V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.2. Efektivitas Pelaksanaan Program DPM-LUEP
tentang usahatani padi termasuk didalamnya adalah tentang pemasaran hasil produksi yang berhubungan dengan harga dan keuntungan. Melalui pengalamannya, petani padi akan membandingkan antara harga dan keuntungan yang diperoleh sebelum memanfaatkan dana talangan melalui DPM-LUEP dan setelah memanfaatkan dana.
5.2 Efektivitas Pelaksanaan Program DPM-LUEP
Untuk mengetahui sampai sejauhmana tanggapan responden terhadap efektivitas perencanaan program Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP) dalam upaya untuk mendorong peningkatan pendapatan masyarakat petani dan pertumbuhan roda perekonomian di Desa Benteng Palioi Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba melalui peningkatan akses permodalan lembaga pangan di pedesaan dapat dilihat pada penjelasan berikut:
a. Efektivitas Pencapaian Tujuan dan Sasaran
Suatu program pembangunan senantiasa memiliki tujuan dan sasaran yang merupakan pemandu kegiatan dan sebagai acuan untuk menilai apakah suatu program telah terlaksana dengan baik atau tidak. Hal ini sangat penting oleh karena suatu program kegiatan yang tidak memiliki tujuan dan sasaran merupakan program yang sia-sia belaka dan jelas tidak akan memberikan manfaat kepada masyarakat.
Itulah sebabnya dalam kajian teoritik dikemukakan bahwa suatu program kegiatan senantiasa diarahkan pada tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu tujuan dan sasaran kegiatan sangat dipentingkan dalam penggunaan Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM- LUEP). Sesuai dengan hasil wawancara dengan responden aparat dan pengusaha LUEP, maka tingkat efektifitas pelaksanaan program DPM-LUEP dalam mencapai tujuan dan sasaran disajikan dalam Tabel 9 berikut :
Tabel 9. Tanggapan Responden Terhadap Perecanaan Berdasarkan Tujuan dan Sasaran Program DPM-LUEP di Desa Benteng Palioi Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba, 2013
No
Tingkat Efektivitas Perencanaan berdasarkan
Tujuan dan Sasaran
Jumlah (orang)
Persentase (%) 1
2 3 4
Efektif
Cukup Efektif Kurang Efektif Tidak Efektif
7 8 10
5
23,33 26,67 33,33 16,67
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data primer setelah diolah, 2013
Tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 10 orang responden atau 33,33% yang menyatakan bahwa penentuan tujuan dan sasaran program DPM- LUEP kurang efektif atau dengan kata lain pencapai tujuan dan sasaran program dalam perencanaan tidak mencapai sasaran. Tingginya angka kurang efektif dalam pencapaian tujuan dan sasaran program DPM-LUEP disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, Pertama bahwa para perencana program merencanakan tujuan dan sasaran program kurang didasari pada outcome dari kegiatan tersebut dalam hal ini pemberdayaan masyarakat khususnya petani, namun hanya berdasarkan pada output kegiatan yang lebih mengarah pada ada atau tidaknya program/kegiatan dalam mencapai tujuan dan sasaran adalah hal lain. Keduapara perencana kurang mempertimbangkan kondisi wilayah dan masyarakat sebagai target implementasi program DPM-LUEP sehingga berpengaruh pada proses pelaksanaan program/kegiatan yang berjalan kurang efektif. Ketiga sesuai dengan tujuan dan sasaran program/kegiatan dalam hal untuk meningkatkan produksi usahatani padi, peningkatan mutu hasil produksi, menjaga stabilitas harga gabah petani pada tingkat yang wajar, terlaksananya pembelian gabah oleh LUEP sesuai dengan
petani/kelompok tani dengan LUEP, jika dipandang dari sisi hakiki hal tersebut sangat baik karena dapat melindungi produk petani, selain itu rantai pemasaran menjadi lebih pendek sehingga diharapkan harga gabah lebih stabil, namun disisi lain pelaksanaan program/kegiatan baik LUEP, dalam mencapai tujuan dan sasaran tersebut kurang ditunjang perangkat yang diperlukan misalnya frekuensi pengawasan yang sangat kurang, baik pengawasan fungsional, pengawasan internal maupun pengawasan masyarakat, tidak sesuainya penjadualan kegiatan dengan kondisi lapangan termasuk ketepatan pencairan, penggunaan dana dan pengembalian dana dalam kaitannya dengan jadual panen, kurangnya itikad baik dari pengusaha dan kelompok tani dalam menjalangkan kesepakatan yang telah dibuat karena lemahnya perangkat hukum, serta petani belum mempunyai wawasan dan akses yang cukup dalam hal pemahaman terhadap dokumen kerjasama yang telah dibuat bersama dengan pengusaha.
