2.8 Analisa Hidrolika 26
2.8.2 Dimensi Saluran 28
Dimensi saluran menurut (Triatmodjo, 1993), harus mampu mengalirkan debit rencana atau dengan kata lain debit yang dialirkan oleh saluran (Qs) sama atau lebih besar dari debit rencana (QT). Hubungan ini ditunjukkan sebagai berikut:
Qs ≥ QT (2.19)
Debit suatu penampang saluran (Qs) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus seperti di bawah ini:
29
Qs = As . V (2.20)
Dimana:
Qs = Debit penampang saluran (m3/det)
A = Luas penampang saluran tegak lurus arah aliran (m2) V = Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran (m/det)
Berdasarkan (Triatmodjo, 1993), kecepatan rata-rata aliran di dalam suatu saluran dapat dihitung dengan menggunakan rumus Manning seperti di bawah ini:
(2.21) 1 32 121
S n R V
(2.22) p R As
Dimana:
V = Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran (m/det) n = Koefisien kekasaran Manning
R = Jari-jari hidrolis (m) S1 = Kemiringan saluran
As = Luas penampang saluran tegak lurus arah aliran (m2) P = Keliling basah saluran (m)
Tabel 2.6: Koefisien kekasaran manning (Triadmodjo, 1993)
No. Tipe Saluran Koefisien Manning (n)
1 Besi tuang lapis 0,014
2 Kaca 0,010
3 Saluran beton 0,013
4 Beton lapis mortar 0,015
5 Pasangan batu disemen 0,025
6 Saluran tanah bersih 0,030
7 Saluran dengan dasar batu tebing rumput 0,040
8 Saluran pada galian batu cadas 0,013
30 Tabel 2.7: Nilai Kemiringan Dinding Saluran Sesuai Bahan (Hardjosuprapto, M.1998).
No. Bahan Saluran Kemiringan Dinding (m)
1 Batuan cadas 0
2 Tanah lumpur 0,25
3 Lempung keras / tanah 0,5 – 1
4 Tanah dengan pasangan batuan 1
5 Lempung 1,5
6 Tanah berpasir lepas 2
7 Lumpur berpasir 3
Pada daerah-daerah yang telah diidentifikasi dan bermasalah, dilakukan perhitungan debit saluran drainase yang sudah ada (eksisting) dengan menggunakan persamaan Manning (Hardjosuprapto, 1998) dengan asumsi aliran mengalir penuh di saluran terbuka. Debit adalah luas penampang basah dikalikan dengan jari-jari hidrolis dipangkatkan dengan 2/3 dikalikan dengan akar kuadrat dari kemiringan saluran dibagi dengan koefisien kekasaran Manning.
2 1 3 2
1 1
S n R V
(2.23) Dimana:
Q = Debit (m3/det)
A = Luas penampang basah (m2) n = Koefisien kekasaran Manning R = Jari-jari hidrolis (m)
S = Kemiringan saluran
Lalu hasil tersebut dibandingkan dengan perhitungan debit limpasan berdasarkan intensitas hujan yang diperoleh dari analisis hidrologi dengan menggunakan persamaan Modifikasi Rasional (Hardjosuprapto, 1998). Debit adalah faktor konversi dikalikan dengan koefisien tampungan dikalikan dengan koefisien limpasan dikalikan dengan luas daerah pengaliran sungai.
31
F Cs C A I
Q .
(2.24) Dimana:
Q = Debit
F = Faktor konvensi, F = 1/360 untuk Q dalam F = 100/36 untuk Q dalam 1/det
Cs = Koefisien tampungan.
C = Koefisien limpasan A = Luas daerah aliran (Ha)
I = Intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam).
32 BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Bagan Alir Penelitian
Adapun untuk mengetahui tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1: Bagan Alir Penelitian Mulai
Perumusan Masalah
Data Primer :
1. Investigasi Survei
Kesimpulan dan Saran Selesai
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Data Sekunder :
1. Data Catchment Area Drainase
2. Data Curah Hujan Harian Maksimum
3. Tata Guna Lahan
Tahapan Analisa:
1. Analisa Curah Hujan Priode Ulang 2. Intensitas Curah Hujan Kala Ulang 3. Analisa Debit Banjir Kala Ulang Rencana 4. Analisa Dimensi Saluran Rencana
Evaluasi Eksisting dan Rencana
33 3.2. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian pada tugas akhir ini, lokasi wilayah studi diperlukan untuk mengumpulkan sejumlah informasi mengenai daerah serta lingkungan tempat atau lokasi penelitian. Lokasi penelitian merupakan salah satu daerah genangan banjir di kota Medan, yaitu berada di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan.
Gambar 3.2: Peta Lokasi Penelitian
34 3.2.1. Kondisi Umum Lokasi Studi
Adapun Lokasi studi pada tugas akhir ini diambil pada area drainase di kawasan Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kecamatan Medan Marelan dikarenakan di wilayah ini rawan terjadi genangan air. Pada lokasi yang diberi tanda lingkaran pada gambar 3.3 ini rawan terjadi genangan banjir akibat tidak mampunya saluran drainase menampung air pada saat musim penghujan, ketinggian banjir dapat mencapai 20 centimeter dengan durasi surutnya ±6 jam dan luas area genangan
±7500 m2. Data mengenai curah hujan harian maksimum wilayah Kecamatan Medan Marelan di kawasan Kelurahan Tanah Enam Ratus didapatkan melalui Stasiun Sampali.
