BAB III METODE PENELITIAN
J. Etika Penelitian
d. Trianggulasi waktu
Trianggulasi waktu adalah pengujian data yang telah dikumpulkan dengan memverifikasi kembali data melalui informan yang sama pada waktu yang berbeda.
1. Sejarah Kabupaten Enrekang
Kabupaten Enrekang adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupatenini terletak di Kota Enrekang.
Ditinjau dari segi sosial budaya, masyarakat Kabupaten Enrekang memiliki kekhasan tersendiri. Hal tersebut disebabkan karena kebudayaan Enrekang (Massenrempulu’) berada di antara kebudayaan Bugis, Mandar dan Tana Toraja.
Bahasa daerah yang digunakan di Kabupaten Enrekang secara garis besar terbagi atas 3 bahasa dari 3 rumpun etnik yang berbeda di Massenrempulu’, yaitu bahasa Duri, Enrekang dan Maiwa. Bahasa Duri dituturkan oleh penduduk di Kecamatan Alla’, Baraka, Malua, Buntu Batu, Masalle, Baroko, Curio dan sebagian penduduk di Kecamatan Anggeraja. Bahasa Enrekang dituturkan oleh penduduk di Kecamatan Enrekang, Cendana dan sebagian penduduk di Kecamatan Anggeraja.
Bahasa Maiwa dituturkan oleh penduduk di Kecamatan Maiwa dan Kecamatan Bungin. Melihat dari kondisi sosial budaya tersebut, maka beberapa masyarakat menganggap perlu adanya penggantian nama Kabupaten Enrekang menjadi Kabupaten Massenrempulu’, sehingga terjadi keterwakilan dari sisi sosial budaya.
Sejarah terbentuknya Kabupaten Enrekang, Sejak abad XIV, daerah ini disebut MASSENREMPULU’ yang artinya meminggir gunung atau menyusur gunung, sedangkan sebutan Enrekang dari ENDEG yang artinya NAIK DARI atau PANJAT dan dari sinilah asal mulanya sebutan ENDEKAN. Masih ada arti
40
versi lain yang dalam pengertian umum sampai saat ini bahkan dalam Adminsitrasi Pemerintahan telah dikenal dengan nama “ENREKANG” versi Bugis sehingga jika dikatakan bahwa Daerah Kabupaten Enrekang adalah daerah pegunungan sudah mendekati kepastian, sebab jelas bahwa Kabupaten Enrekang terdiri dari gunung-gunung dan bukit-bukit sambung-menyambung mengambil ± 85% dari seluruh luas wilayah sekitar 1.786.01 Km².
Menurut sejarah, pada mulanya Kabupaten Enrekang merupakan suatu kerajaan besar yang bernama MALEPONG BULAN, kemudian kerajaan ini bersifat MANURUNG dengan sebuah federasi yang menggabungkan 7 kawasan/kerajaan yang lebih dikenal dengan federasi ”PITUE MASSENREMPULU”, yaitu:
a. Kerajaan Endekan yang dipimpin oleh Arung/Puang Endekan b. Kerajaan Kassa yang dipimpin oleh Arung Kassa’
c. Kerajaan Batulappa’ yang dipimpin oleh Arung Batulappa’
d. Kerajaan Tallu Batu Papan (Duri) yang merupakan gabungan dari Buntu Batu, Malua, Alla’. Buntu Batu dipimpin oleh Arung/Puang Buntu Batu, Malua oleh Arung/Puang Malua, Alla’ oleh Arung Alla’
e. Kerajaan Maiwa yang dipimpin oleh Arung Maiwa f. Kerajaan Letta’ yang dipimpin oleh Arung Letta’
g. Kerajaan Baringin (Baringeng) yang dipimpin oleh Arung Baringin
Pitu (7) Massenrempulu’ ini terjadi kira-kira dalam abad ke XIV M.
Tetapi sekitar pada abad ke XVII M, Pitu (7) Massenrempulu’ berubah nama
menjadi Lima Massenrempulu’ karena Kerajaan Baringin dan Kerajaan Letta’
tidak bergabung lagi ke dalam federasi Massenrempulu’.
