatan B : BJ Bulk Gab
A : Kadar Aspal
Perendaman Normal (Lateks 0%) Sampel I ( Satu )
VMA : 100 - 2,34
X 100 - 7,04 = 15,30 2,57
Sampel II ( Dua )
VMA : 100 - 2,30
X 100 - 7,04 = 16,78 2,57
Sampel III( Tiga )
VMA : 100 - 2,31
X 100 - 7,04 = 16,22 2,57
H. VFB
Rumus :
VFB R - J
X 100
R
Dimana : R : VMA
J : VIM
Perendaman Normal (Lateks 0%)
Sampel I ( Satu )
VFB : 15,30 - 6,40 X 100 = 58,16 15,30
Sampel II ( Dua )
VFB : 16,78 - 6,32 X 100 = 62,34 16,78
Sampel III ( Tiga )
VFB : 16,22 - 5,50 X 100 = 66,12 16,22
I. Kadar aspal efektif kadar Aspal Efektif
Rumus : P
A - x 100 - A
100 Dimana :
A : Kadar aspal
P : Absorsi Aspal
Kadar Aspal 7,04 %
7,04 - 2,3
x 100 - 7,04 = 4,93
100
J. Absorbsi Aspal terhadap berat total campuran Rumus :
= A + T ( 100 - A ) - 100 x T
B D
Dimana :
A : Kadar Aspal B : BJ Bulk Gab
D : BJ Max Campuran GMM T : Specific Gravity of Bitument
K. Kadar Aspal 7,04%
7,04 1,03 100 - 7,04 )
- 100 x 1,03
= 2,27
+ 2,57 2,45
Untuk perhitungan lainya dapat dilihat pada lampiran.
4.4 Analisis Hasil Pengujian Dengan LATEKS 10% Pada Campuran Beraspal Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA).
Hasil pengujian campuran benda uji pada alat pengujian marshall akan diperoleh hasil-hasil parameter marshall sebagai berikut:
a. Kepadatan
Nilai density (kepadatan) menunjukkan besarnya kerapatan suatu campuran yang sudah dipadatkan. Campuran dengan density tinggi dalam batas tertentu akan lebih mampu menahan beban yang lebih berat dibandingkan dengan campuran yang mempunyai density yang rendah. Nilai density suatu campuran dipengaruhi oleh kualitas dan komposisi bahan susun serta cara pemadatan, suatu campuran akan memiliki density yang tinggi apabila mempunyai bentuk butir yang tidak seragam dan porositas butiran
Grafik Kepadatan Variasi Lateks 10%
2.33
2.32 2.32
2.31
2.31 2.31
2.30
2.29
tan 2.29 Normal
a d 7 hari
a 2.28 p e
K 2.27 14 Hari
2.26 21 Hari
2.25 2.24 2.23
Variasi Perendaman
rendah . Nilai kepadatan campuran beraspal panas Asbuton dihampar dingin (CPHMA) dengan penambahan Lateks 10%, dapat dilihat pada gambar 4.1 :
Gambar 4.1 Diagram hubungan variasi Lateks 10% dengan variasi perendaman terhadap kepadatan.
Dari gambar 4.1 menunjukkan bahwa penambahan variasi LATEKS ke dalam campuran yang direndam menyebabkan nilai kepadatan menurun. Hal ini di sebabkan karena semakin lama campuran terendam maka daya lekat aspal terhadap agregat semakin menurun.
