• Tidak ada hasil yang ditemukan

Despreading dan Pemulihan Data (Received Data)

Dalam dokumen Sistem Komunikasi Seluler tugas 1 (Halaman 108-139)

Sinyal hasil demodulasi kemudian dikalikan kembali dengan kode PN yang sama untuk mengembalikan sinyal asli (despreading process).

Output dari proses ini adalah data yang telah dipulihkan, yang siap digunakan oleh perangkat penerima.

A Data: Data biner yang dikirim oleh sumber A (misalnya, 1, 0, 1, 0).

A Codeword: Kode unik yang digunakan oleh sumber A untuk meng-encode datanya.

Data Code A Signal: Data dari A dikombinasikan dengan kode uniknya menggunakan operasi XOR (⊕), menghasilkan sinyal yang akan ditransmisikan.

B Data: Data biner yang dikirim oleh sumber B (misalnya, 0, 0, 1, 0).

B Codeword: Kode unik yang digunakan oleh sumber B untuk meng-encode datanya.

Data Code B Signal: Data dari B dikombinasikan dengan kode uniknya menggunakan operasi XOR (⊕), menghasilkan sinyal B.

Transmitted A+B Signal: Sinyal gabungan dari sumber A dan B ditransmisikan secara bersamaan.

Proses Decoding:

Di sisi penerima, data gabungan (Transmitted A+B Signal) akan dipisahkan kembali berdasarkan kode unik masing-masing pengguna.

Dengan menggunakan kode unik sumber A atau B, penerima dapat memulihkan data asli tanpa terganggu oleh data pengguna lain.

Makna Diagram

Diagram ini menunjukkan bagaimana CDMA bekerja:

Teknik ini memungkinkan transmisi simultan dari dua sumber (A dan B) tanpa interferensi karena masing-masing sumber memiliki kode unik.

Operasi XOR digunakan untuk menggabungkan data dengan kode sehingga sinyal menjadi unik dan dapat dipisahkan di sisi penerima.

A Data: Data biner yang ingin dikirim oleh sumber A (misalnya, 1 0 1 1).

A Codeword: Kode unik yang diberikan kepada sumber A (misalnya, 010011010011011).

Data ⊕ Code A Signal: Hasil operasi XOR antara data A dan codeword A. Operasi ini menghasilkan sinyal yang akan ditransmisikan oleh sumber A.

B Data: Data biner yang ingin dikirim oleh sumber B (misalnya, 0 0 1 0).

B Codeword: Kode unik yang diberikan kepada sumber B (misalnya, 1010101010101010).

Data ⊕ Code B Signal: Hasil operasi XOR antara data B dan codeword B, menghasilkan sinyal yang akan ditransmisikan oleh sumber B.

Transmitted A+B Signal: Sinyal gabungan yang ditransmisikan, merupakan hasil penjumlahan (secara matematis) dari sinyal A dan sinyal B.

1. Sinyal Gabungan (A+B Signal Received):

Penerima menerima sinyal gabungan yang berisi data dari kedua sumber (A dan B).

2. Codeword di Penerima:

Penerima menggunakan codeword milik sumber A untuk memisahkan data A dari sinyal gabungan.

3. Proses Decoding:

Sinyal gabungan dikalikan dengan codeword sumber A untuk memisahkan data asli.

Langkah decoding melibatkan beberapa proses, seperti:

Integrator Output: Mengintegrasikan hasil kalkulasi untuk mendapatkan nilai rata-rata.

Comparator Output: Membandingkan hasil integrasi untuk menentukan bit asli (0 atau 1).

4. Hasil Akhir:

Setelah proses decoding selesai, data asli dari sumber A berhasil dipulihkan.

Tujuan: Menunjukkan bagaimana sinyal dari sumber B dipulihkan di sisi penerima.

Elemen Utama: Hampir sama dengan Slide 2, namun menggunakan codeword B.

(A+B)*Code: Sinyal gabungan dikalikan dengan codeword B.

Integrator Output: Menunjukkan hasil integrasi dari sinyal setelah dikalikan dengan codeword B.