Akibat dari politik Devide et Impera, Pemerintah Belanda lalu memecah daerah ini dengan adanya Surat Keputusan dari Pemerintah Kerajaan Belanda, di mana Kerajaan Kassa dan kerajaan Batu Lappa’ dimasukkan ke Sawitto. Ini terjadi sekitar 1905 sehingga untuk tetap pada keadaan Lima Massenrempulu’
tersebut, maka kerajaan-kerajaan yang ada didalamnya yang dipecah.
B. Letak Geografis
Kabupaten Enrekang secara geografis terletak antara 3º 14’36”-350’00 Lintang Selatan dan antara 119º40’53”-120º6’33 Bujur Timur. Letak geografis Kabupaten Enrekang Berada dijantung jasirah Sulawesi Selatan yang dalam peta batas wilayah, bentuknya memang seperti jantung. Jarak dari ibukota Provinsi Sulawesi Selatan (Makassar) ke kota Enrekang dengan jalan darat sepanjang 235 Km. Batas wilayah kabupaten enrekang adalah sebagai berikut:
a. Sebelah utara : Kabupaten Tana Toraja b. Sebelah Timur : Kabupaten Luwu c. Sebelah Selatang : Kabupaten Sidrap d. Sebelah Barat : Kabupaten Pinrang
Kabupaten Enrekang berada di daerah pegunungan, terdiri dari gunung- gunung dan bukit-bukit sambung menyambung, mengambil dari ± 85% dari seluruh luas Kabupaten Enrekang yang luasnya ± 1.786,01 Km atau 2,92 dari seluruh luas seluruh Propinsi Sulawesi Selatan.
Gambar 4.1. Peta Kabupaten Enrekang
Secara keseluruhan Kabupaten Enrekang memiliki wilayah seluas 1.786,1 km2. Jika dibandingkan luas wilayah Silawesi Selatan, maka luas wilyah Kabupaten Enrekang sebesar 2,83%. Kabupaten terbagi menjadi 12 Kecamatan dan secara keseluruhan terbagi dalam satuan wilayah yang kecil yaitu terdidri atas 129 wilayah desa/kelurahan.
Tabel 4.1
Luas daerah menurut kecamatan Di Kabupaten Enrekang Tahun 2019 No Nama kecamatan Luas area (km2) Persentase terhadap
luas enrekang (%)
1 MAIWA 392,87 22,00
2 BUNGIN 236,84 13,26
3 ENREKANG 291,19 16,30
4 CENDANA 91,01 5,10
5 BARAKA 159,15 8,91
6 BUNTU BATU 126,65 7,09
7 ANGGERAJA 125,34 7,02
8 MALUA 40,36 2,26
9 ALLA 34,66 1,94
10 CURIO 178,51 9,99
11 MASALLE 68,35 3,83
12 BAROKO 41,08 2,30
KABUPATEN ENREKANG 1,786,01 100
Sumber: Enrekang Dalam Angka 2019
Berdasarkan tabel 4.1, terlihat bahwa kecamatan maiwa memiliki daerah terluas, yakni sebesar 392, 82 km2 (22%) Sedangkan yang terkecil adalah kecamatan Alla sebesar 34,88 km2(1,94%).
Salah satu kecamatan di Kabupaten Enrekang adalah Kecamatan Anggeraja. Kecamatan Anggeraja secara administratif memiliki 15 desa.
Tabel 4.2
Luas Daerah Menurut Desa Di Kecamatan Anggeraja
No Desa / kelurahan Luas area (km2)
1 TINDALLUN 12,8
2 BAMBA PUANG 9,2
3 TANETE 10,45
4 LAKAWAN 9,3
5 SIAMBO 6,51
6 SINGKI 12,08
7 MATARAN 4,98
8 PEKALOBEAN 9,92
9 BUBUN LAMBA 4,33
10 SALU DEWATA 13,15
11 MAMPU 10,64
12 BATU NONI 5,05
13 SARURAN 4,10
14 TAMPO 7,45
15 MENDATTE 6,00
JUMLAH 125.34
Sumber:Kecamatan Anggeraja Dalam Angka 2019
Dari tabel 4.2 terlihat bahwa desa salu dewata merupakan daerah terluas yakni 13,15 km2, sedangkan yang terkecil adalah desa saruran yang luasnya 4,10 km2.