Gambar 3.3: Skema aliran drainase 3.3. Batas-batas Daerah
Secara umum administratif batas-batas lokasi studi yaitu meliputi:
Sebelah barat : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
35
Sebelah Timur : berbatasan dengan Medan Labuhan
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Medan Helvetia
Sebelah Utara : berbatasan dengan Medan Belawan
3.4. Letak Geografis dan Tata Guna Lahan
Dilihat dari segi geografis, Kelurahan Tanah Enam Ratus terletak didalam wilayah Kecamatan Medan Marelan dan memiliki luas 7,43 Ha. Karena letaknya yang berbatasan dengan daerah-daerah lain sehingga pertumbuhan penduduk Kelurahan Tanah Enam Ratus sangat pesat dengan penyebaran penduduk merata disetiap daerahnhya. Penggunaan tanah pada lokasi studi adalah sebagai berikut:
Bangunan perumahan penduduk
Bangunan pertokoan
Bangunan pusat perbelanjaan
Bangunan rumah ibadah
Jalan beraspal
3.5. Jaringan Jalan dan Drainase
Jaringan jalan pada lokasi studi terdiri dari jalan utama tersebut mempunyai drainase yang ditempatkan pada kedua sisi jalan yaitu sisi kanan dan sisi kiri.
Sistem drainase terdiri dari dua macam saluran yaitu saluran primer dan saluran sekunder, dimana yang dimaksud saluran primer adalah saluran utama yang berada pada kedua sisi jalan dan saluran sekunder adalah saluran yang terdapat pada jalan-jalan gang. Saluran drainase utama merupakan drainase pengumpul. Dengan kurangnya perawatan terhadap drainase utama, maka dapat menyebabkan laju air yang mengalir cukup terganggu sehingga menimbulkan terjadinya banjir di beberapa titik.
3.6. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan semua informasi penelitian yang berguna dalam menganalisis hidrologi dan hidrolika pada lokasi penelitian.
Data-data tersebut berupa data lokasi penelitian dan data curah hujan tahun 2008
36 hingga 2017 yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Sampali.
3.6.1. Data Primer
Data primer didapat langsung dari lapangan dengan cara melakukan peninjauan atau pengamatan survei lapangan secara cermat dan memperhatikan keadaan yang ada di lapangan.
3.6.2. Data Sekunder
Data sekunder hujan harian maksimum tahun 2008 hingga 2017 yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Sampali.
3.7. Pengolahan Data
Pengolahan data untuk keperluan analisa drainase sebagai pengendalian banjir di Kecamatan Medan Marelan akan meliputi analisis hidrologi, yaitu:
a. Analisa curah hujan kala ulang b. Intensitas curah hujan kala ulang c. Analisa debit banjir kala ulang rencana d. Analisa dimensi saluran rencana
e. Evaluasi dimensi rencana dengan eksisting 3.7.1. Analisa Frekuensi Hujan
Distribusi frekuensi digunakan untuk memproses probailitas besaran curah hujan rencana dalam periode ulang. Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan hujan disamai atau dilampaui. Sebaliknya, kala ulang (return period) adalah waktu hipotetik dimana hujan dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui. Dalam hal ini tidak terkandung pengertian bahwa kejadian tersebut akan berulang teratur dalam kala ulang tersebut. Metode yang dipakai nantinya harus ditentukan dengan melihat karakteristik distribusi hujan daerah setempat.
37 3.7.2. Analisa Debit Rencana
Untuk menghitung debit rencana pada studi ini dipakai perhitungan dengan metode rasional. Metode rasional adalah salah satu metode untuk menentukan debit aliran permukaan yang diakibatkan oleh curah hujan yang umumnya merupakan suatu dasar untuk merancang debit saluran drainase. Adapun asumsi dari metode rasional adalah pengaliran maksimum terjadi kalau lama waktu curah hujan sama dengan lama waktu konsentrasi daerah alirannya.
38 BAB 4
ANALISA DATA
4.1. Analisa Curah Hujan Rencana
Analisa curah hujan rencana adalah analisa curah hujan untuk mendapatkan tinggi curah hujan tahunan tahun ke-n yang mana akan digunakan untuk mencari debit banjir rancangan. Jika dalam suatu area terdapat beberapa alat penakar atau pencatat curah hujan, maka dapat diambil nilai rata-rata untuk mendapatkan nilai curah hujan area. Untuk mendapatkan harga curah hujan area dapat dihitung dengan metode rata-rata seperti yang terlihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1: Data curah hujan harian maksimum dari stasiun sampali
Tahun Curah Hujan Harian Maksimum (mm)
2008 76
2009 87
2010 84
2011 60
2012 97
2013 78
2014 70
2015 69
2016 69
2017 73
N = 10 tahun Total = 763
Dari data curah hujan rata-rata maksimum tersebut kemudian dihitung pola distribusi sebenarnya dengan menggunakan perhitungan analisa frekuensi.
Distribusi sebaran yang akan dicari analisa frekuensinya antara lain adalah distribusi Log Pearson Tipe III dan distribusi Ej Gumbel.
4.2. Analisa Frekuensi
Analisa frekuensi adalah prosedur memperkirakan frekuensi suatu kejadian pada masa lalu ataupun masa yang akan datang. Prosedur tersebut dapat digunakan untuk menentukan hujan rancangan dalam berbagai kala ulang berdasarkan distribusi hujan secara teoritis dengan distribusi hujan secara empiris.
39 Hujan rancangan ini digunakan untuk menentukan intensitas hujan yang diperlukan dalam memperkirakan laju aliran puncak (debit banjir) seperti yang tersaji pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3.