Meskipun demikian responden masih mempunyai optimisme terhadap pencapaian tujuan dan sasaran program/kegiatan, hal ini dibuktikan dari hasil
wawancara dengan responden dengan pemanfaatan dana LUEP bahwa terdapat 7 orang atau 23,33% yang menyatakan bahwa pelaksanaan berjalan efektif dalam
mencapai tujuan dan sasaran program/kegiatan, dan 8 orang atau 26,67% yang menyatakan cukup efektif Sedangkan responden menyatakan tidak efektif untuk LUEP adalah 5 orang atau 16,67%. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa sesungguhnya tujuan dan sasaran program/kegiatan tercapai dengan pertimbangan, Pertama di beberapa tempat stabilitas harga gabah dapat tercapai dengan terlaksananya peran LUEP sebagai pengganti peran tengkulak yang dapat
mengurangi dan memotong beberapa rantai perdagangan, dan Kedua dengan adanya kesepakatan dan kerjasama antara LUEP, dengan petani mengenai pembelian gabah.
Mengingat tingginya tanggapan responden yang menyatakan bahwa pencapaian dan tujuan serta sasaran program/kegiatan kurang efektif, maka perlu kiranya penerapan azas-azas perencanaan antara lain azas ketepatan arah yang dimaksudkan bahwa perencanaan yang efektif memerlukan pengamatan yang terus menerus terhadap kejadian-kejadian yang timbul dalam pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Efektivitas Kesesuaian Jadwal Kegiatan
Pengelolaan Dana Penguatan Modal bagi LUEP di Desa Benteng Palioi Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba diarahkan antara lain pada kegiatan pembelian gabah petani mitra pada tingkat yang wajar, peningkatan produksi usahatani padi, dan peningkatan mutu hasil usahatani, selain itu juga diarahkan untuk menumbuhkan kerjasama antara LUEP dengan petani serta dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi di pedesaan, sehingga efektif tidaknya program/kegiatan DPM-LUEP ditentukan apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan jadual yang telah ditentukan.
Sesuai dengan hasil wawancara dengan responden, maka tingkat efektivitas perencanaan program berdasarkan penjadualan kegiatan dapat dilihat sebagaimana pada Tabel 10 berikut :
Tabel 10. Tanggapan Responden Terhadap Perecanaan Berdasarkan Penjadwalan Kegiatan Program DPM-LUEP di Desa Benteng Palioi Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba, 2013
No
Tingkat Efektivitas Perencanaan berdasarkan
Pendjualan Kegiatan
Jumlah (orang)
Persentase (%) 1
2 3 4
Efektif
Cukup Efektif Kurang Efektif Tidak Efektif
8 7 3 12
26,67 23,33 10,00 40,00
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data primer setelah diolah, 2013
Tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 8 orang atau 26,67%
responden yang menyatakan bahwa penjadwalan kegiatan LUEP efektif, 7 orang atau 23,33% cukup efektif dalam mencapai tujuan dan sasaran program/kegiatan, karena pertimbangan bahwa walaupun pencairan dana mengalami keterlambatan namun dana tersebut masih dapat dimanfaatkan untuk membeli gabah petani mitra walaupun terbatas jumlahnya dengan harga rata-rata sesuai dengan harga pasaran.
