BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Dampak Ekonomi
2. Dinamika Perubahan Sosial dalam Perspektif Teori Evolusi
2. Dinamika Perubahan Sosial dalam Perspektif Teori Evolusi
masyarakat, secara otomatis akan diikuti pula oleh komponen-komponen lain yang ikut mengalami perubahan.
e. Perubahan Kekuasaan Lahan
Masalah lahan merupakan masalah yang tidak dapat dipisahkan dengan proses kehidupan manusia sebab menurut Dove (1985) penguasaan lahan adalah sekumpulan hak yang berhubungan dengan sebidang lahan. Hak atas lahan terdiri dari perorangan dan hak komunal. Hak atas lahan dapat berubah karena pengaruh dari tanaman yang diusahakan yang kemudian diikuti dengan perumusan dalam aspek sosial yang dinamis. Selanjutnya dalam proses produksi pertanian, tanah merupakan sumber daya utama. Perubahan proses penguasaan atas lahan atau tanah berpengaruh terhadap pengendalian sumber daya lainnya (modal dan tenaga kerja).
Kehidupan masyarakat pedesaan, tidak selamanya bertahan sesuai dengan karakteristiknya yang lebih banyak melakukan hal-hal yang bersifat tradisional, dan subsistensi, hal ini seiring dengan adanya perkembangan pembangunan, maka tidak dapat dihindari akan terjadi pergeseran maupun perubahan pola kehidupan masyarakat. Perubahan yang terjadi berupa pergeseran atas alih hak kepemilikan lahan pertanian atau lebih banyak dikenal dengan alih fungsi lahan pertanian untuk kepentingan pembangunan jalur kereta api yang secara tidak langsung juga menyebabkan perubahan pada sistem pekerjaan, hilangnya atau berkurangnya lahan pertanian serta kurangnya memperoleh kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat di
sekitarnya. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap pola kehidupan sosial masyarakat terutama masyarakat petani.
Dalam pembahasan tentang stratifikasi sosial masyarakat petani sebagai impilkasi dari alih fungsi lahan pertanian menjadi jalur kereta api.
Berdasarkan data yang peneliti peroleh bahwa dalam kehidupan masyarakat pedesaan terutama masyarakat petani terlihat dan masalah-masalah diataranya kekuasaan. Kekuasaan seseorang sangat menentukan sesuatu yang diinginkan, misalnya dalam hal pengambilan keputusan terhadap masalah- masalah yang timbul dalam kehidupan masyarakat pedesaan. Kekuasaan yang dimiliki seseorang atau kelompok orang yang ada dalam lingkaran keuasaan desa atau elit lokal di desa, terlihat dalam proses pembangunan. Proyek Kereta Api membutuhkan lahan yang luas, konsekuansinya masyarakat harus melepaskan kepemilikan lahannya pertaniannya. Ketidak berdayaan masyarakat pertani dalam menghadapi kekuasaan di tingkat desa. merupakan salah satu penyebab masyarakat tidak dapat mempertahankan tanahnya beralih ke pihak pembangunan.
Dalam pandangan Weber di kutip Soekanto (1990) Kekuasaan adalah kesempatan yang ada pada seseorang atau sejumlah orang untuk melaksanakan kemauannya sendiri dalam suatu tindak sosial, meskipun mendapat tantangan dari orang lain yang terlibat dalam tindakan itu”. Konsep Weber ini dapat diterjemahkan secara lebih sempit dalam konteks alih fungsi lahan pertanian pada obyek penelitian terlihat bahwa penyebab utama dari alih fungsi lahan pertanian menjadi jalur sisebabkan oleh adanya
perkembangan prasarana transportasi dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu daerah.
3. Faktor Pendorong dan Penghambat Konversi Lahan Pertanian a. Faktor Pendorong Konversi Lahan Pertanian
Kebijakan Pembangunan infrastruktur menjadi salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk melakukan percepatan pembangunan perekonomian. Berbagai infrastruktur telah terbukti mampu memudahkan jalur transportasi di berbagai daerah. Kebijakan tersebut dinilai berpengaruh terhadap alig fungsi lahan. Tidak semua masyarakat ingin mengkonversikan lahannya dengan alasan sebagai sumber mata pencaharian, namun praktek konversi lahan tetap terjadi di Kecamatan Labakkang yang ditetapkan sebagai salah satu wilayah pembangunan. Hal ini karena penetapan kebijakan pembangunan tersebut maka petani harus menjual lahannya kepada pihak proyek demi keperluan pembangunan.
