• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI METODE PAIRED STORYTELLING PADA MATA PELAJARAN

BAHASA INDONESIA KELAS 5 SD INPRES PAMPANG 1 KOTA MAKASSAR

INCREASE STUDENTS’ SPEAKING ABILITY BY USING PAIRED STORYTELLING METHOD ON INDONESIAN COURSE OF CLASS 5 SD

INPRES PAMPANG 1 MAKASSAR.

Rusli Riang, Andi Hamsiah, Susalti Nur Arsyad Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Bosowa Makassar, Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil peningkatan kemampuan berbicara Bahasa Indonesia murid kelas 5 SD Inpres Pampang 1 Kota Makassar dengan menggunakan metode Paired Storytelling.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas V SD Inpres I Pampang Makassar yang berjumlah30 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes pada siklus I dan II dan melakukan observasi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hasil belajar peserta didik dalam penelitian ini menunjukan peningkatan yang sangat baik. Pada data awal nilai rata-rata peserta didik hanya memperoleh nilai rata-rata sebesar 49.75 nilai ini masih kurang dari kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 65. Kemudian pada siklus II nilai rata-rata peserta didik mengalami peningkatan dari siklus I yaitu 72 yang sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik pada penelitiaini ini telah memenuhi ketuntasan klasikal 86.7%. Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka mengajukan saran bagi guru, agar dapat menambah pengetahuan dan pemahaman bahwa metode paired storytelling dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran agar lebih menarik dan peserta didik merasa senang dan mampu menerima pembelajaran dengan baik.

Kata kunci: Kemampuan Berbicara, Paired Storytelling

PENDAHULUAN

Berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang harus dimikili setiap siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Berbicara juga merupakan tolok ukur dalam kegiatan pembelajaran bahasa inggris (speaking) di sekolah. Target

berbicara mencakupi kemampuan yang harus dimiliki siswa untuk dapat mengungkapkan gagasan-gagasan penting. Sayangnya, tujuan pembejaran tersebut belum dapat dicapai oleh setiap siswa disekolah secara maksimal. Masih banyak kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam setiap pembejaran bahasa Inggris pada kemampuan berbicara (speaking) di sekolah. Masalah dan kekurangan tersebut muncul dari pendidik dan juga peserta didik. Penggunaan metode yang kurang tepat menjadi salah satu dari beberapa faktor yang menyebabkan hal itu terjadi.

Pembelajaran bahasa bersifat monoton dan tidak bervariasi membuat siswa merasa jenuh dan tidak tertarik dalam proses pembelajaran. Walaupun demikian, kemauan siswa untuk belajar juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan keaadaan ini terjadi pada pembelajaran di sekolah. Pada dasarnya, kedua unsure ini harus saling mendukung. Hal ini lah yang sering terjadi pada pembelajaran bahasa Inggris berbicara (speaking) di sekolah menengah pertama.

Banyak siswa yang tidak tahu ingin mengeluarkan gagasan atau ide ketika diminta gurunyauntuk berbicara. Mereka lebih memilih diam dan tidak mengeluarkan kalimat apapun kecuali hanya ketika diminta untuk mengulang apa yang telah disampaikan guru. Situasi seperti ini sering kali terjadi dan ditemui pada proses belajar mengajar di sekolah. Hal ini tentu saja harus diberantas dan jangan sampai bertahan sampai batas waktu yang belum diketahui. Minimnya pelatihan dan pendidikan kilat yang dimiliki oleh seorang guru juga dapat mempengaruhi situasi ini. Tentu saja ini merupakan situasi yang harus dipecahkan dan dicari solusi untuk perbaikan ke depannya.