Comparator Output: Menentukan apakah bit yang dikirim adalah 0 atau 1. Dalam slide ini, perhatikan ada instruksi "Take the inverse of this to obtain B" yang menandakan hasil comparator perlu diinversikan untuk mendapatkan data B yang benar.

Tujuan: Mengilustrasikan apa yang terjadi jika penerima menggunakan codeword yang salah.

Elemen Utama:

A+B Signal Received: Sinyal gabungan yang diterima.

Wrong Codeword Used at Receiver: Penerima secara keliru menggunakan codeword yang salah.

Integrator Output: Output integrator tidak menghasilkan pola yang jelas karena codeword yang digunakan salah.

Comparator Output: Output comparator menghasilkan noise atau data yang tidak dapat diandalkan. Pesan "Wrong codeword will not be able to decode the original data!" menegaskan bahwa penggunaan codeword yang salah tidak akan menghasilkan data yang benar.

Kesimpulan Umum

Seri slide ini secara efektif menggambarkan prinsip dasar CDMA. Dengan menggunakan kode unik (codeword) dan operasi XOR, beberapa pengguna dapat berbagi media transmisi yang sama secara bersamaan. Sisi penerima dapat memulihkan data yang diinginkan dengan menggunakan codeword yang tepat.

Penggunaan codeword yang salah akan menghasilkan kegagalan decoding.

BAB 5

SISTEM SELULER

Propagasi Gelombang Radio Pada Sistem Seluler

1. Mekanisme Propagasi Gelombang Elektromagnetik Dalam Komunikasi Nirkabel

Bagaimana sinyal bergerak dari Base Station (BS) antenna ke Mobile User (MU) antenna melalui tiga fenomena utama:

1. Refleksi (Reflection)

o Terjadi ketika gelombang elektromagnetik mengenai permukaan suatu objek besar (misalnya gedung tinggi) dan dipantulkan.

o Contoh: Sinyal dipantulkan dari bangunan sebelum mencapai pengguna (MU).

2. Difraksi (Diffraction)

o Terjadi ketika gelombang melewati tepi suatu objek, seperti bangunan atau rintangan lainnya, dan menyebar ke area yang tidak memiliki jalur langsung (non-line-of-sight/NLOS).

o Contoh: Sinyal yang melewati tepi bangunan atau atap sebelum mencapai MU.

3. Hamburan (Scattering)

o Terjadi ketika gelombang bertabrakan dengan objek kecil atau kasar seperti pohon, kendaraan, atau dinding, sehingga menyebabkan penyebaran sinyal ke berbagai arah.

o Contoh: Sinyal menyebar akibat pantulan dari struktur kecil di lingkungan perkotaan.

Gambar-gambar dalam slide menunjukkan bagaimana sinyal mengalami refleksi, difraksi, dan hamburan dalam lingkungan dengan berbagai rintangan, seperti gedung dan kendaraan. Fenomena ini sangat penting dalam desain jaringan seluler karena mempengaruhi kualitas sinyal dan cakupan layanan komunikasi.

2. Mekanisme Propagasi Gelombang Radio

Bagaimana sinyal dari transmitter (pemancar) mencapai receiver (penerima) dengan melewati berbagai hambatan dalam lingkungan perkotaan.

Tiga mekanisme utama dalam propagasi gelombang radio yang ditunjukkan dalam gambar adalah:

1. Refleksi (Reflection) - R

o Terjadi ketika gelombang mengenai permukaan besar yang rata (misalnya dinding atau gedung) dan dipantulkan ke arah lain.

o Pada gambar, sinyal dipantulkan oleh bangunan sebelum mencapai penerima.

2. Difraksi (Diffraction) - D

o Terjadi ketika gelombang radio melewati tepi suatu objek, seperti sudut bangunan atau rintangan lainnya, lalu membelok ke area yang tidak memiliki jalur langsung ke pemancar.

o Pada gambar, sinyal mengalami difraksi di tepi bangunan sebelum mencapai penerima.

3. Hamburan (Scattering) - S

o Terjadi ketika gelombang bertabrakan dengan objek kecil atau kasar (misalnya pohon, kendaraan, atau permukaan tidak rata), menyebabkan penyebaran sinyal ke berbagai arah.

o Pada gambar, sinyal mengalami hamburan oleh objek hitam di tengah (mungkin pohon atau tiang) sebelum mencapai penerima.