b. Stabilitas Minimum 500 (Kg)
Nilai stabilitas menunjukkan besarnya kemampuan perkerasan menahan beban tanpa mengalami perubahan bentuk (deformasi) tetap, dinyatakan dalam satuan beban lalu lintas, perkerasan yang memiliki nilai stabilitas yang tinggi akan mampu menahan beban lalu lintas besar, akan tetapi stabilitas yang terlalu rendah akan mengakibatkan
Grafik Kepadatan Variasi Lateks 10%
2.32 2.32
2.31 2.30
2.29 2.29
2.28 Normal
7 hari 2.27
2.26 2.26
14 Hari 21 Hari
2.25 2.24
2.24 2.23
Variasi Perendaman
Kepadatan
Grafik Stabilitas Variasi Lateks 10%
2000.00
1500.00 )
(kg 1118.57 Normal
tas 7 Hari
i 1000.00 l
tabi 14 Hari
S 21 Hari
500.00 486.33 432.84 403.27
0.00
Variasi Perendaman
perkerasan akan mudah mengalami alur (rutting) oleh beban lalu lintas. Hasil pengujian stabilitas dengan berbagai variasi LATEKS diperlihatkan pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Diagram hubungan variasi LATEKS 10% dengan variasi perendaman terhadap stabilitas.
Dari gambar 4.2. diatas menunjukkan bahwa stabilitas campuran yang dilakukan perendaman Nilai stabilitas mengalami penurunan. Ketika campuran aspal direndam dalam air dalam waktu yang lama, air akan berusaha untuk mengisi rongga-rongga dalam campuran dan berinteraksi dengan material penyusun yaitu agregat dan aspal. Air yang berinteraksi dengan agregat akan terserap kedalamnya dan menyelimuti permukaan agregat pada bagian yang tidak terselimuti sempurna oleh aspal. Dengan demikian ternyata semakin lama campuran terendam dalam air, maka adhesi campuran akan berkurang dan peluang terjadinya kehilangan durabilitas atau keawetan campuran juga semakin besar.
c. Pelelehan (Flow) Minimum 3 - 5 (mm).
Grafik Stabilitas Variasi Lateks 10%
2000.00
1500.00 1389.94
Normal
1000.00 7 Hari
14 Hari
486.33 21 Hari
500.00 432.84 403.27
0.00
Variasi Perendaman
Stabilitas (kg)
Grafik Flow Variasi Lateks 10%
6.00
5.00
4.00 3.60
3.23 3.33 3.47 3.00
Normal 7 Hari 14 Hari 21 Hari
2.00
Variasi Perendaman
Nilai Flow menyatakan besarnya deformasi yang terjadi pada suatu lapis perkerasan akibat beban lalu lintas. Suatu campuran dengan nilai Flow tinggi akan cenderung lembek sehingga akan menyebabkan deformasi permanen apabila menerima beban. Sebaliknya jika nilai Flow rendah maka campuran menjadi kaku dan mudah retak jika menerima beban yang mengalami daya dukungnya.
Grafik nilai Flow campuran beraspal panas Asbuton dihampar dingin (CPHMA) untuk variasi LATEKS dilihat pada gambar 4.3
Gambar 4.3 Diagram hubungan variasi LATEKS 10% terhadap flow
Dari gambar 4.3. menunjukkan bahwa penambahan variasi LATEKS yang direndam secara menyebabkan mengalami peningkatan nilai Flow. Semakin lama perendaman, air akan berusaha mengisi ronga-rongga dalam campuran dan berinteraksi dengan material penyusun baik agregat maupun aspal. Air yang berinteraksi dengan agregat akan terserap kedalam dan menyelimuti permukaan agregat pada bagian yang tidak terselimuti sempurna oleh aspal. Hal ini mengurangi daya rekat aspal. Sehingga semakin lama perendaman maka daya rekat aspal semakin berkurang.
d. Rongga Dalam Agregat (VMA) Min 16%
Flow (mm)
Void In Mineral Aggregates (VMA) menunjukkan presentase rongga antar butir agregat, termasuk didalamnya adalah rongga yang terisi udara dan rongga yang terisi aspal efektif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi VMA antara lain adalah jumlah tumbukan, gradasi agregat dan kadar aspal. Nilai VMA berpengaruh pada sifat, kekedapan dan keawetan campuran terhadap air dan udara bebas serta kekakuan campuran. Semakin tinggi nilai VMA berarti semakin banyak rongga dalam campuran yang terisi aspal sehingga kekedapan campuran terhadap air dan udara semakin tinggi
Grafik nilai VMA campuran beraspal panas Asbuton dihampar dingin (CPHMA) untuk berbagai variasi LATEKS dapat dilihat pada gambar 4.4.
