• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

9. Demokrasi

Istilah "demokrasi" berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem "demokrasi" di banyak negara.

Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi adalah corak pemerintahan yang menjamin kemerdekaan dan persamaan, masalah kemerdekaan berpikir dan mengeluarkan pendapat, kemerdekaan berapat dan berkumpul, kemerdekaan mengatur diri sendiri yang dilandasi corak pemerintahan. ( Depdikbud, 2002: 249 ).

Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.

Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam suatu negara (umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias

politica) dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.

Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk rakyat.

Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable), tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut.

10. Aspirasi dan Kebebasan Berpendapat

Secara definitif, konsep aspirasi mengandung pengertian di tingkat ide. Di tingkat ide, konsep aspirasi berarti sejumlah gagasan verbal dari lapisan masyarakat mana pun. Gagasan itu dapat berupa suatu ide yang membangun yang sifatnya bernilai positif dan membawa perubahan kearah yang lebih baik dari pada sebelumnya. Menurut

Daryanto (1998) aspirasi adalah harapan akan keberhasilan pada masa yang akan datang.

Kebebasan menyatakan pendapat adalah hak bagi warga negara yang wajib dijamin undang-undang dalam sebuah sistem politik demokratis. Kebebasan ini diperlukan karena kebutuhan untuk menyatakan pendapat senantiasa muncul dari setiap warga negara dalam pemerintahan terbuka saat ini. Dalam masa teransisi menuju demokrasi saat ini, perubahan-perubahan politik, sosial, ekonomi, budaya, agama, dan teknologi sering kali menimbulkan persoalan bagi warga maupun pada masyarakat pada umumnya.

Jika persoalan tersebut dapat merugikan hak-hak warga negara, atau warga negara berharap agar kepentingan dipenuhi oleh negara, dengan sendirinya warga negara berhak untuk menyampaikan keluhan secara langsung maupun secara tidak langsung kepada pemerintah, warga negara dapat menyampaikan kepada pejabat, seperti urah, camat, Bupati, anggota DPRD/DPR, atau bahkan presiden, baik melalui pembicaraan langsung, surat, media massa, atau penulisan buku. Misalnya, jika seorang petani merasa dirugikan oleh pemerintah daerah atau perusahaan swasta karena rumah atau lingkungan hidupnya rusak karena proyek pemerintah atau swasta itu, ia berhak melaporkan keluhan-keluhan tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada pemerintah dari yang paling rendah (lurah) maupun tertinggi (presiden) atau kepada wakil rakyat di lembaga legislatif.

Hak untuk menyampaikan pendapat ini wajib dijamin oleh pemerintah sesuai dengan undang-undang yang berlaku sebagai bentuk kewajiban negara untuk melindungi warga negaranya yang merasa dirugikan oleh tindakan pemerintah atau unsur swasta. Semakin cepat dan efektif cara pemerintah memberikan tanggapan, semakin tinggi pula kualitas demokrasi pemerintahan tersebut.

Kemerdekaan berpendapat adalah hak azasi manusia, dan di dalam negara demokrasi. Mengeluarkan pendapat dapat dilakukan secara perorangan maupun berkelompok namun harus dikeluarkan secara bertanggungjawab dan dibatasi oleh hak serta kebebasan orang lain, moral yang baik, serta selalu menjaga ketertiban dalam masyarakat.

Menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

11. Kritik

Di Indonesia istilah kritik pernah dihindari pemakaiannya karena dianggap terlalu destruktif, terlalu tajam, sangat menukik, dan sangat amat menyakitkan bagi orang yang di kritik. Hal itu terjadi karena mengkritik sering dipahami sebagai mencela atau mencari keburukan pihak yang di kritik. Dengan demikian, mengkritik membuat kesal pihak yang di kritik, setidaknya membuat pihak yang di kritik merasa rendah diri. Jadi mengkritik sendiri dipahami sebagai pekerjaan yang melukai seseorang

(pihak yang di kritik). Mereka yang menganggap seperti itu pada umumnya tidak memahami arti, asal-usul, dan sejarah tentang kritik.