4.2.1. Distribusi Log Pearson Tipe III
Perhitungan analisa frekuensi untuk distribusi Log Pearson Tipe III dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2: Perhitungan analisa frekuensi untuk distribusi Log Pearson Tipe III
Tahun Xi Log Xi Log Xi – Log X (Log Xi – Log X)² (Log Xi – Log X)³ (Log Xi – Log X)4 2008 76 1,880813592 0,00047101 2,218503 × 10-7 1,04494 × 10-10 4,92175 × 10-14 2009 87 1,939519253 0,01381935 0,000190974 2,63914 × 10-6 3,64712 × 10-8 2010 84 1,924279286 0,01039336 0,000108022 1,12271 × 10-6 1,16687 × 10-8 2011 60 1,77815125 -0,023906045 0,000571499 -1,36623 × 10-5 3,26611 × 10-7 2012 97 1,986771734 0,024273228 0,00058919 1,43015 × 10-5 3,47144 × 10-7 2013 78 1,892094603 0,003068102 9,41325 × 10-6 2,88808 × 10-8 8,86093 × 10-11 2014 70 1,84509804 -0,007855297 6,17057 × 10-5 -4,84717 × 10-7 3,80759 × 10-9 2015 69 1,838849091 -0,009328655 8,70238 × 10-5 -8,11815 × 10-7 7,57314 × 10-9 2016 69 1,838849091 -0,009328655 8,70238 × 10-5 -8,11815 × 10-7 7,57314 × 10-9 2017 73 1,86332286 -0,003586633 1,28639 × 10-5 -4,61382 × 10-8 1,65481 × 10-10
= 10 Tahun
763 18,7877488 -0,001980237 0,001717937 2,27561 × 10-6 7,41103 × 10-7
Parameter Statistik:
Curah hujan rata-rata (X):
X = n
Xi
= 10
763 = 76,3 mm
Menghitung harga simpangan baku (deviasi standar):
Sd =
1) (n
X)
(LogXi 2
=
9 7 0,00171793
= 0,0138
Menghitung koefisien kemencengan:
40
0,1202 2)0,01383
1(10 10
227561) 10(0,00000
2)Sd3 (n 1 n
x)3 Log xi (Log 1 n
i
Cs n
Menghitung koefisien kurtosis:
2,0434 0,01384
41103) (0,0000007 10
1 Sd4
X)4 i 1(Xi
n n 1
Ck
Menghitung logaritma curah hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus:
S K X Log X
Log T .
Untuk periode ulang (T) 2 Tahun
Log X2 = 1,87877488 + (-0,195 × 0,0138) Log X2 = 1,8761
X2 = 73,6316 mm
Untuk periode ulang (T) 5 Tahun
Log X5 = 1,87877488 + (0,735 × 0,0138) Log X5 = 1,8889
X5 = 83,6951 mm
Untuk periode ulang (T) 10 Tahun Log X10 = 1,87877488 + (1,0 × 0,0138) Log X10 = 1,8926
X10 = 86,8561 mm
Tabel 4.3: Analisa curah hujan rencana dengan Distribusi Log Pearson Tipe III.
No Periode Rata - rata
Log Xi Sd Cs Nilai k Log Pearson TIpe III Log RT RT (mm) 1 2 1,8788 0,060029777 0,018 -0,195 1,8671 73,6316 2 5 1,8788 0,060029777 0,018 0,732 1,9227 83,6951 3 10 1,8788 0,060029777 0,018 1,0 1,9388 86,8561 4 25 1,8788 0,060029777 0,018 2,1956 2,0106 102,4717 5 50 1,8788 0,060029777 0,018 2,9056 2,0532 113,0316 6 100 1,8788 0,060029777 0,018 3,51 2,2299 169,7852
41 4.3. Distribusi Ej Gumbel
Perhitungan analisa frekuensi untuk distribusi Ej Gumbel dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4: Perhitungan analisa frekuensi untuk distribusi Ej Gumbel.
Tahun Xi X Xi-X (Xi-X)^2 (Xi-X)^3 (Xi-X)^4
2008 76 76,3 -0,3 0,09 -0,027 0,0081
2009 87 76,3 10,7 114,49 1225,043 13107,9601
2010 84 76,3 7,7 59,29 456,533 3515,30
2011 60 76,3 -16,3 265,69 -4330,747 70591,1761 2012 97 76,3 20,7 428,49 8869,743 183603,6801
2013 78 76,3 1,7 2,89 4,913 8,3521
2014 70 76,3 -6,3 39,69 -250,047 1575,2961
2015 69 76,3 -7,3 53,29 -389,017 2839,8241
2016 69 76,3 -7,3 53,29 -389,017 2839,8241
2017 73 76,3 -3,3 10,89 -35,937 118,5921
N = 10
Tahun 763 1028,10 5161,44 278200,017
Parameter Statistik:
Curah hujan rata-rata (X):
X = n
Xi
= 10
763 = 76,3
Menghitung harga simpangan baku (deviasi standar):
Sd =
1) (n
X)2 (Xi
=
9 1028,10
= 10,687
Menghitung koefisien kemencengan (Skewness):
0,587 2)10,6873
1(10 10
) 10(5161,44 2)Sd3
(n 1 n
X)3 - (Xi .
Cs n
42 Menghitung logaritma curah hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus:
S K X Log x
Log T .
