BAB III PERENCANAAN
2. Distribusi Hujan Rancangan
Pada perencanaan bendungan, untuk memeperkirakan hidrograf banjir rancangan dengancara hidrograf sauan (unit hydrograph) perlu diketahui dahulu sebaran hujan jam-jaman dengan suatu interval tertentu.
Dalam stidi yang dilakukan, karena data pengamatan sebaran hujan tidak tersedia maka perhitungannya digunakan rumus Tanimoto/Borema, sebagai berikut :
π π‘ = π 24 π‘ (π‘
π)
2 3
π π = π‘ Γ π π‘ β (π‘ β 1) Γ π (π‘ β 1) Dengan :
Rt = curah hujan rata-rata sampai jam ke-t(mm) R24 = curah hujan harian maksimum rancangan (mm) T = jumlah dari jam, 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 (jam) Rt = distribusi curah hujan pada jam ke-t (mm)
Pada perencanaan bendungan, untuk memperkirakan hidrograf banjir rancangan dengan hidrograf satuan (unit hydrograph) perlu diketahui dahulu persebaran hujan jam-jaman dengan suatu interval tertentu. Sebaran jam-jaman dipilih dengan durasi hujan 6 jam yang menghasilkan debit banjir maksimum, setelah sebelumnya dicoba-coba dengan durasi hujan lainnya seperti 9 jam dan 12 jam.
Tabel 3. 5 Persebaran hujan jam-jaman
Sumber : Laporan Ringkas Pidekso
Untuk metode perhitungan debit banjir rencana digunakan Metode HSS Gamma I, sedangkan metode lainnya digunakan sebagai pembanding.
Karena tidak tersedianya data banjir dilokasi bendungan, maka untuk perhitungan Hidrograf banjir digunakan hidrograf satuan sintetis. Dalam studi ini dilakukan perhitungan hidrograf banjir dengan tiga metode yaitu HSS Nakayasu, Gamma-1 dan Snyder.
Dari ketiga metode tersebut, harga hasil hitungan dengan metode Gamma 1 yang dipilih sebagai hidrograf debit banjir rancangan, kemudian dicek dengan hasil hitungan metode HSS Nakayasu dan HSS Snyder pada perhitungan penelusuran banjir. Harga hasil hitungan Gamma 1 untuk debit PMF jika diplot pada kurva Creager bisa diterima sebagai banjir rancangan.
Rekapitulasi debit banjir puncak hasil perhitungan ketiga metode tersebut untuk berbagai kala ulang dan debit banjir rancangan yang terpilih untuk desain bendungan Pidekso dapat dilihat pada tabel dibawah berikut :
Tabel 3. 6 Debit banjir puncak berbagai metode yang digunakan
Sumber : Hasil Analisis Konsultan
Cara perhitungan banjir rancangan dengan menggunakan Metode Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Gamma-1 ini dilakukan oleh Sri Harto pada tahun 1985. Setelah mengadakan penelitian terhadap Β±30 DAS di Pulau Jawa.
Cara ini disajikan dalam bentuk persamaan-persamaan empiris tenang sifat dasar hidrograf satuan, yaitu waktu naik hidrograf (TR), waktu dasar hidrograf (TB) dan debit puncak hidrograf (Qp).
Gambar 3. 7 Hidrograf banjir waduk pidekso metode HSS Gamma I 0
100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
0 5 10 15 20 25 30
Hidrograf Banjir Waduk Pidekso Metode HSS Gamma I
Q25 Q100 Q1000 QPMF
3.3 Perencanaan Bangunan Pengelak (Konduit)
Bangunan pengelak merupakan bagian dari bangunan pelengkap Bendungan Pidekso. Desain bangunan pengelak dengan tipe konduit gali-tutup (cut & cover conduit). Bangunan ini selain memiliki fungsi untuk mengelakkan sungai selama pelaksanaan konstruksi juga berfungsi untuk mengeluarkan air irigasi dan air baku. Dari pertimbangan aspek lokasi daerah layanan, kondisi topografi dan geologi, lokasi bangunan pengelak diletakkan di bukit sandaran kiri.