Selanjutnya terdapat responden sebanyak 3 orang atau 10% dan 12 orang atau 40,0% yang menyatakan bahwa penjadwalan kegiatan kurang dan tidak efektif dalam mencapai tujuan dan sasaran program/kegiatan. Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa secara umum rencana jadwal pelaksanaan kegiatan dikaitkan dengan pelaksanaan di lapangan dapat dikategorikan tidak efektif atau pencapaian hasil tidak dan jauh dari sasaran.
Tingginya jumlah responden yang menyatakan bahwa penjadualan kegiatan tidak efektif dalam pencapaian tujuan dan sasaran dengan pertimbangan bahwa, sesuai pedoman pelaksanaan penyaluran dana penguatan modal lembaga usaha ekonomi pedesaan (DPM-LUEP) bahwa jadwal pencairan dana LUEP dapat dimulai pada Bulan Januari sampai dengan Bulan Desember 2004, pada
kenyataannya dana LUEP dicairkan pada awal bulan Mei 2004. Dari sisi perencanaan penjadualan pencairan dana memang sesuai karena termasuk dalam selang waktu yang diharapkan, namun dari sisi ketepatan sasaran kegiatan kurang efektif karena pada saat dana mulai dicairkan jadwal panen khususnya padi petani sudah mulai berakhir, sehingga sebagian besar dana yang seharusnya dimanfaatkan untuk kegiatan pembelian gabah menjadi tidak bisa dilakukan, bahkan sebagian besar petani mitra menjual gabahnya dengan cara dipinjamkan pada pedagang yang tidak mendapat dana LUEP yang rata-rata berasal dari luar.
Dengan demikian tujuan dan sasaran pemberian dana LUEP, KRP dan KKP antara lain ketepatan penggunaan dana untuk menjaga stabilitas harga gabah, perbaikan mutu dan peningkatan produksi usahatani padi melalui kerjasama dengan LUEP, KRP dan KKP kondisi perekonomian di desa dapat berjalan dengan baik serta kondisi ketahanan pangan wilayah dapat meningkat menjadi hal yang tidak dapat dicapai.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara umum penjadualan kegiatan tidak efektif karena berbagai faktor antara lain : 1) perencanaan jadwal kegiatan tidak dilakukan secara baik dan tidak disesuaikan dengan kondisi wilayah sasaran dan pola tanam petani yang sangat bergantung pada musim, 2) kurangnya kepedulian pengusaha, kelompok tani sebagai akibat dari lemahnya sistem pengawasan dan penegakan hukum, sehingga dana yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal, 3) pengusaha LUEP, kelompok penerima yang sudah membeli gabah petani dalam jumlah tertentu sangat menggantungkan pemasaran gabahnya ke Perusahaan Umum Bulog dan kurang
mempunyai kemampuan untuk memasarkan gabah/berasnya kepasaran umum selain karena faktor lemahnya akses pasar juga karena rendahnya mutu gabah/beras LUEP, sehingga apabila Perum Bulog mengalami kendala dalam pembelian gabah karena situasi dan kondisi tertentu, maka gabah LUEP tidak dapat dipasarkan dengan lancar dan pada akhirnya berpengaruh pada pengembalian dana ke KAS Negara tepat waktu dan jumlah. Dengan demikian tujuan dan sasaran program/kegiatan juga tidak dapat tercapai. Sedangkan KRP dan KKP selain kurangnya kepedulian petani dalam mengembalikan dana pinjaman, juga disebabkan karena lemahnya kelompok tani dalam mengelola dana pinjaman akibat kurangnya bimbingan teknis dan pengawasan.
2. Efektivitas Pelaksanaan Penggunaan Dana Penguatan
Penggunaan DPM-LUEP di Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba dimaksudkan sebagai dana yang bersifat komplementer dan diharapkan dapat saling memperkuat dengan kegiatan serupa yang dilaksanakan oleh daerah.
Kegiatan ini akan bersinergi dengan kegiatan lainnya seperti kegiatan lumbung desa modern, sistem tunda jual dan pengadaan gabah/beras dalam negeri.