Gambar 4.4 Diagram hubungan variasi LATEKS 10% dengan variasi perendaman terhadap VMA
Dari gambar 4.4 menunjukkan bahwa penambahan variasi LATEKS ke dalam campuran yang direndam secara menyebabkan nilai VMA berubah. Hal ini di sebabkan karena semakin lama campuran terendam maka kondisinya akan semakin jenuh.
Grafik VMA Variasi Lateks 10%
24.00
20.00 18.66
16.10 17.06 18.07
16.00
Normal
12.00 7 Hari
8.00 14 Hari
21 Hari 4.00
0.00
Variasi Perendaman
VMA (%)
Grafik VIM Variasi Lateks 10%
12.00 10.00 8.00
) 6.46 Normal
(%
6.00 5.33 5.58 5.75 7 Hari
VIM 14 Hari
4.00 21 Hari
2.00 0.00
Variasi Perendaman e. Rongga Dalam Campuran (VIM) Minimum 4% – 10%
VIM (void in mixture) merupakan presentase rongga udara dalam campuran antara agregat dan aspal setelah dilakukan pemadatan. VIM atau rongga dalam campuran adalah parameter yang biasanya berkaitan dengan durabilitas dan kekuatan dari campuran. Semakin kecil nilai VIM, maka akan bersifat kedap air. Namun nilai VIM yang terlalu kecil dapat mengakibatkan keluarnya aspal ke permukaan. Grafik nilai VIM campuran beraspal panas Asbuton dihampar dingin (CPHMA) untuk berbagai variasi LATEKS 10%
Gambar 4.5 Diagram hubungan variasi LATEKS 10% dengan variasi perendaman terhadap VIM
Dari gambar 4.5 menunjukkan bahwa penambahan variasi LATEKS dalam campuran yang direndam secara mengalami peningkatan pada nilai VIM. Semakin naiknya nilai VIM pada campuran aspal ini disebabkan karena pada saat campuran aspal direndam dalam air semakin lama air akan terinfiltrasi kedalam rongga-rongga yang
Grafik VIM Variasi Lateks 10%
12.00 10.00
8.29
8.00 7.62
6.07 6.49
6.00 4.00
Normal 7 Hari 14 Hari 21 Hari 2.00
0.00
Variasi Perendaman
VIM (%)
tersisa dalam campuran. Rongga yang meningkat dan terisi air inilah yang mengurangi durabilitas atau keawetan campuran.
f. Rongga Terisi Aspal (VFB) Minimum 60 (%)
Nilai VFB menyatakan presentase rongga yang dapat terisi aspal Besamya nilai VFB menentukan tingkat keawetan campuran. Nilai VFB yang besar menunjukkan jumlah aspal yang mengisi rongga besar sehingga kekedapan campuran akan meningkat.
Gambar 4.6 Diagram hubungan variasi LATEKS 10% dengan variasi perendaman terhadap VFB
Dari gambar 4.6. menunjukkan bahwa penambahan LATEKS ke dalam campuran yang direndam secara akan mengalami penurunan nilai VFB. Hal ini di sebabkan karena volume pori beton aspal yang terisi oleh aspal yang semakin menurun akibat lamanya perendaman.
g. Marshall Quotient
Grafik VFB Variasi Lateks 10%
64.00
62.21 62.02 62.00
60.00
58.15
58.00 Normal
56.00 55.63
54.00
7 Hari 14 Hari
21 Hari
52.00 50.00
Variasi Perendaman
VFB (%)
empiris. Semakin tinggi nilai MQ maka kemungkinan akan semakin tinggi kekakuan suatu campuran dan semakin rentan terhadap keretakan. Nilai MQ dapat dilihat pada gambar 4.7.
Grafik Marshall Quotient Variasi Lateks 10%
500.00
450.00 430.65
400.00 350.00 300.00 250.00 200.00
147.34 150.00
100.00 50.00 0.00
124.96 112.20
Normal 7 Hari 14 Hari 21 Hari
Variasi Perendaman
Hasil bagi Marshall atau Marshall Quotient adalah perbandingan antara stabilitas dan kelelehan yang juga merupakan indikator terhadap kekuatan campuran secara
Gambar 4.7 Diagram hubungan variasi LATEKS 10% dengan variasi perendaman terhadap nilai MQ
Dilihat dari gambar diatas bahwa penambahan LATEKS dari kadar aspal yang direndam secara mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena kohesi atau daya lekat dalam aspal menurun.
4.5 Analisis Hasil Pengujian Dengan LATEKS 15% Pada Campuran Beraspal Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA).
Hasil pengujian campuran benda uji pada alat pengujian marshall akan diperoleh hasil-hasil parameter marshall sebagai berikut:
a. Kepadatan
Marshall Quitient )
Grafik Kepadatan Variasi Lateks 15%
2.30 2.30
2.29
2.29 2.29
tan Normal
d 2.28 2.28 7 Hari
a a p
e 14 Hari
K
21 Hari 2.27
2.26
Variasi Perendaman
Nilai density (kepadatan) menunjukkan besarnya kerapatan suatu campuran yang sudah dipadatkan. Campuran dengan density tinggi dalam batas tertentu akan lebih mampu menahan beban yang lebih berat dibandingkan dengan campuran yang mempunyai density yang rendah. Nilai density suatu campuran dipengaruhi oleh kualitas dan komposisi bahan susun serta cara pemadatan, suatu campuran akan memiliki density yang tinggi apabila mempunyai bentuk butir yang tidak seragam dan porositas butiran rendah . Nilai kepadatan campuran beraspal panas Asbuton dihampar dingin (CPHMA) dengan penambahan LATEKS 15%, dapat dilihat pada gambar 4.8 :
Gambar 4.8 Diagram hubungan variasi LATEKS 15% dengan variasi perendaman terhadap kepadatan.
Dari gambar 4.8 menunjukkan bahwa penambahan variasi LATEKS ke dalam campuran yang direndam secara menyebabkan nilai kepadatan menurun. Hal ini di sebabkan karena semakin lama campuran terendam maka daya lekat aspal terhadap agregat semakin menurun.
Grafik Kepadatan Variasi Lateks 15%
2.34
2.32 2.32
2.30
2.28 2.28
2.26 2.26
2.24 2.23
Normal 7 Hari 14 Hari 21 Hari 2.22
2.20 2.18
Variasi Perendaman
Kepadatan
b. Stabilitas Minimum 500 (Kg)
Nilai stabilitas menunjukkan besarnya kemampuan perkerasan menahan beban tanpa mengalami perubahan bentuk (deformasi) tetap, dinyatakan dalam satuan beban lalu lintas, perkerasan yang memiliki nilai stabilitas yang tinggi akan mampu menahan beban lalu lintas besar, akan tetapi stabilitas yang terlalu rendah akan mengakibatkan perkerasan akan mudah mengalami alur (rutting) oleh beban lalu lintas. Hasil pengujian stabilitas dengan berbagai variasi LATEKS diperlihatkan pada gambar 4.9
Gambar 4.9 Diagram hubungan variasi LATEKS 15% dengan variasi perendaman terhadap stabilitas.
Dari gambar 4.9. diatas menunjukkan bahwa stabilitas campuran yang dilakukan perendaman Nilai stabilitas mengalami penurunan. Ketika campuran aspal direndam dalam air dalam waktu yang lama, air akan berusaha untuk mengisi rongga-rongga dalam campuran dan berinteraksi dengan material penyusun yaitu agregat dan aspal. Air yang berinteraksi dengan agregat akan terserap kedalamnya dan menyelimuti permukaan
Grafik Stabilitas Variasi Lateks 15%
2000.00
1500.00 1389.94
Normal
1000.00 7 Hari
14 Hari
500.00 462.02 21 Hari
328.96 321.95
0.00
Variasi Perendaman
Stabilitas (kg)
Grafik Flow Variasi Lateks 15%
6.00
5.00
3.97 Normal
4.00
3.60 7 Hari
3.23 3.33 14 Hari
3.00 21 Hari
2.00
Variasi Perendaman
agregat pada bagian yang tidak terselimuti sempurna oleh aspal. Dengan demikian ternyata semakin lama campuran terendam dalam air, maka adhesi campuran akan berkurang dan peluang terjadinya kehilangan durabilitas atau keawetan campuran juga semakin besar.
