• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kajian Konsep

3. Kenakalan Remaja

Sebenarnya istilah remaja tidaklah mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak dapat dimasukkan ke dalam golongan anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa.

Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya (Knoers,2002 : 259).

Status orang dewasa sebagai status primer, artinya status itu diperoleh berdasarkan kemampun dan usaha sendiri. Status anak adalah status diperoleh (derived), artinya tergantung daripada apa yang diberikan orang tua dan masyarakat. Remaja ada dalam bentuk interim sebagai akibat daripada posisi yang sebagian diberikan oleh orang tua dan sebagian diperoleh melalui usaha sendiri yang selanjutnya memberikan prestise tertentu padanya. Status internim berhubungan dengan masa peralihan yang timbul sesudah pemsakan seksual (pubertas) (Knoers, 2002:260). Masa pubertas berlangsung selama 2 tahun, dinamakan pubertas (Inggris = puberty), yang dalam bahasa latin berarti usia kedewasaan (the age of monhord) dan yang berkaitan dengan kata lain lainnya pubescre, yang berarti masa pertumbuhan rambut di daerah tulang pusic (di

18 wilayah kemaluan) (Sarwono, 1991:7).

Umumnya ahli-ahli Eropa menggunakan istila “puber” untuk menyatakan masa di mana kemasakan awal seksual tercapai, yang berlangsung kira-kira dari umur 12-18 tahun. Sedangkan perkataan adolescent dipakai untuk menyatakan

“masa peralihan ke matrity”, yang berlangsung antara umur 18-20 tahun (Simandjuntak, 1984:83).

Menurut Bakolak inpres (Badan Koordinasi Pelaksanaan Instruksi presiden) No.6/1971 Pedoman 8, tentang Pola Penanggulangan Kenakalan Remaja. Di dalam pedoman itu diungkapkan mengenai pengertian kenakalan remaja sebagai berikut (Willis, 2008 : 88-89) “kenakalan remaja ialah kelainan tingkah laku, perbuatan atau tindakan remaja yang bersifat asosial bahkan anti sosial yang melanggar norma-norma sosial, agama serta ketntuan hukum yang berlaku dalam masyarakat”.

Menurut Sarwono (1991 : 197) semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam masyarakat (norma, agama, etika, peaturan sekolah, dan keluarga) dapat disebut sebagai perilaku menyimpang. Tetapi jika penyimpangan itu terjadi terhadap norma-norma hukum pidana barulah disebut kenakalan.

Berikut jenis kenakalan yang dikumpulkan oleh pemerintah melalui Bakolak Inpres 6/1971 ialah sebagai berikut :

1. Pencurian 2. Penipuan 3. Perkelahian

19 4. Perusakan

5. Penganiayaan 6. Prampokan 7. Narkotika

8. Pelanggaran Asusila 9. Pelanggaran

10. Pembunuhan 11. Kejahatan lain

Kartasaputra mendefinisikan bahwa perilaku penyimpangan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, yang tidak sesuai atau tidak menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, baik yang dilakukan secara sadar ataupun tidak. Bentuk-bentuk penyimpangan tersebut, apabila terus berkembang akan menyebabkan timbulnya penyakit sosial dalam masyarakat. Dengan kata lain, penyakit sosial adalah bentuk penyimpangan terhadap norma masyarakat yang dilakukan secara terus-menerus.

Sama halnya dengan penyakit-penyakit fisik pada umumnya, penyakit sosial pun tidak muncul secara seketika. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit sosial di masyarakat kita. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Tidak adanya figur yang bisa dijadikan teladan dalam memahami dan menerapkan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dengan demikian, apa yang dirasa benar, akan dilakukan terus-menerus tanpa memedulikan apakah hal itu melanggar norma atau tidak.

20

2. Pengaruh lingkungan kehidupan sosial yang tidak baik. Lingkungan yang sebagian besar masyarakatnya sering melakukan tindak penyimpangan, seperti prostitusi, perjudian, dan mabuk-mabukan, bisa memengaruhi kondisi masyarakat yang tinggal di daerah itu, sehingga warganya ikut terjangkit penyakit sosial serupa.

3. Proses sosialisasi yang negatif. Seseorang yang bergaul dengan para pelaku penyimpangan sosial, seperti kelompok preman, pemabuk, penjudi, dan sebagainya, lambat laun akan menjadi sama dengan teman-teman sekelompok dengannya.

4. Ketidakadilan. Seseorang yang mendapatkan perlakuan tidak adil, bisa memicunya untuk melakukan protes, unjuk rasa, bahkan bisa menjurus ke tindakan anarkis.

Penyakit masyarakat disini diartikan sebagai semua tingkah laku yang melanggar norma-norma dalam masyarakat dan dianggap menganggu, merugikan serta tidak dikehendaki oleh masyarakat. Penyakit masyarakat yang sering muncul di daerah saya antara lain yaitu kenakalan remaja seperti mencuri, mabok- mabokan dan berkelahi. Hal-hal tersebut biasanya banyak dilakukan oleh anak- anak muda yang tidak sekolah dan hanya menjadi pengangguran di rumah saja.

21 4. Penelitian Relevan

Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan dan berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, baik yang dituangkan ke dalam skripsi maupun jurnal diantaranya sebagai berikut:

Nuqul (2008) dengan judul “Pesantren Sebagai Bengkel Moral, Optimalisasi Sumber Daya Pesantren untuk Menanggulangi Kenakalan Remaja”. Penelitian tersebut berfokus pada kenakalan remaja dari sudut pandang psikologi dan moralitas. Kesimpulannya, kenakalan remaja telah menjadi masalah serius.

