• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.2 Faktor Penghambat Pelaksanaan Klaim

Tidak terpenuhinya hak dan kewajiban yang melekat kepada peserta jaminan sosial maka lahirlah sebuah klaim seperti yang di alami oleh Alm Nasaruddin, haknya yang harusnya terbayarkan sebanyak Rp.

21.000.000 ketika di klaim tidak terbayarkan Klaimnya. Suatu penyelesaian klaim bisa terlaksana dengan baik apabila suatu syarat prosedur klaim itu dapat dipenuhi sesuai dengan klaim yang diajukan, dengan melengkapi formulir pengajuan klaim, setiap peserta yang ingin mengklaim diharuskan mengisi formulir lengkap (contoh formulir terlampir) dengan semua detail yang berhubungan dengan data peserta atau ahli waris dari peserta jaminan, seperti:Nomor ID /Nomor Paspor, Nomor Peserta / Polis anggota, Nama pemegang kartu peserta, dan lain- lain.

Berdasarkan klaim yang diajukan, sertakan semua dokumen yang diminta bersama dengan formulir pengajuan klaim, seperti resep asli bersama dengan tagihan/kuitansi, rekam medis asli atau fotokopi (dikeluarkan oleh dokter yang bersangkutan), dan dokumen-dokumen pendukung lainnya untuk klaim rawat inap atau perawatan medis dalam jaminan kecelakaankerja, ketika formulir pengajuan klaim sudah diisi lengkap dan semua dokumen yang dibutuhkan sudah lengkap, diserahkan kepada BPJS Ketenagakerjaan berdasarkan klaim yang diajukan dan apabila persyaratan dalam proses klaim BPJS

Ketanagakerjaan akan membayarkan Jaminan sesuai dengan klaim yang diajukan.

Haeriyah Istri dari Alm Nasaruddin (Wawancara 23 juli 2017) Mengatakan:

“Klaim yang saya ajukan sebagai Ahli Waris dari Jaminan Kematian mengalami hambatan sehingga, BPJS Ketenagakerjaan belum bisa memberikan hak saya sebagai Ahli Waris, saya tidak dapat melampirkan fotokopi buku nikah atau surat ketetapan dari Pengadilan Agama, saya merasa pengurusan klaim ini sangatlah berbelit-belit hanya saja kekurangan 1(satu) dokumen hak saya sebagai Ahli Waris saya tidak bisa dapatkan sedangkan kewajiban suami saya dulu dia selalu membayar iuran atau premi ke BPJS Ketenagakerjaan melalui tempat suami saya bekerja. BPJS Ketenagakerjaan menyampaikan kepada saya langsung suatu saat ketika saya sudah bisa melengkapi syarat prosedur klaim saya bisa mengajukan kembali proses klaim ini berlanjut diproses oleh BPJS Ketenagakerjaan karena untuk jaminan kematian itu tidak mempunyai daluwarsa waktu atau dengan kata lain tidak ada masa expayer dengan demikian BPJS Ketenagakerjaan akan tetap memproses jika syarat prosedur klaim telah dilengkapi dan berkas / formulir klaim untuk jaminan kematian telah dikembalikan oleh BPJS Ketenagakerjaan”.

Pada prinsipnya BPJS Ketenagakerjaan siap melaksanakan kewajibannya dan membayarkan hak kepada peserta dengan ketentuan dan aturan-aturan yang mengikat peserta untuk harus melengkapi persyaratan guna mendapatkan hak sebagai peserta atau ahli waris.

Namun demikian BPJS Ketenagakerjaan tetap memberikan upaya lain agar pelaksanaan hak dan kewajiban tetap terlaksana. Menurut Kepala Bagian Sumber Daya Manusai (SDM) Ayub Gazali (Wawancara 04 Juli 2017) Menjelaskan :

1. Apabila ahli waris dari peserta jaminan kematian tidak mempunyai fotokopi buku nikah, ahli waris bisa melapirkan surat ketetapan dari Pengadilan Agama sebagai pengganti dari fotokopi buku nikah.

2. Kartu Peserta hilang atau terbakar.

3. Peserta harus mengisi dan menanda tangani surat pernyataan yang disediakan serta harus dilampirkan surat keterangan kehilangan / terbakarnya kartu peserta yang dikeluarkan dan ditanda tangani oleh pejabat kepolisian.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dan berdasarkan latar belakang masalah yang menjadi dasar penelitian ini terkait penyelesaian klaim peserta jaminan kematian dan jaminan kecelakaan kerja syarat prosedur yang sudah menjadi aturan dari BPJS Ketenagakerjaan merupakan suatu syarat yang mutlak yang harus dipenuhi oleh setiap Peserta / Ahli Waris, dan dalam hal ini fotokopi buku nikah, merupakan salah satu unsur dokumen syarat prosedur klaim dan hal ini sudah tertera di formulir permintaan pembayaran jaminan kematian.

Faktor penghambat adalah salah satu yang menjadi Indikator sehingga apa yang seharusnya dijalankan dalam Undang-Undang tidak berjalan di dalam kenyataannya terutama menyangkut tentang berkas- berkas yang menjadi standar prosedur klaim untuk memberikan dan melaksanakan kewajiban BPJS Ketenagakerjaan dalam rangka melayani klaim dari pihak peserta. Dari data tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa faktor klaim :

1. Faktor Administrasi

2. Faktor Kesadaran Hukum

Inilah yang menjadi dasar dari Ahli Waris yang tidak memenuhi persyaratan sehingga ini berimplikasih dalam penyelesaian klaim BPJS Ketenagakerjaan yang semestinya sudah memberikan manfaat jaminan melalui proses penyelesaian klaim ,tapi karena tidak terpenuhinya satu syarat prosedur klaim. Dalam hal adanya kesepakatan antara BPJS Ketenagakerjaan dan Peserta Jaminan melalui pembayaran iuran atau premi yang tiap bulan terbayarkan melalui potongan gaji Peserta , yang dimana BPJS Ketenagakerjaan mempunyai syarat prosedur dalam pelaksanaan pembayaraan jaminan. Untuk Klaim Jaminan Kecelakaan Kerja sendiri sudah berjalan sesuai ketentuan sehingga setiap peserta yang sudah mengklaim Jaminan Kecelakaan Kerja sudah mendapatkan haknya sebagai peserta jaminan sosial tenaga kerja.

