• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP PENYAKIT

BAB 3 STUDY KASUS

3.6 Evaluasi

Tabel 3.6 Evaluasi Keperawatan Keluarga

No. Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi

1. Senin, 1 Maret 2021 Ketidakpatuhan minum obat pada penderita TB Paru berhubungan dengan efek samping program pengobatan.

S : Klien mengatakan sudah tidak lagi minum obat pada pertengahan bulan Januari , karena sering mual, muntah, dan sering mengeluh sakit kepala, klien mengatakan tidak memakai masker ketika berkumpul dengan tetangga. klien mengatakan masih merokok, klien mengatakan sering meludah sembarangan tempat.

O : 1. Tanda-tanda vital : TD :130/90 mmHg N : 89x/menit S :36,80C RR :19x/menit 2. GCS : composmentis

3. Klien tidak mengikuti anjuran masalah kesehatan seperti tidak memakai masker ketika berkumpul bersama keluarga maupun tetangga.

4. Tn. F tidak mengikuti program pengobatan sesuai anjuran, dikarenakan efek samping obat.

5. Kegagalan Tn. F melakukan tindakan untuk mengurangi faktor resiko.

6. Kegagalan Tn. F memasukkan regimen pengobatan dalam kehidupan sehari-hari.

A : Masalah ketidakpatuhan berobat belum tarastasi.

P : Intervensi dilanjutkan Senin, 1 Maret 2021 Defisit pengetahuan

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.

S : Klien maupun keluarga mengatakan sebagian tau tentang penyakit, tapi belum mengerti bagaimana tanda gejala dan penularannya, Klien maupun keluarga mengatakan tidak tau resikonya jika tidak teratur minum obat.

O : 1. kegagalanTn.F mencapai pengendalian optimal

2. KegagalanTn. F melakukan tindakan mencegah masalah kesehatan 3. Kegagalan Tn. F melakukan tindakan

untuk mengurangi faktor resiko.

4. Tn. F tidak mengikuti anjuran dokter dengan melakukan terapi pengobatan secara teratur

5. Tn. F tidak teratur minum obat dikarenakan efek samping obat.

A : Masalah ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi 2. Selasa, 2 Maret 2021 Ketidakpatuhan minum

obat pada penderita TB Paru berhubungan dengan efek samping program pengobatan.

S : Keluarga mengatakan, klien sudah mulai patuh minum obat, tapi masih perlu diingatkan istri atau anaknya. Keluarga mengatakan, klien mulai memakai masker ketika batuk, berkumpul keluarga atau tetangga. Klien juga tidak meludah sembarangan.

O : 1. Klien sudah mulai teratur minum obat tapi masih perlu dipantau terus oleh keluarga

2. GCS : composmentis

3. Klien sudah mulai mengikuti anjuran yang harus dilakukan untuk

mengurangi resiko penularan dengan memakai masker.

4. Klien tidak meludah disembarang tempat

A : Masalah ketidakpatuhan sebagian teratasi.

P : Lanjutkan Intervensi Selasa, 2 Maret 2021 Defisit pengetahuan

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.

S : Klien maupun keluarga mengatakan sudah mengerti tentang penyakit TB Paru, tanda gejala, penularan TB Paru, dan program terapi pengobatannya, klien juga sudah mulai memakai masker ketika batuk, berkumpul keluarga atau tetangga.

Klien juga tidak meludah sembarangan.

O : 1. Klien mampu menjelaskan tentang penyakit TB Paru, dan program pengobatannya.

2. Klien dan keluarga dapat menjawab pertanyaan komplikasi akibat ketidakpatuhan berobat.

A : ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan teratasi

P : Intervensi dihentikan

3. Rabu, 3 Maret 2021 Ketidakpatuhan minum obat pada penderita TB Paru berhubungan dengan efek samping program pengobatan.

S : klien mengatkan sudah memahami efek tentang tidak mematuhi pengobatan dan perawatan dan sudah mulai tertatur minum obat tanpa harus diingatkan keluarga.

O : Klien sudah mulai patuh menjalani terapi pengobatannya.

A : Ketidakpatuhan berobat teratasi P : intervensi dihentikan.

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang kesenjangan antara teori yang didapat dengan kenyataan yang ditemukan di desa Karang Pandan, dengan kasus ketidakpatuhan berobat pada penderita TB Paru. Pembahasan ini akan diuraikan dalam empat tahap dari proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Pada saat pengkajian Tn. F mengatakan sudah tidak lagi minum obat pada pertengahan bulan januari karena sering mual, muntah, dan sering mengeluh sakit kepala, Klien juga tidak memakai masker ketika berkumpul dengan tetangga dan Klien sering meludah sembarangan tempat. Klien mengatakan masih merokok. Klien maupun keluarga mengatakan sebagian tau tentang penyakit, tapi belum mengerti bagaimana tanda gejala dan penularannya. Klien maupun keluarga mengatakan tidak tau resikonya jika tidak teratur minum obat.

Menurut (Dinas Kesehatan Repuplik Indonesia), Konsekuensinya jika penderita tidak teratur dalam menjalani pengobatannya atau dengan kata lain menghentikan pengobatannya akan berlanjut pada kegagalan yang berkepanjangan dan multi drug resistence (MDR) atau resistensi obat. Pengobatan TB Paru membutuhkan waktu 6 sampai 8 bulan untuk mencapai kesembuhannya. Jika tidak teratur dalam menjalani pengobatan tersebut menyebabkan pengobatan yang sudah dilakukan diulang lagi dari awal sehingga menyebabkan proses penyembuhannya menjadi lebih lama dan dapat menimbulkan kasus Multy Drug Resistence (MDR) maupun Xaviere Drug Resistence (XDR).

Pada kasus diatas ditemukan data yang sesuai dengan teori dimana pada teori data yang muncul adalah ketidakpatuhan minum obat pada penderita TB Paru berhubungan

dengan efek samping program pengobatan dan defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. Hal ini disebabkan karena keluarga Tn. F terutama pada Tn. F tidak mengikuti program pengobatan TB Paru sesuai dengan tahap pengobatan yang sudah ditentukan dan tidak mengikuti peraturan program pengobatan TB Paru terutama dalam hal minum obat.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Setelah data dianalisa, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah keperawatan keluarga, perumusan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga yang diambil didasarkan pada penganalisaan pengkajian keluarga yang didasarkan pada analisa konsep, prinsip, teori dan standar yang dapat dijadikan acuan dalam menganalisa sebelum mengambil keputusan tentang masalah keperawatan keluarga. Diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan kasus adalah :

1. Ketidakpatuhan minum obat pada penderita TB Paru berhubungan dengan efek samping program pengobatan, ditandai dengan Tn. F tidak mengikuti program pengobatan sesuai anjuran, dikarenakan efek samping obat, Kegagalan klien dalam melakukan tindakan untuk mengurangi faktor resiko seperti tidak memakai masker ketika berkumpul dengan keluarga atau tetangga, dan klien meludah disembarang tempat. Etiologi yang diambil dari 5 tugas keluarga dalam fungsi kesehatan yaitu tindakan pasien yang tidak mengukuti terapi pengobatan TB Paru sesuai anjuran 2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal

masalah kesehatan, ditandai dengan Tn.F maupun keluarga mengatakan sebagian mengerti tentang penyakit TB Paru, tapi belum sepenuhnya mengerti bagaimana tanda gejala dan penularannya, klien dan keluarga juga tidak tau resikonya jika tidak teratur minum obat sesuai dengan tahap pengobatan yang sudah ditentukan. Tidak sesuainya 5 tugas keluarga dalam fungsi kesehatan, yaitu : mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan dalam melaksanakan tindakan yang tepat.

Diagnosa yang muncul dalam tinjauan kasus disesuaikan dengan kondisi atau masalah klien, dengan tetap mengacu pada tinjauan pustaka yang telah ada.

4.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah suatu proses merumuskan tujuan yang di harapkan sesuai prioritas masalah keperawatan keluarga, memiliki strategi keperawatan yang tepat, dan mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga kesuai dengan kebutuhan klien. Perawat perlu menyeleksi sumbersumber dalam keluarga yang dapat di manfaatkan, serta memprioritaskan (Sudiharto, 2007)

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menyusun intervensi berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Inervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).

Intervensi keperawatan disesuaikan dengan masalah yang dialami oleh klien sehingga kebutuhan pasien dapat terpenuhi. Rencana asuhan masalah keperawatan pada Tn. F diambil dalam tinjauan pustaka berdasarkan teori asuhan keperawatan keluarga dengan ketidakpatuhan pengobatan dalam asuhan keperawatan Tn. F terdapat intervensi keperawatan dalam masing-masing diagnosa keperawatan.

Dalam memprioritaskan diagnosa keperawatan penulis berpedoman pada nilai skor tertinggi. Dimana dari hasil skoring yang dibuat bersama keluarga didapatkan diagnosa Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan ketidakpatuhan minum obat pada penderita TB Paru berhubungan dengan efek samping program pengobatan 7 skor, dan diagnosa Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan juga sama 6 skor.

Dalam penyusunan rencana keperawatan Tn. F dilakukan bersama-sama dengan keluarga sehingga rencana yang akan dilaksanakan merupakan rumusan keluarga dan penulis hanya memberikan arahan serta bimbingan. Dalam penyusunan rencana

tindakan keperawatan lebih menekankan pada kemandirian keluarga dalam melaksanakan dan mengemban lima tugas keluarga bidang kesehatan dengan memberikan penyuluhan dan motivasi, hal ini disebabkan karena penyebab timbulnya masalah berkaitan erat dengan pengetahuan dan prilaku keluarga.

Dalam penyusunan rencana keperawatan penulis tidak menemukan kesenjangan antara tinjauan kasus dengan tinjauan teori, karena rencana asuhan keperawatan yang diberikan kepada Tn. F dan keluarga dipilih sesuai dengan teori yang telah ada dengan tetap memperhatikan keteraturan klien dalam minum obat.

4.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana atau intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber di dalam keluarga dan memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan, keluarga di didik untuk dapat menilai potensi yang di miliki mereka dan mengembangkannya melalui implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk mengenal masalah yang di hadapi, merawat anggota keluarga sesuai kondisi kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanana kesehatan terdekat (Sudiharto, 2007).

Pada pelaksanaan implementasi keperawatan pada kasus Tn. F tindakan keperawatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan oleh perawat. Pada diagnosa keperawatan ketidakpatuhan minum obat pada penderita TB Paru berhubungan dengan efek samping program pengobatan dibutuhkan pelaksanan tindakan keperawatan selama 3x kunjungan. Pada diagnosa keperawatan difisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan dibutuhkan pelaksanakan tindakan keperawatan

selama 2 hari.

Pada pelaksanaan tindakan keperawatan tidak di temukan hambatan dikarenakan pasien dan keluarga kooperatif dengan perawat, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan baik

4.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standart yang telah di tetapkan untuk melihat keberhasilannya (Suprajitno, 2004).

Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehingga memiliki produktifitas yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga nya (Sudiharto, 2007).

Menurut faisaldo (2014) evaluasi dapat di bagi menjadi 2 jenis yaitu : 1) Evaluasi berjalan (evaluasi formatif) evaluasi yang di kerjakan dalam bentuk pengisian catatan perkembangan berorientasi pada masalah yang di alami klien, format yang di gunakan dalam bentuk evaluasi formatif adalah SOAP 2) Evalusi akhir (sumatif) evaluasi yang di kerjakan dengan membandingkan antara tindakan yang telah di kerjaan dengan tujuan yang ingin di capai. Jika terjadi kesenjangan, maka proses keperawatan dapat di tinjau kembali untuk mendapatkan data guna memodifikasi perencanaan. Format yang di gunakan dalam evaluasi sumatif adalah SOAPIER.

Pada akhir evaluasi keperawatan diagnosa dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan ketidakpatuhan minum obat pada penderita TB Paru berhubungan dengan efek samping program pengobatan pada Tn. F teratasi karena sudah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan oleh perawat yaitu adanya kepatuhan mencegah dan menjalani terapi pengobatan sesuai anjuran dengan teratur : 1) Verbalisasi kemauan mematuhi program perawatan atau pengobatan dari menurun menjadi meningkat. 2) Verbalisasi mengikuti anjuran dari menurun menjadi meningkat. 3) Perilaku mengikuti program

perawatan atau pengobatan dari memburuk menjadi membaik. 4) Perilaku menjalankan anjuran dari memburuk menjadi membaik.