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Lakawan yang merupakan salah satu wilayah admunistrasi kelurahan yang berada dalam lingkup kecamatan Anggeraja, yang terletak dipusat Kecamatan Anggeraja. Kelurahan Lakawan mempunyai luas wilayah seluas +9,30Km. Adapun batas-batas Kelurahan Lakawan sebagai berikut:
- Seblah utara : Kelurahan Mataran - Sebelah Timur : Desa Tampo - Sebelah Selatan : Kelurahan Tanete - Sebelah Barat : Desa Singki C. Keadaan Penduduk
Penduduk merupakan jumlah orang yang bertempat tinggal pada suatu wilayah pada waktu tertentu dan merupakan hasil dari proses-proses demografi.
Penduduk Kabupaten Enrekang berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2018 sebanyak 204.827 jiwa yang terdiri atas 102.820 penduduk laki-laki dan 102.007 jiwa penduduk perempuan.
Jumlah penduduk dikelurahan lakawan didominasi oleh kaum laki-laki untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Kelurahan Lakawan Menurut Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-Laki 1799
2 Perempuan 1649
Jumlah 3448
Sumber: Kantor Kelurahan Lakawan 2019
Tabel diatas memperlihatkan bahwa masyarakat kelurahan Lakawan Lebih didominasi oleh kaum laki-laki, dari 3448 warga masyarakat terdapat 1799 orang berjenis kelamin laki-laki dan 1649 berjenis kelamin perempuan.
Dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, penduduk Kelurahan Lakawan memiliki beberapa ragam mata pencaharian untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4
Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kelurahan Lakawan
No Mata Pencaharian Jumlah
1 Petani 693
2 Pedagang 189
3 Pegawai swasta -
4 PNS 30
5 ABRI -
6 POLRI -
7 Belum bekerja 388
8 Tukang 106
9 Buruh 148
Jumlah 1544
Sumber: kantor Kelurahan Lakawan 2019
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2019, dari 1544 orang terdapat 1151 orang yang aktif dalam pekerjaan dengan komposisi yang
diperlihatkan pada tabel diatas, namun hak tersebut masih jumlah yang relative, disebabkan di Daerah Kelurahan belum terdapat pembagian kerja yang nyata.
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah hal yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian agar masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang baik.
Di Kelurahan Lakawan sarana kesehatan hanya terdapat dipuskesmas dan rumah sakit Anggeraja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.5
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
No Fasilitas Kesehatan Jumlah
1 Puskesmas 1
2 Rumah Sakit Anggeraja 1
Jumlah 2
Sumber: Kantor Kelurahan Lakawan 2019
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pasilitas pelayanan kesehatan di Kelurahan Lakawan, dimana hanya tersedia 1 unit puskesmas dan 1 unit Rumah sakit Anggeraja, hal ini sangat berpengaruh terhadap perbaikan derajat kesehatan masyarakat dikelurahan lakawan.
D. Keadaan Pendidikan
Menurut Badan Pusat Statistika Kabupaten Enrekang, angka partisipasi Murni (APM) 2018 menunjukkan bahwa 96,70 persendari 100 orang penduduk Kabupaten Enrekang SD, 96-97 orang di antaranya bias memperoleh pendidikan pada jenjang SD. Sedangkan 73,57 persendari 100 orang penduduk Kabupaten Enrekang usia SMP, sekitar 73-74 orang di antaranya sudah dapat memanfaat kanfasilitas pendidikan pada jenjang SMP.
Dan 59,04 persen dari 100 orang penduduk Kabupaten Enrekang usia SMA,
hanya 59 orang di antaranya yang sudah medapatkan pendidikan pada jenjang SMA.