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka kesimpulan penulis adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Penyelesaian Klaim Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Perusahaan Daerah (PD) Pasar Makassar secara umum sudah berjalan, meskipun tidak dapat dipungkiri masih ada 1 (satu) peserta yang tidak mendapatkan pelayanan dari jaminan kematiannya. Hal itu diakibatkan syarat dan standar prosedur klaim yang menjadi kewajiban pihak peserta tidak dipenuhi terutama melampirkan fotokopi buku akte nikah.

2. Faktor penghambat ialah faktor Adiministrasi yaitu tidak terlengkapi syarat prosedur klaim dan faktor kesadaran hukum, yaitu kiranya dapat dirumuskan sebagai kesadaran yang ada pada setiap peserta tentang apa hukum itu atau apa hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup kejiwaan kita yang membedakan antara hukum dan tidak hukum (on recht) antara yang seyogyanya dilakukan dan tidak dilakukan. Tingkat Kesadaran Hukum yaitu sebagai berikut:

1. Compliance, kepatuhan yang didasarkan pada harapan akan suatu imbalan dan usaha untuk menghindarkan diri dari hukuman yang mungkin dikenakan apabila seseorang melanggar ketentuan

hukum. Adanya pengawasan yang ketat terhadap kaidah hukum tersebut.

2. Identification, terjadi bila kepatuhan terhadap kaidah hukum ada bukan karena nilai intrinsiknya, akan tetapi agar keanggotaan kelompok tetap terjaga serta ada hubungan baik dengan mereka yang diberi wewenang untuk menjalankan kaidah-kaidah hukum tersebut.

3. Internalization, seseorang mematuhi kaidah-kaidah hukum dikarenakan secara intrinsik kepatuhan tadi mempunyai imbalan.

Isinya sesuai dengan nilai nilanya dari pribadi yang bersangkutan.

Jadi harus terlebih dahulu tahu bahwa hukum itu ada untuk melindungi dari kepentingan manusia, setelah mengetahui, menyadari akan kegunaan isi kemudian menentukan sikap untuk mematuhinya.

4.2 Saran

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan dan telah dilakukan pembahasan terhadap data-data dan informasi yang didapat dari hasil penelitian, maka terdapat beberapa saran yang penulis ajukan:

1. Kepada BPJS Ketenagakerjaan

Diharapkan supaya sebagai Badan penyelenggara yang mampu mengusahakan mengenai pemberian jaminan dengan kualitas yang baik demi menanamkan kesadaran akan kepentingan jaminan sosial bagi tenaga kerja, serta memberlakukan segala kebijakan Agar

kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan dapat tetap berjalan sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang harusnya pihak BPJS Ketenagakerjaan tidak mempersulit Peserta dalam proses penyelesaian klaim dan Pihak BPJS Ketenagakerjaan perlu adanya sosialisasi lebih intens kepada para tenaga kerja.

2. Kepada Tenaga Kerja

Supaya setiap tenaga kerja harus memahami betul syarat prosedur untuk pengajuan klaim sehingga ketika peserta/ahli waris ingin mengklaim tidak ada lagi kendala yang terjadi sehingga setiap peserta/ahli waris dapat merasakan manfaat dari program Jaminan Kematian dan Jaminan Kecelakaan Kerja.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Abdulkadir Muhammad. 2006. Hukum Asuransi Indonesia. PT Citra Aditya Bakti, Bandung

Dyah Ochtorina Susanti dan A‟an Efendi. 2013. Penelitian Hukum (Legal Research), Sinar Grafika:Surabaya.

Hadi Setia Tunggal. 2015. Tanya-Jawab SJSN & BPJS. Harvarindo. Jakarta Mehr, Cammack A. Hasyimi. 1981. Dasar Dasar Asuransi. Balai Aksara.

Jakarta.

M. Wahyu Prihantoro. 2001. Manajemen Pemasaran dan Tata Usaha.

Kanisius. Yogyakarta.

Radiks Purba. 2002. Asuransi Indonesia. Salemba Empat. Jakarta.

Ramlan.2016.Perkembangan Hukum Dagang.Setara Press. Medan

Salim HS. 2004. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. PT Rajagrafindo Persada. Mataram

Sendjun H. Manulang. 2001. Pokok-Pokok Hukum Tenagakerja Indoensia.

Rineka Cipta. Jakarta

Sentosa Sembiring. 2014. Hukum asuransi. Nuansa Aulia. Bandung Asuransi. Kanusius. Yogyakarta.

Simorangkir, Rudy T, Prasetyo. 2006.Kamus Hukum. Sinar Grafika.

Surabaya.

Tim Visi Yustisa. 2014. Memperoleh Jaminan Sosial dari BPJS Ketenagakerjaan.Visimedia:Jakarta.

Van Apeldoorn. 2004. Pengantar Ilmu Hukum. Ghalia Indonesia:Bogor.

Wirjono Prodjodikoro. 1987. Hukum Asuransi di Indonesia. Intermasa.

Jakarta.

Dokumen terkait