Gambar ini menunjukkan bagaimana sinyal dapat sampai ke penerima meskipun ada berbagai hambatan, dengan cara dipantulkan, dibiaskan, atau dihamburkan. Ini adalah fenomena yang penting dalam perencanaan jaringan komunikasi nirkabel seperti Wi-Fi dan jaringan seluler.

3. Efek Propagasi Atmosferik

1. Rain Fading (Redaman oleh Hujan)

Tetesan air hujan dapat melemahkan sinyal radio pada frekuensi mikro (di atas 10 GHz).

Jika ukuran tetesan hujan sebanding dengan panjang gelombang sinyal, terjadi redaman signifikan hingga 20 dB/km atau lebih.

Efek ini sangat mengganggu terutama di daerah tropis dengan curah hujan tinggi.

Perlu diperhitungkan dalam desain jaringan nirkabel untuk meningkatkan keandalan sinyal.

2. Refraction by Air Layers (Refraksi oleh Lapisan Udara)

Ketika sinyal bergerak melalui lapisan udara dengan kepadatan berbeda, jalurnya bisa melengkung.

Penyebabnya adalah perubahan indeks bias akibat perbedaan suhu dan tekanan udara.

Refraksi dapat menyebabkan sinyal menyebar lebih jauh dari jangkauan normal atau menyimpang dari jalur yang diharapkan.

3. Ducting by Air Layers (Ducting oleh Lapisan Udara)

Fenomena ducting terjadi ketika gelombang radio terperangkap di antara dua lapisan udara dengan perbedaan kepadatan atau kelembapan.

Sinyal dapat dipandu di dalam saluran udara ini hingga ratusan kilometer (>>100 km), jauh melampaui jangkauan normal.

Ini menyebabkan efek propagasi tak terduga, seperti sinyal yang tiba-tiba muncul atau menghilang dalam waktu singkat.

4. Pengaruh Panjang Gelombang Terhadap Propagasi Sinyal Radio

Hubungan Panjang Gelombang dengan Frekuensi

Rumus dasar yang digunakan:

λ=CF\lambda = \frac{C}{F}λ=FC di mana:

o λ = panjang gelombang

o C = kecepatan cahaya (~3 × 10⁸ m/s)

o F = frekuensi dalam Hertz (Hz)

Contoh perhitungan untuk dua sistem komunikasi seluler:

o AMPS (Advanced Mobile Phone System) pada 870 MHz memiliki panjang gelombang 0.345 meter (13.6 inci).

o PCS-1900 (Personal Communications Service) pada 1960 MHz memiliki panjang gelombang 0.153 meter (6 inci).

o Semakin tinggi frekuensi, semakin pendek panjang gelombangnya.

2. Karakteristik Propagasi Berdasarkan Panjang Gelombang

Ukuran elemen antena biasanya dalam rentang 1/4 hingga 1/2 panjang gelombang.

Objek yang lebih besar dari panjang gelombang dapat memantulkan atau menghalangi sinyal RF. Misalnya:

o Bangunan tinggi dapat memantulkan sinyal dengan panjang gelombang lebih besar.

o Kendaraan atau struktur tertentu dapat menjadi penghalang untuk sinyal dengan panjang gelombang pendek.

Sinyal RF dapat menembus bangunan atau kendaraan jika terdapat celah atau lubang yang ukurannya sama atau lebih besar dari panjang gelombangnya.

o Contoh: Gelombang dengan panjang kecil lebih mudah masuk melalui jendela atau pintu.

5. Mekanisme Utama Dalam Propagasi Sinyal Seluler

1. Free Space Propagation (Propagasi Ruang Bebas)

Tidak ada refleksi atau penghalang di antara pemancar dan penerima.

Zona Fresnel pertama harus tetap bersih untuk menghindari gangguan.

Sinyal hanya mengalami pelemahan akibat penyebaran (spreading).

Redaman sinyal sekitar 20 dB per dekade (artinya setiap 10 kali lipat jarak, daya sinyal turun 100 kali).