Pengadaan tanah untuk kepentingan umum wajib dilakukan oleh pemerintah dan tanahnya selanjutnya dimiliki oleh pemerintah dalam perencanaan pembangunan untuk kepentingan umum. Pembangunan jalur kereta api diformulasikan menjadi sebuah kebijakan, maka rakyat harus dilibatkan dalam proses pembangunan dan rakyat tidak bia menolak karena jalur transportasi secara nasional adalah untuk kepentingan pembangunan untuk mengatasi kemacetan lalu lintas, serta mempercepat pembangunan dan pertumbuhan. Dengan adanya pembangunan jalur kereta api diharapkan dapat mengatasi kemacetan lalu lintas, memperpendek jarak tempuh, mempercepat
waktu tempuh. Hal ini yang menjadi komitmen pemerintah dalam membangun insfraktruktur secara merata demi mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi
Proses alih fungsi lahan mumnya berlangsung cepat apabila akar pemenuhan kebutuhannya tekait kebutuhan mendasar yaitu prasarana umum yang diprogramkan pemerintah. Pembanguna jalur kereta dilihat dari aspek pemanfaatannya akan memberikan dampak positif terhadap percepatan pembangunan daerah, oleh karena itu masyarakatakan memberikan dukungan terhadap pembangunan tersebut.
b. Faktor Penghambat Konversi Lahan Pertanian
Isu pembebasan lahan untuk dialih fungsikan menjadi jalur kereta api menjadi faktor penghambat dalam proses pembagunan. Ada beberapa hambatan yang terjadi dalam proses ganti kerugian tanah pembangunan jalur rel kereta api di Kecamatan Labakkang meliputi:
(1) Kendala birokrasi yang dihadapi dalam proses pemerataan tanah pada masa pemerintahan Pangkep khususnya di Kabupaten Labakkang pada tingkat pemerintahan disebabkan kurangnya kerjasama panitia pengadaan tanah, sedangkan birokrasi di kotamadya dibatasi oleh keadaan tanah dan ahli waris.
(2) Pembatasan dalam rangka pemikiran karena perbedaan persepsi yang menjadi dasar penetapan harga tanah, maka negara menetapkan besaran ganti rugi.
(3) Hambatan kepentingan, adanya faktor kepentingan politik menjadi salah satu penyebab tertundanya proses ganti rugi bagi penduduk kecamatan Labakkang.
(4) Faktor psikologis yang terjadi di Kecamatan Labakkang disebabkan oleh ketidakpuasan masyarakat terhadap keberlangsungan penghidupan mereka. Prasangka negatif masyarakat terhadap pemerintah, yang beranggapan bahwa pemerintah tidak adil dan buram dalam memberikan ganti rugi kepada masyarakat.
Apapun yang menjadi alasan petani untuk tidak menerima kehadiran pembangunan jalur kereta api, akan tetapi sebagai masyarakat yang penuh keterbatasan baik dari sisi pendidikan, ekonomi dan status sosialnya, maka petani tetap menyambut kehadiran pembangunan tersebut tersebut dengan sikap pesimis. Karena, mereka diharuskan menyerahkan tanah yang selama ini menghidupi keluarganya dengan harga yang tidak seimbang. Untuk mengatasi bentuk interaksi tersebut perlu dilaksananakan sosialisasi dengan mekanisme kotrol sosial. Menurut Persons, mekanisme sosialisasi merupakan alat untuk menanamkan pola kultural dan sebagainya melaui mediasi. Dengan proses ini anggota msyarakat akan menerima norma- norman yang ada. Mekanisme kontrol mencakup sistem sosial sehingga perbedaan-perbedaan dan ketegangan-ketegangan yang ada dalam masyarakat bisa terselesaikan.