c. Pelelehan (Flow) Minimum 3 - 5 (mm).
Nilai Flow menyatakan besarnya deformasi yang terjadi pada suatu lapis perkerasan akibat beban lalu lintas. Suatu campuran dengan nilai Flow tinggi akan cenderung lembek sehingga akan menyebabkan deformasi permanen apabila menerima beban. Sebaliknya jika nilai Flow rendah maka campuran menjadi kaku dan mudah retak jika menerima beban yang mengalami daya dukungnya.
Grafik nilai Flow campuran beraspal panas Asbuton dihampar dingin (CPHMA) untuk variasi LATEKS dapat dilihat pada gambar 4.10
Gambar 4.10 Diagram hubungan variasi LATEKS 15% dengan variasi perendaman terhadap flow
Flow (mm)
Dari gambar 4.10. menunjukkan bahwa penambahan variasi LATEKS yang direndam secara menyebabkan mengalami peningkatan nilai Flow. Semakin lama perendaman, air akan berusaha mengisi rongga-rongga dalam campuran dan berinteraksi dengan material penyusun baik agregat maupun aspal. Air yang berinteraksi dengan agregat akan terserap kedalam dan menyelimuti permukaan agregat pada bagian yang tidak terselimuti sempurna oleh aspal. Hal ini mengurangi daya rekat aspal. Sehingga semakin lama perendaman maka daya rekat aspal semakin berkurang.
d. Rongga Dalam Agregat (VMA) Min 16%
Void In Mineral Aggregates (VMA) menunjukkan presentase rongga antar butir agregat, termasuk didalamnya adalah rongga yang terisi udara dan rongga yang terisi aspal efektif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi VMA antara lain adalah jumlah tumbukan, gradasi agregat dan kadar aspal. Nilai VMA berpengaruh pada sifat, kekedapan dan keawetan campuran terhadap air dan udara bebas serta kekakuan campuran. Semakin tinggi nilai VMA berarti semakin banyak rongga dalam campuran yang terisi aspal sehingga kekedapan campuran terhadap air dan udara semakin tinggi
GrGraafikfikVMA VIM VVariasiariasiLaLattekekss15 15% %
1224..0000 1020..0000
17.04 16.77 17.15 178.9.436
168.0.000 7.75
) 6.76 Normal
(%(% 6.07 Normal
)
A 126.0.000 7 Hari
VIMVM 7 Hari
14 Hari
4.08.000 14 Hari
21 Hari 21 Hari 2.04.000
0.00.000
VaVarriiaasisi PePerreennddaammaann
Grafik nilai VMA campuran beraspal panas Asbuton dihampar dingin (CPHMA) untuk berbagai variasi LATEKS dapat dilihat pada gambar 4.11. Gambar 4.11 Diagram hubungan variasi LATEKS 15% dengan variasi perendaman terhadap VMA
Dari gambar 4.11 menunjukkan bahwa penambahan variasi LATEKS ke dalam campuran yang direndam menyebabkan nilai VMA berubah. Hal ini di sebabkan karena semakin lama campuran terendam maka kondisinya akan semakin jenuh.