Kritik adalah kecaman atau tanggapan kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya ( Depdikbud, 2002: 601).

Kata kritik sangat luas dipergunakan dalam berbagai hubungan di kalangan masyarakat dunia, seperti di lingkungan politik, pertahanan, ekonomi, sosial budaya, sejarah, musik, seni dan filsafat. Kata kritik berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata krinein, yang berarti’menghakimi’,’atau menimbang’. Kata krinein menjadi pangkal atau asal kata kriterion yang berarti’ dasar pertimbangan atau penghakiman’. Orang yang melakukan pertimbangan atau penghakiman disebut krites yang berarti” seorang hakim”, dan kritikos (dalam bahasa Indonesiakritikus) berarti’ hakim kesusastraan’.

Apabila kita membuka kamus bahasa asing, kini kita dapat menemukan kata: (1) kritik (critic) yang mempunyai bentuk criticism, (2) critica (kecaman, kupasan) (3) criticize (mencela, mengecam, mengupas (4)la critique(kupasan, telaah, tinjauan).

B. Kerangka Pikir

Berdasarkan pembahasan teoretis yang telah dikemukakan pada bagian tinjauan pustaka di atas, berikut ini diuraikan kerangka pikir yang melandasi penelitian ini.

Kritik merupakan sumbangan yang dapat diberikan oleh peneliti bagi pembinaan dan pengembangan seni maupun penikmat lagu.

Penelitian kritik khususnya analisis syair lagu, misalnya menganalisis politik dapat membantu menafsirkan sebuah karya seni membangun kritik yang komunikatif. Jadi kerangka pikir yang dijadikan acuan peneliti dalam penelitian ini, akan digambarkan dalam bentuk bagan berikut:

KERANGKA PIKIR

Karya Sastra

Intrinsik Ekstrinsik

Sosial

Aspirasi

Analisis

Demokrasi Kritik

Temuan

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian

Suharsimi, Arikunto (1992: 89) mendefinisikan variable sebagai gejala yang bervariasi. Gejala adalah obyek penelitian, sehingga yang dijadikan titik penelitian dalam suatu penelitian adalah variabel.

Adapun fokus penelitian ini adalah nilai sosial dalam syair lagu

surat buat wakil rakyat”.

2. Desain Penelitian

Kegiatan penelitian merupakan suatu proses yang sistematis untuk memecahkan masalah, dengan dukungan data sebagai landasan dalam mengambil kesimpulan. Penelitian bukan hanya merupakan proses sistematis, melainkan juga dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.

Untuk memperoleh kesimpulan penelitian, maka diperlukan formulasi atau desain yang diniscayakan menjadi strategi mengatur arah penelitian. Dengan demikian, desain penelitian diharapkan mampu menjadi langkah- langkah atau tahap yang harus ditempuh dalam melaksanakan penelitian.

Adapun desain yang penulis susun dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut; langkah awal dengan pemahaman terhadap hasil-hasil penelitian yang relevan dengan judul dengan maksud agar penelitian ini dapat dilaksanakan secara maksimal. Dilanjutkan dengan

30

mengadakan studi kepustakaan, guna mengidentifikasi pemilihan dan perumusan masalah penelitian; menyediakan fokus penelitian yang relevan melalui penelaahan pustaka; menyusun dan merumuskan hipotesis, dan memberikan definisi operasional fokus penelitian, sedangkan langkah berikutnya adalah metode penelitian.

Penggunaan metode ini diartikan sebagai prosedur untuk menyelidiki masalah dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang menyertainya.

B. Defenisi Operasional Variabel

Definisi istilah merupakan batasan istilah atau pendefenisian fokus penelitian dalam bentuk yang lebih lugas dan konkret sehingga tidak menimbulkan bias yang membingungkan.

Definisi operasional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kajian terhadap nilai sosial, aspirasi, kritik

C. Data dan Sumber Data 1. Data

Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterangan atau buah nyata yang dapat dijadikan kajian (analisis atau simpulan). Data yang dimaksud adalah menyangkut nilai sosial yang terdapat dalam syair lagu Iwan Fals.

2. Sumber Data

Dengan demikian data dalam penelitian ini adalah syair lagu Iwan Fals yang berjudulsurat buat wakil rakyat.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dalam rangka penulisan proposal ini, diperoleh dalam melakukan penelitian pustaka (library research). Yakni mengumpulkan data referensi yang dianggap relevan dengan orientasi penelitian. Berikut ikhtisar pengumpulan data yang dimaksud:

1. Dokumentasi dengan mengumpulkan data melalui sumber tertulis.

2. - Mengumpulkan data melalui penelitian pustaka;

- Membaca sejumlah buku dan tulisan yang relevan dengan objek kajian;

- Mencatat bagian yang dianggap relevan sebagai data (yang dianggap sebagai nilai).

E. Teknik Analisis Data

Berdasarkan uraian di atas, maka data dianalisis berdasarkan sosiologi dan pendekatan objektif. Nilai sosial digambarkan secara langsung maupun secara tidak langsung melalui dua pendekatan yang digunakan. Pendekatan secara sosiologi memandang syair lagu sebagai suatu kesatuan sedangkan pendekatan objektif menganalisis atau menelaah karya dari segi nilai sosial yang dijadikan acuan penelitian, meliputi:

1. Membaca berulang-ulang dan memahami syair lagu Iwan Fals;

2. Mentranskripsikan data rekaman syair lagu Iwan Fals ke dalam ragam tulis;

3. Menelaah seluruh data yang diperoleh berupa nilai sosial dalam syair lagu Iwan Fals;

4. Mengungkapkan aspek-aspek nilai sosial yang terkandung dalam syair lagu Iwan Fals;

5. Mendeskripsikan aspek-aspek nilai sosial dalam syair lagu Iwan Fals;

6. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data berupa nilai sosial yang telah diamati sebagai hasil penelitian;

7. Bila hasil penelitian sudah dianggap sesuai, maka hasil tersebut dianggap sebagai hasil akhir.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan (dkk). 1994.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Aminuddin. 1987.Pengantar Apresiasi Seni dan Sastra. Bandung: Sinar Baru.

Arsyad, Midar. 1999.Pengajaran Apresiasi Sastra. Jakarta: Rajawali.

Bahari, Gusno. 2008. Analisis nilai-nilai moral pada syair lagu yang terdapat dalam album Munajat Cinta karya Ahmad Dhani: Skripsi. Makassar:

Universitas Muhammadiyah Makassar

Berry, David. 1974. Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Effendi, S. 1997.Bimbingan Apresiasi Puisi. Ende Flores: Nusa Indah.

Endaswara, Suardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widya Tama.

Jabrohim. (ed). 1994. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Masyarakat Poetika Indonesia.

Junaedie, Moha. 1992 a. Apresiasi Sastra Indonesia. Ujung Pandang: CV Putra Maspul.

Junaedi, Moha. 1992 b.Kritik Sastra Indonesia. Yogyakarta: Gama Media.

Kantaprawita, Rusadi. 1985. Sistem Politik Indonesia. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Marzuki. 2005.Metodologi Riset. Yogyakarta: Ekonosia.

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Pradopo, Djoko. 2003. Prinsi-Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Purwadarminta, W. J. S. 1992. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:

Erlangga.

Semi, M. Attar. 1992.Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

Setiadi, Elly. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Suhardi, Muljanto. 1992. Berbagai Pendekatan Sastra. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Suharianto. 1982.Dasar-Dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Duta.

Suharjo, Parto. 1996. Seni Musik dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Suryabrata, Parto. 1990.Psikologis Kepribadian. Jakarta: Rajawali.

Syafiie dan Azhari. 2008.Sistem Politik Indonesia.Bandung: Refika Aditama Wellek, Rene dan Warron Austin. 1990.Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Widjaja, A. W. 1986. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: CV Akademika Presindo.

Zainuddin. 1991.Seluk-Beluk Pendidikan dari Al Ghazali. Jakarta: Bumi Aksara

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan secara mendetail hasil penelitian syair lagu surat buat wakil rakyat karya Iwan Fals dan menjelaskan pada bukti-bukti konkrit yang diperoleh dari hasil analisis data yang merupakan hasil penelitian.

A. Penyajian Hasil Analisis

Agar dapat menanggapi semua masalah di dalam penelitian, sebaiknya sesuatu bahan penelitian dicermati dan dipahami secara konsekuen permasalahan yang menjadi fokus penelitian tersebut.

Musisi adalah pekerja seni dalam dunia musik yang menyapa pendegar dan penggemarnya dengan lirik-lirik lagu. Teks lirik lagu yang dituliskan oleh sorang musisi merupakan teks sastra, dan ketika lirik lagu itu dinyanyikan merupakan aktivitas seni yang memadukan kekuatan teks sastra dan alunan musik di atas panggung seni yang dipersembahkan kepada pendengar.

Seorang musisi tentu selalu menjadikan musik sebagai media untuk menuturkan apa yang menjadi bahasa batinnya dengan memakai instrumen musik untuk memahamkan setiap pendengar dan penggemar. Musik tersebutlah yang menjadi unsur terpenting estetika dalam dunia musik yang membedakannya dengan dunia seni yang lain.

Data yang akan disajikan pada bagian ini adalah data yang memuat nilai sosial sebagai salah satu unsur pembentuk lagu tersebut. Berdasarkan pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis syair lagusurat

34

34

buat wakil rakyat maka diharapkan dapat mengungkap nilai sosial secara terperinci dan jelas. Nilai sosial yang dimaksud adalah demokrasi, aspirasi, kritik.

1. Nilai Demokrasi

Demokrasi adalah corak pemerintahan yang menjamin kemerdekaan dan persamaan, masalah kemerdekaan berpikir dan mengeluarkan pendapat, kemerdekaan berapat dan berkumpul, kemerdekaan mengatur diri sendiri yang dilandasi corak pemerintahan.

Demokrasi Sosialis adalah lanjutan perjuangan rakyat terlindas dengan syarat-syarat dan dalam bentuk-bentuk baru melawan kaum kapitalis yang ada di dalam negeri dan melawan kekuatan agresif dunia kapitalis yang melingkupinya.

Teks lagu surat buat wakil rakyat karya Iwan Fals merupakan bagian karya sastra, bahkan dapat disebut teks sastra sebelum masuk ke wilayah seni musik. Teks syairsurat buat wakil rakyat merupakan lieterer sastra yang sarat dengan nilai sosial pada aspek demokrasi. Nilai demokrasi ini terdapat pada bait pertama lirik lagu surat buat wakil rakyat yang akan dikutipkan sebagai berikut:

“untukmu yang duduk sambil diskusi untukmu yang biasa bersafari

disana di gedung DPR”

Pada kutipan di atas menggambarkan adanya asas dan nilai demokrasi yang dijadikan sebagai payung dan media dalam berdiskusi. Apa yang

dilakukan oleh anggota dewan dan yang tersaji pada teks lagu di atas memberikan pandangan yang harus diamati bahwa nilai-nilai demokrasi yang kita anut masih menjadi roh di kalangan legislatif kita dalam menjalankan bentuk kegiatan politik.

Pembahasan di atas setidaknya dapat memberikan kita kerangka pandang yang masih harus kita uji secara ketat dengan menggunakan indikator analisis ilmiah secara kritis, bahwa dalam setiap lirik lagu Iwan Fals merupakan pola-pola yang terkonstruk secara moderen sehingga pemaknaannya dapat dirasakan lebih dekat.