2. Reflection (Refleksi) dengan Partial Cancellation

Sinyal dapat dipantulkan oleh permukaan datar seperti tanah, gedung, atau kendaraan.

Gelombang pantulan bisa 180° di luar fase dengan sinyal langsung, menyebabkan interferensi destruktif (pengurangan daya sinyal).

Meskipun ada pemantulan, sinyal tidak terlalu banyak mengalami atenuasi karena masih dapat diterima melalui jalur multipath.

Redaman sinyal lebih besar, sekitar 30-40 dB per dekade.

3. Knife-Edge Diffraction (Difraksi Pinggir Tajam)

Terjadi ketika jalur langsung terhalang oleh objek tajam seperti pegunungan, gedung tinggi, atau struktur besar lainnya.

Difraksi menyebabkan pelemahan tambahan karena sebagian sinyal tersebar dan sebagian besar hilang.

Persamaan matematis dapat digunakan untuk menghitung kehilangan sinyal akibat difraksi dalam kasus sederhana.

6. Difraksi Dalam Propagasi Gelombang Elektromagnetik

bagaimana suatu penghalang (obstacle) mempengaruhi penyebaran sinyal antara pemancar (TX) dan penerima (RX).

1. Parameter Difraksi (ν\nuν)

Parameter difraksi ν\nuν dihitung dengan rumus:

Dimana:

Nilai ν menunjukkan sejauh mana gelombang mengalami difraksi ketika melewati suatu rintangan.

2. Kehilangan Difraksi (Ld)

3. Interpretasi

Jika penghalang lebih rendah atau lebih jauh dari jalur propagasi sinyal, nilai ν kecil, dan kehilangan sinyal rendah.

Jika penghalang tinggi atau dekat dengan jalur propagasi, nilai ν besar, dan kehilangan sinyal meningkat drastis.

Untuk desain jaringan komunikasi, penting untuk meminimalkan penghalang agar mengurangi efek difraksi dan memastikan sinyal tetap kuat di penerima.

7. Efek Multipath

1. Multipath Propagation

Ketika sinyal dikirim dari pemancar ke penerima, sinyal tersebut dapat mencapai penerima melalui banyak jalur berbeda karena refleksi dari bangunan,

kendaraan, atau objek lain.

Akibatnya, beberapa versi sinyal yang sama tiba di penerima dengan fase dan waktu yang berbeda, menyebabkan gangguan konstruktif (penguatan) atau destruktif (pelemahan).

Efek ini disebut multipath fading.

2. Slow Fading

Terjadi dalam skala besar, ketika pengguna bergerak melewati daerah yang memiliki penghalang besar seperti gedung atau bukit.

Disebabkan oleh efek shadowing (sinyal terhalang oleh objek besar).

Perubahan sinyal terjadi secara perlahan saat pengguna bergerak.

3. Rapid Fading (Rayleigh Fading)

Terjadi dalam skala kecil, akibat perubahan fase dan interferensi antar sinyal dari berbagai jalur.

Sinyal mengalami penguatan atau pelemahan cepat dalam jarak yang kecil (orde setengah panjang gelombang, λ/2\lambda/2λ/2).

Contohnya:

o Pada 800 MHz, fading terjadi sekitar 7 inci.

o Pada 1900 MHz, fading terjadi sekitar 3 inci.

Fading ini terjadi dalam domain frekuensi dan waktu, serta memiliki kedalaman sekitar 10-15 dB.

4. Rayleigh Fading

Distribusi Rayleigh digunakan untuk memodelkan fading multipath tanpa jalur langsung (line-of-sight, LOS).

Fading yang terjadi disebut Rayleigh fades.

Fading ini sering terjadi dalam lingkungan perkotaan, di mana banyak refleksi dari gedung dan objek lain.

8. Distorsi

9. Fading

10. Fading Akibat Propagasi Multipath

1. Konsep Multipath Propagation

Sinyal yang dikirim oleh pemancar dapat mencapai penerima melalui beberapa jalur berbeda karena adanya hambatan seperti bangunan.

Dalam gambar ini, tidak ada jalur langsung antara pemancar dan penerima karena terhalang oleh bangunan.