Tabel 4.6
Persentase Penduduk Berumur 7–24 Tahun yang Masih Sekolah Menurut Jenis Kelamin dan Status Pendidikan di Kabupaten Enrekang, 2019
Golongan Umur
STATUS PENDIDIKAN Tidak/Belum
Pernah Sekolah
Masih Sekolah
Tidak Sekolah
Lagi TOTAL
(1) (2) (3) (4) (5)
7 – 12 TAHUN 0.79 99.21 0.00 100
LAKI-LAKI 0.79 99.21 0.00 100
PEREMPUAN 0.00 0.00 0.00 100
13 – 15 TAHUN 0.71 93.75 5.54 100
LAKI-LAKI 1.49 91.27 7.23 100
PEREMPUAN 0.00 96.01 3.90 100
16 – 18 TAHUN 1.20 72.70 26.10 100
LAKI-LAKI 2.51 68.48 29.03 100
PEREMPUAN 0.00 76.57 23.43 100
19 – 24 TAHUN 0.25 31.20 68.54 100
LAKI-LAKI 0.54 27.01 72.45 100
PEREMPUAN 0.00 34.89 65.11 100
Sumber :Kabupaten Enrekang Dalam Angka 2019
Dikecamatan Lakawan, jika dilihat dari tingkat pendidikan masih tergolong pendidikan rendah, mungkin dikarenakan oleh kesadaran mereka terhadap pendidikan masih kurang serta kondisi geografis masih jauh jauh
dari saran pendidikan tingkat perekonomian mereka yang juga masih tergolong rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7
Tingkat Pendidikan Kelurahan Lakawan
No Tingkat pendidikan Jumlah
1 Tidak tamat SD 808
2 Tamat SD 385
3 Tamat SMP 168
4 Tamat SMA 156
5 Sarjana 22
Jumlah 1539
Sumber: Kantor Kelurahan Lakawan 2019
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa kesadaran masyarakat di Kelurahan Lakawan terhadap pentingnya pendidikan masih relatif rendah.
Hal tersebut terlihat dari 1539 orang masyarakat hanya 22 orang yang berpendidikan sarjana, 808 orang tidak tamat SD, 385 orang Tamat SD, 168 orang tamat SMP dan 156 urang tamat SMA.
Kelurahan Lakawan merupakan Kelurahan yang mudah untuk dijangkau kendaraan roda empat dan roda dua. Fasilitas pendidikan yang ada dikelurahan lakawan hanya terdapat 2 (dua) buah sekolah TK dan 3 (tiga) sekolah dasar (SD), Sekilah SMP terdapat 1 (satu) buah dan SMA terdapat 2 (dua) buah sekolah.
E. Gambaran lokasi wisata dante pine
Dante pine merupakan nama dari salah satu destinasi wisata yang berada di kawasan Kelurahan Lakawan Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrakang yang dikenal dengan Bumi Massenrempulu. Dante Pine berasal dari dua suku kata yakni kata “Dante” diambil dari bahasa suku setempat, yang dalam bahasa indonesia berarti halaman rumah. Sedangkan kata “Pine” dari bahasa Inggirs yang berati Pinus. Massenrempulu artinya daerah pinggiran gunung atau menyusur gunung. Sesuai dengan makna kata Massenrempulu, Enrekang memang dikelilingi oleh pegunungan yang banyak dijadikan tempat wisata.
Salah satu tempat wisata massenrempulu adalah Dante Pine yang terletak dijalan poros Enrekang-Toraja kelurahan Lakawan, Kecamatan anggeraja.
Terdapat berbagai macam wahana di tempat ini, yakni Tarzan Swing yang sensasinya jatuh bebas dari ketinggian 36 meter lalu terayun, Zip Bike (sepeda Gantung) , flying fox , Zona Camping Ground dan beberapa tempat foto yang manyajikan pemandangan indah.
52
1. Implementasi Pengelolaan Sumber Daya Alam Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi pada Masyarakat Pariwisata Dante Pine Kabupaten Enrekang
a. Pengelolaan Wisata Dante Pine 1) Kepemilikan Tanah
Tanah merupakan salah satu sumber kehidupan yang sangat vital bagi manusia. Baik dalam fungsinya sebagai saranauntuk mencari kehidupan (pendukung mata Pencaharian) dari berbagai bidang, seperti pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan industri maupun yang dipergunakan sebagai tempat untuk bermukim dengan didirikannya perumahan sebagai tempat tinggal. Dalam hal hak kepemilikan tanah, pada hakikaynya hak merupakan kekuasaan yang diberikan oleh hukum kepada sesorang tehadap sesuatu. Sehingga menimbulkan hubungan hukum antara keduanya. Jadi apabila seseorang memperoleh hak atas tanah, maka seseorang tesebut telah melekat kekuasaannya atas tanah di sertai pula dengan kewajiban yang diprintahkan oleh hukum.
