• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Penyebab terjadinya Patologi Sosial pada Siswa di SMPN 5 Pattallassang

A. Hasil Penelitian

1. Faktor Penyebab terjadinya Patologi Sosial pada Siswa di SMPN 5 Pattallassang

49 BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

50 16 Supriadi VII Bolos dan Isap Lem

17 ST. Ramlah VIII Berkelahi

18 Nur Haliza IX Berkelahi

Berdasarkan tabel sebelumnya peneliti berpendapat bahwa benar adanya patologi sosial tidak hanya terjadi diluar lingkungan sekolah, tetapi sudah menyasar didalam lingkungan sekolah, hal ini perlu perhatian ekstra dari pihak sekolah.

Dengan terjadinya hal tersebut maka peneliti berusaha mencari tahu faktor penyebab terjadinya patologi sosial pada siswa di SMPN 5 Pattallassang.

Gambar 5.1 wawancara dengan siswa yang pernah melakukan pelanggaran

Setelah melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi di lokasi penelitian maka akan disajikan data-data yang diperoleh dari penelitian tentang bagaimanakah patologi sosial siswa di SMPN 5 pattallassang ini dilihat dari beberapa indikator terjadinya permasalahan tersebut yaitu, pengaruh lingkungan

51 bermain, permasalahan ekonomi, perkembangan zaman semakin moderen, dan rendahnya peran keluarga dan agama.

a. Faktor Pengaruh Lingkungan Bermain

Pengaruh lingkungan bermain menjadi salah satu faktor terpenting yang berperan dalam perkembangan seorang anak, karena pengaruh lingkungan juga yang mempengaruhi serta membentuk karakter dan watak anak yang tergambar kepada sikap dan tingkah laku seseorang.

Dalam hal ini salah satu informan yang merupakan tenaga pengajar di SMPN 5 Pattallassang K (35 Tahun), saat diwawancarai menuturkan bahwa :

“Sebenarnya kenakalan remaja sekarang ini terjadi karena pengaruh pergaulan lingkungan yang salah, kalau para siswa mampu dalam membedakan hal negatif maupun hal positif maka kami para tenaga pendidik akan lebih mudah mengontrol perkembangan siswa” (Wawancara Jum’at 5 Juni 2020).

Hal yang sama pun juga di sampaikan oleh MA (14 Tahun) selaku siswa di SMPN 5 Pattallassang bahwa:

“Kan ini sudah moderen mi kak jadi tidak mauki ketinggalan, apalagi ada istila setiakawan” (WawancaraJum’at 5 Juni 2020).

Dari beberapa wawancara diatas bahwa patologi sosial pada siswa di SMPN 5 Pattallassang yaitu pengaruh lingkungan serta kesadaran para siswa yang masih kurang dan juga kurangnya kontrol diri siswa terhadap perilaku.

Hal tersebut juga di sampaikan oleh MI (14 Tahun) selaku siswa di SMPN 5 Pattallassang bahwa :

”Menurut saya kak, kan di zaman sekarang mengikuti perkembangan zaman kan harus, cuman karena mungkin salah pengaplikasian saja kak karena kan kadar iman manusia beda-beda” (Wawancara Jum’at 5 Juni 2020).

Dari hasil wawancara diatas peneliti mendapatkan bahwa ada beberapa

52 indikator permasalah yang dapat dijelaskan bahwa pengaruh lingkungan bermain haruslah diperhatikan karena merupakan penunjang utama perkebangan moral siswa, kemudian kontrol sosial terhadap perilaku siswa perlu ditingkatkan dari semua pihak dan pengarahan lingkungan bermain juga perlu di perhatikan agar para siswa lebih terarah lagi.

“Berdasarkan dari hasil observasi yang peneliti temukan bahwa terjadinya patologi sosial pada siswa SMPN 5 Pattallassang salah satunya kurangnya perhatian khusus terhadap siswa khususnya mereka yang berulang kali melakukan pelanggaran sehingga moral siswa ikut menurun dimana peneliti melihat bahwa tata tertib disekolah sebenarnya sudah sangat baik akan tetapi kurangnya pengawasan dan perhatian khusus terhadap lingkungan bermain siswa, sebagian siswa hanyalah menganggap tata tertib sekedar aturan saja akan tetapi mengabaikan nasehat-nasehat guru maupun orangtua” (Observasi Kamis 4 Juni 2020).

b. Faktor Permasalahan Ekonomi

Adapun patologi sosial pada siswa SMPN 5 Pattallassang dapat dilihat dari permasalahan ekonomi yaitu bagaimana pelanggaran terjadi didasarkan dengan permasalahan ekonomi.

Dapat dilihat bahwa ekonomi merupakan salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Seperti yang di ungkapkan oleh S (14 Tahun) selaku siswa di SMPN 5 Pattallassang bahwa :

“Sebenarnya kak kami sadar bahwa mencuri itu salah akan tetapi karena sebagian teman ingin terlihat mampu dalam penampilan dan gaya-gaya sehingga memaksakan diri untuk mencuri karena mungkin prekonomian yang rendah”

(Wawancara jum’at 5Juni 2020).

Siswa dalam berperilaku tentunya didasari oleh lingkungan dan permasalahan hidup yang dihadapinya dimana mereka tumbuh dan berkembang sebab apa yang mereka lihat dilingkungan jika hal tersebut membuatnya merasa

53 senang tentulah akan ditiru bahkan sampai menghalalkan segala cara untuk mencapai apa yang mereka inginkan. Melihat realita yang terjadi justru para siswa bertindak seolah tidak bersalah dan menganggapnya sebagai hal biasa.

Seperti yang tuturkan oleh SH (46Tahun) selaku wakil kepala sekolah SMPN 5 Pattallassang beliau mengatakaan bahwa :

“Pelanggaran-pelanggaran sosial yang dilakukan beberapa siswa sebenarnya didasari oleh perilaku menyimpan siswa, dimana sesuatu hal yang melatarbelakangi perbuatan mereka, seperti halnya permasalah ekonomi dimana mereka memaksakan sesuatu hal yang dapat menunjang penampilan tanpa berpikir baik buruknya sesuatu apalagi media sosial sebagai penunjang siswa dalam berperilaku” (Wawancara Jum’at 5 Juni 2020).

Dari hasil wawancara diatas peneliti mendapatkan bahwa ada beberapa sebab terjadinya patologi sosial yaitu, rasa ingin dipuji dan disegani serta penggunaan media sosial yang membawa dampak negatif.

“Berdasarkan dari hasil observasi yang peneliti temukan bahawa terjadinya patologi sosial pada siswa di SMPN 5 Pattallassang yaitu kurangnya pendekatan- pendekatan khusus kepada siswa serta kurangnya penanaman moral dalam lingkungan sekolah maupun keluarga”(Observasi Kamis 4 Juni 2020).

c. Perkembangan zaman semakin moderen

Berbicara tentang perkembangan zaman moderen merupakan bagian terdepan yang akan dihadapkan untuk genersi saat sekarang ini, dikarenakan perkembangan zaman yang semakin canggih dan juga diera teknologi yang menyuguhkan berbagai macam contoh, baik dalam hal positif maupun negatif.

Berdasarkan dari informasi yang diperoleh dari bapak MI (30Tahun) selaku tenaga pendidik di SMPN 5 Pattallassang menyatakan bahwa :

“Sebenarnya pelanggaran-pelanggaran yang kerap dilanggar para siswa baik dari zaman dulu sampai zaman sekarang ini, jadi beda masa tentu berbeda pula bentuk atau tipe pelanggrannya. Kemampuan para siswa dalam menentukan baik buruknya sesuatu juga masih sangat minim maka dari itu dalam berkembangan

54 moderen ini perlu adanya pengawasan khusus untuk para generasi khususnya siswa kami di SMPN 5 Pattallassang” (wawancara Jum’at 5 Juni 2020).

Pendapat di atas pun dipertegas oleh Ibu SH (46 Tahun) selaku wakil kepala sekolah di SMPN 5 Pattallassang menyatakan bahwa :

“gaya hidup yang serba moderen ini yang sebenarnya membuat para siswa terlena akan hal duniawi, jangankan para siswa di SMPN 5 Pattallassang ini pasti setiap lembaga sekolah dihadapkan dengan hal yang sama pula, apalagi di era teknologi sekarang ini menjadi sarana dan prasarana bagi siswa dalam bertindak dan berperilaku” (Wawancara Jum’at 5 Juni 2020).

Dari kedua wawancara di atas dapat dilihat ada dua hal yang mempengaruhi terjadinya patologi sosial dikalangan siswa di SMPN 5 Pattallassang yaitu, kurangnya pengawasan khusus terhadap para generasi serta belum mampunya siswa dalam menentukan hal negatif ataupun hal positif.

Hal yang sama peneliti temukan jawabannya melalui observasi yaitu sebagai berikut :

“Berdasarkan hasil observasi yang peneliti temukan dilapangan bahwa benar terjadinya patologi sosial pada siswa di SMPN 5 Pattallassang disebabkan oleh minimnya pengawasan dari semua pihak dan sansi bagi mereka yang melanggar masih sangat lemah” (Observasi Kamis 4 Juni 2020).

d. Rendahnya peran keluarga dan agama

Berbicara tentang keluarga dan agama merupakan bagian paling awal dalam pembinaan dan tempat pertama menentukan jatidirinya untuk diterapkaan dan diaplikasikan di lingkungan luarnya. Keluarga juga merupakan pondasi terkuat untuk mengatasi patologi sosial dikalangan siswa apalagi dibarengi dengan agama.

Berdasarkan dari informasi yang diperoleh dari Ibu K (35 Tahun) selaku tenaga pengajar di SMPN 5 Pattallassang menyatakan bahwa :

55

“Pelanggaran-pelanggaran yang kerap dilakukan para siswa sebenaranya tidak jauh dari kurangnya perhatian keluarga terdekat dan juga kurangnya paham agama sehingga tidak ada alat ukur yang siswa jadikan dasar untuk bertindak dan berperilaku” (Wawancara Jum’at 5 Juni 2020).

Hal ini juga disampaikan oleh M (14 Tahun) selaku peserta didik di SMPN 5 Pattallassang menyatakan bahwa :

“Sebagaimanapun usaha yang dilakukan sekolah kak tentu tanpa bantuan keluarga juga percuma bahkan jauh dari kata efektif dan juga kalau tidak ada kesadaran para teman-teman untuk lebih meningkatkan paham agama tentu tidak ada ketakutan dalam melakukan pelanggaran” (Wawancara Jum’at 5 Juni 2020).

Kedua hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa semua lembaga yang bersangkutan haruslah saling bekerjasama dalam mengatasi patologi sosial yang terjadi dikalangan remaja. Terlihat dari pentingnya peran agama dan keluarga dalam membantu mengatasi hal ini agar menciptakan generasi yang berkemajuan.

Hal yang sama peneliti temukan jawabannya melalui observasi yaitu sebagai berikut :

“Berdasarkan hasil observasi yang peneliti temukan di lapangan bahwa benar, rendahnya paham agama dan kurangnya perhatian keluarga merupakan hal utama yang harus di perhatikan karena kedua hal tersebut merupakan hal pertama yang pertama dihadapkan untuk para siswa” (Observasi Kamis 4 Juni 2020).

Berdasarkan dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi diatas dapat dikatakan bahwa SMPN 5 pattallassang merupakan sekolah satap yang terbilang jumlah siswanya masih dalam kategori sedikit sehingga untuk mengontrol perilaku siswa tentunya tidak cukup sulit dalam mengawasi, dan juga adanya kerjasama antara semua pihak tentu akan lebih menunjang pecegahan patologi sosial yang terjadi belakangan ini.

Sehingga patologi sosial pada siswa di SMPN 5 Pattallassang dalam hal ini belum teratasi secara menyeluruh karena penyimpangan-penyimpangan sosial

56 yang masih dialami para siswa. Maka dari itu harus ada dukungan hari semua pihak baik dari sekolah, keluarga, agama begitupun individu yang melakukan.

Dokumen terkait