Dua jalur utama yang memungkinkan sinyal sampai ke penerima:

o Diffracted wave (gelombang difraksi) → aaa

o Reflected wave (gelombang pantulan) → bbb 2. Interferensi antara Sinyal Multipath

Ketika dua sinyal dari jalur berbeda bertemu di antena penerima, mereka dapat berinterferensi dengan dua kemungkinan hasil:

1. Interferensi Konstruktif (Penguatan)

o Jika kedua sinyal aaa dan bbb sefase (in phase), maka sinyal akan saling memperkuat:

y=a+b

o Hal ini menghasilkan sinyal yang lebih kuat di penerima.

2. Interferensi Destruktif (Pelemahan)

o Jika kedua sinyal berbeda fase sebesar π\piπ (180° out of phase), maka mereka akan saling membatalkan:

y=0

o Fenomena ini disebut Complete Fading, di mana sinyal benar-benar hilang di penerima.

3. Dampak dalam Komunikasi Nirkabel

Fading multipath dapat menyebabkan variasi kekuatan sinyal yang signifikan.

Jika sinyal mengalami complete fading, maka penerima tidak dapat menerima informasi dengan baik, menyebabkan drop call atau gangguan komunikasi.

Oleh karena itu, teknik seperti diversity reception, equalization, atau MIMO (Multiple-Input Multiple-Output) digunakan untuk mengatasi masalah ini dalam sistem komunikasi modern.

11. Kanal Multipath Fading

1. Konsep Multipath Fading

Ketika sinyal dikirim dari pemancar (transmitter) ke penerima (receiver), sinyal dapat menempuh berbagai jalur berbeda karena adanya hambatan seperti bangunan, pepohonan, dan objek lainnya. Dalam gambar ini, terdapat empat jenis jalur

propagasi:

A: Direct Path → Sinyal langsung tanpa hambatan.

B: Reflection → Sinyal dipantulkan oleh permukaan bangunan atau tanah.

C: Diffraction → Sinyal mengalami pembelokan di sekitar tepi bangunan atau hambatan lainnya.

D: Scattering → Sinyal menyebar akibat objek kecil seperti pepohonan atau kendaraan.

Karena adanya jalur yang berbeda, sinyal yang tiba di penerima memiliki waktu tempuh, amplitudo, dan fase yang berbeda, yang bisa menyebabkan interferensi konstruktif (menguatkan sinyal) atau interferensi destruktif (melemahkan sinyal).

2. Pengaruh terhadap Sinyal Terima

Jika sinyal yang sampai sefase, maka akan menguatkan daya sinyal penerima.

Jika sinyal yang sampai berlawanan fase (out of phase), maka dapat menyebabkan pelemahan atau bahkan hilangnya sinyal (fading total).

Grafik di bagian bawah menunjukkan daya sinyal penerima (PR) terhadap waktu (t), yang mengalami naik-turun akibat efek multipath fading. Jika daya sinyal turun di bawah ambang batas penerimaan (PR_thres), maka komunikasi bisa mengalami gangguan atau terputus.

12. Model Respon Kanal Multipath

13. Efek Doppler

yaitu perubahan frekuensi sinyal yang diterima ketika pemancar (transmitter) atau penerima (receiver) bergerak.

Penjelasan Efek Doppler

Ketika sumber sinyal atau penerima bergerak relatif satu sama lain, frekuensi sinyal yang diterima berbeda dari frekuensi asli yang dipancarkan. Perubahan frekuensi ini disebut Doppler Shift.

Contoh sehari-hari:

Saat ambulans mendekati kita, suara sirenenya terdengar lebih tinggi (frekuensi meningkat).

Saat ambulans menjauh, suara sirenenya terdengar lebih rendah (frekuensi menurun).

Faktor yang Mempengaruhi Doppler Shift

1. Kecepatan relatif antara pemancar dan penerima

o Jika mendekat → frekuensi meningkat

o Jika menjauh → frekuensi menurun 2. Frekuensi atau panjang gelombang sinyal

o Sinyal dengan frekuensi lebih tinggi lebih terpengaruh oleh efek Doppler.