Jumlah dana penguatan modal lembaga usaha ekonomi pedesaan (DPM- LUEP), yang dialokasikan di lokasi wilayah penelitian 1 Lembaga pangan (LUEP) dan 10 kelompok tani, dengan jumlah dana seluruhnya sebesar Rp.
250.000.000. Dana ini diperuntukkan untuk kegiatan pembelian gabah/beras petani mitra dan terjalinnya kerjasama antara LUEP dengan petani/kelompok tani.
Oleh karena itu untuk mengetahui sampai sejauhmana tanggapan responden
terhadap efektivitas pelaksanaan penggunaan dana penguatan modal bagi LUEP tersebut berdasarkan tujuan dan sasaran diuraian sebagai berikut :
a. Efektivitas Penggunaan Dana
Penggunaan Dana Penguatan Modal bagi LUEP diarahkan untuk menjaga stabilitas harga gabah/beras petani pada tingkat harga yang wajar. Untuk mencapai tujuan tersebut dapat diukur melalui sampai sejauhmana efektivitas penggunaan dana tersebut dapat menjadi stabilisator harga gabah kering panen terutama saat panen raya dengan harga referensi pemerintah sebesar Rp. 3.200 per kilogram yang diterima di gudang LUEP. Oleh karena itu untuk menentukan efektif tidaknya program DPM-LUEP ditentukan apakah kegiatan pembelian gabah oleh LUEP sesuai dengan standar harga gabah/beras yang telah ditentukan di gudang LUEP sesuai dengan peruntukannya.
Sesuai dengan hasil wawancara dengan responden dalam upaya untuk mengetahui tanggapan mereka mengenai kesesuaian antara penggunaan dana dengan pemanfaatan dana yang sekaligus dapat mengukur tingkat efektivitasnya dapat dilihat pada Tebel 11 berikut :
Tabel 11. Tanggapan Responden Terhadap Penggunaan Dana LUEP di Desa Benteng Palioi Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba, 2013 No Tingkat Efektivitas
Penggunaan Dana
Jumlah (orang)
Persentase (%) 1
2 3 4
Efektif
Cukup Efektif Kurang Efektif Tidak Efektif
3 9 6 12
10,00 30,00 20,00 40,00
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data primer setelah diolah, 2013
Tabel 11 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang diwawancarai
beda. Frekuensi jawaban responden tertinggi terdapat pada kategori tidak efektif dengan jumlah responden 12 orang atau 40%. Sedangkan kategori tanggapan responden terendah terdapat pada kategori efektif dengan jumlah responden 3 orang atau 10%. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum pelaksanaan pembelian gabah dalam upaya menjaga stabilitas harga oleh LUEP melalui dana penguatan modal dapat dikategorikan tidak efektif. Hal ini disebabkan karena dalam pelaksanaannya, maka menurut pandangan kami bahwa sistem perencanaan, pengkoordinasian program Dana penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan kurang berpihak kemasyarakat petani, lemahnya menajemen kelompok tani karena kurangnnya bimbingan, kurangnnya pengawasan yang disebabkan karena kurangnya dana pembinaan dan pengawasan serta tidak adanya pendamping/evaluasi dari dinas terkait.
b. Efektivitas Mendekatkan Petani Dengan Pasar
Suatu program pembangunan senantiasa memiliki tujuan dan sasaran oleh karena suatu program yang tidak mempunyai tujuan dan sasaran merupakan program yang sia-sia belaka dan sudah dapat dipastikan tidak akan memberikan manfaat kepada masyarakat.