Yn = 0,4952 Sn = 0,9496
Dari Tabel 2.4 untuk periode ulang (T) 2 Tahun YTr = 0,3668
Faktor probabilitas
K = 0,9496
0,4952 0,3668
Sn Yn
YTr
= -0,135 Curah hujan rencana periode ulang (T) 2 tahun XT = X + K.S
XT = 76,3 + ((-0,135) ×10,687) = 74,857 mm Dari Tabel 2.4 untuk periode ulang (T) 5 Tahun YTr = 1,5004
Faktor probabilitas
K = 0,9496
0,4952 1,5004
Sn Yn
YTr
= 1,059 Curah hujan rencana periode ulang (T) 5 tahun XT = X + K.S
XT = 76,3 + (1,059 × 10,687) = 87,6175 mm Dari Tabel 2.4 untuk periode ulang (T) 10 Tahun YTr = 2,2510
Faktor probabilitas
K = 0,9496
0,4952 2,2510
Sn Yn
YTr
= 1,849 Curah hujan rencana periode ulang (T) 10 tahun XT = X + K.S
XT = 76,3 + (1,849 × 10,687) = 96,06 mm
43 Tabel 4.5: Analisa curah hujan rencana dengan Distribusi Ej Gumbel.
No
Periode Ulang
(T) Tahun
YTr Yn Sn X S K XT
(mm) 1 2 0,3668 0,4952 0,9496 76,3 10,687 -0,135 74,857 2 5 1,5004 0,4952 0,9496 76,3 10,687 1,059 87,617 3 10 2,2510 0,4952 0,9496 76,3 10,687 1,849 96,06 4 25 3,1993 0,4952 0,9496 76,3 10,687 2,848 106,736 5 50 3,9028 0,4952 0,9496 76,3 10,687 3,588 114,645 6 100 4,6012 0,4952 0,9496 76,3 10,687 4,324 122,510
4.4. Pemilihan Jenis Sebaran
Ketentuan dalam parameter pemilihan distribusi curah hujan tercantum dalam Tabel 4.6.
Tabel 4.6: Parameter pemilihan distribusi curah hujan (Suripin, 2004)
Jenis Sebaran Kriteria Hasil Keterangan
Log Pearson
Tipe III Cs ≠ 0 Cs = 0,1202 Dipilih
Gumbel Cs = 1,14
Ck =5,4
Cs = 0,587 Ck = 2,0434
Berdasarkan parameter data curah hujan skala normal maka dapat mengestimasi distribusi yang cocok dengan curah hujan tertentu. Adapun distribusi yang dipakai dalam perhitungan ini adalah Metode Log Pearson Tipe III.
4.5. Pengujian Keselarasan Sebaran
Uji kecocokan distribusi adalah untuk menentukan kecocokan (The Goodness Of Fist Test) distribusi frekuensi dari sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang diperkirakan dapat menggambarkan atau mewakili distribusi frekuensi tersebut diperlukan pengujian parameter.
44 4.5.1. Uji Kecocokan Chi-Square
Untuk menguji kecocokan Metode Log Pearson Tipe III dan Metode Gumbel, maka digunakan uji kecocokan Chi-Square untuk menguji distribusi pengamatan.
Apakah sampel memenuhi syarat distribusi yang diuji atau tidak. Perhitungan uji Chi-Square adalah sebagai berikut:
K = 1 + 3,322 Log n = 1 + 3,322 Log 10 = 4,322 ≈ 5
DK = K – (p+1) = 5 – (2+1) = 2
Oj = 2
5 10 k
n
Distribusi Log Pearson Tipe III (Tabel 4.3) Log Xr=1,8788
Sd = 0,060
Log RT = Log Xr + K × Sd
= 1,8788 + (-0,195) × 0,060 = 1,8671
RT = 101,8671 = 73,63 mm Distribusi Ej Gumbel (Tabel 4.5) Xn = XT + K × Sd
= 74,857 + (-0,135) × 10,687 = 73,41 mm
Tabel 4.7: Kombinasi periode ulang tahunan.
No. Periode Ulang (T)
Distribusi Log Pearson Tipe III
(mm) Distribusi Ej Gumbel
(mm)
1 2 73,6316 73,41
2 5 83,6951 98,91
3 10 86,8561 115,82
4 25 102,4717 137,17
5 50 113,0316 152,98
6 100 169,7852 168,72
45 Nilai X2 hasil perhitungan yang dapat dilihat pada tabel 4.8 dan 4.9 syarat yang harus dipenuhi,yaitu X2 hitung < X2cr.
Tabel 4.8: Perhitungan uji kecocokan Chi-Square dengan Log Pearson Tipe III.
No Nilai Batas F
Pengamatan
F
Teoritis (Oj - Ej)² X2
Kelompok Oj Ej
1 73,63 < Xi < 83,69 2 2 0 0,000
2 83,69 < Xi < 86,85 2 1 1 1,000
3 86,85 < Xi < 102,47 2 0 4 0,000
4 102,47 < Xi < 113,03 2 1 1 0,000
5 113,03 < Xi < 169,78 2 6 16 2,667
Jumlah 10 10 3,667
Dilihat dari hasil perbandingan diatas bahwa X2 = harga Chi-Square = 3,667 <
X2cr = 5,991 maka hipotesa yang diuji dapat diterima.
Tabel 4.9: Perhitungan uji kecocokan Chi-Square dengan Ej Gumbel.
No Nilai Batas F
Pengamatan
F
Teoritis (Oj - Ej)² X2
Kelompok Oj Ej
1 73,41 < Xi < 98,91 2 1 1 1,000
2 98,91 < Xi < 115,82 2 1 1 1,000
3 115,82 < Xi < 137,17 2 5 9 1,800
4 137,17 < Xi < 152,98 2 3 1 0,333
5 152,98 < Xi < 168,72 2 0 4 0,000
Jumlah 10 10 4,133
Dilihat dari hasil perbandingan diatas bahwa X2 = harga Chi-Square = 4,133 <
X2cr = 5,991 maka hipotesa yang diuji dapat diterima.
