• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

H. Evaluasi

Pada tanggal 02 februari 2021 pukul 15.30 WIB hasil evaluasi diagnosa pertama S:ibu klien mengatakan suhu badan anaknya panas, O:tubuh klien teraba panas,wajah klien tampak gelisah dan lemas, S: 39℃, N:90x/menit, RR:24x/menit, A:masalah belum teratasi, P:lanjut TTV. Sedangkan diagnosa yang kedua hasil evaluasi pada tanggal 02 februari 2021 pukul 15.45 yaitu S:ibu mengatakan tidak memahami tentang penyakit anaknya secara medis, O: ibu klien tampak cemas dengan kondisi klien, A:masalah teratasi sebagian, P:pantau bila kejang kembali terjadi.

Pada tanggal 03 februari 2021 pukul 15.15 WIB hasil evaluasi diagnosa pertama S:ibu klien mengatakan suhu anaknya sudah mulai menurun, O:tubuh klien teraba hangat,wajah tampak gelisah, S: 37℃, N:90x/menit, RR:24x/menit, A:masalah teratasi sebagian, P:pantau TTV. Sedangkan diagnosa yang kedua hasil evaluasi pada tanggal 03 februari 2021 pukul

39 15.25 yaitu S:ibu klien mengatakan paham tentang edukasi yang disampaikan tentang cara penanganan anak saat demam dan kejang, O:ibu klien mampu mengulangi kembali penjelasan yang diberi tahukan tentang kejang demam, klien tampak tidak kejang, A:masalah teratasi sebagian, P:pantau bila kejang kembali terjadi, beri umpan balik.

Pada tanggal 04 februari 2021 pukul 14.30 WIB hasil evaluasi diagnosa pertama S:ibu klien mengatakan suhu badan anaknya sudah turun, O:tubuh klien tidak teraba hangat,wajah klien tampak segar, S: 36,5℃, N:90x/menit, RR:24x/menit, A:masalah teratasi, P:lanjut TTV dan hentikan kompres.

Sedangkan diagnosa yang kedua hasil evaluasi pada tanggal 04 februari 2021 pukul 15.00 yaitu S: ibu klien mengatakan akan melakukan sesuai edukasi yang sudah diberikan untuk mejaga kebersihan dan kesehatan, O:

ibu klien tampak tenang dan sudah paham tentang edukasi yang diberikan.

A:masalah teratasi, P:pertahankan intervensi.

40 pada An.A dikelola selama tiga hari dari tanggal 02 Februari 2021 sampai 04 Februari 2021 di Ruang Baitunnisa 1 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.

Dengan berbagai aspek tahap proses keperawatan mulai dari pengkajian, analisa data, intervensi, implementasi, sampai dengan evaluasi.

Berdasarkan dari hasil pengkajian penulis menemukan 2 diagnosa yaitu:

A. Pengkajian

Dari pengkajian yang telah di lakukan penulis pada hari Rabu tanggal 02 Februari 2021 Pukul 12.30 WIB ditemukan pasien An. A dengan diagnosa medis kejang demam atau febris confulsif. Penulis menegakkan diagnosa medis kejang demam atau febris confulsif karena data yang didapat penulis bahwa An. A demam dan mengalami kejang.

Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Judha & Rahil, 2011).

Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki dari pada perempuaan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki (Dewi,2017).

Kejang demam yang berlangsung lama biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet

41 yang akhirnya terjadi hiposemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi, artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktivitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat (Judha & Rahil, 2011).

Dari pengkajian fisik yang didapat klien lemas,mukosa kering,dan tubuh teraba panas dan menurut Djamaludin (2010), menjelaskan bahwa tanda pada anak yang mengalami kejang adalah sebagai berikut : (1) suhu badan mencapai 39 derajat Celcius; (2) saat kejang anak kehilangan kesadaran, kadang-kadang napas dapat terhenti beberapa saat; (3) tubuh termasuk tangan dan kaki jadi kaku, kepala terkulai ke belakang disusul munculnya gejala kejut yang kuat; (4) warna kulit berubah pucat bahkan kebiruan dan bola mata naik ke atas; (5) gigi terkatup dan terkadang disertai muntah; (6) napas dapat berhenti selama beberapa saat; (7) anak tidak dapat mengontrol untuk buang air besar atau kecil.