Pesantren merupakan ujung tombak pendidikan yang menuntun kehidupan di dunia dan akhirat. Untuk mencapai tujuan tersebut pesantren mempunyai sumber daya yang meliputi tradisi dan sumber daya manusia yang membuktikan bahwa pesantren merupakan bengkel moral yang bisa diandalkan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu sama sama membahas tentang kenakalan remaja dan memiliki perbedaan pada fokus serta lokasi penelitiannya.

Aroma, I. S., & Suminar, D. R. (2012) dengan judul “Hubungan antara tingkat kontrol diri dengan kecenderungan perilaku kenakalan remaja”

.

Tujuan

penelitian ini adalah menguji secara empiris apakah terdapat hubungan negatif antara kontrol diri dengan kecenderungan perilaku kenakalan pada remaja. Subjek penelitian ini berjumlah 265 remaja dengan rentang usia 14-19 tahun yang bersekolah di SMK X Kediri. Alat pengumpulan data pada penelitian ini berupa skala psikologi. Alat ukur variabel kontrol diri terdiri dari 36 butir yang diadaptasi dari Self Control Scale milik Tangney dkk, (2004) dan alat ukur kecenderungan perilaku kenakalan remaja terdiri dari 31 butir yang disusun sendiri oleh peneliti.

22

Analisis data dilakukan dengan teknik korelasi Product Moment dengan bantuan program statistic SPSS versi 16 for windows.Hasil analisis data penelitian menunjukkan nilai korelasi antara variabel kontrol diri dengan kecenderungan perilaku kenakalan remaja sebesar - 0,318 dengan p sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara tingkat kontrol diri dengan kecenderungan perilaku kenakalan remaja.

Nasikhah, D., & Prihastuti, S. U. (2013) dengna judul “Hubungan antara tingkat religiusitas dengan perilaku kenakalan remaja pada masa remaja awal”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat religiusitas dengan perilaku kenakalan remaja pada masa remaja awal.

Religiusitas adalah suatu bentuk kepercayaan adi kodrati yang di dalamnya terdapat penghayatan dalam kehidupannya dengan menginternalisasikannya ke dalam kehidupan seharihari (Glock & Stark, 1986). Religiusitas dikarakteristikan dengan lima dimensi antara lain dimensi keyakinan, dimensi peribadatan atau praktek agama, dimensi feeling atau penghayatan, dimensi pengetahuan agama, dimensi effect atau pengalaman.. Santrock (2006) menyatakan bahwa kenakalan remaja adalah rentang perilaku yang dilakukan remaja berupa tindakan yang tidak dapat diterima secara sosial seperti pelanggaran status hingga tindak kriminal.

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Kerek dengan responden sebanyak 31 orang yang terdiri dari kelas 1 dan kelas 3 SMP.

Alat pengumpul data berupa kuisioner tingkat religiusitas dan perilaku kenakalan remaja yang telah diujicobakan terlebih dahulu pada 34 siswa Sekolah Menengah Pertama. Reliabilitas skala tingkat religiusitas sebesar 0,832 dan skala kenakalan

23

remaja sebesar 0,900 yang berarti alat ukur ini reliabel untuk digunakan dalam penelitian. Analisis data dilakukan dengan tehnik statistik korelasi pearsons product moment, dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat religiusitas dengan perilaku kenakalan remaja. Nilai taraf signifikansinya adalah 0,001 yang berarti ada hubungan yang signifikan secara statistik. Besar nilai uji korelasi pearsons product moment adalah -0,588 yang berarti effect size hubungan yang ditimbulkan besar.

Arifah (2012) denganrjudul “Pengaruh internet terhadap kenakalan remaja”

Internet adalah jaringan global antar komputer untuk berkomunikasi dari suatu wilayah ke wilayah lain di belahan dunia. Dalam internet terdapat berbagai macam informasi, baik yang memberikan manfaat maupun berdampak negatif.

Semua informasi itu dapat diakses lewat internet.. Berdasarkan hasil survey yang diadakan oleh Spire Research & Consulting bekerja sama dengan Majalah Marketing (2008) (http://marketing.co.id) mengenai trend dan kesukaan remaja Indonesia terhadap berbagai jenis kategori media, menunjukkan bahwa para remaja sudah mengerti dan menggunakan internet dalam kegiatan sehari-hari.

Yang menjadi permasalahan bahwa para remaja sebagai salah satu pengguna internet mereka belum mampu memilah aktivitas internet yang bermanfaat, dan cenderung mudah terpengaruh oleh lingkungan sosial tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu efek positif atau negatif yang akan diterima saat melakukan aktivitas internet tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari informasi, mengetahui dan memahami pengaruh internet terhadap kenakalan

24

remaja. Jenis penelitian ini adalah library research (penelitian kepustakaan) dan sifat penelitianya diskriptif-analisis, analisis datanya menggunakan conten analysis dengan menggunakan metode Induktif, deduktif, dan komparatif. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa media internet mempunyai peranan yang sangat berpengaruh terhadap kenakalan remaja, dan dapat memicu timbulnya perilaku dursila. Terjadinya kenakalan remaja disebabkan dua faktor: faktor internal, dan faktor eksternal. Selain itu juga disebabkan adanya konflik-konflik mental, rasa tidak terpenuhinya kebutuhan pokok, kemiskinan, dan ketidaksamaan sosial-ekonomi yang merugikan dan bertentangan. Solusi mengatasi kenakalan pada remaja dapat ditempuh melalui tiga upaya, yaitu tindakan preventif, tindakan kuratif, dan pembinaan agama yang difokuskan pada ketaatan menjalankan ibadah shalat. Perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian saya yaitu penelitian Arifah lebih kepada bagaimana pengaruh internet dalam tindak kenakalan remaja. Sedangkan penelitian saya lebih fokus kepada bagaimana penyakit sosial yang terjadi pada peserta didik khususnya para remaja.

Dokumen terkait