4.5.2. Uji Kecocokan Smirnov Kolmogorof
Uji kecocokan Smirnov Kolmogorof sering juga disebut uji kecocokan non parametrik, karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu.
46 Perhitungan uji kecocokan sebaran dengan Smirnov Kolmogorof untuk metode Log Pearson Tipe III pada daerah studi dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10: Perhitungan uji kecocokan Smirnov Kolmogorof (Hasil perhitungan 2018)
M Xi Log Xi P(Xm) Log Xi P(Xm<) Sd P'(Xm) P'(Xm<) D 1 97 1,9868 0,0909 0,0199 0,9091 0,013816 0,1111 0,8889 0,0202 2 87 1,9395 0,1818 0,019395 1,8182 0,013816 0,2222 1,7778 0,0404 3 87 1,9395 0,2727 0,019395 2,7273 0,013816 0,3333 2,6667 0,0606 4 78 1,8921 0,3636 0,0189 3,6364 0,013816 0,4444 3,5556 0,0808 5 76 1,8808 0,4545 0,0188 4,5455 0,013816 0,5556 4,4444 0,1010 6 73 1,8633 0,5455 0,0186 5,4545 0,013816 0,6667 5,3333 0,1212 7 70 1,845098 0,6364 0,0185 6,3636 0,013816 0,7778 6,2222 0,1414 8 69 1,8388 0,7273 0,0184 7,2727 0,013816 0,8889 7,1111 0,1616 9 69 1,8388 0,8182 0,0184 8,1818 0,013816 1,0000 8,0000 0,1818 10 60 1,7782 0,9091 0,0178 9,0909 0,013816 1,1111 8,8889 0,2020
P (Xm) = 100% 1
n
m
Dimana:
P (Xm) = data sesudah dirangking dari terkecil ke terbesar M = nomor urut
N = jumlah data (10) P (Xm) = 100%
1
n
m
P (Xm) = 100% 1
10
1
= 0,090 P (Xm<) = 1 - P = 1 - 0,090 = 0,909 K =
s xret x
=
68 , 10
3 , 76 97
= 1,937
47 Untuk nilai P’(X) didapat :
P’(Xm<) = 1 – P’(X) = 1 – 0,0268 = 0,973
D = P’(X) – P(Xm) = 0,0268 – 0,0909 = 0,064
Untuk mengetahui hasil dari ploting data yang sesuai dengan distribusi dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11: Ploting data
Tahun Rmax M P(Xm) P(X<)
=1-P
K=
(X-Xret)/s P’(X) P’(X<) D=P’(X)- P(Xm)
1 2 3 4 5 6 7 8
2012 97 1 0,0909 0,9090 1.937 0,0268 0,973 -0,0641 2009 87 2 0,1818 0,8181 1,001 0,1587 0,841 -0,0231 2010 84 3 0,2727 0,7272 0,720 0,2358 0,764 -0,0369 2013 78 4 0,3636 0,6363 0,159 0,4404 0,560 0,0768 2008 76 5 0,4545 0,5454 -0,028 0,5080 0,492 0,0535 2017 73 6 0,5454 0,4545 -0,309 0,6179 0,382 0,0725 2014 70 7 0,6363 0,3636 -0,589 0,7190 0,281 0,0827 2015 69 8 0,7272 0,2727 -0,683 0,7517 0,248 0,0245 2016 69 9 0,8181 0,1818 -0,683 0,7517 0,248 -0,0664 2011 60 10 0,9090 0,0909 -1,525 0,9357 0,064 0,0267
Dari perhitungan nilai D menunjukkan nilai Dmax = 0,0827, data pada peringkat m = 10. Dengan menggunakan data untuk derajat kepercayaan 5% atau
= 0,05, maka diperoleh Do = 0,409. Karena nilai Dmax lebih kecil dari nilai Do kritis (0,0827 < 0,41), maka persamaan distribusi yang diperoleh dapat diterima.
4.6. Pengukuran Curah Hujan Rencana
Perhitungan curah hujan dengan metode distribusi Log Pearson Tipe III seperti yang terlihat pada tabel 4.12.
48 Tabel 4.12: Analisa frekuensi distribusi Log Pearson Tipe III.
No. Tahun Xi Log Xi Log Xi - Log
Xrt
(Log Xi - Log Xrt)2
(Log Xi - Log Xrt)3
1 2008 76 1,880813592 -0,001710946 0,000002927 -0,0000000050
2 2009 87 1,939519253 0,056994715 0,003248397 -0,0001851415
3 2010 84 1,924279286 0,041754748 0,001743459 -0,0000727977
4 2011 60 1,77815125 -0,0104373288 0,010893783 -0,0011370200
5 2012 97 1,986771734 0,104247196 0,010867478 0,0011329041
6 2013 78 1,892094603 0,009570065 0,000091586 0,0000008765
7 2014 70 1,84509804 -0,037426498 0,001400743 -0,0000524249
8 2015 69 1,838849091 -0,043675447 0,001907545 -0,0000833129
9 2016 69 1,838849091 -0,043675447 0,001907545 -0,0000833129
10 2017 73 1,86332286 -0,019201678 0,000368704 -0,0000070797
Jumlah 763 18,7877488 -0,03749658 0,032432168 0,0000285644
Rata-rata 76,3 1,87817488 1,882524538
Rumus Log Pearson Tipe III dapat dilihat pada persamaan berikut:
S K LogX X
Log( t)( rt)
LogXt
Xt 10
Dimana:
Xt = Curah hujan rencana
Xrt = Curah hujan rata-rata
K = Koefisien untuk distribusi Log Pearson Tipe III S = Standar deviasi
Perhitungan curah hujan rencana dengan metode Log Pearson Tipe III dapat dilihat pada tabel 4.13.