Diagnosa keperawatan difisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan disimpulkan bahwa masalah teratasi karena sudah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan oleh perawat yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan klien dengan kriteria :1) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit, 2) Mengetahui tanda gejala TB Paru, 3) Dapat mencegah resiko terjadinya MDR maupun XDR , 4) Menunjukkan perilaku sesuai anjuran 5) Tidak bingung ketika di tanya tentang masalah kesehatan dan lama terapi pengobatannya.

BAB V PENUTUP

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada penderita TB paru dengan masalah keperawatan ketidakpatuhan di Desa Karang Pandan, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan dan juga saran yang dapat bermanfaat untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada penderita TB paru.

5.1 Kesimpulan

Bedasarkan hasil pembahasan tentang “Asuhan Keperawatan Pada Penderita TB Paru Dengan Masalah Keperawatan Ketidakpatuhan di Desa Karang Pandan”, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Fokus pengkajian pada keluarga Tn. F, yaitu keluarga Tn. F kurang mampu mengenal masalah kesehatan yang dialami Tn. F. Keluarga Tn. F tidak mampu memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, yaitu Tn. F tidak mengonsumsi obat secara teratur. Keluarga Tn. F terutama pada Tn. F tidak mampu mengambil keputusan dalam melaksanakan tindakan yang tepat yaitu keluarga Tn. F tidak menggunakan pelayanan atau fasilitas kesehatan dibuktikan dengan Tn. F tidak mau melakukan cheek up atau kontrol ke puskesmas.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah ketidakpatuhan minum obat pada penderita TB Paru berhubungan dengan efek samping program pengobatan dan difisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

3. Intervensi keperawatan berisi treatment yang akan diberikan kepada klien disesuaikan dengan masalah yang sedang dialami oleh Tn. F sehingga intervensi keperawatan dapat tercapai.

4. Implementasi keperawatan kepada Tn. F disusun secara sistematis sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah disusun berdasarkan kondisi dan keadaan klien.

5. Hasil evaluasi dari kedua diagnosa yang muncul pada Tn. Fsetelah dilakukan tindakan, menunjukkan masalah teratasi dan kriteria hasil yang diinginkan tercapai dengan baik, sehingga implementasi keperawatan dihentikan..

5.2 Saran

Dari hasil study pada kasus ini merupakan sumbangan bagi pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan TB Paru dengan masalah keperawatan ketidakpatuhan, secara praktis tugas akhir ini akan bermanfaat bagi :

1. Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil study kasus ini, dapat mejadi masukkan bagi pelayanan kesehatan agar dapat melakukan asuhan keperawatan TB paru dengan masalah keperawatan ketidakpatuhan.

2. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan TB Paru dengan masalah keperawatan ketidakpatuhan

3. Bagi profesi Kesehatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan TB Paru dengan masalah

keperawatan ketidakpatuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Agyemen, A., & Oferi, A.R. 2017. Tuberculosis an Overview. Journal of Public Health and Emergency, (1-11)

Cahyani, M, dkk. Kalender Pintar: Solusi Inovatif Pengingat Kepatuhan Minum Obat pada Penderita

TB.

http://dokumen.tips/download/link/kalender-pintar. Diakses pada tahun 2017

Dinkes. Pasuruan, 2018. kasus tuberculosis (TBC) Kota Pasuruan.

https://www.wartabromo.com/2020/10/22/sepanjang-januari-september- ada-392-kasus-tbc-di-kota-pasuruan. Diakses pada tahun 2020

Dinkes. Pasuruan, 2018. Penanggulangan Penyakit TBC Kabupaten Pasuruan.

https://dinkes.pasuruankab.go.id/berita-artikel-tb.html. Diakses pada tahun 2018

Friedman, M.M. 2014. Keperawatan Keluarga Edisi 5. Jakarta: EGC.

Genesis Framework. 2013. Penyakit TBC ( Tuberculosis ). Media Release 22 Januari.

Manurung, S, dkk. 2008. Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi. Jakarta- Timur: CV. Trans Info Media, hal 106-117.

PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

S. Manurung . 2013. Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi. Jakarta : Hal 105.

S

usanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta : TIM Widoyono. 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &

Pemberantasan. Jakarta: Erlangga.

( Tn. F ) ( Ummul Khabib

Dokumen terkait