42

B. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

Penulis mengangkat diagnosa pertama tersebut karena pada saat pengkajian didapatkan suhu tubuh diatas nilai normal yang disebut dengan hipertermi atau demam. Menurut standar diagnose keperawatan Indonesia (SDKI) diperoleh gejala dan tanda mayor secara objektif pada klien mengalami suhu tubuh diatas nilai normal, kemudian untuk gejala dan tanda minor secara objektif didapatkan kulit menorah, kejang, kulit terasa hanta. Oleh karena itu diagnosa hipertermia ditegakkan agar masalah tersebut dapat terselesaikan dikarenakan penyebab utama beresiko kejang yaitu demam, maka penanganan yang paling utama adalah mengatasi hipertemi. Hipertermi merupakan peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas(Arifuddin Adhar, 2016).

Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Hipertermi juga merupakan respon tubuh terhadap proses penyakit, penentuan hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut. Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas seperti memberikan minuman yang banyak, menggunakan pakaian yang tidak tebal atau tipis dan memantau monitor suhu untuk mengetahui perkembangan suhu tubuh untuk tindakan farmakologis yaitu memberikan obat antipiretik untuk membantu menurunkan suhu tubuh. (Kania, 2007).

43 Diagnosa hipertermia menjadi diagnosa prioritas pertama karena jika terjadi kenaikan suhu tubuh yang tidak normal apabila tidak segera di tangani akan beresiko kejang. Intervensi untuk diagnosa hipertermi berhubungan dengan proses penyakit selama 3x24 jam penulis hanya melakukan beberapa intervensi dengan kriteria hasil suhu tubuh normal 36℃, - 37℃, kulit tidak teraba panas klien tidak pusing dan lemas.

Kemudian tindakan mandiri yang bisa dilakukan yaitu kompres hangat karena sangat efektif terbukti berpengaruh untuk mempercepat mengatasi hipertermi. Kompres hangat merupakan salah satu tindakan mandiri perawat yang sangat efektif. Tindakan kompres hangat ini menggunakan sistem evaporasi, dimana proses perubahan molekul didalam keadaan cair (yaitu air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air) ketika kompres diletakan dikulit maka pori-pori akan terbuka sehingga panas tubuh akan keluar dari sana bersamaan dengan keringat, untuk itu pasien dipakaikan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu tebal, ini merupakan tindakan mandiri selanjutnya setelah kompres hangat. (Potter & Perry, 2010)

Melalui karya tulis ini dibuktikan bahwa kompres hangat yang dilakukan selama 10 menit dapat menurunkan suhu tubuh. Penulis akan menjabarkan dengan melakukan kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh

Penulis dapat menyelesaikan masalah pasien walaupun kadang pasien rewel dan menangis tidak kooperatif, salah satu yang membuat pasien rewel yaitu pasien yang merasa kurang nyaman karena badannya panas, tingginya suhu tubuh pada keadaan demam sangat berpengaruh terhadap terjadinya kejang demam karena pada suhu tubuh yang tinggi dapat meningkatkan metabolisme tubuh sehingga terjadi perbedaan potensial membran di otak yang akhirnya melepaskan muatan listrik dan menyebar ke seluruh tubuh(Arifuddin Adhar, 2016).

44 2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Menurut standard diagnosa keperawatan Indonesia (PPNI, 2018) defisit pengetahuan yaitu ketiadaan atau kurangnya informasi kofnitif yang berkaitan dengan topik tertentu. Pada tanggal 02 Februari 2021 penulis mengangkat diagnosa defisit pengetahuan karena dengan hasil pengkajian yang dilakukan, yaitu Ibu klien tidak tahu berapa suhu anak saat kejang dan merasa cemas akan kondisi anaknya saat ini, ibu klien mengatakan tidak memahami tentang penyakit anaknya secara medis.

Selain itu penulis mengangkat diagnosa defisit pengetahuan sebagai diagnose kedua karena pemberian pendidikan kesehatan tentang kejang demam sangat diperlukan untuk ibu dan keluarga pada anak dengan riwayat kejang demam, karena usia yang renta terjadinya kejang berulang. Maka dari itu penulis menetapkan intervensi untuk diagnose meliputi mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi, menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan, menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, memberikan kesempatan untuk bertanya, menjelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan, mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat, ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup hidup.

