• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Definisi Operasional

Peneliti memberikan pemahaman terhadap istilah- istilah yang menjadi variabel penelitian ini untuk menghindari kerancuan dan menjamin agar variabel- variabel yang menjadi judul penelitian tidak ditafsirkan berbeda. Dengan demikian, peneliti mendefinisikan variabel penelitian sebagai berikut:

1. Implementasi

Pelaksanaan/implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan yang disesuaikan terhadap situasi dan kondisi lapangan dan karakteristik peserta didik baik

25 Konklusi peneliti terkait kajian terdahulu serta memberikan argumentasi dan konklusi dari berbagai kajian diatas sehingga dapat diambil benang merah. Sehingga dalam kajian penelitian ini peneliti dapat lebih fokus dan mengerucut pada pembahasan yang mendalam.

36

perkembangan intelektual, emosional serta fisik.26 Dalam mengimplemantasikan kurikulum, aktifitasnya adalah meliputi beberapa aspek berikut:

a. Jenis Pelaksanaan Kurikulum

Sebagai sebuah siklus manajemen, maka sampai pada siklus terakhir, yaitu pelaksanaan/implementasi kurikulum. Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dan kurikulum tingkat kelas. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

1) Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah Pada tingkat sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab untuk melaksanakan kurikulum di lingkungan sekolah yang dipimpinnya.

Tanggung jawab kepala sekolah adalah:

kepala sekolah sebagai pemimpin, sebagai administrator, penyusunan rencana tahunan, pembinaan organisasi sekolah, koordinator dalam pelaksanaan kurikulum, kegiatan

26 Wahyudin, D. Manajemen Kurikulum, Cet 1. Bandung: Rosda (2014) : 94

37

memimpin rapat kurikuler, pengelola sistem komunikasi dan pembinaan kurikuler.

2) Pelaksanan kurikulum tingkat kelas Pembagian tugas guru harus diatur secara administrasi untuk menjamin kelancaran pelaksanaan kurikulum lingkungan kelas.

Pembagian tugas tugas tersebut meliputi tiga jenis kegiatan administrasi, yaitu pembagian tugas mengajar, pembagian tugas- tugas pembinaan ekstrakurikuler dan pembagian tugas bimbingan belajar.27

b. Tahap-Tahap Pelaksanaan Kurikulum

Implementasi/pelaksanaan kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan program, pelaksanaan prembelajaran dan evaluasi.

Seperti dijabarkan di bawah ini:

1) Pengemban Pembelajaran Pengembangan program mencakup program tahunan, semester atau catur wulan, bulanan, mingguan, dan harian. Selain itu ada juga program bimbingan dan konseling atau program remedial

27 Ibid, 105

38

2) Pelaksanaan Pembelajaran Pada hakikatnya pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik tersebut

3) Evaluasi Proses Evaluasi proses dilaksanakan sepanjang proses pelaksanaan kurikulum catur wulan atau semester serta penilaian akhir formatif dan sumatif mencakup penilaian keseluruhan secara utuh keperluan evaluasi pelaksanaan kurikulum.28

Implementasi merupakan ungkapan yang berasal dari bahasa Inggris “toimplement”, yang biasanya mengacu pada pelaksanaan dan pemenuhan suatu konsep atau kesepakatan yang sudah ada sebelumnya.

Proses implementasi ini merupakan suatu rangkaian langkah-langkah implementasi yang disusun secara

28 Rusman. Manajemen Kurukulum, Cet. 3. Jakarta: Rajawali Press.

2011, hlm. 238

39

sistematis yang mencakup langkah-langkah seperti input, proses, dan output.29

Berdasarkan hasil yang diperoleh peneliti dapat dikatakan bahwa proses penerapan manajemen sekolah di SDIT Al Ikhlas Mantren berjalan dengan baik. Hal ini tercermin dalam pengamatan berikut:30

Pertama, pada tahap induksi, kepala sekolah bertemu secara rutin dengan staf sekolahnya dan juga mengadakan diskusi dengan wali siswa setiap semester.

Dalam refleksi tersebut, kepala sekolah aktif menerima kritik, saran, dan masukan yang membangun dari siswa dan masyarakat.