Tabel 4.7 Tabel Interpretasi
No Rumusan Masalah
Konsep / Hasil Penelitian
Wawancara Teori Interpertasi / Keterkaitan 1. Bagaimana
dampak konversi lahan pertanian terhadap kondisi social ekonomi petani pada pembangunan jalur kereta
api di
Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep?
a. Adanya
kegalauan sebagian masyarakat yang dikenai dampak pembangunan terkait masalah ganti rugi yang diberikan oleh pemerintah dan adanya
kecemburuan social dikalangan
masyarakat yang berpotensi menjadi suatu konflik dengan
berfariasinya besaran ganti rugi terhadap objek yang luasannya sama.
a. Masih ada masyarakat yang tidak terima dengan biaya ganti rugi lahan yang dialih fungsikan untuk pembangunan jalur kereta api.
Talcott Parsons
“Fungsionalisme Struktural”
Alih fungsi lahan diartikan sebagai
perubahan penggunaan lahan
sebelumnya ke penggunaan lahan yang lain yang bersifat permanenen yang
merupakan konsekuensi dari adanya perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut sesuai dengan salah satu fungsi dari teori Person Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sesuai dengan kebutuhannya.
b. Berdampak pada
keberlangsungan kegiatan
penduduk dalam sektor pertaian yaitu turunnya kualitas irigasi akibat
berubahnya saluran irigasi
Pembangunan jalur kereta api yang dilakukan dengan tidak sengaja menutup sebagian lahan termasuk saluran irigasi yang berdampak
keberlangsungan produktifitas hasil pertanian
Herbert Spencer menganggap bahwa perubahan masyarakat tidaklah harus mengikuti perubahan secara lurus, proses tersebut bisa saja
sehingga akan berpengaruh terhadap menurunnya kualitas hasil panen dari kegiatan
pertanian
menimbulkan kemunduran, atau bahkan kemajuan, tergantung kondisi masyarakat yang
bersangkutan.
Pembangunan jalur kereta api di Kecamatan Labakkang kabupaten Pangkep meimbulkan berbagai
macam bentuk perubahan dan dampak seperti pada konversi lahan dari lahan pertanian
menjadi rel dan stasiun.
Perubahan yang terjadi pada satu elemen
membawa pengaruh pada bagian lain (Ritzer, 1985).
Melihat akibat dari sebuah perubahan yang menyebabkan area lahan petani menjadi semakin
melemah, dan pada gilirannya mempengaruhi struktur sosial, seperti
kelangkaan lahan. Padahal,
kelangsungan hidup petani sangat
bergantung pada lahan 2. Dinamika sosial
apakah yang terjadi dalam konversi lahan pertanian pada pembangunan jalur kereta api
di Kecamatan Labakkang,
Kabupaten Pangkep?
a. Berubahnya fungsi lahan secara tidak langsung mempengaruhi keinginan
masyarakat yang memiliki
matapencaharian sebagai petani untuk memperoleh pendapatan
tambahan.
Pembangunan jalur kereta api dengan mengambil alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan
pembangunan sangat
mempengaruhi perubahan
stratifikasi petani yang semula ia sebagai pemilik lahan.
a. Dari asil ganti rugi lahan sebagian
masyarakat menggunakannya untuk menambah penghasilan dengan membuka usaha baru. Di kecamatan
Labakkang
sebagian kecil masyarakat
lahannya terkena pembagunan jalur kereta api
Herbert Spencer
“Teori Evolusi”
Herbert Spencer menganggap bahwa perubahan masyarakat tidaklah harus mengikuti perubahan secara lurus, proses tersebut bisa saja menimbulkan kemunduran, atau bahkan kemajuan, tergantung kondisi masyarakat yang
bersangkutan.
Pembangunan jalur kereta api di Kecamatan Labakkang kabupaten Pangkep meimbulkan berbagai
macam bentuk perubahan dan dampak seperti pada konversi lahan dari lahan pertanian
menjadi rel dan stasiun yang menyebabkan pemindahan kekuasaan sebagian lahan lahan . Padahal,
kelangsungan hidup petani sangat
bergantung pada lahan 3. Faktor
Pendorong dan Penghambat Alih Fungsi Lahan Pertanian
a. Kebijakan pembangunan infrastruktur jalur kereta api Makassar-Pare- pare
mengharuskan adanya proses alih fungsi lahan.
b. Pemerintah tidak transparan dalam penentuan harga, harga normatif telah ditentukan terlebih dahulu
oleh pihak
pembangunan tanpa adanya negosisai dengan para pemilik lahan sehingga banyak masyarakat yang protes dengan keputusan tersebut.
a. Masyrakat tidak dapat mempertahan kan lahannya untuk tidak dikonversikan karena
pembangunan tersebut merupakan kebijakan pemerintah untuk kepentingan umum dan sesuai dengan UUD yang berlaku b. Ada sebagian
masyarakat yang tidak setuju, namun setelah di mediasi akhirnya mereka setuju.
Talcott Parsons
“Fungsionalisme Struktural
Ketidaksesuaian masyarakat tentang harga lahan yang ditetapkan membuat masyarakat melakukan aksi demo yang menghambat proses alih fungsi lahan, namun hal tersebut dapat terselesaikan cara sosialisasi melalui
mediasi.
Menurut Persons, mekanisme sosialisasi merupakan alat untuk
menanamkan pola kultural dan sebagainya melaui mediasi.
Dengan proses ini anggota msyarakat akan menerima norma-norman yang ada.
Mekanisme control mencakup sistem sosial sehingga
perbedaan- perbedaan dan
ketegangan- ketegangan yang ada dalam masyarakat bisa terselesaikan.
77 BAB V PENUTUP KESIPULAN
1. Dampak sosial yang ditimbulkan dari alih fungsi lahan yaitu adanya kecemburuan antar masyarakat mengenai perbedaan harga ganti rugi yang diterima msyarakat, selain itu juga pembagunan jalur kereta api terhadap sawah yang menjadi jalur mengakibatkan banyaknya lahan kering karena saluran irigasi yang terganggu akibat adanya alih fungsi lahan. Dampak ekonomi akibat adanya konversi lahan adalah berkurangnya hasil panenen karena sebagian lahan sudah dialih fungsikan. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah produksi padi dan nilai dari produksi padi yang dihasilkan dari wilayah tersebut menurun. Jumlah produksi padi yang menurun dikarenakan sebagian lahan dikonversikan untuk pembangunan jalur.
2. Aadapun dinamika sosial yang terjadi dalam pembangunan jalur kereta api yaitu perubahan pada mata pencaharian masyarakat dengan memanfaatkan kompensasi yang diterima untuk membuka usaha baru. Perubahan kekuasaan lahan juga terjadi akibat sebagian lahan diambil alih oleh pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan pembangunan jalur kereta api.
3. Faktor pendorong terjadinya alih fungsi lahan karena adanya kebijakan dari pemerintah untuk melakukan pembangunan di jalur kera api Makassar-Pare- pare untuk kepentingan umu dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan ekonomi daerah. Disamping faktor pendorong juga terdapat faktor penghambat lantaran masyarakat merasa tidak puas terhadap uang ganti
rugi yang diberikan karena tidak sesuai sehingga masyarakat melakukan aksi demo kepada pemerintah, hal tersebut menjadi penghambat karena masalah tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu agar dapat melanjutkan proses alih fungsi lahan.
SARAN
1. Kepada Pemerintah untuk lebih memperhatikan rumusan kebijakan pembangunan yang berwawasan lingkungan agar tidak menimbilkan dampak buruk pada kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat.
2. Kepada Masyrakat untuk memberikan dukungan terhadap pembangunan jalur kereta api Makassar-Pare-pare dan mendukung program-program pemerintah dalam memajukan kesejahteraan umum, serta meningkatkan pendidikan.
3. Kepada Pihak Proyek diharapkan lebih mempertimbangkan kembali jumlah uang ganti rugi yang diberikan kepada masyarakat terdampak agar sesuai dengan kondisi lahan yang dimiliki masyarakat.
4. Diharapkan jika kedepannya untuk peneliti yang lain meneliti hal yang sama, untuk mengkaji lebih dalam mengenai dampak konversi lahan pertanian terhadap kondisi sosial masyarakat yang bekerja sebagai petani.
Daftar Pustaka
Agus, F. 2004. Konversi dan Hilangnya Multi Fungsi Lahan Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Bogor
Arifin, M. Z. (2018). Jurnal Thengkyang. Pengelolaan Anggaran Pembangunan Desa Di Desa Bungin Tinggi, Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. 1(1), 1–21.
Ashari (2003). Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi. Tinjauan tentang Alih Fungsi Lahan Sawah Ke Non Sawah Dan Dampaknya Di Pulau Jawa.
21(2), 84
BPS Kabupaten Pangkep. (2018). Kecamatan Labakkang dalam Angka. Pangkep:
BPS Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
BPS Kabupaten Pangkep. (2019). Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Dalam Angka. Pangkep: BPS Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Banowati, Eva. 2018. Geografi Sosial. Yogyakarta: Ombak.
Creswell. John W. 2016. Research Design Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Darwis, S.J. 2020. "Perubahan Sosial Masyarakat Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru Akibat Pembangunan Jalur Kereta Api Makassar – Parepare”. Tesis Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Dura, J. (2016). Jurnal Ilmiah Bisnis Dan Ekonomi Asia. Pengaruh Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa, Kebijakan Desa, Dan Kelembagaan Desa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat. 10(2), 26–32.
Fitriah, dkk (2018). Analisis Perbandingan Biaya Pengangkutan Peti Kemas Menggunakan Moda Truk, Kereta Api dan Kapal Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Enjiniring, 22(1)
Gilarso. 1991. Pengantar Ilmu Ekonomi. Yogyakarta: Anggota IKAPI
Indrawati, E. S. (2015). Jurnal Psikologi Undig. Status Sosial Ekonomi Dan Intensitas Komunikasi Keluarga Pada Ibu Rumah Tangga Di Panggung Kidul Semarang Utara. 14(1), 54
Lapatandau, Y.A., dkk. (2018). Jurnal. Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Kabupaten Minahasa Utara, 13(2A), 2
Lestari, M.P., & Asmara, A. (2014). Jurnal Agribisnis Indonesia. Dampak Pembangunan Infrastruktur Jalan Dan Variabel Ekonomi Lain Terhadap Luas Lahan Sawah Di Koridor Ekonomi Jawa, 2 (1), 26
Moleong, Lexy. J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya
M. Setiadi, Elly. & Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya.
Jakarta: Kencana
Nasrul, dkk (2018). Jurnal Pattingalloang, Transportasi Kereta Api Rute Makassar- Takalar (1922-1930). 5(3), 1–11
Nurfadillah. 2016. “Dampak Pembangunan Rel Kereta Api Terhadap Perubahan Perilaku Masyarakat Di Kelurahan Mangempang Kecamatan Barru Kabupaten Barru”. Skripsi. Jurusan Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan politik, UIN Alauddin, Makassar.
Pangi, Joris. (2020). Jurnal Holistik. Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Di Desa Maliku Satu Kecamatan Amurag Timur Kabupaten Minahasa Selatan.
13(1), 3.
Poniman. (2015). Sosial Ekonomi Keluarga dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar Anak di SMK Telkom Sandhy Putra Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara
Pramudiana, I.P (2017). Asketik. Dampak Konversi Lahan Pertanian Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Petani Dikecamatan Tikung Kabupaten Lamongan, 1 (2)
Ritzer, George, 2002. Sociology: A Multiple Paradigm Science, Alimandan (penterjemah) Sosiologi Berparadigma Ganda, Raja Graindo Persada.
Jakarta.
Rosyidi, Sri A.P. 2015. Rekayasa Jalan Kereta Api, Tinjauan Struktur Jalan Rel.
Yogyakarta: Lembaga Penelitian, Publikasi & Pengabdian Masyarakat
Soekanto, Soerjono. 2015. Sosiologi Sebuah Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Suardi, Nursalam, Syarifuddin. 2016. Teori Sosiologi Klasik, Modern, Posmodern, Saintik, Hereneutik, Kritis, Evaluatif dan Integratif.