Sebagai konduit pengelak, elevasi inlet dipasang pada EL. 159 m dan panjangnya kurang lebih 215 dengan bentuk penampang semi lingkaran ber- diameter 2.5 m. Setelah fungsi sebagai sarana pengelakkan sungai seleian inletnya ditutup dengan beton (concrete plugging). Selanjutnya untuk keperluan pengeluaran air irigasi dan air baku dibuatkan menara sadap dengan elevasi ambang pengambilan EL. 174.5 m.
Bangunan pengelak konduit yang difungsikan juga menjadi bangunan pengeluaran direncanakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sbb :
1. Sebagai bangunan pengelak sungai direncanakan berdasarkan debit rencana Q25, bangunan ini berfungsi untuk mengalirkan air musim hujan maupun musim kmarau selama pelaksanaan konstruksi tubuh bendungan.
2. Sebagai pengeluaran air untuk irigasi mengaliri areal seluas 1500 Ha dengan debit maksimum sebesar 1800 l/det dan air baku maksimum sebesar 300 l/det, dengan cara mengatur bukaan pintu sadap yang dipasang di menara pengambilan, dan
3. Sebgai sarana untuk pengosongan waduk apabila terjadi sesuatu yang membahayakan bendungan dan untuk itu harus dikosongkan, dengan kapasitas maksimum pengeluaran pada kondisi muka air normal adalah sebesar 18,8 l/det.
Pada perencanaan bangunan konduit pengelak di waduk pidekso awalnya pengelak memiliki tipe semi lingkaran dengan 1 buah lubang (berdasarkan DED) namun karena berbagai pertimbangan dari pihak konsultan supervisi
akhirnya dilakukan modifikasi desain penampang konduit menjadi persegi dengan 2 buah lubang.
3.3.1 Konduit Sesuai Detail Engineering Design (DED)
Berdasarkan gambar desain yang telah dikerjakan pada saat perencanaan terdahulu, konduit sesuai dengan DED secara garis besar dapat diketahui sebagai berikut :
ο Debit banjir rencana masuk (inflow) Qi25 : 249.08 m3/det
ο Debit banjir rencana keluar (outflow) B : 43.85 m3/det
ο Diameter (D) : 2.5 m
ο Tinggi (H) : 2.5 m
ο Tinggi (h) : 1.25 m
ο Lebar (B) : 2.5 m
ο Luas tampang basah (A) : 5.58 m2
ο Kemiringan dasar saluran (I) : 0.002
ο Koefisien kekasaran Manning (n) : 0.014
Gambar 3. 8 Penampang konduit sesuai DED
Data debit banjir rencana yang keluar (Outflow) didapat dari hasil routing yang dilakukan berdasarkan kondisi topografi serta debit masuk rencana (Inflow) pada saluran pengelak. Hasil tersebut didapat Output maksimal sebesar 43.85 m3/det yang terjadi pada jam ke 10, sementara itu elevasi muka air banjir (MAB) didapat berdasarkan limpasan yang terjadi (luasan hidrograf) menandakan
luasan area genangan dan dihubungkan dengan kurva massa hasil dari survei lokasi waduk. Penentuan elevasi MAB pada perencanaan saluran pengelak dimaksudkan untuk menentukan tinggi Cofferdam yang digunakan untuk membendung aliran sungai agar aliran dapat diarahkan ke saluran pengelak.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Hidrograf inflow β outflow Q25 hasil dari analisis konsultan sebagai berikut :
Gambar 3. 9 Hidrograf masuk dan keluar debit Q25
3.3.2 Dimensi dan Struktur Saluran Modifikasi Desain Konduit
Dimensi susulan modifikasi konduit adalah berupa konstruksi beton bertulang berbentuk kotak dengan dua lubang (double barrel conduit).