Nilai demokrasi yang serupa dengan di atas dapat pula kita lihat pada kutipan syair berikutnya.

saudara dipilih bukan di lotere meski kami tak kenal siapa saudara kami tak sudi memilih para juara juara diam juara he eh juara hahaha

Apa yang tersaji pada kutipan di atas memperjelas bahwa nilai demokrasi yang selama ini kita jadikan sebagai media dalam berpolitik masih memiliki kekuatan yang begitu sangat besar dan mendapat banyak perhatian dari segenap lapisan masyarakat. Hal itu tergambar pada proses pemilihan calon anggota dewan yang dilaksanakan dalam suatu rangkaian sosial politik yang kita sebut dengan istilah pemilihan umum untuk memilih wakil-wakil rakyat yang nantinya akan duduk di lembaga legislatif, seperti yang telah baru-baru ini kita lewati bersama.

2. Nilai Aspirasi

Aspirasi adalah harapan akan keberhasilan pada masa yang akan datang

“Dihati dan lidahmu kami berharap

Suara kami tolong dengar lalu sampaikan”

( Surat Buat Wakil Rakyat, Iwan Fals: 1987 )

Kutipan di atas merupakan bentuk ungkapan pengarang agar kiranya anggota dewan membuka ruang yang selebar-lebarnya untuk mendengarkan aspirasi dan pendapat yang ingin dikatakan oleh rakyat, mengenai apa yang dirasakan dan apa yang diinginkan oleh rakyat. Penjelasan di atas menggambarkan adanya suatu harapan besar serta cita-cita luhur yang diinginkan oleh pengarang untuk menjadikan DPR sebagai lembaga yang membuka diri untuk mau mendengarkan keluhan-keluhan rakyat serta menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dalam segala bentuk kegiatan politik.

Nilai yang serupa dengan di atas dapat pula kita lihat pada kutipan syair berikutnya.

“Jangan ragu jangan takut karang menghadang Bicaralah yang lantang jangan hanya diam”

Kutipan ini juga adalah merupakan bentuk aspirasi yang menyerukan kepada anggota dewan agar jangan takut mengambil keputusan bilamana keputusan itu adalah keputusan yang benar-benar memperjuangkan aspirasi dan hak-hak rakyat. Jangan takut berbuat jika apa yang kita lakukan itu adalah sebuah kebenaran dan jangan hanya duduk diam berpangku tangan

melihat kebatilan dan kejahatan yang ada didepan mata. Berteriaklah dengan lantang tentang kebenaran yang kau lihat meski badai mengancam.

Penjelasan di atas memberikan pelajaran yang berarti tentang keberanian dan ketegaran dalam menghadapi kondisi yang akan terjadi dikemudian hari. Hal ini tentunya akan terwujud jika kita mempunyai tekad kuat yang dilandasi dengan niat tulus untuk berbuat baik yang menuju sebuah kebenaran yang dicita-citakan bersama memperbaikia kesejahteraan sosial demi kehidupan damai, bahagia dan sejahtera.

3. Kritik

Kritik adalah kecaman atau tanggapan kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya.

“Wakil rakyat seharusnya merakyat Jangan tidur waktu sidang soal rakyat”

Bait terakhir yang tersusun dari empat baris lirik lagu adalah merupakan ungkapan kata yang mengandung makna kritikan terhadap kinerja dewan yang tidak sesuai dengan harapan rakyat. Apa yang dilihat oleh sang pengarang membuatnya khawatir atas segala bentuk kerja-kerja dewan yang tidak mencerminkan sebagai sosok legislator yang profesional. Dari kekhawatirannya itu menimbulkan sebuah kepekaan jiwa kritik sebagai manifestasi atas segala keresahan jiwanya. Anggota dewan yang tidur pada sidang berlangsung merupakan bentuk kritikan seorang pengarang terhadap ketidakpuasan kinerja dewan.

Fungsi estetika sastra pada bait lagu di atas lebih cenderung dekat dengan bahasa jiwa sehingga kekuatan pengungkapan maknanya terasa keras dirasakan oleh yang mendengar lagu tersebut.