Menurut Greene, et all (2005) edukasi yang harus segera orang tua lakukan disaat anak mengalami panas tinggi dan saat terjadi kejang demam, sebaiknya dilakukan,

a) Buka pakaian sampai hanya tinggal celana dalamnya saja. Pastikan klien memperoleh banyak udara segar tanpa menjadi kedinginan.

45 b) Singkirkan benda-benda disekelilingnya agar klien terlindung dari cedera. Basuh dengan air hangat dimulai dari kepala dan turun kearah tubuhnya. Jangan biarkan tubuhnya menjadi terlalu dingin. Setelah tubuh mendingin, kejangnya akan berhenti, gulingkan tubuhnya hingga klien berbaring miring dan jaga agar kepalanya tetap menengadah kebelakang. Selimuti tubuhnya dengan selimut atau seprei tipis dan tenangkan dirinya. Jika suhu tubuhnya naik lagi, basuhlah kembali(Rahmadiliyani & Muhlisin, 2008).

c) Edukasi perawat untuk keluarga saat terjadi kejang anjurkan untuk menghindari memasukan apapun ke dalam mulut klien, selain itu anjurkan keluarga tidak menggunakan kekerasan untuk menahan gerakan klien(SIKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

Implementasi dilakukan selama tiga hari mulai tanggal 02 februari 2021 sampai 04 februari 2021. Hasil yang didapatkan ibu klien mengatakan paham tentang edukasi yang disampaikan tentang cara penanganan anak saat demam dan kejang, dan mampu mengulangi kembali penjelasan yang diberi tahukan tentang kejang demam saat dilakukannya pendidikan kesehatan. Dalam diagnosa ini penulis ibu dan keluarga klien mampu melakukan sesuai anjuran, verbalisasi minat dalam belajar tentang penanganan kejang demam meningkat, kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang kejang demam meningkat, mampu menggambarkan pengalaman sebelumnya tentang kejang demam dan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang sudah disampaikan melalui pendidikan kesehatan(SIKI,Standar Intervensi Keperawatan Indonesia).

Evaluasi dilakukan selama tiga hari mulai tanggal tanggal 02 februari 2021 sampai 04 februari 2021. Hasil dari evaluasi selama tiga hari masalah pasien dapat teratasi setelah dilakukan tindakan yang sesuai tujuan dan kriteria hasil yang direncanakan. Data yang diperoleh yaitu data subjektif ibu klien mengatakan sudah tenang dan paham tentang penyakit yang dialami klien dan cara menangani serta

46 akan lebih menjaga kesehatan dan kebersihan sesuai edukasi yang diberikan pada saat pendidikan kesehatan, data objektif ibu klien tampak tenang dan klien tidak lagi kejang, terjadi penurunan suhu tubuh menjadi 36,50C wajah segar dan mulai aktif bermain diatas tempat tidur, masalah teratasi.

47 Penulis memperoleh kesimpulan dari asuhan keperawatan pada An.A dengan kejang demam adalah sebagai berikut :

1. Febris confulsif atau sering disebut kejang demam adalah terjadinya peristiwa kejang pada anak setelah usia satu bulan, terkait dengan penyakit demam, tidak disebabkan oleh infeksi pada sistem saraf pusat, tanpa kejang neonatal sebelumnya atau kejang neonatal tanpa alasan sebelumnya dan tidak memenuhi kriteria untuk gejala kejang akut lainnya (International League Against Epilepsy(ILAE)dalam (Puspitasari et al., 2020).

2. Dari hasil pengkajian pada An.A dapat disimpulkan orang tua klien mengatakan anaknya panas kurang lebih 4 hari pada tanggal 26 januari 2021 hingga 29 januari 2021 dan terjadi kejang di hari ke 3 pada tanggal 29 januari 2021 pukul 16.00 dan hari ke 4 pada tanggal 30 januari 2021pukul 07.30 selama kurang lebih 15 menit dikurun waktu kurang dari 24 jam. Selama demam 2 hari klien sudah dibawa ke klinik dan diberi terapi obat sanmol akan tetapi panas masih naik turun hingga hari ke 3 dan ke 4 terjadi kejang berulang kemudian klien dibawa ke Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang pada tanggal 30 Januari pukul 09.00 WIB.

3. Diagnosa yang muncul pada An. A selama dirawat di Ruang Baitunnisa 1 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang adalah a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme b. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar infomasi

Implementasi dengan diagnosa hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme dilaksanakan berdasarkan rencana tindakan keperawatan yang disusun. Penulis melakukan tindakan:

48 lakukan kompres hangat, memantau monitor suhu, kolaborasi pemberian antipiretik.

Implementasi dengan diagnose kedua defisit penegtahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi dilaksanakan berdasarkan rencana tindakan keperawatan yang disusun. Penulis melakukan tindakan: menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan, menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, memberikan kesempatan untuk bertanya, menjelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan, mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat, ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup hidup.

Respon perkembangan An. A setelah dilakukan implementasi adalah orangtua klien mengatakan paham tentang edukasi yang disampaikan tentang cara penanganan anak saat demam dan kejang, dan mampu mengulangi kembali penjelasan yang diberi tahukan tentang kejang demam saat dilakukannya pendidikan kesehatan.

4. Menganalisa kesenjangan antara konsep teori dengan aplikasi asuhan keperawatan dengan kejang demam pada An. A di Ruang Baitunnisa 1 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang yaitu:

Menurut penulis kejang demam adalah kejang terjadi karena suhu tubuh meningkat diatas 380C atau bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.

Menurut penulis hipertermi adalah suhu tubuh meningkat diatas normal.

B. Saran

a. Bagi Penulis

Meningkatkan kemmapuan dan kualitas dalam memberikan asuhan keperawatan anak khususnya pada anak penderita kejang demam dengan memberikan asuhan keperawatan.

49 b. Bagi Institusi

Diharapkan institusi sebagaimana dapat digunakan sbagai referensi baru untuk penanganan masalah klien dengan kejang demam karena banyak referensi yang ditemukan penulis adalah referensi lama.

c. Bagi Lahan Praktek

Untuk pihak rumahsakit khususnya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien diharapkan dapat melakukan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan.

50 Arief, R. F. (2015). Penatalaksanaan Kejang Demam. Cermin Dunia Kedokteran-

232, 42(9), 658–659.

http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/HealthyTadulako/article/download/

8333/6614

Arifuddin Adhar. (2016). Analisis Faktor Risiko Kejadian Kejang Demam. Jurnal Kesehatan Tadulako, 2(2), 61.

Deliana, M. (2016). Tata Laksana Kejang Demam pada Anak. Sari Pediatri, 4(2), 59. https://doi.org/10.14238/sp4.2.2002.59-62

Irdawati. (2009). Kejang demam dan penatalaksanaannya. Berita Ilmu Keperawatan, 2 No.3(September), 143–146.

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/2377/KEJANG DEMAM DAN PENATALAKSANAANNYA.pdf?sequence=1

Ismet, I. (2017). Kejang Demam. Jurnal Kesehatan Melayu, 1(1), 41.

https://doi.org/10.26891/jkm.v1i1.13

Labir, K., & Mamuaya, N. L. . S. S. (2017). Pertolongan Pertama Dengan

Kejadian Kejang Demam Pada Anak. Journal Nursing, 1–7. http://poltekkes- denpasar.ac.id/files/JURNAL GEMA KEPERAWATAN/DESEMBER 2014/ARTIKEL Ketut Labir dkk,.pdf

Muzayyanah, N. L., Hapsara, S., & Wibowo, T. (2013). Kejang Berulang dan Status Epileptikus pada Ensefalitis sebagai Faktor Risiko Epilepsi Pascaensefalitis. 15(3).