3. Arah pergerakan terhadap arah datangnya sinyal

o Jika bergerak sejajar dengan arah sinyal, efek Doppler maksimal.

o Jika bergerak tegak lurus, efek Doppler minimal.

14. Doppler Shift

Doppler Shift adalah perubahan frekuensi yang terjadi ketika penerima atau pemancar bergerak relatif terhadap satu sama lain.

Gambar ini menjelaskan dua kondisi Doppler Shift:

1. Doppler Shift Positif

o Terjadi ketika penerima (receiver) bergerak mendekati arah datangnya gelombang.

o Frekuensi sinyal yang diterima lebih tinggi dari frekuensi yang dipancarkan.

2. Doppler Shift Negatif

o Terjadi ketika penerima (receiver) bergerak menjauhi arah datangnya gelombang.

o Frekuensi sinyal yang diterima lebih rendah dari frekuensi yang dipancarkan.

Contoh Sehari-hari

Saat ambulans mendekati kita, suara sirenenya terdengar lebih tinggi → Doppler shift positif.

Saat ambulans menjauh, suara sirenenya terdengar lebih rendah → Doppler shift negatif.

15. Klasifikasi Fading Berdasarkan Doppler Spread

1. Slow Fading (Fading Lambat)

Perubahan karakteristik kanal komunikasi berlangsung lebih lambat dibandingkan dengan periode simbol sinyal yang dikirim.

Kondisi matematis:

o Coherence time (Tc) jauh lebih besar dari periode simbol (Ts):

Tc≫Ts

o Bandwidth sinyal (Bs) jauh lebih besar dari Doppler spread (Bd):

Bs≫Bd

Artinya, kanal komunikasi dianggap statis dalam beberapa interval simbol, sehingga efek fading tidak berubah secara cepat.

2. Fast Fading (Fading Cepat)

Perubahan karakteristik kanal terjadi dalam satu durasi simbol, sehingga sinyal yang diterima berubah dengan cepat.

Kondisi matematis:

o Coherence time (Tc) lebih kecil dari periode simbol (Ts):

Tc<Ts

Dalam fast fading, sinyal mengalami distorsi lebih cepat karena perubahan lingkungan (misalnya pergerakan objek atau penerima).

Kesimpulan

Slow Fading terjadi ketika kanal berubah perlahan dibandingkan periode simbol, sehingga sinyal tetap stabil untuk beberapa waktu.

Fast Fading terjadi ketika kanal berubah cepat, menyebabkan sinyal mengalami perubahan dalam satu periode simbol, yang dapat mengganggu kualitas

komunikasi.

16. Macrocell Propagation Model

 Model Empiris di Awal

Sebelum adanya model matematis yang kompleks, pemodelan propagasi sinyal dilakukan berdasarkan studi empiris, yaitu pengukuran langsung di lapangan untuk memahami bagaimana sinyal merambat di berbagai lingkungan.

 Kontribusi Okumura (1968)

Okumura melakukan pengukuran ekstensif dan mengembangkan model untuk path loss (kehilangan daya sinyal) dalam komunikasi nirkabel.

Model ini menggunakan hukum pangkat sederhana di mana eksponen (n) bergantung pada parameter seperti frekuensi, tinggi antena, dan kondisi lingkungan.

 Validitas Model Okumura

Berlaku untuk frekuensi antara 100 MHz – 1920 MHz.

Cocok untuk jarak komunikasi 1 km – 100 km, yang umumnya digunakan dalam komunikasi seluler makroseluler.

17. Model Semiemperis

Model semiemperis adalah kombinasi antara pengukuran empiris dan teori untuk memperkirakan bagaimana sinyal merambat dalam berbagai lingkungan. Faktor koreksi diperkenalkan untuk memperhitungkan pengaruh:

Terrain profile → Kondisi permukaan tanah

Antenna heights → Ketinggian antena pemancar dan penerima

Building profiles → Struktur bangunan di sekitar jalur propagasi

Road shape/orientation → Bentuk dan orientasi jalan yang bisa menghalangi atau memantulkan sinyal

Lakes, etc. → Pengaruh air dan elemen lingkungan lainnya Klasifikasi Model

1. Model untuk lingkungan luar ruangan (Outdoor):

o Okumura Model

o Hata Model (modifikasi dari Okumura)

→ Digunakan untuk pemodelan propagasi di lingkungan perkotaan, pinggiran kota, dan pedesaan.