Kabupaten Enrekang yang terkenal dengan bentangan alam berupa pegunungan, menjadikan daerah tesebut sebagai salah satu destinasi wisata alam yang wajib dikunjungi. Banyak pemuda dan kominitas pencinta alam yang takjub akan pesona alam Bumi Massenrempulu tersebut, hingga
memanfaatkannya untuk menjadikan sebuah destinasi wisata alam yang mampu membuat para wisatawan untuk datang berkunjung.
Sekelompok pemuda yang berasal dari Kabupaten Enrekang memanfaatkan teknik, skill serta pengalaman mereka, untuk membuat sebuah objek wisata yang belum pernah didapatkan didaerah manapun di Sulawesi Selatan.
Sebagai orang yang membuka wisata Dante Pine, Bapak Hafsan (43tahun) mengatakan bahwa:
“saya sengaja menmbuka tempat wisata ini untuk memberikan sensasi wisata yang baru, utamanya disulawesi selatan, apalagi bentangan alam Kabupaten Enrekang sangat mendukukng dengan dibukanya wahana ekstrem”
(Hasil wawancara tanggal 7 Agustus 2019)
Dari hasil wawancara tersebut dapat kita ketahui bahwa informan membuka tempat wisata yang belum pernah ada disulawesi selatan dengan sensasi wisata yang menantang. Pengelola membuka wisata itu dengan memanfaatkan hutan pinus yang dulunya tidak terawat menjadi sebuah tempat wisata dan dapat bernilai ekonomi bagi mereka yang telibat didalamnya.
Apalagi Enrekang yang dikenal sebagai daerah pegunungan sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat wisata yang menantang. Selain mendukung untuk dijadikan wisata alam yang menantang, Lokasi Dante Pine ini sangat strategis dan sangat mudah dijangkau oleh pengunjung, pasalnya Dante pine ini berada di tepi jalan poros Kabupaten Enrekang menuju ke Kabupaten Tanah Toraja.
Bebicara tentang hak kepemilikan tanah kawasan wisata Dante Pine, dapat diketahui dari wawancara besama dengan salah seorang pengelola wisata Dante Pine tersebut sebagai berikut.
Ardiyanto (27 Tahun ) pada saat melakukan wawancara dengan peneliti mengatakan bahwa:
“kawasan wisata Dante Pine ini luasnya sekitar 2 hektar. tanah kehutanan, saat ini masih sementara diurus kepemilikannya, dan didukungji oleh pemerintah”
(hasil wawancara tanggal 7 Agustus 2019)
Dari hasil wawancara diatas bersama dengan informan , dapat diketahui bahwa kawasan wisata Dante Pine adalah milik kehutanan. Tetapi pada saat ini masih diurus untuk kepemilkannya. Dalam hal ini pemerintah memberi dukungan untuk para pengelola dalam mengembangkan kawasan wisata tersebut. Dari hasil wawancara dengan informan dapat pula diketahui bahwa kawasan wisata Dante Pine tersebut memiliki luas sekitar 2 hektar.
2) Sarana dan Prasarana
Sarana pariwisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan unuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pengadaan sarana wisata didaerah tujuan wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan. Prasarana wisata merupakan sumber daya alam yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya didaerah tujuan wisata. Pembangunan prasarana wisata mempertimbangkan kondisi dan lokasi dapat meningkatkan daya tarik objek wisata tersebut.
Dalam hal sarana dan prasarana, Wisata Dante Peine menyediakan beberapa fasilitas yang dapat dinikmati oleh peggunjung. Hal tersebut diungkapkan oleh Ardiyanto (37 Tahun) sebagai Salag satu orang yang mengelola Wisata Dante Pine tersebut, dia mengatakan bahwa:
“kita menyiapkan fasilitas colokan listrik, serta fasilita umum bagi pengunjung seperti toilet, tempat sholat,ada juga tempat berkemah bagi yanng ingin berkemah. Ada juga kedai kopi yang ingin menikmati pemandangan sambil minum kopi.”