e. Rongga Dalam Campuran (VIM) Minimum 4% – 10%
VIM (void in mixture) merupakan presentase rongga udara dalam campuran antara agregat dan aspal setelah dilakukan pemadatan. VIM atau rongga dalam campuran adalah parameter yang biasanya berkaitan dengan durabilitas dan kekuatan dari campuran. Semakin kecil nilai VIM, maka akan bersifat kedap air. Namun nilai VIM yang terlalu kecil dapat mengakibatkan keluarnya aspal ke permukaan. Grafik nilai VIM campuran beraspal panas Asbuton dihampar dingin (CPHMA) untuk berbagai variasi LATEKS 15%
Grafik VMA Variasi Lateks 15%
VMA (%)
Grafik VIM Variasi Lateks 15%
12.00 10.00
8.00 7.42
) 6.46 6.16 6.59
Normal (%
VIM 6.00
7 Hari
4.00 14 Hari
21 Hari 2.00
0.00
Variasi Perendaman
Gambar 4.12 Diagram hubungan variasi LATEKS 15% dengan variasi perendaman terhadap VIM
Dari gambar 4.12 menunjukkan bahwa penambahan variasi LATEKS dalam campuran yang direndam secara mengalami peningkatan pada nilai VIM. Semakin naiknya nilai VIM pada campuran aspal ini disebabkan karena pada saat campuran aspal direndam dalam air semakin lama air akan terinfiltrasi kedalam rongga-rongga yang tersisa dalam campuran. Rongga yang meningkat dan terisi air inilah yang mengurangi durabilitas atau keawetan campuran.
Grafik VIM Variasi Lateks 15%
12.00 10.00
8.96
8.00 7.75
6.76 6.07
6.00
Normal 7 Hari
4.00 14 Hari
21 Hari 2.00
0.00
Variasi Perendaman
VIM (%)
Grafik VFB Variasi Lateks 15%
64.00
62.21
62.00 61.06
60.00
57.92 58.00
56.00
54.00 53.58
Normal 7 Hari 14 Hari 21 Hari 52.00
50.00
Variasi Perendaman f. Rongga Terisi Aspal (VFB) Minimum 60 (%)
Nilai VFB menyatakan prosentase rongga yang dapat terisi aspal Besamya nilai VFB menentukan tingkat keawetan campuran. Nilai VFB yang besar menunjukkan jumlah aspal yang mengisi rongga besar sehingga kekedapan campuran akan meningkat.
Gambar 4.13 Diagram hubungan variasi LATEKS 15% dengan variasi perendaman terhadap VFB
Dari gambar 4.13. menunjukkan bahwa penambahan LATEKS ke dalam campuran yang direndam secara akan mengalami penurunan nilai VFB. Hal ini di sebabkan karena volume pori beton aspal yang terisi oleh aspal yang semakin menurun akibat lamanya perendaman.
VFB (%)
Grafik Marshall Quotient Variasi Lateks 15%
350.00
297.72 300.00
t 250.00 ) n e
ti Normal
u 200.00
i Q 7 Hari
l 148.28
l sh 150.00 14 Hari
a a 104.03 93.63
r
M 100.00 21 Hari
50.00 0.00
Variasi Perendaman g. Marshall Quotient
Hasil bagi Marshall atau Marshall Quotient adalah perbandingan antara stabilitas dan kelelehan yang juga merupakan indikator terhadap kekuatan campuran secara empiris. Semakin tinggi nilai MQ maka kemungkinan akan semakin tinggi kekakuan suatu campuran dan semakin rentan terhadap keretakan. Nilai MQ dapat dilihat pada gambar 4.14.
Gambar 4.14 Diagram hubungan variasi LATEKS 15% dengan variasi perendaman terhadap nilai MQ
Dilihat dari gambar diatas bahwa penambahan LATEKS dari kadar aspal yang direndam secara mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena kohesi atau daya lekat dalam aspal menurun.
Grafik Marshall Quotient Variasi Lateks 15%
500.00
450.00 430.65
400.00 350.00 300.00 250.00 200.00 150.00 100.00 50.00 0.00
139.91
91.81
Normal 7 Hari 14 Hari 21 Hari 83.26
Variasi Perendaman
Marshall Quitient )
Grafik Kepadatan Variasi Lateks 20%
2.34
2.32 2.32
2.30
2.29 2.28
2.26 2.25
2.24
Normal 7 Hari 14 Hari 21 Hari 2.22
2.22 2.20
Variasi Perendaman
4.6 Analisis Hasil Pengujian Dengan LATEKS 20% Pada Campuran Beraspal Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA).