Kedua, pada tahap proses, kepala sekolah mengambil langkah nyata untuk melaksanakan saran dan masukan dari siswa sekolah dan masyarakat.

Implementasinya diawasi secara ketat oleh kepala sekolah dan partisipasi aktif masyarakat sangat penting untuk mendukung proses ini. Masyarakat juga

29 Efriani , Nur Ahyani , Ahmad Hussein Fattah. Implementasi Manajemen Sekolah untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan di Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jurnal Pamator, Volume 14 No 2, Oktober 2021 Hlm. 117-121, https://journal.trunojoyo.ac.id/pamator

30 Ibid, 32

40

berpartisipasi dengan memberikan dukungan baik dalam bentuk dukungan energi maupun finansial.

Ketiga, hasil yang dicapai pada tahap hasil meningkatkan keselarasan antara sekolah dan masyarakat serta meningkatkan keberhasilan siswa di berbagai bidang. Hal ini membantu meningkatkan kualitas pengajaran di sekolah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan kepemimpinan berbasis sekolah di SDIT Al Ikhla Mantren memberikan dampak positif yang nyata dalam meningkatkan hubungan sekolah dengan masyarakat serta menciptakan prestasi siswa yang lebih baik secara menyeluruh.

Implementasi kemudian dapat dijelaskan sebagai suatu kegiatan yang menyediakan sarana atau sumber daya yang memungkinkan terlaksananya suatu kegiatan yang mempunyai akibat atau pengaruh tertentu terhadap hal lain. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memastikan bahwa dampak atau akibat tersebut dapat terjadi dan terwujud. Contoh dampak atau akibat tersebut dapat berupa pelaksanaan undang-undang, pelaksanaan peraturan pemerintah, pelaksanaan keputusan hukum, atau pelaksanaan kebijakan yang

41

dibuat oleh instansi pemerintah yang berkaitan dengan urusan pemerintahan.31

Dalam konteks ini, “seperangkat tindakan yang dilakukan oleh individu (atau kelompok) baik di sektor publik maupun swasta dengan tujuan mencapai tujuan yang ditetapkan dalam dokumen tersebut. dokumen, keputusan kebijakan dibuat sebelumnya.”32 Implementasi adalah proses membangun hubungan yang memfasilitasi transformasi tujuan kebijakan menjadi hasil nyata melalui tindakan pemerintah.

Dengan kata lain, tugas implementasi adalah menciptakan “sistem penyampaian kebijakan” dimana berbagai cara dan metode dirancang dan digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.33

Implementasi sebagai “proses penerapan suatu keputusan kebijakan yang berprinsip, seringkali dalam bentuk undang-undang, meskipun dapat juga dalam bentuk perintah eksekutif penting atau keputusan pengadilan. Keputusan tersebut biasanya

31 AG. Subarsono, Analisis Kebijakan Publik : Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 99

32 Ibid., hlm. 100

33 Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, (Jakarta : UI Press, 2011), hlm. 149

42

mengidentifikasi suatu permasalahan yang harus ada.

ditangani, mengartikulasikan tujuan jelas yang ingin dicapai, dan memberikan panduan tentang berbagai langkah yang diperlukan untuk mengatur dan melaksanakan proses aplikasi.34

Proses ini melibatkan serangkaian langkah yang telah ditentukan, biasanya dimulai dari tahap penyusunan undang-undang, kemudian dicapai hasil politik berupa implementasi keputusan lembaga pelaksana, adopsi dan implementasi keputusan oleh kelompok sasaran, sebenarnya dampak yang timbul (baik hasil yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan) dari hasil tersebut, persepsi badan pengambil keputusan terhadap keputusan mengenai dampaknya dan, yang terakhir, tindakan perbaikan (atau upaya perbaikan) yang relevan terhadap undang- undang, peraturan, atau keputusan yang berlaku.35

Implementasi merupakan perpanjangan dari aktivitas relasional.36 Implementasi adalah rekayasa.37

34 Solichin Abdul Wahab, Evaluasi Kebijakan Publik, (Malang : Penerbit FIA.UNIBRAW dan IKIP Malang, 2011), hlm. 69

35 Ibid., hlm. 69-70

36 Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta : Ciputat Pers, 2014), hlm. 70

43

Implementasi kurikulum didefenisikan sebagai “a process of putting the curriculum to work.”38 Implementasi kurikulum didefenisikan sebagai sebagai

the putting into practice of an idea, program or set of activities which is new to the individual or organizational using it.”39

Implementasi kurikulum adalah suatu upaya untuk mentransformasikan gagasan, konsep, dan nilai yang terkandung dalam kurikulum tertulis menjadi tindakan nyata, dan hasil dari implementasi kurikulum tersebut tercermin dalam pembelajaran di kelas, artinya di dalam kelas pembelajaran merupakan implementasi dari kurikulum tertulis.40 Operasionalisasi konsep kurikulum yang masih bersifat tertulis menjadi aktual ke dalam kegiatan pembelajaran.41

37 Ibid., hlm. 71

38 G.A. Beuchamp, Curriculum Theory, (Wilmette Illionis: The Kagg Press, 2010), hlm. 164.

39 Jhon P. Miller dan Wayne Seller, Curriculum Perspectives and Practice (Longman New York: John D. Mc. Neil, 2010), hlm. 246

40 Hamid Hasan, Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, (Bandung : PT.

Remaja Rosda Karya, 2012), hlm. 11

41 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: UPI Press, 2012), hlm. 123

44 2. Manajemen

Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengelola. Pengelolaan dilakukan melalui proses dan dikelola berdasarkan urutan dan fungsi- fungsi manajemen itu sendiri.42 Manajemen sumber daya diterapkan untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia dan koordinasi yang efektif untuk mencapai tujuan yang direncanakan. Manajemen sering digambarkan dalam tiga konteks berbeda: sains, sains, dan profesi.

Manajemen dianggap sebagai ilmu karena didasarkan pada pengetahuan sistematis yang berupaya memahami alasan mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Mary Parker Follet menganggapnya sebagai tipuan karena manajemen mencapai tujuan melalui metode dan cara mengatur orang lain untuk menyelesaikan tugas. Terakhir, manajemen juga dianggap sebagai profesi karena melibatkan keterampilan khusus manajer untuk mencapai prestasi

42 Rohiat, Manajemen Sekolah (Bandung: Refika Aditama, 2012), 14

45

tertentu dan profesional di bidangnya harus mengikuti kode etik tertentu.43

Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang bekerja sama secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepemimpinan merupakan faktor kunci yang mempengaruhi kelangsungan dan keberhasilan suatu lembaga pendidikan. Oleh karena itu, penting bagi lembaga pendidikan Islam seperti sekolah melakukan pengelolaannya dengan pendekatan modern dan profesional agar berhasil dalam proses pendidikan.44

Untuk meningkatkan manajemen sekolah, ada beberapa aspek yang harus dibenahi, antara lain manajemen sumber daya manusia, manajemen kurikulum, manajemen kesiswaan, manajemen keuangan, manajemen administrasi, manajemen konstruksi, hubungan masyarakat, dan manajemen kolaboratif.

43 Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2008), 1

44 Jamal Ma’mur Asmani, Kiat Melahirkan Sekolah Unggulan (Yogjakarta: Diva Press, 2013), 85

46 3. Manajemen Kurikulum

Menurut Abudin Nata, secara umum pengertian kurikulum ini dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu pengertian kurikulum secara sempit45 dan luas.46 Kurikulum, dalam arti sempit adalah kurikulum yang terdiri dari beberapa mata pelajaran yang disusun secara sistematis yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu.47 Abdurrahman Shalih menyatakan bahwa kurikulum adalah kumpulan mata pelajaran yang sistematis dan terkoordinasi yang bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan yang direncanakan.48

45 Menurut Nata Abudin, pengertian kurikulum yang sempit erat kaitannya dengan konteks ruang dan waktu tertentu, dimana fokus utama kurikulum pada saat itu adalah pada mata pelajaran dan penggunaan media. Namun seiring perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat, terjadi perubahan penting dalam kurikulum. Dalam konteks pendidikan yang lebih modern, pengertian kurikulum menjadi jauh lebih komprehensif, lebih komprehensif dan lebih inklusif terhadap berbagai bidang pengajaran serta lebih berorientasi pada pencapaian tujuan pendidikan. Pengertian Abudin Nata ini dianggap sebagai pengertian kurikulum yang lebih luas. Pustaka: Muhammad Irsad, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Madrasah (Kajian Pemikiran Muhaimin)”, Iqra', Vol. 2 n-ro 1 (November 2016), lk 237.