Adalun dimensi susulan modifikasi konduit dapat dilihat pada gambar dibawah berikut :
Gambar 3. 10 Modifikasi penampang konduit
ο Tipe Pengelak : 2 lubang segi empat
ο Elevasi Ambang Inlet Konduit : +159,00 m
ο Elevasi Dasar Outlet Konduit : +157,38 m
ο Debit banjir rencana masuk (inflow) Qi25 : 249.08 m3/det
ο Lebar (B) : 2.5 m
ο Tinggi (H) : 2.5 m
ο Tinggi (Ht) : 4.5 m
ο Lebar (B) : 2.5 m
ο Lebar (Penampang atas) : 8 m
ο Lebar (Penampang bawah) : 10.25 m
ο Luas tampang basah (untuk 1 lubang) : 6.07 m2
ο Luas tampang basah (untuk 2 lubang) : 12.14 m2
ο Kemiringan dasar saluran (I) : 0.00447
ο Koefisien kekasaran Manning (n) : 0.014
Sama seperti pada desain awal, debit outflow dihitung menggunakan routing dan menghasilkan debit sebesar 115.3 m3/det dengan elevasi genangan +168.29 m serta luas genangan 63.4 ha pada kondisi 2 lubang.
sedangkan jika hanya digunakan 1 lubang didapat debit maksimal sebesar 64.02 m3/det dengan elevasi genangan +170.094 m serta luas genangan 77.24 ha.
Gambar 3. 11 Hidrograf masuk dan keluar debit Q25
Dengan adanya susunan modifikasi desain konduit dari satu lubang menjadi dua lubang maka berdasarkan analisis piha konsultan, dapat disimpulkan secara ringkas sebagai berikut :
- Ketinggian elevasi genangan di dalam waduk bisa turun sedalam 2.4 m, dari EL +170.69 turun ke EL +168.29 m.
- Luas genangan di dalam waduk menjadi lebih kecil yaitu seluas 63.4 ha.
- Kapasitas pengeluaran melalui konduit menjadi naik dari 43.85 m3/det menjadi 115.30 m3/det, sehingga ada kenaikan kapasitas sebesar 263%
- Pada saat pemasangan hidro mekanikal air dari tampungan waduk masih bisa mengalir maksimum sebesar 64.02 m3/det (melalui satu lubang konduit masih bisa difungsikan untuk pengelakkan) , sehingga dampak sosial dapat dieliminir yang terkait dengan kebutuhan air sungai pada bagian hilir bendungan.
- Biaya konstruksi khisis untuk konduit akan terjadi kenaikan dari Rp.
16.118.573.981 menjadi Rp. 29.739.162.669 atau hampir dua kali kenaikannya.
Gambar 3. 12 Penampang memanjang konduit
3.4 Peralatan Hidromekanikal β Elektrikal
Peralatan hidromekanikal proyek pembangunan bendungan dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan : fungsi, adanya alternatif, biaya konstruksi, struktur sederhana, bebas dari gangguan (trouble free), rehabilitas dan mudah baik dalam pengoperasian maupun perawatannya berdasarkan kondisi operasi dan fungsinya. Peralatan hidromekanikal-elektrikal Bendungan Pidekso terdiri dari :
1. Menara Sadap, terdiri dari :
ο· Pintu Pemeliharaan sebanyak 2 buah, berupa pintu sorong 1.5 m x 1.5 m
2. Rumah Katup No. 1, terdiri dari :
ο· Pintu darurat/penguras : Pintu sorong 0.8 m x 0.8 m, 1 bh
ο· Pintu pengaman : Pintu Katup Γ 0.6 m, 1 bh
ο· Pintu pengatur irigasi : Pintu Jetflow Γ 0.6 m, 1 bh
ο· Pintu pengatur air baku : Stop Valve Γ 0.3 m, 1 bh 3. Rumah Katup No. 2, terdiri dari :
ο· Pintu darurat/penguras : Pintu sorong 0.8 m x 0.8 m, 1 bh
ο· Pintu pengaman : Pintu Katup Γ 0.6 m, 1 bh
ο· Pintu pengatur irigasi : Pintu Jetflow Γ 0.6 m, 1 bh
ο· Pintu pengatur air baku : Stop Valve Γ 0.3 m, 1 bh
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan pola operasi, dimensi dan kondisi desain, maka untuk Bendungan Pidekso direncanakan peralatan
hidromekanikal sebagai berikut : 3.4.1 Pintu Pemeliharaan
a. Tipe : Pintu Stoplog
b. Jumlah : 1 (satu) set.
c. Lebar bentangan : 1.5 m.
d. Tinggi bentang pintu : 1.5 m.
e. Ketinggian air normal (NWL) : EL. 185.0 m.
f. Elevasi dudukan pintu : EL. 174.5 m.
g. Ketinggian air desain : 12.5 m
h. Metode karet perapat : 4 permukaan sisi karet di posisi hilir
i. Maksimum lendutan balok : 1/800 j. Persyaratan karat : 2.0 mm 3.4.2 Pintu Operasi Intake
a. Tipe : Pintu Stoplog
b. Jumlah : 1 (satu) set.
c. Lebar bentangan : 1.5 m.
d. Tinggi bentang pintu : 1.5 m.
e. Ketinggian air normal (NWL) : EL. 185.0 m.
f. Elevasi dudukan pintu : EL. 174.5 m.
g. Ketinggian air desain : 12.5 m
h. Metode karet perapat : 4 permukaan sisi karet di posisi hilir
i. Maksimum lendutan balok : 1/800 j. Persyaratan karat : 2.0 mm Kapasitas Alat Angkat Pintu
1. Spesifikasi alat angkat pintu
Tipe alat angkat pintu : Tipe spindel dengan penggerak listrik/manual
Jumlah : 1(satu) set
Kecepatan angkat : 0.3 m/min
Daya listrik : 400V, 50 Hz, 3 Phase, 4 kawat.
Material Spindel : Sus 304 dengan diameter 80 mm 2. Kapasitas motor yang digunakan.
π = πΉ Γ π 6.12 Γ π
π = 8 Γ 0.3
6.12 Γ 0.25= 1.57 ππ = 2.2 ππ
3.4.3 Pintu Pengelak
a. Tipe : Pintu Stoplog
b. Jumlah : 1 (satu) set.
c. Lebar bentangan : 2.5 m.
d. Tinggi bentang pintu : 2.5 m.
e. Ketinggian air banjir (FWL) : EL. 185.0 m.
f. Ketinggian air normal (NWL) : EL. 185.0 m.
g. Elevasi dudukan pintu : EL. 159.0 m.
h. Ketinggian air desain : 26.0 m
i. Metode karet perapat : 4 permukaan sisi karet di posisi hilir
j. Maksimum lendutan balok : 1/800 k. Persyaratan karat : 0 mm
3.4.4 Desain Saringan Sampah
a. Tipe Saringan : Bar Elemen Tetap
b. Jumlah : 1 (satu) unit
c. Lebar Bentangan : 3.0 m.
d. Tinggi Bnetangan : 5.0 m.
e. Gradien : 90o (0o)
f. Pit bar elemen : 100 mm. (center ke center)
g. Tinggi bar : 12 mm.
h. Lebar bar : 100 mm.
i. Elevasi : 2 mm
j. Lendutan : Maksimum 1/600 dari bentangnya
k. Material : Material JIS. G 3101 β SS 400;
i. ΟΟ = 2,400 kg/cm2 ii. Οb = 1,200 kg/cm2
3.4.5 Perhitungan Tebal Dinding Pipa
a. Tipe Penstok : Terbuka
b. Jumlah : 1 (satu) Set
c. Diameter : 800 mm.
