BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Faktor Yang Menjadi Hal Yang Memberatkan Dan Meringankan
Dana Desa Pada Putusan Nomor 26/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Mamuju.
1. Faktor Memberatkan Dan Meringankan
Terkait dengan studi putusan No. 26/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Mam yang merupakan perkara tindak pidana korupsi yang dilakukan kepala desa Sepakuan Kecamatan Balla Kabupaten Mamasa yang diperiksa, diadili dan diputuskan di Pengadilan Negeri Mamuju oleh majelis hakim dengan berbagai pertimbangan.
Hakim sebelum menjatuhkan sanksi pidana yang layak bagi terdakwa, maka terlebih dahulu mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan pemidanaan, yaitu:
Hal-hal yang memberatkan
a. Perbuatan terdakwa tidak mendukung program pemerintah dalam pemberantasan korupsi.
b. Perbuatan Terdakwa sebagai seorang Kepala Desa harusnya menjadi contoh yang baik bagi masyarakatnya.
c. Terdakwa belum ada itikad baik untuk mengembalikan kerugian Negara sebagai akibat perbuatannya.
Hal-hal yang meringankan
a. Terdakwa belum pernah dihukum
b. Terdakwa berlaku sopan selama persidangan berlangsung
c. Terdakwa merupakan kepala keluarga yang bertanggung jawab untuk memenuhi nafkah istri dan anak-anaknya
d. Terdakwa mengakui dan menyesali perbuatannya e. Terdakwa menikmati hasil dari tindak pidana
Setelah memeriksa segala yang terungkap dipersidangan, majelis Hakim bermusyawarah maka diambillah putusan yang menyatakan bahwa terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana yang terdapat dalam amar putusan Pengadilan Negeri Mamuju atas perkara pidana No. 26/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Mam.
2. Analisis Kasus
Berdasarkan pemaparan diatas, hakim dalam menjatuhkan putusan No.26/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Mam menggunakan pertimbangan yuridis dan sosiologis . Pertimbangan yuridis berkaitan dengan Fakta-fakta Hukum yang ditemukan didepaan persidangan seperti dakwaan penuntut umum, keterangan saksi, keterangan ahli, barang bukti dan keterangan terdakwa serta lain sebagaimanya, dan dalam undang- undang harus dimuat dalam putusan. Selain itu, untuk menjatuhkan putusan hakim harus pula mempertimbangkan unsur-unsur pasal yang didakwakan terhadap terdakwa. Sedangkan pertimbangan Sosiologis terdapat dalam hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa.
penulis telah mencermati pertimbangan hakim ketika menetapkan apa yang menjadi hal-hal yang memberatkan atau sebaliknya menjadi faktor pengurang pidana (hal-hal yang meringankan). Tetapi, bagaimana sesungguhnya proses penalaran hukum dilakukan hakim tidak mungkin diketahui terpidana maupun keluarga korban, apalagi masyarakat umum.
Alasan yang digunakan dalam menentukan berat ringannya pidana tentu harus logis dan dapat dipertanggungjawabkan. Ini bukan hanya soal perhitungan kesepadanan (setimpal atau tidaknya perbuatan dan derajat kesalahan terpidana dengan pidana yang dijatuhkan), namun lebih daripada itu merupakan pesan yang dikomunikasikan hakim melalui putusan dan pertimbangannya pada publik.
Berdasarkan analisis penulis pertimbangan yuridis hakim telah sesuai yaitu telah memenuhi unsur- unsur pasal yang telah didakwakan terhadap terdakwa.
Namun berdasarkan pertimbangan sosiologis penulis menganggap pertimbangan hakim masih kurang terutama pada hal yang memberatkan. Menurut penulis hakim harusnya mempertimbangkan bahwa tindak pidana korupsi tidak hanya persoalan kerugian Negara dan tidak mendukung program pemerintah seperti yang tercantum dalam hal yang memberatkan. Tetapi juga sangat berdampak pada pelayanan publik yang tidak maksimal sehingga tujuan bernegara untuk mencapai kesejahteraan tidak sesuai dan perbuatan terdakwa juga dapat merusak kepercayaan masyarakat, yang seharusnya warga Desa Sepakuan mendapat manfaat dari adanya bantuan keuangan jika saja bantuan itu tidak disalah gunakan.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka penulis dapat menyimpulkan :
1. Tindak Pidana Korupsi yang dilakukan oleh pejabat Kepala Desa Sepakuan telah terbukti sesuai dengan rumusan pasal 3 jo pasal 18 ayat (1) RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana. Perbuatan tersebut telah terbukti secara sah dan meyakinkan bertentangan dengan hukum pada putusan No.