Nurindah, D., Muid, M., & Retoprawiro, S. (2014). Hubungan antara Kadar Tumor Necrosis Factor-Alpha (TNF-α) Plasma dengan Kejang Demam Sederhana pada Anak. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28(2), 115–119.

https://doi.org/10.21776/ub.jkb.2014.028.02.10

Puspitasari, J. D., Nurhaeni, N., & Allenidekania, A. (2020). Edukasi Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Pencegahan Kejang Demam Berulang. Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI), 4(3), 124. https://doi.org/10.32419/jppni.v4i3.186

Rahmadiliyani, N., & Muhlisin, A. (2008). Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit Dan Komplikasi Pada Penderita Diabetes Melitus Dengan Tindakan Mengontrol Kadar Gula Darah Di Wilayah Kerja Puskesmas I Gatak Sukoharjo. Berita Ilmu Keperawatan, 1(2), 97–100.

http://journals.ums.ac.id/index.php/BIK/article/view/3744

51 Susanti, Yurika Elizabeth & Wahyudi, T. (2020). Di Rumah Sakit Baptis Batu

Clinical Characteristics of Children With Febrile Seizure in the Baptist Hospital Batu. Journal of Medicine, 19(2), 91–98.

53 Lampiran 1

SURAT KESEDIAAN MEMBIMBING

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ns. Kurnia Wijayanti, M.Kep NIDN : 0628028603

Pekerjaan : Dosen

Menyatakan bersedia menjadi pembimbing Karya Tulis Ilmiah atas nama mahasiswa Prodi D-III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA Semarang, sebagai berikut:

Nama : Septyan Indah Lestari NIM : 40901800092

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Anak Pada An.A Dengan Kejang Demam di Ruang Baitunnisa 1 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, 2 Juni 2021 Pembimbing

( Ns. Kurnia Wijayanti, M.Kep ) NIDN : : 06-2802-8603

54 Lampiran 2

SURAT KETERANGAN KONSULTASI Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ns. Kurnia Wijayanti, M.Kep NIDN : 0628028603

Pekerjaan : Dosen

Menyatakan bersedia menjadi pembimbing Karya Tulis Ilmiah dari mahasiswa Prodi D-III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA Semarang, sebagai berikut :

Nama : Septyan Indah Lestari NIM : 40901800092

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Anak Pada An.A Dengan Kejang Demam di Ruang Baitunnisa 1 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Menyatakan bahwa mahasiswa tersebut diatas benar-benar telah melakukan konsultasi pada pembimbing Karya Tulis Ilmiah pada tanggal 1 Februari – 1 Juni 2021 bertempat di Prodi D-III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA Semarang.

Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, 1 Juni 2021 Pembimbing

Ns. Kurnia Wijayanti, M.Kep NIDN : 06-2802-8603

55 Lampiran 3

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA PRODI DIII KEPERAWATAN

FIK UNISSULA 2021 NAMA MAHASISWA : Septyan Indah Lestari

NIM : 40901800092

JUDUL KTI : Asuhan Keperawatan Anak Pada An. A dengan Kejang Demam di Ruang Baitunnisa 1 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang

PEMBIMBING : Ns. Kurnia Wijayanti, M.Kep

HARI / TANGGAL

MATERI KONSULTASI

SARAN PEMBIMBING

TTD PEMBIMBING Selasa, 16

Februari 2021

Responsi Askep Perbaikan askep

Senin, 25 Mei 2021

Responsi BAB I, BAB II & BAB

III

Perbaikan latar belakang, penambahan di

BAB II dan pelengkapan BAB

III Jumat , 28 Mei

2021 Responsi BAB I-

BAB V

Perbaikan penulisan dan

penambahan pembahasan

56 Senin, 1 Juni

2021 Response BAB 1-

BAB V

Perbaikan penulisan dan

penambahan pembahasan

57

58 Tabel gambar 1.1 Pamflet kejang demam

59

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA AN. A DENGAN DIAGNOSA KEJANG DEMAM DI RUANG BAITUNNISA 1

RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

DISUSUN OLEH:

SEPTYAN INDAH LESTARI 40901800092

PRODI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2021

60

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN I. DATA UMUM

1. Identitas

a. Identitas pasien Nama: An.A Umur: 3 bulan

Jenis kelamin: laki-laki Agama: Islam

Pekerjaan:-

Suku/bangsa: Jawa/Indonesia

Alamat: Genuk Sari RT 01/RW 01, Kecamatan genuk, Kota Semarang

Diagnosa medis: kejang demam

Tanggal dan jam masuk: 30 januari pukul 09.00 WIB b. Identitas penanggung jawab

Nama: Ny. M Umur: 25 tahun

Jenis kelamin: perempuan Agama: Islam

Pekerjaan: guru

Suku/bangsa: jawa/Indonesia Pendidikan terakhir: S1

Alamat: Genuk Sari RT 01/RW 01, Kecamatan genuk, Kota Semarang

Hubungan dengan pasien: orang tua 2. Status kesehatan saat ini

Ibu klien mengatakan anaknya panas naik turun selama kurang lebih 4 hari sejak tanggal 26 Januari 2021 disertai kejang selama 2 kali kurang lebih 15 menit pada tanggal 29 Januari 2021 pukul 16.00 pada bagian tangan setelah berhenti dilakukan kompres hangat dan meminum obat paracetamol dari

61 klinik. Pada 30 januari 2021 pukul 07.00 ibu klien mengatakan klien mengalami kejang kaku pada kaki dan tangan hingga pupil mata tidak terlihat. Setelah kejang berhenti, klien langsung dibawa ke Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang pada 30 Januari 2021 pukul 09.00. Sebelumnya An. A sudah dibawa ke klinik dan diberi terapi obat sanmol pereda demam namun An.

A tidak mengalami perubahan. Munculnya keluhan bertahap mulai dari suhu tubuh yang naik turun. Suhu An. A naik setiap hari sampai menyebabkan anaknya kejang-kejang, ibu mengatakan bahwa anaknya juga tidak mempunyai alergi obat atau makanan apapun.

3. Riwayat kesehatan lalu

Ibu klien mengatakan tidak mengalami preklamasi dan tidak ada keluhan serius saat melahirkan. ibu klien mengatakan selama kehamilannya ibu klien selalu periksa sebulan sekali dan mengikuti kelas ibu hamil di kelurahan setempat, makanan juga terjaga, Ibu klien mengatakan saat hamil mempunyai keluhan kadang-kadang sakit, pegel-pegel, tidak mengkonsumsi obat atau jamu-jamu selain dari klinik. ibu klien mengatakan saat persalinan An. A di klinik Genuk Sari secara normal, lahir spontan dan normal. ibu kien mengatakan An.A lahir normal dan spontan dengan (BB) berat badan 3100 gram,panjang badan (PB) 50 cm, bayi sehat, An.A sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakithanya mengonsumsi obat- obatan yang dari klinik. tidak mempunyai alergi obat ataupun makanan, belum pernah mengalami kecelakaan. ibu klien mengatakan An. A baru mendapatkan imunisasi yaitu imunisasi Difteri, Petusis, dan Tetanus (DPT) tahap 1.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu klien mengatakan dalam kelurga tidak ada riwayat penyakit kejang demam seperti yang diderita An.A juga tidak

62 mempunyai penyakit keturunan seperti hipertensi, jantung, diabetes melitus dan lain-lain. Saat ini tidak ada anggota keluarga yang dirawat dirumah sakit selain An.A.

5. Riwayat kesehatan lingkungan.

Ibu klien mengatakan klien tinggal satu rumah dengan ayah, ibu. Rumah klien berada dilingkungan pedesaan dengan udara yang cukup panas, ibu klien mengatakan jika keadaan rumahnya cukup bersih, dan memiliki sirkulasi udara yang cukup.

II. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL

12) Persepsi kesehatan/Penanganan Kesehatan e. Status kesehatan anak sejak lahir

Ibu klien mengatakan klien lahir secara normal dengan berat lahir 3,1 kg dan baru pertama kali masuk rumah sakit di RSI Sultan Agung Semarang

f. Pemeriksaan kesehatan rutin

Ibu klien rutin datang ke Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU) untuk menimbang berat badan anaknya dan untuk imunisasi klien.

g. Apakah orang tua merokok? Didekat anak ?

Ibu klien mengatakan ayah klien merupakan perokok aktif.

h. Mainan anak/bayi aman ?

Ibu klien mengatakan mainan anaknya dirasa masih aman digunakan oleh anak sesuai dengan usianya.

13) Nutrisi/Metabolik

d. Masalah dengan makan, menelan dan penceraan

Ibu klien mengatakan jika anaknya tidak memiliki masalah menelan, tidak ada gangguan nutrisi dan belum memakan makanan tambahan. Klien mendapatkan vitamin tambahan dan terpasang infus ditangan sebelah kiri

e. Mual/muntah

Dokumen terkait