(Hasil Wawancara Tanggal 07 Agustus (2019)
Dari hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa pengelola dante pine menyiapkan beragam fasilitas seperti colokan listrik juga fasilitas umum yakni Toilet dan juga Musholah bagi mereka yang ingi menunaikan ibadah. Tidak hanya itu juga terdapat tempat berkemah bagi yang ingin berkemah dibawah hutan pinus lengkap dengan fasilitas seperti tenda dan perlengkapan berkemah lainnya. Dante Pine juga menyediakan sebuah kedai kopi khas Enrekang yaitu kopi Arabika Kalosi, yang berada didalam kawasan Wisata Dante Pine bagi pengunjng yang ingin menikmati pemandangan sambil menyeduh kopi.
Untuk menjamin kenyaman dan membuat pengunjung betah berlama- lama, Dante Pine Menyediakan beragam Fasilitas mulai dari toilet, Musolah bahkan tempat untuk berkemah bagi yang ingin menginap beserta fasilitas listrik dan colokan. Dante pine juga menyediakan kedai kopi khas enrekang yakni kopi arabika kalosi Enrekang berhadapan langsung dengan pemandangan alam didepannya.
Objek wisata Dante Pine berjarak sekitar 25 km dari Kota Enrekang.
Untuk masuk ke objek wisata Dante Pine ini, caranya cukup mudah dengan membayar RP.10.000 per orang, wisatawan sudah dapat masuk ke lokasi wisata dan menikmati panorama alam gunung nona. Serta menikmati sejuknya udara hutan pinus yang ada didalam lokasi Dante Pine. Ada berbagai macam tempat foto yang berada ditepi jurang dan juga wahan ekstrem yang ditawarkan didalam objek wisata tersebut. Jika ingin merasakan sensasi berfoto lebih menantang, pengunjung bisa menaiki wahana Tarzan Swing dan Zip Bike.
Bapak Hafsan (43 tahun) mengatakan bahwa:
“bukan hanya tarzan swing, pengunjung juga bisa mecoba sensasi swing ekstrim, sip bike, bisa juga foto selpi atau bahkan foto prewedding di jembatan becak, rumah hobbit, serta beberapa wahana lainnya. Kita juga menyediakan camping area semua dalam satu lokasi”
(Hasil wawancara tanggal 7 Agustus 2019)
Dari hasil wawancara terbut, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa wahana yang menantang yang pengelola siapkan untuk pengunjung.
Jika pegunjung ingin menaiki wahana Zip Bike, pengunung dikenakan tarif Rp.20.000 per orang, pengunjung bisa merasakan sensasi bersepeda diudara menggunakan tali yang diikat diantara 2 pohon yang ketinggiannya mencapai 10 meter dari permukaan tanah
Selain itu terdapat pula wahana Tarzan Swing. Sesuai namanya, pengunjung akan berayun seperti tarzan diantara dua tebing dan terjun dari ketinggian kurang lebih 36 meter. Unutuk mersakan sensasi Tarzan Swing pengunjung dikenakan tarif Rp.50.000 per orang. Sedangkan bagi pengunjung
yang ingin berkemah bersama keluarga atau sahabatnya dibawah hutan pinus, pengelola juga menyesiakan Zona Camping Ground,cukup dengan membayar Rp.35.000 pengunjung sudah mendapatkan fasilitas tenda dan berkemah semalam ditempat tersebut.
Beberapa bulan yang lalu, kementrian Pariwisata (kemenpar) mengembangkan program wisata di Kabupaten Enrekang yang dipusatkan di Kawasan Wisata Dante Pine, Kecamatan Anggeraja dengan melaunching Pasar Mammesa Pada hari Minggu 9 Desember 2018. Kepala Pengelola Dante Pine, Hardiono (32 Tahun) mengatakan Bahwa:
“pasar Mammesa ini Merupakan salah satu strategi kekinian kemenpar untuk menarik wisatawan, melibatkan kaum anak muda sebagai penggeraknya. Dimana anak muda senang berswafotodan menikmati pemandangan alam dan bersosmed ria, jadi ada penggabungan antara wisata alam, wisata kuliner khas Enrekang dengan wisata seni budaya”
Dari hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa Kemenpar mengadakan Pasar Mammesa yang melibatkan anak muda untuk menggabungkan antara wisata alam, Wisata kuliner khas Enrekang yakni Nasu Cemba dan Dangke yang merupakan makanan khas Enrekang. Selain itu juga wisata Seni Budaya seperti musik bambu dan Barutung yang sudah semakin langka. dengan adanya Pasar Mammesa di kawasan Dante Pine tersebut, bertujuan agar kedepannya Kabupaten Ini dapat menjadi daerah tujuan wisata.
