• Tidak ada hasil yang ditemukan

peningkatan kemampuan berbicara siswa melalui

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "peningkatan kemampuan berbicara siswa melalui"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

Meningkatkan keterampilan berbicara siswa melalui metode pair-telling pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 5 SD Inpres Pampang 1 Kota Makassar. Meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan metode pair-telling di kelas Bahasa Indonesia 5 SD Inpres Pampang 1 Makassar.

Latar Belakang Masalah

Gejalanya adalah siswa sering mengantuk, tidak bersemangat, diremehkan saat belajar bahasa Indonesia di kelas. Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Metode Cerita Berpasangan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 5 SD Inpres Pampang 1 Kota Makassar.

Rumusan Masalah

Metode Paired Storytelling adalah metode yang mendorong siswa untuk mengungkapkan ide, topik, gagasan yang ada di kepala mereka dengan cara berbicara secara berpasangan. Dalam penerapan metode ini terdapat beberapa unsur yang harus diterapkan seperti konsep, prosedur, penilaian, aspek yang harus dilakukan dalam penerapan metode ini.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Implikasi dari pemahaman tersebut dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah bahwa dalam kegiatan pembelajaran, siswa harus mengetahui manfaat dari materi yang dipelajarinya; Manusia selain memiliki kesamaan juga memiliki keunikan.Dampak dari pemahaman tersebut terhadap pembelajaran bahasa Indonesia adalah bahwa pembelajaran tidak hanya bersifat kelompok, tetapi juga bersifat individual.

Keterampilan Berbicara

Pendengar akan lebih bersemangat dan lebih mengerti jika kata-kata yang digunakan sudah dikenal oleh pendengar. Kata-kata yang tidak dikenal membangkitkan rasa ingin tahu, tetapi menghalangi kelancaran komunikasi.

Metode Paired Storytelling

Sebelum materi pelajaran diberikan, guru memberikan pengenalan tentang topik-topik yang tercakup dalam materi pelajaran hari itu. Yang lebih penting adalah kemauan mereka mengantisipasi materi yang akan diajarkan hari itu.

Gambar 2.1: Bagan Kerangka Pikir Pembelajaran Bahasa
Gambar 2.1: Bagan Kerangka Pikir Pembelajaran Bahasa

Lokasi Penelitian

Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

Penelitian tindakan kelas pada umumnya dilakukan oleh guru bekerja sama dengan peneliti atau dirinya sendiri sebagai guru dengan peran ganda melakukan penelitian individual di kelas, di sekolah atau tempat dia mengajar dengan tujuan menyempurnakan atau memperbaiki proses pembelajaran. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pendekatan untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan melakukan perubahan untuk meningkatkan hasil belajar mengajar (Supardi, 2007:105). Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah tindakan sistematis sebagai upaya perbaikan yang dilakukan oleh guru dengan melakukan suatu tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi hasil setelah melakukan suatu tindakan.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas praktik pembelajaran di kelas sehingga terjadi peningkatan hasil kemampuan berbicara siswa. Dari hasil observasi awal diketahui bahwa sebagian besar siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan siswa tidak dapat berbicara dengan baik di depan kelas, sehingga diperlukan tindakan kelas untuk mengatasi permasalahan yang muncul di kelas.

Variabel dan Definisi Operasional

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang terorganisasi yang meliputi unsur materi, benda, peralatan, dan proses yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pairing storytelling adalah “metode pengajaran pairing storytelling yang dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pelajaran menyimak.

Subjek Penelitian

Instrumen Penelitian

Prosedur Penelitian

Siklus I

Berdasarkan soal latihan di kelas V SD Inpres I Pampang Makassar yang tertera di latar belakang soal latihan, pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan dengan metode Paired Storytelling. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) seperti pada lampiran. Alat yang dimaksud meliputi lembar observasi aktivitas siswa (terlampir) dan persiapan tes lisan untuk mengukur kelancaran belajar siswa.

Evaluasi dalam penelitian ini dilakukan sedemikian rupa sehingga semua kekurangan dalam proses pembelajaran dicatat, kemudian dicari solusi untuk menghilangkan kekurangan yang teridentifikasi tersebut.