Bentuk kritikan lain yang serupa dengan yang di atas dapat kita lihat pada kutipan syair selanjutnya

“Wakil rakyat bukan paduan suara Hanya tahu nyanyian lagu setuju”

Kutipan di atas juga merupakan bentuk kritikan dari pengarang kepada anggota dewan yang cuma dianggap ikut-ikutan mengambil keputusan tanpa menganalisa terlebih dahulu apa yang sebenarnya menjadi substansi dari keputusan itu.

Imbas dari tidurnya anggota dewan yang tidur pada saat sidang berlangsung akhirnya menuai sebuah keputusan yang dilahirkan tanpa semua anggota dewan pro aktif dalam pengambilan keputusan tersebut.

Ketidakterlibatan anggota dewan yang tidur menggambarkan bahwa sebagian anggota dewan hanya tahu kata setuju dalam memutuskan kebijakan tanpa bisa memberikan sumbangsi pemikiran yang kreatif sebagai solusi.

Berdasarkan kutipan diatas pengarang menunjukkan kepekaan jiwa yang kritis yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran. Hal ini menunjukkan adanya semangat jiwa dan rasa sosial yang tinggi serta adanya tanggung jawab besar yang dimiliki oleh pengarang terhadap kondisi kehidupan yang terjadi di negara kita.

B. Pembahasan

Berdasarkan analisis data tersebut di atas, dapat diurai konklusi analisis bahwa syair lagu surat buat wakil rakyat mengandung nilai sosial yang disampaikan kepada pendengar. Setiap untaian kata yang ada dalam syair lagu tersebut saling berkaitan dan mudah dipahami dan lebih dominan dilihat sebagai ekspresi yang memiliki kekuatan politik yang sarat dengan fenomena sosial.

Faktor sosial pencipta lagu sangat memungkinkan menjadi alasan setiap bait lagu tersebut ditulis dengan merangkum setiap fenomena social yang terjadi di negeri ini.

Syair lagusurat buat wakil rakyat penuh dengan pesan-pesan politis yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan serta penuh dengan interpretasi makna sehingga penggunaan diksi pada syair lagu tersebut menimbulkan nuansa keindahan yang mengalir pada tiap-tiap baitnya. Nilai sosial dalam penelitian ini dibagi atas nilai demokrasi, aspirasi, kritik. Nilai tersebut didapatkan dengan cara mencermati dan membaca syair lagu.

Penggambaran syair lagu surat buat wakil rakyat intinya adalah memberikan pesan nilai sosial. Dari hasil analisi yang ditemukan, beberapa hal yang sangat mendasar terkait dengan nilai sosial antara lain. Pertama nilai demokrasi, internalisasi nilai demokrasi ini tercermin pada bait pertama yang mengarah pada kegiatan anggota dewan yang duduk sambil diskusi dan bersafari di gedung DPR. Penggambaran dari aktivitas anggota dewan di atas menunjukkan adanya nilai-nilai demokrasi yang dijadikan

sebagai tumpuan dalam menjalankan kegiatan politik. Kedua nilai aspirasi, hal ini tergambar pada bait ketiga yang mengharapkan agar kiranya anggota dewan mendengarkan dan menjadikan aspirasi rakyat sebagai bahan kajian sebelum mengambil keputusan. Pesan yang diamanatkan oleh pengarang pada hal di atas adalah mengharapkan agar lembaga legislatif benar-benar berjalan sesuai dengan fungsinya. Ketiga, kritik yang tergambarkan dalam penggunaan bahasa yang kritis dan keras. Hal ini dapat dilihat pada bait terakhir yang mengkritik anggota dewan yang tidur pada saat sidang sedang berlangsung. Kepekaan jiwa sang pengarang terhadap fenomena politik melahirkan banyak kritik sosial terhadap para pemimpin di negeri ini, utamanya wakil rakyat yang duduk di legislatif.

Dokumen terkait