Tujuan dan sasaran dalam suatu program pembangunan merupakan pemandu kegiatan dan sebagai acuan untuk menilai apakah suatu program telah terlaksana dengan baik atau tidak. Salah satu tujuan daripada program dana Penguatan modal bagi LUEP adalah untuk mendekatkan petani dengan pasar, yang berfungsi sebagai pasar dalam hal ini adalah pengusaha penggilingan. Oleh karena itu efektivitas pelaksanaan penggunaan DPM-LUEP dapat dinilai
berdasarkan sejauhmana kerjasama antara LUEP dengan Petani. Tanggapan responden mengenai efektif tidaknya pelaksanaan DPM-LUEP, dalam mendekatkan petani dengan pasar di Desa Benteng Palioi Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba dapat dilihat pada Tabel 12 berikut:
Tabel 12. Tanggapan Responden Terhadap Penggunaan Dana dalam Mendekatkan Mitra Petani dengan Pasar di Desa Benteng Palioi Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba, 2013
No Tingkat Efektivitas
Mendekatkan Petani dengan Pasar
Jumlah (orang)
Persentase (%) 1
2 3 4
Efektif
Cukup Efektif Kurang Efektif Tidak Efektif
8 6 11
5
26,66 30,00 36,67 16,67
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data primer setelah diolah, 2013
Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat 11 orang responden atau 36,67%
yang menyatakan bahwa DPM-LUEP kurang efektif mendekatkan petani dengan pasar dengan alasan bahwa DPM-LUEP terlambat dicairkan, sementara pada saat itu panen sudah mulai berakhir, sehingga di awal-awal panen pada umumnya gabah petani yang dijual tengkulak dengan cara baik langsung dibayar maupun dipinjam, hal ini dilakukan karena petani tidak ingin menanggung resiko kerusakan gabahnya karena petani tidak mampu merawat gabahnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa DPM-LUEP tidak berhasil menciptakan pasar bagi petani melalui hubungan kerjasama yang baik antara petani mitra dengan LUEP.
Selanjutnya terdapat 5 orang atau 16,67% yang menganggap bahwa DPM-LUEP, tidak efektif dengan alasan selain faktor keterlambatan pencairan
dana, juga terlebih lagi LUEP yang membeli gabah petani sama dengan harga
pasaran dengan cara meminjam, padahal yang diharapkan oleh pemerintah bahwa LUEP hendaknya membeli gabah petani mitra diatas harga pasaran dengan maksud supaya petani dapat menikmati harga gabah dengan harga yang wajar dalam rangka meningkatkan pendapatannya. Selain itu karena keterlambatan pencairan dana para tengkulak menggantikan posisi LUEP sebagai pasar dan mempermainkan harga sesuai dengan keinginannya sehingga petani merasa dirugikan karena gabahnya dibeli dengan harga yang lebih rendah daripada harga pasaran, namun karena petani tidak mempunyai posisi tawar kuat sehingga keadaan tersebut terus terjadi. Selain itu terdapat responden sebanyak 8 orang atau 26,67% yang mengatakan bahwa dana penguatan modal bagi LUEP efektif dalam menciptakan pasar bagi petani dengan alasan bahwa yang penting gabahnya dapat dijual dengan cara cash maupun dipinjamkan dengan harapan untuk menghindari resiko kerusakan gabah.
c.Efektivitas Berdasarkan Jadwal Pencairan dan Pengembalian Dana
Efektivitas Pencairan
Tanggapan responden mengenai efektif tidaknya jadual pencairan dana penguatan modal bagi LUEP dapat dilihat pada Tabel 13 berikut :
Tabel 13. Tanggapan Responden Terhadap Pemanfaatan Dana berdasarkan Kesesuaian Jadwal Pencairan di Desa Benteng Palioi Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba, 2013
No
Tingkat Efektivitas
Pemanfaatan berdasarkan Kesesuaian Jadwal Pencairan
Jumlah (orang)
Persentase (%) 1
2 3 4
Efektif
Cukup Efektif Kurang Efektif Tidak Efektif
8 5 10
7
26,67 16,67 33,33 23,33
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data primer setelah diolah, 2013
Penggunaan Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan yang diarahkan untuk menjaga kestabilan harga gabah/beras, peningkatan produksi dan pendapatan petani efektifitasnya sangat ditentukan oleh jadwal pencairan dana penguatan modal yang diharapkan bertepatan dengan jadwal panen.
