REMISI DAN PEMBEBASAN BERSYARAT NARAPIDANA
D. Definisi dan Prosedur Pembebasan Bersyarat
Pembebasan bersyarat menurut Pasal 14 ayat (1) huruf k Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan adalah bebasnya Narapidana setelah menjalani sekurang-kurangnya dua pertiga masa pidananya dengan ketentuan dua pertiga tersebut tidak kurang dari 9(sembilan) bulan.Pembebasan bersyarat ini dapat diberikan kepada Narapidana sepanjang memenuhi persyaratan- persyaratan yang ditetapkan oleah Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No 3 Tahun 2018 tentang syarat dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Pembebasan bersyarat harus bermanfaat bagi narapidana dan anak serta keluarganya dan diberikan dengan mempertimbangkan kepentingan keamanan, ketertiban umum, dan rasa keadilan masyarakat. Pembebasan berssyarat dapat diberikan kepada
93
PENGANTAR HUKUM PENITENSIER DAN SISTEM PEMASYARAKATAN INDONESIA
pertimbangan tertulis dari menteri dan/ataupimpinan terkait.
(3) Pertimbangan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh menteri/atau pimpinan lembaga terkait dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) hari kerja sejak diterimanya permintaan pertimbangan dari Menteri.
(4) Pemberian Remisi ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
Pasal 34C
(1) Menteri dapat memberikan Remisi kepada Anak dan Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 34A ayat (1).
(2) Pidana Narapidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Narapidana yang:
a.
Dipidana dengan masa pidana paling lama 1 (satu) tahun;b.
Berusia di atas 70 (tuju puluh) tahun; atauc.
Menderita sakit berkepanjangan.(3) Menteri dalam memberikan Remisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah mempertimbangkan kepentingan umum, keamanan, dan rasa keadilan masyarakat.
D. Definisi dan Prosedur Pembebasan Bersyarat
Pembebasan bersyarat menurut Pasal 14 ayat (1) huruf k Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan adalah bebasnya Narapidana setelah menjalani sekurang-kurangnya dua pertiga masa pidananya dengan ketentuan dua pertiga tersebut tidak kurang dari 9(sembilan) bulan.Pembebasan bersyarat ini dapat diberikan kepada Narapidana sepanjang memenuhi persyaratan- persyaratan yang ditetapkan oleah Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No 3 Tahun 2018 tentang syarat dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.
Pembebasan bersyarat harus bermanfaat bagi narapidana dan anak serta keluarganya dan diberikan dengan mempertimbangkan kepentingan keamanan, ketertiban umum, dan rasa keadilan masyarakat. Pembebasan berssyarat dapat diberikan kepada
narapidana yang telah memenuhi:108
a. Telah menjalani masa pidana paling singkat 2/3 (dua per tiga,dengan ketentuan 2/3 (dua per tiga) masa pidana tersebut paling sedikit 9 (Sembilan) bulan;
b. Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana paling singkat 9 (Sembilan) bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 2/3 (dua per tiga) masa pidana;
c. Telah mengikuti program pembinaan dengan baik dan tekun, dan bersemangat;dan
d. Masyarakat dapat menerima program kegiatan pembinaan narapidana..
Syarat diatas dibuktikan dengan kelengkapan dokumen:109
a. Fotocopy kutipan putusan hakim dan berita acara pelaksanaan putusan hakim;
b. Laporan perkembangan pembinaan yang ditandatangani oleh kepala Lapas;
c. Laporan penelitian kemasyarakatan yang dibuat oleh pembimbing kemasyarakatan yang diketahui oleh kepala BAPAS;
d. Surat pemberitahuan ke kejaksaan negeri tentang rencana pemberian pembebasan bersyarat terhadap narapidana pemasyarakatan yang bersangkutan;
e. Salinan register F dari Kepala Lapas;
f. Salinan daftar perubahan dari kepala Lapas;
g. Surat pernyataan dari narapidana tidak akan melakukan perbuatan melanggar hukum;dan
h. Surat jaminan kesanggupan dari pihk keluarga, wali,lembaga sosial,instansi pemerintah, instansi swasta atau yayasan yang diketahui oleh lurah atau keapala desa atau nama lain yang menyatakan bahwa:
1. Narapidana tidak akan melarikan diri dan/atau tidak melakukan perbuatan melanggar hukum;dan
2. Membantu dalam membimbing dan mengawssi narapidana selama mengikuti program Pembebasan Bersyarat.
Secara umum pemberian pembebasan bersyarat dilaksanakan
108 Tri Jata Ayu.Syarat dan Prosedur Pengajuan Pembebasan Bersyarat.Hukumonline.com.4 Januari 2018.(17.00wib)
109 Ibid.,
94
PENGANTAR HUKUM PENITENSIER DAN SISTEM PEMASYARAKATAN INDONESIAmelalui sistem informasi pemasyarakatan. Sistem informasi pemasyarakatan merupakan sistem informasi yang terintegrasi antara unit pelaksana Teknis Pemasyarakatan, Kantor Wilayah dengan Direktorat Jendral Pemasyarakatan. Adapaun tata cara pemberian Pembebasan Bersyarat diantaranya:
a. Petugas pemasyarakatan mendata Narapidana yang akan diusulkan Pembebasan Bersyarat, Pendataan dilakukan terhadap syarat pemberian Pembebasn bersyarat dan kelengkapan dokumen;
b. Kelengkapan dokumen wajib dimintakan setelah 7 (tujuh) hari Narapidana berada di Lapas/LPKA. Kelengkapan dokumen wajib dipenuhi paling lama ½ (satu per dua) masa pidana narapidana berada dilapas;
c. Selanjutnya Tim Pengamat Pemasyarakatan Lapas merekomendasikan usul pemberian Pembebasan Bersyarat bagi narapidana kepada Kepala Lapas berdasarkan data narapidana yang telah memenuhi persyaratan;
d. Dalam hal Kepala Lapas menyetujui usul pemberian pembebasan bersyarat, Kepala Lapas menyampaikan usul pemberian pembebasan bersyarat kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah;
e. Kemudian Kepala Kantor Wilayah melakukan verifikasi tembusan usul pemberian pembebasan bersyarat yang hasilnya disampaikan oleh Kepala Kantor Wilayah kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan;
f. Direktur Jenderal Pemasyarakatan melakukan verifikasi usul pemberian Pembebasan Bersyarat paling lama 3 hari terhitung sejak tanggal usul pemberian Pembebasan Bersyarat diterima dari Kepala Lapas;
g. Dalam hal Direktur Jenderal Pemasyarakatan menyetujui usul pemberian pembebasan bersyarat, Direktur Jenderal Pemasyarakatan atas nama Menteri Hukum dan HAM menetap- kan keputusan pemberian Pembebasan Bersyarat. Keputusan pemberian Pembebasan Bersyarat disampaikan kepada Kepala Lapas untuk diberitahukan kepada Narapidana atau Anak dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah.110
110 Ibid.,
95
PENGANTAR HUKUM PENITENSIER DAN SISTEM PEMASYARAKATAN INDONESIA
melalui sistem informasi pemasyarakatan. Sistem informasi pemasyarakatan merupakan sistem informasi yang terintegrasi antara unit pelaksana Teknis Pemasyarakatan, Kantor Wilayah dengan Direktorat Jendral Pemasyarakatan. Adapaun tata cara pemberian Pembebasan Bersyarat diantaranya:
a. Petugas pemasyarakatan mendata Narapidana yang akan diusulkan Pembebasan Bersyarat, Pendataan dilakukan terhadap syarat pemberian Pembebasn bersyarat dan kelengkapan dokumen;
b. Kelengkapan dokumen wajib dimintakan setelah 7 (tujuh) hari Narapidana berada di Lapas/LPKA. Kelengkapan dokumen wajib dipenuhi paling lama ½ (satu per dua) masa pidana narapidana berada dilapas;
c. Selanjutnya Tim Pengamat Pemasyarakatan Lapas merekomendasikan usul pemberian Pembebasan Bersyarat bagi narapidana kepada Kepala Lapas berdasarkan data narapidana yang telah memenuhi persyaratan;
d. Dalam hal Kepala Lapas menyetujui usul pemberian pembebasan bersyarat, Kepala Lapas menyampaikan usul pemberian pembebasan bersyarat kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah;
e. Kemudian Kepala Kantor Wilayah melakukan verifikasi tembusan usul pemberian pembebasan bersyarat yang hasilnya disampaikan oleh Kepala Kantor Wilayah kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan;
f. Direktur Jenderal Pemasyarakatan melakukan verifikasi usul pemberian Pembebasan Bersyarat paling lama 3 hari terhitung sejak tanggal usul pemberian Pembebasan Bersyarat diterima dari Kepala Lapas;
g. Dalam hal Direktur Jenderal Pemasyarakatan menyetujui usul pemberian pembebasan bersyarat, Direktur Jenderal Pemasyarakatan atas nama Menteri Hukum dan HAM menetap- kan keputusan pemberian Pembebasan Bersyarat. Keputusan pemberian Pembebasan Bersyarat disampaikan kepada Kepala Lapas untuk diberitahukan kepada Narapidana atau Anak dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah.110
110 Ibid.,