Tabel 4.13: Perhitungan curah hujan rencana Metode Log Pearson Tipe III.
No Periode Rata - rata
Log Xi Sd Cs Nilai k Log Pearson Tipe III Log RT RT (mm) 1 2 1,8788 0,060029777 0,018 -0,195 1,8671 73,6316 2 5 1,8788 0,060029777 0,018 0,732 1,9227 83,6951 3 10 1,8788 0,060029777 0,018 1,0 1,9388 86,8561
49 Tabel 4.13: Lanjutan.
No Periode Rata - rata
Log Xi Sd Cs Nilai k Log Pearson Tipe III Log RT RT (mm) 4 25 1,8788 0,060029777 0,018 2,1956 2,0106 102,4717 5 50 1,8788 0,060029777 0,018 2,9056 2,0532 113,0316 6 100 1,8788 0,060029777 0,018 3,51 2,2299 169,7852
Grafik curah hujan rencana dengan menggunakan metode Log Pearson Tipe III dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1: Grafik curah hujan rencana metode Log Pearson Tipe III
4.7. Analisa Debit Rencana
Menghitung debit rencana pada penelitian ini digunakan perhitungan dengan metode rasional. Metode rasional adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan debit aliran permukaan yang diakibatkan oleh curah hujan yang pada umumnya adalah suatu dasar untuk merencanakan debit saluran drainase.
50 4.8. Intensitas Curah Hujan
Intensitas jumlah curah hujan dalam satu waktuan waktu, berikut hasil perhitungan intensitas curah hujan dalam Tabel 4.14.
Tabel 4.14: Perhitungan intensitas curah hujan.
t (Jam)
R24
R 2 R 5 R 10
75,6115 84,9677 85,9556
0,08 141,186 158,656 160,501
0,25 66,0527 74,2261 75,0891
0,5 41,6106 46,7595 47,3032
1 26,213 29,4567 29,7991
2 16,5132 18,5565 18,7723
3 12,6019 14,1613 14,3259
4 10,4027 11,6899 11,8258
5 8,96473 10,074 10,1912
6 7,93871 8,92105 9,02477
7 7,16339 8,04979 8,14339
8 6,55326 7,36416 7,44979
9 6,05837 6,80803 6,88719
10 5,64743 6,34624 6,42003
11 5,29975 5,95555 6,02479
12 5,00107 5,61991 5,68525
13 4,7412 5,32788 5,38983
14 4,51265 5,07105 5,13001
15 4,30979 4,84309 4,8994
16 4,1283 4,63913 4,69307
17 3,96477 4,45537 4,50718
18 3,81653 4,28879 4,33866
19 3,68142 4,13696 4,18506
20 3,55766 3,99788 4,04437
21 3,4438 3,86994 3,91493
22 3,33864 3,75176 3,79538
23 3,24115 3,64221 3,68456
24 3,15048 3,54032 3,58148
51 4.9. Metode Rasional
Metode rasional digunakan karena luas di kawasan Tanah Enam Ratus adalah 7,43 Ha.
Gambar 4.2. Saluran drainase dan catchment area (Google Earth, 2018) Luas Catchment area drainase kawasan Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan adalah 7,43 Ha. Koefisien pengaliran (C) = 0,60 – 0,75 (perumahan,multi unit,tergabung).
Debit banjir rancangan untuk kala ulang 2 tahun adalah:
Q = 0,00278.C.I.A
Q = 0,00278 × 0,95 × 29,7991 × 7,43 Q = 0,584737 m³/detik
Untuk perhitungan kala ulang 5 tahun dan 10 tahun tersedia didalam Tabel 4.15.
Tabel 4.15: Perhitungan Q rencana pada kawasan Kelurahan Tanah Enam Ratus.
No Periode L
(Km) C Tc
(jam)
I (mm/jam)
A (Ha)
Q (m3/det) 1 2 1,3 0,95 0,32611911 55,40580748 7,43 1,058739593 2 5 1,3 0,95 0,32611911 62,26179268 7,43 1,203441404 3 10 1,3 0,95 0,32611911 62,98568418 7,43 1,248893029
52 4.10. Analisa Hidrolika
Analisa hidrolika penampang saluran drainase di kawasan Kelurahan Tanah Enam Ratus dilakukan dengan melakukan perbandingan besarnya debit banjir rancangan dengan besarnya kemampuan saluran menampung debit banjir. Apabila Q rancangan debit banjir < Q tampungan saluran maka saluran tidak akan mampu menampung besarnya banjir.
4.10.1. Perhitungan Kapasitas Tampungan Saluran Drainase
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di lapangan didapatkan data Saluran Primer dan Saluran Sekunder. Dalam hal ini Saluran Primer diartikan sebagai saluran utama yang mengalir di sepanjang jalan Kawasan Kelurahan Tanah Enam Ratus dan Saluran Sekunder diartikan sebagai saluran yang berasal dari jalan kecil atau gang yang terhubung masuk kedalam Saluran Primer.
a. Saluran Primer
Tabel 4.16: Hasil Survei drainase Saluran Primer (SP) di kawasan Kelurahan Tanah Enam Ratus.
No Saluran Primer
UkuranSaluran Panjang Saluran (km)
Kondisi Eksisting Saluran B
(meter)
H (meter) 1 Sebelah
Kanan 1,1 1,2 1,3 Beton
2 Sebelah
Kiri 1,1 1,2 1,3 Beton
Dari hasil survei juga didapat bentuk dimensi saluran drainase dan dilihat pada Gambar 4.3.