Tabel 13 menunjukkan bahwa dari 30 responden terdapat 10 orang atau 33,33% yang menyatakan bahwa jadwal pencairan dana kurang efektif dengan pertimbangan bahwa jadwal pencairan DPM-LUEP kurang bersesuain dengan jadwal kegiatan petani yang puncaknya pada Bulan Maret sampai April sementara dana baru dicairkan pada awal Bulan Mei, sehingga dengan demikian khususnya LUEP, banyak gabah petani mitra yang dijual ke pedagang diluar LUEP yang dijual dengan harga pasaran bahkan ada yang menjual dibawah harga pasar dan ironisnya kadang-kadang belum langsung dibayar.
Selain itu terdapat juga responden sebayak 7 orang atau 23,33% yang menyatakan bahwa jadwal pencairan dana penguatan modal tidak efektif dengan pertimbangan bahwa pencairan itu dilakukan pada awal bulan Mei 2007 sementara panen sudah dimulai sekitar Bulan Maret sehingga dana tersebut kurang bermanfaat dalam rangka menjaga stabilitas harga gabah/beras petani.
Selanjutnya karena rendahnya aktifitas pembelian baik volume maupun jumlah uang yang dipergunakan memungkinan LUEP dapat memanfaatkan dana tersebut diluar peruntukannya misalnya dana tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan rehabilitasi sarana dan prasarana penggilingan, membeli mobil serta kegiatan lainnya diluar ketentuan.
Selanjutnya terdapat 8 orang atau 26,67% responden yang menganggap bahwa jadwal pencairan dana tersebut sudah efektif dan 5 orang atau 16,67% yang menyatakan cukup efektif dengan pertimbangan bahwa dana tersebut walaupun pencairannya agak terlambat tetapi LUEP masih dapat memanfaatkan dana tersebut untuk membeli gabah petani dengan cash dengan harga yang sesuai dengan harga pasar meskipun hanya sebagian kecil saja. Hal ini dapat terjadi karena jadwal tanam petani tidak seragam yang biasanya dimulai pada bulan Nopember sampai bulan Januari sehingga jadual panen juga tidak bersamaan antara bulan Maret hingga Bulan Mei.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa jadwal pencairan dana LUEP kurang efektif sehingga perlu adanya penyesuaian-penyesuaian antara perencanaan penjadualan program/kegiatan dengan kondisi pola tanam petani dan kondisi alam lainnya wilayah yang akan menjadi sasaran alokasi bantuan, sehingga lebih mantap dan berorientasi kepada kebutuhan masyarakat, dengan demikian diharapkan pemanfaatan dana tersebut dapat dimaksimalkan untuk kepentingan petani dan LUEP itu sendiri dalam mendukung terwujudnya ketahanan pangan wilayah sebagaimana yang menjadi salah satu tujuan dari program ini.
Efektivitas Pengembalian
Sebagaimana dipahami bahwa program DPM-LUEP merupakan dana penguatan modal bagi lembaga yang bergerak dibidang pangan yang pendanaanya bersumber dari dana APBN yang harus dikembalikan ke rekening bendaharawan proyek Pengembangan Kelembagaan dan Ketahanan Pangan Masyarakat Provinsi
Sulawesi Selatan, dengan harapan dana dapat dimanfaatkan untuk musim berikutnya.
Untuk mengetahui ukuran keberhasilan dari kegiatan ini dapat dilihat berdasarkan tingkat pengembalian dana oleh LUEP sesuai dengan jadwal pengembalian yang telah ditetapkan.
Tanggapan responden mengenai sampai sejaumana efektivitas pengembalian dana oleh LUEP dapat dilihat pada Tabel 14 berikut :
Tabel 14. Tanggapan Responden Terhadap Pemanfaatan berdasakan Kesesuaian Jadwal Pemgenbalian DPM-LUEP di Desa Benteng Palioi Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba, 2013
No
Tingkat Efektivitas Perencanaan berdasarkan Kesesuaian Pengembalian Dana
Jumlah
(orang) Persentase (%) 1
2 3 4
Efektif
Cukup Efektif Kurang Efektif Tidak Efektif
3 3 18
6
10,00 10,00 60,00 20,00
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data primer setelah diolah, 2013
Tabel 14 tersebut menunjukkan dari 30 responden terdapat 18 orang atau 60% yang menyatakan bahwa pengembalian dana LUEP kurang efektif, dengan alasan bahwa setelah sampai pada masa pengembalian ternyata LUEP belum mengembalikan dananya secara utuh. Selain itu terdapat 6 orang atau 20,00%
yang menyatakan bahwa pengembalian dana tidak efektif dengan pertimbangan bahwa walaupun waktu pengembalian dana mendapat perpanjangan namun LUEP belum juga melunasi pengembaliannya secara utuh.