46 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, 122

47 Crow and Crow, Pengantar Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1990), 75

48 Abdurrahman Shalih Abdullah, Educational Theory a Qur’anic Outlook (Makkah al-Mukaromah: Umm al-Qura University, t.t.), 123

47

Pembahasan mengenai lembaga pendidikan khususnya sekolah memang selalu menarik dan tidak ada habisnya. Sebab, manajemen merupakan bagian penting dalam berbagai lembaga pendidikan, termasuk lembaga pendidikan. Kepemimpinan memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan organisasi, meskipun tidak selalu dilaksanakan. Kurikulum merupakan bagian penting dari pendidikan dan ketika diterapkan, kurikulum menjadi sesuatu yang jauh lebih kompleks dari sekedar kurikulum atau program yang telah disepakati sebelumnya.

Implementasi kurikulum melibatkan proses yang dilakukan secara individual oleh guru dan seringkali merupakan upaya kolektif sekolah untuk mengembangkan keterampilan siswa. Manajemen instruksional mengacu pada semua pengalaman pendidikan yang diberikan sekolah kepada siswa, baik di dalam kelas maupun di luar sekolah. Siswa mengalami berbagai kegiatan belajar, seperti keterampilan belajar, olah raga, seni, dan latihan laboratorium. Dalam beberapa hal, kurikulum diartikan sebagai kurikulum atau program yang memuat materi

48

yang akan diajarkan kepada siswa, dan sering kali mengacu pada buku teks yang digunakan dalam proses pembelajaran.49

4. Kurikulum Integratif

Kurikulum mengacu pada daftar mata pelajaran atau rangkaian mata pelajaran yang diajarkan di suatu lembaga pendidikan atau yang berkaitan dengan disiplin ilmu tertentu.50

Sedangkan Integratif adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat.51 Dalam konteks penelitian kurikulum terpadu, istilah ini merujuk pada menghubungkan atau mempertemukan. Artinya Integratif kurikulum sekolah dalam kurikulum sekolah merupakan upaya pemutakhiran, harmonisasi dan penyesuaian materi dan pengalaman belajar dua lembaga yang kurikulumnya berbeda agar dapat diIntegratifkan dalam pengajaran formal sekolah.

Secara umum dalam merencanakan kurikulum harus memperhatikan kebutuhan masyarakat, karakteristik

49 Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah (Jakarta:

Renika Cipta, 2004), 32-33

50 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Luar Jaringan Kata Kurikulum

51 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke 4 (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011), hlm 541

49

peserta didik dan ruang lingkup ilmu menurut tingkat keilmuannya.

Dengan kualitas tersebut, mahasiswa mempunyai dua pilihan: melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi atau memasuki dunia kerja dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam menyusun kurikulum harus memperhatikan aspek tujuan, isi kurikulum, kegiatan pembelajaran, sumber daya yang digunakan, dan alat penilaian. Menurut Undang- Undang Sistem Pendidikan tahun 2003, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang mencakup tujuan, isi, bahan pembelajaran, dan cara menyelenggarakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum terpadu lahir dari upaya memadukan materi berbagai mata pelajaran menjadi satu kesatuan yang utuh.

Namun, yang lebih penting bukan hanya format kurikulum ini, namun juga tujuannya. Dengan mengIntegratifkan mata pelajaran, siswa diharapkan dapat mengembangkan Integratif, yaitu kemampuan menghubungkan apa yang mereka pelajari di sekolah dengan kehidupan sehari-hari di luar sekolah. Kelas

50

memberikan siswa kesempatan untuk mengatasi berbagai tantangan yang mereka hadapi di luar sekolah.

Dokumen terkait