Hasil pengujian campuran benda uji pada alat pengujian marshall akan diperoleh hasil-hasil parameter marshall sebagai berikut:
a. Kepadatan
Nilai density (kepadatan) menunjukkan besarnya kerapatan suatu campuran yang sudah dipadatkan. Campuran dengan density tinggi dalam batas tertentu akan lebih mampu menahan beban yang lebih berat dibandingkan dengan campuran yang mempunyai density yang rendah. Nilai density suatu campuran dipengaruhi oleh kualitas dan komposisi bahan susun serta cara pemadatan, suatu campuran akan memiliki density yang tinggi apabila mempunyai bentuk butir yang tidak seragam dan porositas butiran rendah . Nilai kepadatan campuran beraspal panas Asbuton dihampar dingin (CPHMA) dengan penambahan LATEKS 20%, dapat dilihat pada gambar 4.15 :
Gambar 4.11 Diagram hubungan variasi LATEKS 20% dengan variasi perendaman terhadap kepadatan.
Kepadatan
Grafik Stabilitas Variasi Lateks 20%
2000.00
1500.00 1389.94
Normal
1000.00 7 Hari
14 Hari 21 Hari
500.00 403.66
325.07 316.12
0.00
Variasi Perendaman
Dari gambar 4.15 menunjukkan bahwa penambahan variasi LATEKS ke dalam campuran yang direndam secara menyebabkan nilai kepadatan menurun. Hal ini di sebabkan karena semakin lama campuran terendam maka daya lekat aspal terhadap agregat semakin menurun.
b. Stabilitas Minimum 500 (Kg)
Nilai stabilitas menunjukkan besarnya kemampuan perkerasan menahan beban tanpa mengalami perubahan bentuk (deformasi) tetap, dinyatakan dalam satuan beban lalu lintas, perkerasan yang memiliki nilai stabilitas yang tinggi akan mampu menahan beban lalu lintas besar, akan tetapi stabilitas yang terlalu rendah akan mengakibatkan perkerasan akan mudah mengalami alur (rutting) oleh beban lalu lintas. Hasil pengujian stabilitas dengan berbagai variasi LATEKS diperlihatkan pada gambar 4.16.
Gambar 4.16 Diagram hubungan variasi LATEKS 20% dengan variasi perendaman terhadap stabilitas.
Stabilitas (kg)
Dari gambar 4.16. diatas menunjukkan bahwa stabilitas campuran yang dilakukan perendaman Nilai stabilitas mengalami penurunan. Ketika campuran aspal direndam dalam air dalam waktu yang lama, air akan berusaha untuk mengisi rongga-rongga dalam campuran dan berinteraksi dengan material penyusun yaitu agregat dan aspal. Air yang berinteraksi dengan agregat akan terserap kedalamnya dan menyelimuti permukaan agregat pada bagian yang tidak terselimuti sempurna oleh aspal. Dengan demikian ternyata semakin lama campuran terendam dalam air, maka adhesi campuran akan berkurang dan peluang terjadinya kehilangan durabilitas atau keawetan campuran juga semakin besar.
c. Pelelehan (Flow) Minimum 3 - 5 (mm).
Nilai Flow menyatakan besarnya deformasi yang terjadi pada suatu lapis perkerasan akibat beban lalu lintas. Suatu campuran dengan nilai Flow tinggi akan cenderung lembek sehingga akan menyebabkan deformasi permanen apabila menerima beban. Sebaliknya jika nilai Flow rendah maka campuran menjadi kaku dan mudah retak jika menerima beban yang mengalami daya dukungnya.
Grafik nilai Flow campuran beraspal panas Asbuton dihampar dingin (CPHMA) untuk variasi LATEKS dapat dilihat pada gambar 4.17