Siklus II

Dalam pelaksanaan II meliputi pelaksanaan kegiatan yang direncanakan terlebih dahulu dengan membuat RPP (terlampir) berdasarkan hasil analisis dan refleksi I dan rencana aksi II. Hal ini dilakukan untuk melihat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan hasil tes keterampilan berbicara siswa. Metode ini digunakan untuk mengamati aktivitas belajar siswa untuk melihat apakah proses pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Pre-test adalah suatu jenis tes yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai materi atau materi yang akan diajarkan. Tes akhir adalah tes yang ditunjukan untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa setelah pelaksanaan pembelajaran (Sudijono. Bentuk tes yang digunakan adalah media gambar, dimana siswa diminta untuk menyebutkan apa yang diketahui dan mendeskripsikan ide siswa terkait dengan gambar yang dilihat.

Tabel 3.1. Lembar Observasi Guru
Tabel 3.1. Lembar Observasi Guru

Teknik Analisis Data

Setelah mendapatkan sumber data, langkah selanjutnya adalah menganalisis data, mengatakan bahwa proses analisis data dimulai dengan memeriksa semua data yang tersedia dari berbagai sumber. Penelitian ini menganalisis hasil keterampilan berbicara siswa yang dicapai, juga untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran dalam bentuk kualitatif. Analisis penerapan metode pairing storytelling diperoleh dari data aktivitas siswa selama proses pembelajaran melalui lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya.

Analisis hasil tes berbicara pada subjek dapat dilihat dari hasil tes setelah tindakan Jenis tes yang digunakan adalah tes lisan Tes lisan digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki kemampuan berbicara. Penelitian Tindakan Kelas (KAR) ini dinyatakan berhasil jika hasil yang dicapai siswa memenuhi indikator keberhasilan. Keberhasilan hasil belajar dapat dilihat pada pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan pencatatan materi yang ditentukan oleh sekolah yaitu nilai ≥ 65 untuk aspek berbicara materi soal faktual dan ketuntasan klasikal ditentukan oleh sekolah dapat tercapai jika rata-rata hasil ulangan siswa ≥ 85% dari jumlah siswa di kelas tuntas.

Tabel 3.8  Lembar Penilaian  Nama Siswa    :
Tabel 3.8 Lembar Penilaian Nama Siswa :

Hasil Penelitian

Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata dan ketuntasan hasil belajar diperoleh hasil tes awal belajar pada siklus I siswa kelas V SD Inpres Pampang 1 mencapai nilai rata-rata 49,75 dan ketuntasan belajar sebesar 6,7% yaitu termasuk dalam kriteria belum tercapai. Nilai rata-rata kelas dari 30 siswa dalam menjawab soal pada siklus I adalah 49,75. Pada siklus I pertemuan I dan II, rata-rata siswa kurang mampu menguasai kelima aspek berbicara.

Pada siklus I pertemuan I dan II, kemampuan berbicara siswa dengan metode pairid storytelling masih kurang, karena dari 30 siswa hanya 2 siswa yang tamat belajar. Berdasarkan hasil refleksi pembelajaran baik dari segi proses maupun dari segi hasil menunjukkan bahwa tindakan siklus I belum menunjukkan poin keberhasilan yang maksimal, sehingga penelitian pada siklus II perlu dilanjutkan untuk melihat sejauh mana keberhasilan yang dicapai. dalam meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa pada materi bercerita dengan menggunakan metode pair storytelling. Setelah siklus pertama dilaksanakan dan berdasarkan hasil observasi dan refleksi, dibuat perencanaan yang baik lagi agar penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan harapan yang ingin dicapai dan tercapainya peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan metode pairing storytelling. metode.

Berdasarkan tabel hasil tes berbicara siklus II dapat dilihat dari nilai hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas V SD Inpres Pampang 1 dengan rata-rata 72 termasuk dalam kriteria baik. Pada siklus kedua pertemuan I dan II, rata-rata siswa berhasil menguasai kelima aspek berbicara. Pada siklus I pertemuan I dan II, kemampuan berbicara siswa dengan menggunakan metode narasi berpasangan meningkat dari 30 siswa, hanya 26 siswa yang tuntas belajar dan 4 siswa tidak tuntas belajar.

Dalam refleksi ini peneliti dan dua orang observer (pengamat) mendiskusikan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan hasil observasi dan hasil belajar yang diperoleh. Dari diskusi yang berlangsung setelah melihat hasil observasi pada Siklus II, peneliti memutuskan untuk menghentikan tindakan karena tujuan peneliti dianggap tercapai sedangkan dalam kegiatan guru (peneliti) dan siswa tidak ada kegiatan yang suatu kategori kurang baik atau cukup baik. Kemudian hasil tes siswa pada Siklus II juga mencapai 65 dan ketuntasan hasil belajar siswa juga sudah mencapai kriteria ketuntasan klasik yaitu skor lebih dari 85%.