d. Panjang : Β±200 meter
e. Ketinggian air banjir (FWL) : EL. 187.0 m f. Ketinggian air normal (NWL) : EL. 185.0 m
g. Elevasi dudukan senter pipa : EL. 159.4 m h. Ketinggian air desain : 27.6 m
i. Persyaratan karat : 2.0 mm
j. Material : Material JIS. G 3101 β SS400;
i. ΟΟ = 2,400 kg/cm2 ii. Οb = 1,200 kg/cm2 Tebal Dinding
Tebal dinding pipa dapat dihitung dengan rumus : π‘ =π Γ π·ππππ
2 Γ πππππ + 0.2
Dimana :
P = Tekanan didalam pipa = 2.76 kg/cm2
D = Diameter pipa = 800 mm
Οa = Tegangan ijin = 1200 kg/cm2
t = Tebal dinding pipa = cm π‘ =2.76 Γ 80
2 Γ 1200 + 0.2 = 0.29 ππ πππππππ 0.8 ππ ππ‘ππ’ π ππ Catatan :
Untuk Pintu Jet Flow dan Pintu Bonneted diasumsikan beli atau dari pabrikan
BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN SALURAN PENGELAK 4.1 Umum
Pada pembangunan suatu bendungan diperlukan beberapa tahapan, diantaranya adalah pengelakan aliran sungai. Proses pengelakkan sungai ini bertujuan untuk mengalihkan aliran sungai agar air tidak menggenangi lokasi pembangunan selama periode pelaksanaan kontruksi bendungan. Pada proses pengelakkan aliran sungai tersebut diperlukan saluran pengelak yang berfungsi untuk mengelakkan aliran sungai. Saluran pengelak pada proyek pembangunan Waduk Pidekso ini menggunakan saluran tertutup berupa conduit.
Gambar 4. 1 Layout pekerjaan proyek
Gambar 4. 2 Lokasi pekerjaan konduit
Proses pekerjaan conduit pengelak dibagi menjadi 19 sekmen dengan masing masing sekmen memiliki panjang yang berbeda. Untuk pelaksanaan
pekerjaan saluran conduit pengelak kali ini, sekmen yang ditinjau adalah khusus sekmen 17.
Proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi konduit pengelak memiliki alur pekerjaan mulai dari galian tiap sekmen sampai pada akhirnya tahap pengecoran. Untuk lebih jelasnya dapat dillihat pada flow chart dibawah ini:
Gambar 4. 3 Flowchart pekerjaan pengelak
Data Teknis Konduit
Gambar 4. 4 Penampang melintang konduit
Debit Banjir Inflow Q25 : 295.65 m3/detik Debit Banjir Outflow Q25 : 44,03 m3/detik
Tipe Pengelak : 2 lubang segi delapan diameter 2,5 m Elevasi Ambang Inlet Konduit : +159,00 m
Elevasi Dasar Outlet Konduit : +157,38 m 4.2 Alat dan Material
Alat dan material yang digunakan pada pekerjaan conduit pengelak adalah sebagai berikut:
Alat
4.1 Alat Ukur
Alat ukur adalah alat yang bertujuan untuk kebutuhan pemetaan seperti menentukan titik koordinat dilapangan dan menentukan elevasi suatu tempat. Dalam pekerjaan conduit pengelak ini, alat ukur digunakan untuk menentukan lokasi as conduit dan elevasi dasar conduit pengelak. Alat ukur yang digunakan meliputi electronic station, waterpass, pole prisma, dan tripod.
4.2 Excavator
Excavator adalah jenis alat berat yang digunakan untuk membuat kemiringan (sloping), memuat dumptuck (loading material), pemecah batu (breaker), dan sebagainya. Dalam pekerjaan conduit pengelak ini, jenis excavator yang digunakan ada 3 yaitu:
ο· Excavator bucket, untuk memindahkan material ke dump truck
ο· Ripper, untuk membuat kemiringan
ο· Breaker, untuk memecahkan batu atau material keras lain
Jumlah excavator yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan conduit pengelak adalah masing-masing satu untuk excavator bucket, ripper, dan breaker.
4.3 Dump Truck
Dump truck digunakan untuk memindahkan dan mengangkut material hasil galian menuju ke tempat pembuangan sementara (disposal).
4.4 Truck Mixer
Truck mixer merupakan kendaraan yang digunakan untuk mengangkut adukan beton ready mix dari tempat pencampuran beton kelokasi proyek dimana selama dalam pengangkutan mixer terus berputar dengan
kecepatan 8-12 putaran permenit agar beton tetap homogen serta tidak mengeras. Selain itu pada saat penuangan beton, digunakan concrate pump agar beton tidak mengalami segregasi mengingat pengecoran dilakukan pada sebuah lubang konduit dengan kedalaman sekitar 5 m 4.5 Peralatan bekisting
Bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
Material 1. Semen
Semen merupakan bahan perekat dari agregat untuk membuat beton.
Dalam pekerjaan konstruksi conduit pengelak Waduk Pidekso, semen yang digunakan adalah semen Portland tipe I.
2. Admixture
Admixture merupakan bahan kimia campuran beton yang digunakan untuk memodifikasi sifat dan karakteristik beton. Dengan adanya admixture, diharapkan dapat meningkatkan kekuatan beton dan meningkatkan sifat kedap air pada beton.
3. Agregat
Agregat merupakan material campuran beton yang paling penting dan terdiri dari agregat kasar (batu dan kerikil) dan agregat halus (pasir).
4. Tulangan
Fungsi utama baja tulangan pada struktur beton bertulang adalah untuk menahan gaya tarik agar beton terhindar dari keretakan. Dalam pekerjaan konstruksi conduit pengelak Waduk Pidekso, tulangan baja yang digunakan adalah tulangan ulir dengan diameter sebagai berikut:
ο· D13
ο· D16
ο· D19
ο· D22
ο· D25
4.3 Persiapan Kerja
Sebelum melakukan segala kegiatan pekerjaan proyek, setiap harinya kecuali hari jumat diadakan kegiatan βToolbox Meetingβ yaitu kegiatan semacam pengarahan kepada para pekerja yang akan melakukan pekerjaan pada hari itu. Arahan-arahan yang disampaikan berupa informasi terkait pekerjaan apa saja yang akan dilakukan serta himbauan kepada para pekerja agar tetap berhati-hati dalam bekerja dan tetap mengutamakan keselamatan kerja. Arahan disampaikan dari pihak K3L, pengawas lapangan atau mandor baik itu dari pihak kontraktor utama maupun dari sub kontraktor. kegiatan Toolbox Meeting dilaksanakan pada 2 bagian pekerjaan, masing-masing pekerjaan tersebut yaitu pekerjaan bagian tumpuan kiri dan kanan bendungan.
Kegiatan tersebut dijadwalkan pukul 07.30. Selain itu ada pula apel pagi yang diadakan setiap hari jumat pukul 07.30. berbeda dengan dengan Toolbox Meeting yang dilakukan terpisah antara bagian pekerjaan tumpuan kiri dan kanan bendungan, kegiatan apel pagi dilakukan pada tempat yang sama yaitu di halaman Site Instalation.
Gambar 4. 5 Kegiatan toolbox meeting
Setelah kegiatan Toolbox Meeting atau apel pagi selesai dilaksanakan yang ditandai dengan teriakan jargon yang dilontarkan oleh semua pekerja, selanjutnya para pekerja melakukan mobilisasi ke tempat pekerjaannya masing- masing.
4.3 Pekerjaan Galian Tanah
Pekerjaan galian tanah untuk konstruksi koduit pengelak dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian tebing tumpuan kiri tubuh bendung dan bagian tiap sekmen conduit. Tebing tumpuan kiri bendung perlu di gali karena as konduit pengelak memotong sepanjang tebing tersebut dari segmen 4 sampai segmen 19.
Dalam pekerjaan galian tanah untuk konstuksi pengelak, galian yang mahasiwa tinjau adalah galian pada sekmen 17 yang memiliki penampang trapesium. Sekmen tersebut digali sepanjang 12.2 m, dengan kedalaman 5 meter, lebar atas 10 meter, dan lebar bagian bawah 5 meter. Dengan demikian, volume galian pada sekmen 17 adalah 468 m3. Pekerjaan galian tanah untuk sekmen 17 dilakukan dengan bantuan alat excavator bucket dan ripper (kuku bima).
Selanjutnya, material galian hasil dari sekmen 17 di angkut menggunakan dump truck menuju tempat pembuangan sementara (disposal).
Tempat pembuangan material hasil galian terdiri dari dua tempat, yaitu disposal 3.1 dan disposal 3.2. Hasil material dihampar di area disposal, lalu
dipisahkan dengan material yang dapat dipakai dengan yang tidak dapat dipakai kembali. Setelah itu diratakan menggunakan bulldozer.
Gambar 4. 6 Proses menggali menggunakan excavator
Gambar 4. 7 Hasil galian tampak atas
Gambar 4. 8 Pengikisan tebing menggunakan breaker
Gambar 4. 9 Area pekerjaan pengelak
Gambar 4. 10 Sketsa area pengelak tampak atas
4.4 Pengecoran Lantai Kerja
Pekerjaan lantai dasar merupakan bagian awal pekerjaan konstruksi bangunan konduit. Pekerjaan ini meliputi pengecoran bagian dasar/lantai kerja yang akan digunakan untuk tahap konstruksi lain pada bagian atasnya. Fungsi utama dari lantai kerja adalah untuk memudahkan konstruksi yang dilakukan, membersihkan area kerja serta pada konduit memiliki fungsi utama yaitu untuk penentuan elevasi dasar. Pada umumnya pekerjaan lantai dasar dilakukan dengan melakukan pengecoran beton setebal 10 cm sepanjang area yang akan dilakukan pengerjaan konstruksi. Sebelum memulai pengecoran, dilakukan pembersihan terlebih dahulu permukaan tanah yang akan dituangkan beton dari debu atau butir tanah dengan cara menyapu, menyemprotkan air (Water Compressor), atau dengan menggunakan kompresor (Portable Air Compressor).
Gambar 4. 11 Pembersihan permukaan tanah
Gambar 4. 12 Pembersihan permukaan tanah menggunakan air compressor
Setelah melakukan pembersihan permukaan tanah, langkah berikutnya adalah mulai tahap pengecoran. Dalam pelaksanaan yang dilakukan, terdapat 2 jenis mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan lantai dasar, yaitu mutu beton K125 untuk area kerja segmen 1-12 dan mutu beton K225 pada area kerja segmen 13-19.
Gambar 4. 13 Penuangan beton untuk lantai kerja
Gambar 4. 14 Curring beton
Berikut merupakan estimasi waktu yang dibutuhkan selama pelaksanaan pekerjaan lantai dasar dalam 1 segmen (L=12.2 m)
Tabel 4. 4 Estimasi waktu pengecoran lantai kerja
Pengecoran menggunakan readymix yang dibawa dari Batching Plant PT. Unggul Sejati Indonesia kemudian dialirkan ke dalam lubang galian conduit sedalam 5 m menggunakan talang.
Berikut jalur truk mixer pada saat melakukan aktivitas pengecoran dari batching plant ke area konduit.
Gambar 4. 15 Jalur aktivitas truk mixer selama pengerjaan konduit
4.6 Penulangan Struktur
Perakitan struktur konduit dilakukan dilapangan atau di area kerja.
Sebelumnya besi tersebut telah dipotong terlebih dahulu di area site instalation sesuai bagian-bagian yang telah ditentukan, kemudian diangkut untuk dirakit di lapangan dengan cara disambung dan diikat menggunakan kawat bendrat.