Diketahui fenomena siswa di sekolah SD Inpres I Pampang Makassar yang semakin malas belajar bahasa Indonesia dan sikap memandang remeh serta acuh terhadap bahasa Indonesia menyelimuti sebagian besar siswa. Gejalanya, siswa sering ngantuk, tidak bergairah, under estimate saat mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia di kelas. Siswa tidak memiliki kesadaran dan pemahaman yang cukup tentang pentingnya keterampilan berbahasa dan tata bahasa praktis bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan sebaiknya materi yang dibawakan oleh guru jangan terlalu meluas. Guru seharusnya membawakan materi untuk satu topik pembahasan dan melibatkan kreativitas peserta didik. Dalam pembelajaran peserta didik harus diberi saluran bereksplorasi dalam bercerita. Bereksplorasi bermakna menggali, menemukan, dan mendeteksi cara bercerita melalui pemahaman isi cerita secara berpasangan.

Upaya ini membuat peserta didik lebih nyaman berceritadi depan kelas sebab mampu mengembangkan ekspresi dan kreativitasnya bersama pasangannya.

Berdasarkan pengamatan lebih lanjut peneliti pada saat di lapangan diketahui bahwa kemampuan berbicara siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. Hal ini diketahui pada saat siswa menyampaikan pesan/informasi yang bersumber dari media yang seharusnya siswa menyampaikan dengan bahasa yang runtut, baik, dan benar.

Tetapi isi pembicaraan yang disampaikan oleh siswa tersebut kurang jelas.

Siswa di SD Inpres I Pampang berbicara mereka tersendat-sendat sehingga isi

pembicaraan menjadi tidak jelas. Ada pula di antara siswa yang tidak mau berbicara di depan kelas. Selain itu, pada saat guru memerintahkan kepada siswa untuk maju kedepan kelas untuk menceritakan sebuah cerita, siswa ada yang tidak mau maju kedepan kelas karena takut salah dalam berbicaranya. Pada kondisi ini para siswa belum menunjukkan keberanian untuk bercerita. Siswa takut salah didepan teman-temannya apalagi jika siswa berdiri sendiri didepan kelas untuk bercerita.

Oleh karena itu, peneliti ingin menerapkan metode Paired Storytelling untuk memecahkan masalah ini. Metode Paired Storytelling adalah suatu metode yang mendorong siswa untuk mengeluarkan gagasan, topik, ide yang ada dalam pikirannya melalui berbicara secara berpasangan. Pada penerapan metode ini, ada beberapa unsur yang harus diterapkan seperti konsep, prosedur, penilaian, aspek yang harus dilakukan dalam penerapan metode ini.

Metode ini diharapkan mampu memecahkan permasalah pembelajaran seperti yang telah dipaparkan di atas. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti termotivasi melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui metode Paired Storytelling pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas 5 SD Inpres Pampang 1 Kota Makassar.”

Bahan dan Metode Penelitian.

Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas praktik pembelajaran di kelas. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V SD Inpres I Pampang Makassar.Lokasi penelitan terletak di Jl. Pampang 1 No 50. Sekolah ini memiliki 6 ruang kelas, ruang guru, perpustakaan dan luas tanah 2.542M2

Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas V SD Inpres I Pampang Makassar yang berjumlah30 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes pada siklus I dan II dan melakukan observasi.

HASIL

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hasil belajar peserta didik dalam penelitian ini menunjukan peningkatan yang sangat baik. Pada data awal nilai rata-rata peserta didik hanya memperoleh nilai rata-rata sebesar 49.75 nilai ini masih kurang dari kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 65. Kemudian pada siklus II nilai rata-rata peserta didik mengalami peningkatan dari siklus I yaitu 72 yang sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik pada penelitiaini ini telah memenuhi ketuntasan klasikal 86.7%. Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka mengajukan saran bagi guru, agar dapat menambah pengetahuan dan pemahaman bahwa metode paired storytelling dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran agar lebih menarik dan peserta didik merasa senang dan mampu menerima pembelajaran dengan baik

Dalam dokumen peningkatan kemampuan berbicara siswa melalui (Halaman 110-115)

Dokumen terkait