3. Efektivitas Pengawasan Penggunaan Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP)
Salah satu komponen teoritis implementasi dari suatu program dalam manajemen adalah komponen pengawasan. Dalam kajian teoritis dikenal beberapa jenis pengawasan antara lain : 1) Pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat, 2) Pengawasan fungsional, 3) pengawasan Legislatif dan, 4 ) Pengawasan Masyarakat.
Jenis pengawasan tersebut di atas sangat terkait dalam penelitian ini dan sebagaimana dipahami bahwa tujuan utama dari suatu pengawasan adalah dalam rangka pelaksanaan program adalah untuk mendeteksi penyimpangan- penyimpangan dari standar atau tujuan dan sasaran tertentu. Oleh karena itu untuk mendeteksi adanya penyimpangan penggunaan dana penguatan modal lembaga usaha ekonomi pedesaan (DPM-LUEP), dalam penelitian ini digunakan jenis pengawasan fungsional, pengawasan masyarakat dan pengawasan internal atau pengawasan melekat yang akan diuraikan dalam sub pembahasan berikut :
a. Efektivitas Pengawasan Fungsional
Pengawasan fungsional dalam pelaksanaan penggunaan dana penguatan modal lembaga usaha ekonomi pedesaan (PM-LUP), KRP dan KKP yang sumber dananya berasal dari APBN sesuai dengan petunjuk dilakukan oleh lembaga pengawasan yang terkait seperti Badan Pengawas Daerah Propinsi Sulawesi Selatan dan Badan Pengawas Keuangan dengan kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan yang mengaturnya.
Pengawasan fungsional lebih dekat pada bentuk pengawasan langsung yang dilakukan dengan mendatangi obyek pemeriksaan bahkan untuk
mengefektifkan pengawasan fungsional perlu dilakukan secara sistemik terutama pada program pembangunan. Oleh karena itu tanggapan responden mengenai efektif dan tidak efektifnya pengawasan fungsional yang dilakukan terhadap pemanfaatan dana penguatan modal bagi LUEP dapat dilihat pada Tabel 15 berikut :
Tabel 15. Tanggapan Responden Terhadap Pengawasan Fungsional Program DPM-LUEP di Desa Benteng Palioi Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba, 2013
No Tingkat Efektivitas Pengawasan Fungsional
Jumlah (orang)
Persentase (%) 1
2 3 4
Efektif
Cukup Efektif Kurang Efektif Tidak Efektif
4 7 3 16
13,33 23,33 10,00 53,34
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data primer setelah diolah, 2013
Tebel 16 menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden terdapat 16 orang atau 53,33% yang menyatakan bahwa pengawasan fungsional tidak efektif dalam menjalankan fungsinya terutama dalam pengawasan pelaksanaan dana penguatan modal bagi LUEP. Hal ini disebabkan karena jadwal pengawasan yang seharusnya dilakukan oleh aparat fungsional ternyata tidak pernah dilakukan bahkan pada bulan-bulan dimana petani sementara panen yang diharapkan LUEP memberli gabah/beras petani pun tidak pernah dilakukan pengawasan oleh aparat fungsional, sehingga dengan demikian penyimpangan-penyimpangan yang terjadi misalnya penggunaan dana yang bukan peruntukannya, tidak dipatuhinya Inpres No. 3 Tahun 2007 tentang harga dasar gabah dan terbentuknya pasar bagi petani tidak dapat dideteksi.