Makassar: Writing Revolution
Syahrum, Salim. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Citapustaka Media
Wahyu, M. B. (2018). Jurnal Metris. Pendekatan Manajemen Program dengan Menggunakan Maeutic Machine dalam Percepatan Pencapaian Proyek Strategis Nasional RPJMN 2015-2019. 19(2018), 65–70.
Widhiantini (2018). Jurnal Manajemen Agribisnis. Kajian Teoritis Dinamika Konversi Lahan Pertanian, 2 (2)
Widjanarko. 2006. Aspek Pertanahan Dalam Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Sawah. Jakarta: Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Wijaya, Saputra. (2015). E- Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana.
Studi Alih Fungsi Lahan dan Dampaknya Terhadap Sosial Ekonomi Petani Jambu Mete Di Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem. 04(8), 557
L A M
P
I
R
A
N
Lampiran 1
PEDOMAN OBSERVASI A. Tujuan:
Untuk mengetahui dampak konversi lahan pertanian terhadap kondisi sosial-ekonomi petani pada pembangunan jalur kereta api di Kecamatan labakkang
B. Pelaksanaan Observasi
Tanggal : 03 Mei – 24 Mei 2021 Jam : 09.00- Selesai
C. Aspek yang diobservasi
1. Gambaran umum masyarakat Kecamatan Labakkang, kabupaten Pangkep
a. Sejarah dan lokasi penelitian b. Profil masyarakat
c. Pendidikan d. Kesehatan
2. Dampak sosial ekonomi konversi lahan ada pembangunan jalur kereta api di Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep
a. Kondisi ekonomi masyarakat b. Kondisi sosial masyarakat
c. Sumber mata pencaharian masyarakat d. Kondisi lahan pertanian
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA A. Informan Kunci
1.
Sudah berapa lama anda menjabat sebagai kepala camat/kepala desa di wilayah ini?2.
Apa rata-rata mata pencaharian masyarakat didaerah ini?3.
Sudah berapa lama pembangunan jalur kereta api dikerjakan di wilayah ini?4.
Siapa saja yang terlibat dalam proses alih fungsi lahan untuk pembangunan jalur kereta api?5. Apakah pemerintah melakukan sosialisasi terkait alih fungsi lahan untuk pembangunan jalur kereta api di Kecamatan Labakkang?
6. Berapa kali pemerintah mengadakan sosialisasi dan berapa kali anda hadir?
7. Apakah pernah terjadi konflik/kekerasan dalam proses konversi lahan?
8. Terkait dana ganti rugi yang diberikan kepada masyarakat, berapa harga tanah per meter?
9. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap alih fungsi lahan yang dilakukan untuk pembangunan jalur kereta api?
10. Dapatkah anda menjelaskan kondisi wilayah ini sebelum dan setelah adanya konversi lahan pertanian?
11. Apakah masyarakat sekitar dilibatkan dalam proses pembangunan jalur kereta api?
12. Faktor apakah yang mendukung dan menghambat dalam proses alih fungsi lahan pertanian?
13. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh instansi dalam mengatasi hambatan tersebut?
14. Bagaimana kondisi petani setelah lahan pertaniannya digunakan untuk pembangunan jalur kereta api?
15. Bagaimana dinamika sosial yang terjadi pada masyarakat setelah hadirnya pembangunan jalur kereta api?
B. Informan Utama
1. Sudah berapa lama anda tinggal di wilayah ini?
2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu saat ini?
3. Berapa jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan bapak/ibu?
4. Apakah anda memiliki lahan yang terkena pembangunan jalur kereta api?
5. Berapa luas lahan anda yang terkena alih fungsi lahan?
6. Berapa ganti rugi yang anda terima?
7. Apakah ganti rugi yang anda terima dari pemerintah sudah sesuai dengan keinginan anda?
8. Ganti rugi yang anda terima dari pemerintah digunakan untuk apa saja?
9. Apakah bapak/ibu bergantung pada lahan pertanian seagai sumber penghasilan?
10. Jika tidak, apa sumber penghasilan lain yang Anda miliki?
11. Apakah keuntungan yang Anda peroleh dari alih fungsi lahan ini?
12. Apakah kerugian yang Anda rasakan selama ini dengan adanya alih fungsi lahan?
13. Setelah mengkonversikan lahan, apakah pendapatan bapak/ibu berubah?
Menurun, meningkat atau masih tetap?