2. Model untuk lingkungan dalam ruangan (Indoor):

o Saleh Model

o SIRCIM Model

→ Digunakan untuk pemodelan propagasi di dalam gedung atau area tertutup lainnya.

Outdoor Propagation: Menunjukkan menara BTS memancarkan sinyal ke kota dengan gedung, pohon, dan area terbuka, memperlihatkan pelemahan sinyal karena hambatan.

Indoor Propagation: Menunjukkan propagasi sinyal Wi-Fi di dalam bangunan, menghadapi dinding, furnitur, dan refleksi.

18. Microcells

Microcells adalah jenis sel dalam jaringan seluler yang memiliki cakupan lebih kecil dibandingkan macrocells. Berikut adalah poin-poin penting dari slide ini:

Ciri-ciri propagasi microcells

Memiliki karakteristik propagasi yang lebih ringan dibandingkan macrocells, artinya sinyal lebih stabil dan mengalami lebih sedikit gangguan.

Multipath delay spread kecil, artinya pantulan sinyal dari berbagai objek seperti bangunan atau kendaraan tidak terlalu signifikan, sehingga transmisi data bisa memiliki kecepatan yang lebih tinggi.

Banyak digunakan di daerah perkotaan yang padat, seperti pusat kota atau area dengan banyak pengguna seluler.

Street Microcells

Jika antena pemancar berada lebih rendah dari bangunan di sekitarnya, maka sinyal akan menyebar melalui jalan-jalan daripada langsung menembus

bangunan. Ini sering digunakan di lingkungan perkotaan dengan gedung tinggi.

Kesimpulannya, microcells sangat cocok untuk meningkatkan kapasitas jaringan di daerah dengan kepadatan pengguna yang tinggi, seperti pusat kota

19. Street Microcells

merupakan skenario propagasi sinyal dalam jaringan seluler di area perkotaan dengan jalan-jalan sempit.

Penjelasan isi slide:

1. Sebagian besar daya sinyal merambat sepanjang jalan

→ Artinya, sinyal cenderung mengikuti jalur jalan karena bangunan tinggi di sisi jalan membatasi penyebarannya ke arah lain.

2. Sinyal dapat mencapai penerima melalui jalur LOS (Line of Sight) jika berada di jalan yang sama dengan pemancar

→ Jika tidak ada penghalang (misalnya bangunan atau kendaraan), sinyal bisa langsung diterima tanpa gangguan.

3. Jika penerima berada di jalan yang berbeda, sinyal akan sampai melalui mekanisme propagasi tidak langsung

→ Sinyal dapat dipantulkan oleh dinding bangunan, difraksi di sudut jalan, atau tersebar melalui hambatan lainnya.

20. Model Rugi-Rugi Propagasi

21. Klasifikasi Daerah

22. Macrocell Dan Microcell

1. Cell Radius (Jari-jari Sel)

o Macrocell: Memiliki cakupan yang lebih luas, dari 1 hingga 20 km.

Cocok untuk area luas seperti pedesaan atau jalan tol.

o Microcell: Cakupannya lebih kecil, sekitar 0.1 hingga 1 km, biasanya digunakan di perkotaan atau area dengan kepadatan tinggi.

2. Tx Power (Daya Transmisi)

o Macrocell: Memiliki daya yang lebih tinggi, antara 1 hingga 10W, agar bisa menjangkau area yang lebih luas.

o Microcell: Daya lebih rendah, sekitar 0.1 hingga 1W, karena cakupannya lebih kecil.

3. Fading (Jenis Peredaman Sinyal)

o Macrocell: Mengalami Rayleigh fading, yaitu fluktuasi sinyal yang disebabkan oleh hambatan seperti bangunan dan pergerakan pengguna dalam lingkungan terbuka.

Dalam dokumen Sistem Komunikasi Seluler tugas 1 (Halaman 108-139)

Dokumen terkait