Pembahasan

Berdasarkan observasi yang dilakukan, peneliti dan guru berkolaborasi untuk memperbaiki agar permasalahan yang dihadapi segera teratasi. 55 melakukan penelitian tindakan kelas untuk melaksanakan proses pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Indonesia di kelas V dengan menggunakan metode cerita berpasangan. 56 Kemampuan berbicara siswa sangat baik setelah penulis menerapkan metode cerita berpasangan yang diterapkan pada siklus di atas, membuktikan bahwa teknik ini cocok digunakan untuk memberikan banyak informasi terkait pelajaran yang diberikan sebelum siswa memulai. pelajaran. atau judul cerita yang diberikan.

Hasil belajar siswa pada penelitian ini menunjukkan peningkatan yang sangat baik, pada data awal nilai rata-rata siswa hanya mencapai nilai rata-rata 49,75, nilai tersebut masih lebih rendah dari kriteria kesempurnaan minimal yang ditetapkan yaitu 65. pada siklus II nilai rata-ratanya adalah rata-rata siswa mengalami peningkatan sejak Siklus I yaitu 72 yang memenuhi kriteria minimal sempurna. Dapat disimpulkan bahwa secara umum penggunaan metode pair story telling di kelas V SD Inpres Pampang 1 dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa.

Simpulan

Saran

Bagi penelitian selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti lain dengan mengambil langkah-langkah yang lebih tepat agar kekurangan yang masih ada dari penelitian ini dapat disempurnakan kembali.

RIWAYAT HIDUP

Tujuan Pembelajaran

Materi Ajar

Langkah-langkah Pembelajaran

Melalui kegiatan ceramah dan tanya jawab, mahasiswa bertanya tentang masalah yang diajukan oleh temannya terkait dengan topik tersebut. Siswa memberikan pendapat dan saran dengan alasan yang logis terhadap masalah faktual yang dikemukakan teman melalui bercerita.

Alat/Bahan/Sumber Belajar

Cobalah untuk memberikan pendapat dan saran dengan alasan yang logis terhadap permasalahan faktual yang diangkat oleh teman.

Tujuan Pembelajaran**

Langkah-langkah Pembelajaran

Siswa bercerita secara berpasangan menggunakan lafal, intonasi, apresiasi dan ekspresi sesuai karakter tokoh melalui ceramah, latihan dan demonstrasi.

Alat/Bahan/Sumber Beiajar

Penilaian Nilai Budaya Dan

Observasi Checklist Kemampuan Berbicara Siswa Dengan menggunakan metode Paired Storytelling pada pertemuan I dan II, tidak ada tekanan awal Grammar Vocabulary Fluency Comprehension Total.

DOKUMENTASI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil peningkatan kemampuan berbicara bahasa Indonesia siswa kelas 5 SD Inpres Pampang 1 Kota Makassar dengan menggunakan metode Paired Storytelling. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hasil belajar siswa pada penelitian ini menunjukkan peningkatan yang sangat baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada penelitian ini telah memenuhi ketuntasan klasikal sebesar 86,7%.

Berdasarkan kesimpulan yang disampaikan, maka memberikan saran bagi guru untuk menambah pengetahuan dan pemahaman bahwa metode pairing storytelling dapat dijadikan salah satu alternatif metode pembelajaran, agar lebih menarik dan membuat siswa merasa senang dan dapat menerima pembelajaran dengan baik. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Melalui Metode Pair-Tellling Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 5 SD Inpres Pampang 1 Kota Makassar”. Berdasarkan kesimpulan yang disampaikan, maka memberikan saran bagi guru untuk menambah pengetahuan dan pemahaman bahwa metode pairing storytelling dapat dijadikan salah satu alternatif metode pembelajaran, agar lebih menarik dan membuat siswa merasa senang dan dapat menerima pembelajaran dengan baik.

Gambar

Gambar 2.1: Bagan Kerangka Pikir Pembelajaran Bahasa
Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 3.2: Bagan Prosedur Penelitian
Tabel 3.1. Lembar Observasi Guru
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengucap Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, berkah serta rahmatnya sehingga penulis dapat