53
Kanan = Kiri Gambar 4.3: Penampang saluran drainase primer
Dimensi saluran primer sebelah kanan sama dengan saluran primer sebelah kiri.
Diketahui:
Luas Permukaan (A):
A = b × h A = 1,1 × 1,2 A = 1,32 m²
Keliling Basah (P):
P = (2 × h) + b P = (2 × 1,2) + 1,1 P = 3,5 m
Jari-jari Hidraulis (R):
R = P A
R = 3,5 32 , 1
R = 0,377 m
Kecepatan (Manning)
Koefisien pengaliran Manning untuk kondisi saluran batu pecah disemen = 0,025 dari Tabel 2.6.
b=1,1m
h=1,2m h=1,2m
b=1,1m
54 V = 1 R2/3 S1/2
n
V = 0,3772/3 0,0011/2 025
, 0
1
V = 0,617 m/detik
Jadi kapasitas tampungan saluran adalah:
Q = V × A Q = 0,617 × 1,32 Q = 0,814 m³/detik
Dari hasil Q rencana debit banjir dan Q analisa tampungan penampung diatas dibuat perbandingan hasil perhitungan untuk mengetahui kondisi saluran drainase seperti pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17: Perhitungan Q analisis tampungan penampung dan Q analisis rancangan debit banjir di Kawasan Kelurahan Tanah Enam Ratus.
No Nama Saluran
Q Tampungan Penampung
Q Rencana Debit Banjir
Keterangan 2 Tahun 5 Tahun 10 Tahun
1
Saluran Primer Kanan
0,814 m³/detik
1,05873959 m³/detik
1,203441404 m³/detik
1,248893029 m³/detik
Tidak Aman 2
Saluran Primer Kiri
0,814 m³/detik
1,05873959 m³/detik
1,203441404 m³/detik
1,248893029 m³/detik
Tidak Aman
b. Saluran Sekunder
Tabel 4.18: Hasil Survei drainase Saluran Sekunder (SS) sebelah kanan di Kawasan Kelurahan Tanah Enam Ratus.
No Saluran Sekunder Sebelah kanan
UkuranSaluran Panjang Saluran
(km)
Kondisi Eksisting Saluran B
(meter)
H (meter)
1 Gang Sepakat 0,20 0,30 0,20 Beton
2 Gang Sodara 0,30 0,30 0,20 Beton
3 Gang Lurah 0,25 0,45 0,30 Beton
4 Jalan Muslim
Pancasila 0,50 0,50 0,45 Beton
5 Jalan Platina
VII C 0,35 0,40 0,40 Beton
55 Tabel 4.19: Hasil Survei drainase Saluran Sekunder (SS) sebelah kiri di Kawasan Kelurahan Tanah Enam Ratus.
No Saluran Sekunder Sebelah Kiri
UkuranSaluran Panjang Saluran
(km)
Kondisi Eksisting Saluran B
(meter)
H (meter) 1 Jalan Cendana
Baru 0,35 0,40 0,40 Beton
2 Jalan Rasmi 0,35 0,40 0,40 Beton
3 Gang Madrasah 0,35 0,40 0,40 Beton
4 Gang Mayor 0,35 0,40 0,40 Beton
Dari hasil survei juga didapat bentuk saluran drainase sekunder sebelah kanan dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4: Penampang Saluran Sekunder (SS1) Gang Sepakat Diketahui:
Luas Permukaan (A):
A = b × h A = 0,2 × 0,3 A = 0,06 m²
Keliling Basah (P):
P = (2 × h) + b P = (2 × 0,3) + 0,2 P = 0,8 m
Jari-jari Hidraulis (R):
R = P A
b=0,2m
h=0,3m
56 R = 0,8
06 , 0
R = 0,075 m
Kecepatan (Manning)
Koefisien pengaliran Manning untuk kondisi saluran batu pecah disemen = 0,025 dari Tabel 2.6.
V = 1 R2/3 S1/2 n
V = 0,0752/3 0,0011/2 025
, 0
1
V = 0,225 m/detik
Jadi kapasitas tampungan saluran adalah:
Q = V × A Q = 0,225 × 0,06 Q = 0,013 m³/detik
Dari hasil survei juga didapat bentuk saluran drainase sekunder sebelah kanan dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5: Penampang Saluran Sekunder (SS2) Gang Sodara Diketahui:
Luas Permukaan (A):
A = b × h A = 0,3 × 0,3 A = 0,09 m²
Keliling Basah (P):
b=0,3m
h=0,3m
57 P = (2 × h) + b
P = (2 × 0,3) + 0,3 P = 0,9 m
Jari-jari Hidraulis (R):
R = P A
R = 0,9 09 , 0 R = 0,1 m
Kecepatan (Manning)
Koefisien pengaliran Manning untuk kondisi saluran batu pecah disemen = 0,025 dari Tabel 2.6.
V = 1 R2/3 S1/2 n
V = 0,12/3 0,0011/2 025
, 0
1
V = 0,272 m/detik
Jadi kapasitas tampungan saluran adalah:
Q = V × A Q = 0,272 × 0,09 Q = 0,024 m³/detik
Dari hasil survei juga didapat bentuk saluran drainase sekunder sebelah kanan dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6: Penampang Saluran Sekunder (SS3) Gang Lurah b=0,25m
h=0,45m
58 Diketahui:
Luas Permukaan (A):
A = b × h A = 0,25 × 0,45 A = 0,112 m² Keliling Basah (P):
P = (2 × h) + b P = (2 × 0,45) + 0,25 P = 1,15 m
Jari-jari Hidraulis (R):
R = P A
R = 1,15 112 , 0
R = 0,097 m
Kecepatan (Manning)
Koefisien pengaliran Manning untuk kondisi saluran batu pecah disemen = 0,025 dari Tabel 2.6.