3) Tenaga Kerja
Penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) kepariwisataan sudah menjadi tuntutan sekaligus bebutuhan. Hal ini terjadi karena pariwisata
terbukti memudahkan lapangan kerja bagi masyarakat. Dengan itu, pariwisata bukan sekedar menciptakan peluang kerja bagi masyarakat sekitar. Namun juga berperan dalam menekan angka pengangguran.
Keberadaan wisata Dante Pine membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar. Pasalnya masyarakat sekitar wisata Dante Pine yang kebanyakan adalah petani, semenjak adanya wisata Dante Pine ada sebagian orang yang beralih menjadi karyawan atau sebagai pengelola. Hal ini diungkapkan oleh Ardiyanto (27 Tahun) pada saat melakukan wawancara dengan peneliti sebagai berikut:
”sebelum bekerja di Dante Pine, saya hanya kerja serabutan. Kadang bertani, kadang bantu-bantu orang kerja dikebun dengan upah yang tidak seberapah”
(hasil Wawancara Tanggal 7 Agustus 2019)
Dari hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa sebelum adanya Dante Pine, informan dulunya hanya bekerja Sebagai Petani. Yang menurut unforman upahnya tidak seberapa. Dalam hal ini, dengan adanya Wisata dante Pine telah memeberikan peluang kerja terkhusus bagi informan sendiri.
Jumlah tenaga kerja di Dante pine saat ini di ungkapkan oleh pengelola Bapak Hafsan (43 tahun) pada saat melakukan wawancara dengan peneliti, mengatakan bahwa:
“saya dan teman teman bukan hanya bekerja tetapi kami juga mengasa keterampilan teknik untuk mengembangkan dante Pine. Jadi tidak semua orang bisa bergabung dalam mengelola dante pine ini.
Kami yang bekerja sama mengelola dante pine ini sekitar 15 orangji.
Itupun orang yang benar-benar memiliki kemampuan dan pengalaman”
(hasil Wawancara tanggal 7 Agustus 2019)
Dari hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kerja yang ada di wisata Dante Pine hanya sekitar 15 orang. Dalam merekrut anggota, menurut informan bahwa hanya mereka yang memiliki keterampilan serta pengalaman yang bergabung dalam mengelola Dante Pine ini. Jadi tidak semua orang bisa. Pasalnya dalam mengelola Dante Pine dibutuhkan keterampilan dalam menjalankan usaha-usaha apalagi dalam dante pine ini Terdapat Beberapa Wahan Ekstrem yang beresiko tinggi jika saja ada sedikit kelalaian. Untuk itu, perlu adanya keteampilan serta pengalaman bagi pengelola untuk menjamin keselamatan pengunjung.
4) Publikasi Wisata Dante Pine
Publikasi merupakan hal yang sangat penting yang bertujuan agar keberadaan suatu objek wisata dapat diketahui oleh wisatawan. Publikasi ini dapat dilakukan secara langsung disampaikan kepada konsumen dipasar atau melalui media sosial.
Dalam mempublikasikan wisata Dante Pine di Kabupaten Enrekang ini melalui akun instagram @dante.pine dan juga aku instagram
@kampong_massenrempulu. Berikut pemaparan mengenai pamanfaatan instagram sebagai media publikasi Wisata Dante Pine.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Hardiono (32 tahun) dan juga selaku pengelola akun @dante.pine dan akun
@kampong_massenrempulu mengatakan bahwa:
“ya awalnya kita mengelola wisata cekong, nah dari situ sudah ada instagram untuk mempublikasikan wisata cekong dengan akun
@cekonghill kemudian banyak yang menyukai dan menfollow. Karena ada kendala akhirnya wisata cekong kita berhentikan. Tidak lama setelah