14. Bagaimana dinamika sosial yang terjadi pada masyarakat setelah hadirnya pembangunan jalur kereta api?
C. Informan Pendukung
1. Sudah berapa lama anda tinggal di wilayah ini?
2. Apa pekerjaan Bapak/Ibu saat ini?
3. Berapa jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan bapak/ibu?
4. Bagaimana pendapat Anda mengenai pembangunan jalur kereta api yang dilakukan di wilayah ini?
5. Bagaimana tanggapan Anda mengenai alih fungsi lahan yang dilakukan di wilayah ini untuk pembangunan jalur kereta ap?
6. Menurut Anda apakah keuntungan dan kerugian yang di alami oleh masyarakat yang terkena dampak dari pembangunan jalur kereta api?
7. Bagaimana dinamika sosial yang terjadi pada masyarakat setelah hadirnya pembangunan jalur kereta api?
8. Apa harapan Anda dengan hadirnya pembangunan jalur kereta api di wilayah ini?
Daftar Informan Penelitian
1. Nama Lengkap : H. Abdul Haris
Tempat Tanggal Lahir : Pangkep, 05 Juni 1967
Alamat : Kelurahan Pundata Baji, Kecamatan Labakkang
Umur : 54 Tahun
Pekerjaan : Kepala Camat Labakkang 2. Nama Lengkap : Muh. Yusuf
Tempat Tanggal Lahir : Labakkang, Februari 02 1980 Alamat : Jl. Mawar, Kabupaten Pangkep
Umur : 41 Tahun
Pekerjaan : PLT. Kepala Desa Pattallassang 3. Nama Lengkap : Muh. Arha, S.Pi
Tempat Tanggal Lahir : Pangkep, 11 Oktober 1993 Alamat : Batiling, Desa Batara
Umur : 28 Tahun
Pekerjaan : Kepala Desa Batara 4. Nama Lengkap : Tamrin
Tempat Tanggal Lahir : Labakkang, 3 Juli 1982 Alamat : Kalibara, Desa Batara
Umur : 39 Tahun
Pekerjaan : Petani
5. Nama Lengkap : Futri
Tempat Tanggal Lahir : Bonto-Bonto, 15 Mei 1998
Alamat : Desa Pattallassang
Umur : 23 Tahun
Pekerjaan : Petani
6. Nama Lengkap : Ummu Aiman
Tempat Tanggal Lahir : Ela-elasa, 09 September 1992
Alamat : Desa Kassiloe
Umur : 29 Tahun
Pekerjaan : Petani
7. Nama Lengkap : Saharia
Tempat Tanggal Lahir : Pangkep, 08 Oktober 1979
Alamat : Kelurahan Pundata Baji, Kecamatan Labakkang
Umur : 42 Tahun
Pekerjaan : Penjual Sembako 8. Nama Lengkap : H. Habiba, S.Ag
Tempat Tanggal Lahir : Pangkep, 10 Maret 1963
Alamat : Kelurahan Pundata Baji, Kecamatan Labakkang
Umur : 58 Tahun
Pekerjaan : PNS
9. Nama Lengkap : Fatima
Tempat Tanggal Lahir : Kanaungan, 23 Mei 1968
Alamat : Kanaungan
Umur : 53 Tahun
Pekerjaan : IRT
Lampiran 3
DOKUMENTASI
Proses wawancara dengan Bapak Kepala Camat Labakkang Tanggal 18 Mei 2021
Proses wawancara dengan Bapak Kepala Desa Batara Tangal 20 Mei 2021
Proses wawancara dengan Bapak Tamrin Tanggal 18 Mei 2021
Proses wawancara dengan Bapak Kepala Desa Pattallassang Tangal 22 Mei 2021