Penulangan konduit terbagi menjadi 2 tipe yaitu tipe 1 dan 2. Struktur penulangan tipe 1 digunakan untuk segmen 1-12 (bagian hulu) dan tipe 2 untuk segmen 13-19 (bagian hilir). Adanya perbedaan 2 tipe tersebut dikarenakan pada tipe 1 tidak hanya menahan beban tanah pada bagian atas, tetapi terdapat beban tambahan yaitu air yang akan menggenang pada waduk.
Gambar 4. 16 Rencana penulanagan konduit tipe 1
Gambar 4. 17 Rencana penulangan konduit tipe 2
Gambar 4. 18 Proses pemotongan besi
Gambar 4. 19 Sketsa pemasangan tulangan tahap 1
Gambar 4. 20 Proses penulangan konduit
Gambar 4. 21 Perletakan tulangan konduit
Pada saat pemasangan tulangan konduit, terlebih dahulu tulangan dipasang deck agar pada saat melakukan pengecoran bagian tulangan tetap berada pada bagian yang terselimuti beton. Deck yang digunakan setinggi 10 cm yang terpasang pada beberapa titik diatas permukaan lantai kerja serta berbahan dasar beton dengan mutu beton yang sama (K225)
4.7 Pemasangan Bekisting
Bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
Bekisting yang digunakan berbahan dasar Phenol Film dan untuk bingkainya
menggunakan pipa besi berbentuk persegi, serta menggunakan kayu sebagai cadangan apabila pipa besi habis. Agar mendapatkan hasil yang efektif dalam penggunaan Phenol Film pada proses bekisting, sebelum melaksanakan pengecoran Phenol Film diolesi minyak terlebih dahulu agar plat tersebut dapat digunakan kembali. Selain itu terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pemasangan bekisting yaitu bekisting yang terpasang harus kuat, presisi, tidak bocor, kedap air, mudah dibongkar dan awet.
Setelah pekerjaan penulangan struktur tahap 1 telah selesai dilakukan, maka dilanjutkan dengan pemasangan bekisting dan pengajuan pemeriksaan bersama untuk kesiapan penulangan dan pemasangan bekisting sebelum dilaksanakan pengecoran. Saat tim bekisting bekerja di segmen 1 maka tim besi juga bekerja memasang besi di segmen 2. Pemasangan bekisting tahap 1 dilakukan pada bagian dasar penampang basah saluran hingga batas pengecoran tahap 1, atau sampai batas kelengkungan pada sisi bagian bawah penampang.
Bersamaan dengan pemasangan bekisting, dilakukan juga pemasangan waterstop pada bagian-bagian penampang beton yang menjadi penyambung pada tiap-tiap segmennya. Fungsi water stop yaitu untuk menahan jalannya air baik yang berasal samping, atas maupun arah lainya agar tidak merembes ke beton. Meskipun fungsinya sangat penting, bukan berarti pemasangan dalam jumlah banyak akan menjadi baik dengan kemungkinan potensi air yang merembes akan kecil, namun memberikan dampak lain yaitu brton tidak bisa
tersambung dengan sempurna sehingga berpotensi mengalami keretakan atau patah pada sambungan tersebut.
Gambar 4. 22 Pemasangan waterstop
Gambar 4. 23 Bekisting yang sudah terpasang
4.8 Pengecoran Struktur
Setelah pemasangan besi dan pemasangan bekisting dan telah dilakukan joint inspection bersama antara owner, konsultan dan kontraktor dan melakukan cheklist pekerjaan selesai maka dapat dilakukan proses pengecoran.
Pengecoran struktur menggunakan concrete pump agar beton tidak mengalami segregasi dikarenakan lokasi pengecoran pada kedalaman 5 m. Saat pengecoran berlangsung di segmen 1, maka di segmen 2 tim bekisting dapat bekerja apabila pekerjaan pembesian di segmen 2 telah selsai. Mutu beton yang digunakan adalah K 225. Mutu beton yang dipakai adalah K 225, sebelum