V = 1 R2/3 S1/2 n
V = 0,0972/3 0,0011/2 025
, 0
1
V = 0,267 m/detik
Jadi kapasitas tampungan saluran adalah:
Q = V × A
Q = 0,267 × 0,112 Q = 0,029 m³/detik
Dari hasil survei juga didapat bentuk saluran drainase sekunder sebelah kanan dapat dilihat pada Gambar 4.7.
59 Gambar 4.7: Penampang Saluran Sekunder (SS4) Jl. Muslim Pancasila Diketahui:
Luas Permukaan (A):
A = b × h A = 0,5 × 0,5 A = 0,25 m²
Keliling Basah (P):
P = (2 × h) + b P = (2 × 0,5) + 0,5 P = 1,5 m
Jari-jari Hidraulis (R):
R = P A
R = 1,5 25 , 0
R = 0,167 m
Kecepatan (Manning)
Koefisien pengaliran Manning untuk kondisi saluran batu pecah disemen = 0,025 dari Tabel 2.6.
V = 1 R2/3 S1/2 n
V = 0,1672/3 0,0011/2 025
, 0
1
V = 0,383 m/detik
b=0,5m
h=0,5m
60 Jadi kapasitas tampungan saluran adalah:
Q = V × A Q = 0,383 × 0,25 Q = 0,096 m³/detik
Dari hasil survei juga didapat bentuk saluran drainase sekunder sebelah kanan dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8: Penampang Saluran Sekunder (SS5) Jl. Platina VII C Diketahui:
Luas Permukaan (A):
A = b × h A = 0,35 × 0,4 A = 0,14 m²
Keliling Basah (P):
P = (2 × h) + b P = (2 × 0,4) + 0,35 P = 1,15 m
Jari-jari Hidraulis (R):
R = P A
R = 1,15 14 , 0 R = 0,122 m
Kecepatan (Manning)
b=0,35m
h=0,4m
61 Koefisien pengaliran Manning untuk kondisi saluran batu pecah disemen = 0,025 dari Tabel 2.6.
V = 1 R2/3 S1/2 n
V = 0,1222/3 0,0011/2 025
, 0
1
V = 0,311 m/detik
Jadi kapasitas tampungan saluran adalah:
Q = V × A Q = 0,311 × 0,14 Q = 0,043 m³/detik
Dari hasil Q rencana debit banjir dan Q analisa tampungan penampung diatas dibuat perbandingan hasil perhitungan untuk mengetahui kondisi saluran drainase seperti pada Tabel 4.20.
Tabel 4.20: Perhitungan Q analisis tampungan penampung dan Q analisis rancangan debit banjir di Kawasan Kelurahan Tanah Enam Ratus.
No
Saluran Sekunder
Sebelah Kanan
Q Tampungan
Penampun
Q Rencana Debit Banjir
Keterangan
2 Tahun 5 Tahun 10 Tahun
1
(SS1) Gang Sepakat
0,013 m³/detik
1,05873959 m³/detik
1,203441404 m³/detik
1,248893029 m³/detik
Tidak Aman
2
(SS2) Gang Sodara
0,024 m³/detik
1,05873959 m³/detik
1,203441404 m³/detik
1,248893029 m³/detik
Tidak Aman
3
(SS3) Gang Lurah
0,029 m³/detik
1,05873959 m³/detik
1,203441404 m³/detik
1,248893029 m³/detik
Tidak Aman
4
(SS4) Jl.
Muslim Pancasila
0,096 m³/detik
1,05873959 m³/detik
1,203441404 m³/detik
1,248893029 m³/detik
Tidak Aman
5
(SS5) Jl.
Platina VII C
0,043 m³/detik
1,05873959 m³/detik
1,203441404 m³/detik
1,248893029 m³/detik
Tidak Aman
Dari hasil survei juga didapat bentuk saluran drainase sekunder sebelah kiri dapat dilihat pada Gambar 4.9.
62 Gambar 4.9: Penampang Saluran Sekunder (SS1) Jl. Cendana Baru
Diketahui:
Luas Permukaan (A):
A = b × h A = 0,35 × 0,4 A = 0,14 m²
Keliling Basah (P):
P = (2 × h) + b P = (2 × 0,4) + 0,35 P = 1,15 m
Jari-jari Hidraulis (R):
R = P A
R = 1,15 14 , 0 R = 0,122 m
Kecepatan (Manning)
Koefisien pengaliran Manning untuk kondisi saluran batu pecah disemen = 0,025 dari Tabel 2.6.
V = 1 R2/3 S1/2 n
V = 0,1222/3 0,0011/2 025
, 0
1
V = 0,311 m/detik
b=0,35m
h=0,4m
63 Jadi kapasitas tampungan saluran adalah:
Q = V × A Q = 0,311 × 0,14 Q = 0,043 m³/detik
Dari hasil survei juga didapat bentuk saluran drainase sekunder sebelah kiri dapat dilihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10: Penampang Saluran Sekunder (SS2) Jl. Rasmi Diketahui:
Luas Permukaan (A):
A = b × h A = 0,35 × 0,4 A = 0,14 m²
Keliling Basah (P):
P = (2 × h) + b P = (2 × 0,4) + 0,35 P = 1,15 m
Jari-jari Hidraulis (R):
R = P A
R = 1,15 14 , 0 R = 0,122 m
Kecepatan (Manning)
b=0,35m
h=0,4m