26/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Mam. Penerapan hukum pidana materil terhadap terdakwa Daniel Kapuangan telah sesuai dan telah memenuhi unsur delik sebagaimana dalam dakwaan kesatu subsidiair penuntut umum, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan majelis hakim yang dikaitkan dengan berbagai alat bukti yang dihadirkan dimuka persidangan. Sedangkan penerapan hukum pidana formil sudah sesuai dengan syarat sahnya putusan yang diatur dalam pasal 197 KUHAP.
2. Dasar pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan putusan menggunakan pertimbangan yuridis dan pertimbangan sosiologis dan tidak menggunakan pertimbangan filosofis. Pertimbangan yuridis dengan melihat dari fakta-fakta persidangan yang diperoleh dari dari dakwaan jaksa penuntut umum, keterangan saksi, keterangan ahli, barang bukti, keterangan terdakwa dan lainnya. Pertimbangan sosiologis didasarkan pada latar belakang terdakwa, kemampuan bertanggung jawab terdakwa dan akibat yang ditimbulkan dari
perbuatan terdakwa. Pertimbangan filosofis yang merupakan salah satu yang juga seharusnya menjadi dasar atas pertimbangan hakim karena merupakan upaya hukum untuk mempertimbangkan hidup, kesadaran, dan cita hukum, tapi tidak dijadikan salah satu acuan oleh Hakim dalam pengambilan putusan.
B. Saran
1. Diharapkan masyarakat menanamkan nilai-nilai kejujuran dalam diri agar dapat memerangi dan mengurangi terjadinya tindak pidana korupsi serta menanamkan nilai-nilai keadilan sebagai benteng untuk mencegah terjadinya ketidak adilan, serta menjadikan kasus-kasus korupsi sebagai pelajaran agat tidak terjerumus pada tindakan tercela itu.
2. Diharapkan pelaku tindak pidana korupsi diberikan hukuman yang lebih memberatkan karena kita ketahui bahwa tindak pidana korupsi merupakan kejahatan luar biasa (extra ordinary crimes) yang tergolong sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan sehingga diperukan pula penanganan yang luas biasa demi terciptanya efek era terhadap para koruptor. Terlebih lagi negara-negara didunia telah menyerukan bahwa sepantasnya koruptor dihukum dengan hukuman maksimun melalui united nations convenion againts corruption (UNCAC) yang telah diratifikasi oleh Indonesia melalui UU No. 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations conventuon againts corruption (UNCAC)
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Chaerudin, 2008, Strategi Pencegahan & Penegakan Hukum Tindak Pidana korupsi, Refika Aditama, Bandung.
Chazawi Adami. 2017. Hukum Pidana Korupsi Di Indoensia, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta.
Effendi Erdianto, 2011, Hukum Pidana Indonesia, PT. RefikaAditama, Bandung.
Gunadi, I,. Efendi, J, 2014. Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana.
Prenadamedia, Jakarta.
Halimang, ST, 2020. Pendidikan Anti-Korupsi Pendekatan Hukum Indonesia, Bildung, Yogyakarta.
Hartanti Evi, 2016, Tindak Pidana Korupsi, bagian kedua, Sinar Grafika, Jakarta Ilyas Amir, 2012, Asas-Asas Hukum Pidana, Rengkang Education dan Pukap
Indonesia, Yogyakarta.
Mas Marwan, 2014, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Ghalia Indonesia, Bogor.
Moeljatno. 2008. Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta.
Nawawi Hadari. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:UGM Press.
Patittingi, F,. Jurdi, F. 2016 Korupsi Kekuasaan: Dilema Penegak Hukum Di Atas Hegemoni Oligarki, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Renggong Ruslan, 2016, Hukum Pidana Khusus, PrenadaMedia Group, Jakarta.
Saibani, A,2014, Pedoman Umum Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Media Pustaka, Jakarta.
Sugiyono, 2017, Metode Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung.
Sunggono Bambang, 2015, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta.
Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Jurnal
Pengelolaan Dana Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa | Hulu | JUPIIS:
JURNAL PENDIDIKAN ILMU-ILMU SOSIAL (unimed.ac.id) Website
http://pendapathukum.blogspot.co.id/2014/01 https://core.ac.uk/download/pdf/77624475.pdf
https://www.suduthukum.com/2016/09/pengertian-dan-bentuk-bentuk- sanksi.html/
ICW: Perangkat Desa Dominasi Terdakwa Kasus Korupsi, Dana Desa Perlu Diawasi Ketat (kompas.com)
Lonjakan Korupsi di Desa | ICW (antikorupsi.org)
Pengertian Data Primer dan Data Sekunder (kanalinfo.web.id)
L A M
P
I
R
A
N
SURAT IZIN PENELITIAN
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN