• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Dalam pengumpulan data dan informasi, penelitian ini dilakukan di Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat lebih tepatnya di Pengadilan Negeri Mamuju.

B. Tipe Penelitian

Penelitian memegang peranan penting dalam membantu manusia untuk memperoleh pengetahuan baru dalam memecahkan masalah, disamping akan menambah ragam pengetahuan lama.40 Dalam memecahkan suatu permasalahan dan guna mencari jawaban atas permasalahan tersebut, maka penelitian ini menggunakan tipe penelitian hukum Normatif. Normatif merupakan penelitian yang mengkaji studi dokumen, yakni menggunakan berbagai data sekunder seperti peraturan perundang-undangan, keputusan pengadilan, teori hukum, dan dapat berupa pendapat para sarjana. Penelitian jenis normatif ini menggunakan analisis kualitatif yakni dengan menjelaskan data-data yang ada dengan kata-kata atau pernyataan bukan dengan angka-angka. Selain itu, penulis juga melakukan wawancara langsung demi terlengkapinya data dalam penulisan skripsi.

C. Jenis Dan Sumber Data

Data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu data yang berkaitan dengan permasalahan dan tujusn penelitian, data-data tersebut dijelaskan sebagai berikut:

40 Bambang Sunggono, 2015, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta. hlm 43

1. Data Primer

Data primer merupakan bahan - bahan hukum yang mengikat yaitu wawancara langsung dengan hakim.

2. Data sekunder

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data skunder yaitu data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, KUHP, KUHAP, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan.41 Dan literatur lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Penelitian Pustaka, penulis melakukan pengumpulan data melalui literatur- literatur yang berkaitan dengan apa yang penulis teliti baik itu berupa buku, jurnal dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karenanya, penulis akan mengadakan studi pustaka di perpustakaan pusat yang penulis anggap memiliki referensi-referensi terkait materi yang penulis teliti.

2. Penelitian Lapangan, penulis melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara langsung dengan Hakim yang menangani kasus.

E. Analisis Data

Data yang terkumpul dapat dijadikan acuan pokok dalam melakukan analisis penelitian dan pemecahan masalah. Untuk memperoleh penelitian ini menggunakan analisis kualitatif yakni sebenarnya merupakan salah satu cara

41 Pengertian Data Primer dan Data Sekunder (kanalinfo.web.id)

penelitian yang menghasilkan data deskriptif yakni apa yang dinyatakan secara tertulis dan perilaku nyata.42

42 Sugiyono, 2017, Metode Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung. Hlm 165

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Sangsi Pidana Terkait Penyalahgunaan Dana Desa Di Kabupaten Mamasa Pada Putusan Nomor 26/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Mamuju

1. Posisi Kasus

Terdakwa DANIEL KAPUANGAN diangkat menjadi Kepala Desa Sepakuan berdasarkan Keputusan Bupati Mamasa Nomor: 141/KPTS-128/V/2017 pada tanggal 24 Mei 2017 tentang pengangkatan Kepala Desa DANIEL KAPUANGAN selaku Kepala Desa Sepakuan periode 2017-2023.

Pada Tahun 2017 menerima anggaran sebesar Rp. 1.062.557.000,-(satu milyar enam puluh dua juta lima ratus lima puluh tujuh rupiah) yang terdiri dari Dana Desa (DDS) sebesar Rp. 756.735.000,- yang berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang peruntukannya untuk pembangunan sarana dan prasarana di Desa dan Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar Rp. 305.822.000,- yang berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang peruntukannya untuk operasional Desa.

Dalam laporan pertanggung jawaban Desa Sepakuan terhadap penggunaan Dana Desa (DDS) dan Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun Anggaran 2017 sebesar Rp.1.062.557.000,- seluruhnya telah dipergunakan, namun terdapat beberapa kegiatan dan pembangunan yang tidak terlaksana yaitu;

a. Kegiatan Pemberdayaan Posyandu dengan senilai Rp.15.000.000,- fiktif karena tidak pernah diadakan oleh terdakwa.

b. Pembangunan Jembatan Dusun Ambabang dengan Anggaran Rp.50.000.000,- tidak pernah dilaksanakan oleh terdakwa.

c. Pipanisasi Dusun Tanete dengan Anggaran Rp.70.000.000,- tidak pernah dilaksanakan oleh terdakwa.

d. Pemeliharaan Saluran Irigasi Dusun Langkea dengan Anggaran Rp.25.000.000,- tidak pernah dilaksanakan oleh terdakwa.

Untuk mempertanggung jawabkan item kegiatan yang tidak terlaksana tersebut maka terdakwa menyuruh Bendahara Desa yaitu saksi MARTHEN PUABONGA, S.SI untuk membuat Berita Acara Perubahan kegiatan. Dalam pembuatan Berita Acara tersebut tidak didasari dengan aturan yang berlaku karena tidak melalui mekanisme dan kriteria atau syarat dalam perubahan kegiatan untuk pengalokasian Alokasi Dana Desa (ADD) dan Dana Desa (DDS).

Adapun kriteria atau syarat dalam perubahan item kegiatan untuk pengalokasian Alokasi Dana Desa (ADD) dan Dana Desa (DDS) diatur dalam Permendagri nomor 114 tahun 2014 yaitu:

Pasal 75

Pemerintah daerah kabupaten/kota menetapkan peraturan tentang kejadian khusus yang berdampak pada perubahan pelaksanaan kegiatan pembangunan di desa dalam pembangunan desa dalam hal terjadi

a. Kenaikan harga yang tidak wajar:

b. Kelangkaan bahan material; dan/atau

c. Terjadi peristiwa khusus seperti bencana alam, kebakaran, banjir dan/atau kerusuhan sosial.

Selain pekerjaan tidak terlaksana juga terdapat pekerjaan fisik yang ditemukan kekurangan volume yang diperiksa oleh ANDARIAS ahli perhitungan volume pekerjaan yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan

Kabupaten Mamasa berdasarkan permintaan dari penyidik Polres Mamasa.

Pekerjaan yang menjadi temuan ialah;

a. Pekerjaan Rabat Beton dusun Langkea dengan Anggaran sebesar Rp.200.000.000,- dengan nilai perhitungan volume pekerjaan sebesar Rp.183.886.000,- terdapat selisih atau kekurangan volume pekerjaan sebesar Rp.16.114.000.

b. Pekerjaan Rabat Beton Dusun Kira‟ dengan Anggaran sebesar Rp.130.000.000,- dengan nilai perhitungan volume pekerjaan sebesar Rp.123.532.826,- terdapat selisih atau kekurangan volume pekerjaan sebesar Rp.19.525.000.

c. Pekerjaan Rabat beton Dusun Buntu-buntu dengan Anggaran sebesar Rp.50.000.000,- dengan nilai perhitungan volume pekerjaan sebesar Rp.30.475.000,- terdapat selisih atau kekurangan volume pekerjaan sebesar Rp.19.525.000.

d. Pekerjaan Rabat beton Dusun Salunata dengan Anggaran sebesar Rp.56.735.000,- dengan nilai perhitungan volume pekerjaan sebesar Rp.53.467.320,- terdapat selisih atau kekurangan volume pekerjaan sebesar Rp.3.267.680.

e. Pekerjaan Talut dusun Balmas dengan Anggaran sebesar Rp 50.000.000,- dengan nilai perhitungan volume pekerjaan sebesar Rp.43.339.000,- terdapat selisih atau kekurangan volume pekerjaan sebesar Rp.6.661.000,-

f. Pekerjaan Talut dusun Pena dengan Anggaran sebesar Rp.50.000.000,- dengan nilai perhitungan volume pekerjaan sebesar Rp.46.820.000,- terdapat selisih atau kekurangan volume pekerjaan sebesar Rp.3.180.000.

g. Pekerjaan pipanisasi Dusun Salunata dengan anggaran sebesar Rp.35.000.000,- dengan nilai perhitungan volume pekerjaan sebesar Rp.5.101.200,- terdapat selisih atau kekurangan volume pekerjaan sebesar Rp.29.898.800.

Terdakwa dalam pelaksaan pekerjaan tersebut, menunjuk secara lisan saksi DEMMA‟MINDA yang merupakan anak terdakwa sebagai Tim Pengelola Kegiatan (TPK) tanpa melalui Musyawarah desa dan tanpa menerbitkan SK pembentukan Tim Pengelola Kegiatan (TPK). Saksi DEMMA‟MINDA sebagai Tim Pengelola Kegiatan (TPK) hanya diberi tugas mengawasi pekerjaan kegiatan fisik saja, tetapi segala sesuatunya dikelola atau ditangani sendiri oleh terdakwa selaku Kepala Desa Sepakuan.

Akibat perbuatan terdakwa, mengakibatkan Kerugian Keuangan Negara dan Kerugian Keuangan Daerah Kabupaten Mamasa sebesar Rp.245.556.654,- (dua ratus empat puluh lima juta lima ratus lima puluh enam ribu enam ratus lima puluh empat rupiah) sebagaimana laporan hasil Audit dalam Rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara atau Daerah di Desa Sepakuan Kecamatan Balla Kabupaten Mamasa Tahun 2017 Nomor; LHA.PK- 082/INSP.D/X/2019.

2.

Tuntutan Jaksa Penuntut Umum (REQUISITOR)

Berdasarkan dakwaannya maka Jaksa Penuntut Umum pada pokoknya menuntut supaya Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Mamuju yang memeriksa dan mengadili perkara ini memutuskan:

1. Menyatakan Terdakwa DANIEL KAPUANGAN terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah telah melakukan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 2 ayat (1) Juncto Pasal 18 Undang - Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang–Undang RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana yang tertera didalam dakwaan Primair Penuntut Umum.

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa DANIEL KAPUANGAN berupa pidana penjara selama 5 (lima) tahun dikurangi selama masa penahanan Terdakwa dengan perintah agar Terdakwa tetap ditahan dan pidana denda sebesar Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) Subsidair 3 (tiga) bulan kurungan.

3. Menghukum Terdakwa DANIEL KAPUANGAN untuk membayar uang pengganti sebesar Rp 245.556.654,00 (dua ratus empat puluh lima juta lima ratus lima puluh enam ribu enam ratus lima puluh empat rupiah). Dengan ketentuan apabila paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan tidak dibayarkan setelah berkekuatan hukum tetap dilakukan penyitaan terhadap harta benda

milik Terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum, apabila harta benda para Terdakwa tidak mencukupi diganti dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan 6 (enam) bulan.

3. Pertimbangan Hakim

Terkait dengan studi putusan No. 26/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Mam yang merupakan perkara tindak pidana korupsi yang dilakukan kepala desa Sepakuan Kecamatan Balla Kabupaten Mamasa yang diperiksa, diadili dan diputuskan di Pengadilan Negeri Mamuju oleh majelis hakim dengan berbagai timbangan.

Berdasarkan wawancara Hakim yaitu YUDIKASI WARURU, S.H,.M.H pada tanggal 26 (dua puluh enam) Januari 2023 mengatakan bahwa:

“Hakim dalam memutus perkara mempertimbangkan fakta-fakta yang terungkap didalam persidangan mulai dari keterangan saksi, keterangan ahli, keterangan terdakwa, alat bukti dan keyakinan hakim. Yang menghasilkan fakta-fakta hukum dalam persidangan yang bertolak ukur kepada peraturan perundangan yang berlaku”.

Pengambilan putusan majelis hakim dilakukan setelah masing-masing hakim anggota majelis mengemukakan pendapat atau pertimbangan serta keyakinan atas suatu perkara lalu dilakukan musyawarah untuk mufakat, dalam hal penjatuhan putusan, sebelumnya harus dilakukan pembuktian-pembuktian dalam sidang pengadilan sidang pengadilan perkara pidana merupakan sesuatu yang sangat penting karena tugas utama dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan kebenaran materil. Hakim tidak tergantung kepada apa yang di kemukakan oleh jaksa penuntut umum maupun oleh penasihat hukum terdakwa. Hakim bersifat

aktif mencari kebenaran yang menurut “fakta” yang sebenarnya, bukan menurut apayang dikemukakan oleh jaksa penuntut umu maupun penasihat hukum terdakwa.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Hakim yaitu YUDIKASI WARUWU, S.H.,M.H pada tanggal 26 (dua puluh enam) Januari 2023, mengatakan bahwa:

“Dalam kasus tindak pidana korupsi pada putusan Pengadilan Negeri Mamuju No. 26/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Mam mengacu pada pasal 3 jo pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia No. 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaimana diubah dalam ditambah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang pemberantasan tindak pidana korupsi”

Pada surat tuntutan jaksa penuntut umum terdakwa DANIEL KAPUANGAN di dakwa sesuai dengan dakwaan primair yaitu Pasal 2 ayat (1) Juncto Pasal 18 Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambahkan dengan Undang- Undang RI Nomor 20 Tahun 2001. Namun majelis hakim berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa tersebut berada dalam penyalahgunaan kewenangan, kesempatan sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukannya sebagai Kepala Desa, dalam hal ini Terdakwa seharusnya melaksanakan kewajibannya dengan menjalankan tugas dan kewenangannya selaku Kepala Desa, sehingga kualifikasi perbuatan yang demikian telah diatur secara jelas di dalam pasal 3 Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dirubah dengan Undang-undang Nomor 20

Tahun 2001 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, perbuatan mana jelas berada di luar perbuatan melawan hukum yang dirumuskan dalam pasal 2 ayat (1) Undang- Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, maka selanjutnya Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur melawan hukum dalam Pasal ini tidak terbukti atas perbuatan Terdakwa.

Oleh karena Dakwaan Primair dinyatakan tidak terbukti, maka selanjutnya majelis hakim mempertimbangkan Dakwaan Subsidair. Dalam pemeriksaan perkara pidana ini majelis hakim berusaha mencari kebenaran materil berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan dan juga mengacu pada apa yang dirumuskan dalam surat Dakwaan Subsidair penuntut umum.

Berikut unsur-unsur dari pasal 3 yaitu : 1. Unsur setiap orang

Yang dimaksud dengan setiap orang adalah menunjuk kepada orang atau setiap orang yang melakukan tindak pidana yang dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya, sehat mental dan yang dimaksud setiap orang dalam pasal 3 haruslah memangku jabatan atau kedudukan, yang dalam perkara ini Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan terdakwa Daniel Kapuangan yang didepan persidangan menunjukkan sehat mentalnya serta mampu bertanggung jawab dan identitasnya sesuai dengan surat dakwaan sehingga tidak terdapat kesalahan orang (error in persona) dengan demikian berdasarkan pertimbangan tersebut maka unsur “setiap orang” terpenuhi.

2. Unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi

Dalam perkara ini peruntukan dana desa tahun anggaran 2017 yang digunakan untuk pembangunan Kegiatan Pemberdayaan Posyandu senilai Rp.15.000.000, Pembangunan Jembatan Dusun Ambabang dengan Anggaran Rp.50.000.000, Pipanisasi Dusun Tanete dengan Anggaran Rp.70.000.000, Pemeliharaan Saluran Irigasi Dusun Langkea dengan Anggaran Rp.25.000.000, tidak pernah dilaksanakan oleh terdakwa dan digunakan terdakwa untuk kepentingan pribadi.

Secara administrasi terdakwa Daniel Kapuangan membuat laporan pertanggungjawaban penggunaan dana fiktif. Selanjutnya pembangunan pekerjaan rabat beton dusun langkea, pekerjaan rabat beton dusun kira‟, pekerjaan rabat beton dusun buntu-buntu, pekerjaan rabat beton dusun salunata, pekerjaan talut dusun balmas, pekerjaan talut dusun pena, dan pekerjaan pipanisasi dusun salunata yang kekurangan volume. Sehingga berdasarkan uraian singkat diatas unsur telah terpenuhi.

3. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan

Unsur ini bersifat alternatif sehingga tidaklah semua rumusan unsur dibuktikan barulah terpenuhi unsur ini tetapi apabila salahsatu rumusan unsur telah terpenuhi maka unsur ini pun telah terpenuhi. Berdasarkan fakta dalam persidangan, terdakwa selaku kepala Desa dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan desa dengan menggunakan DDS dan ADD Tahun Anggaran 2017 tersebut tidak melibatkan PTPKD atau tim pengelola kegiatan tetapi hanya menunjuk secara lisan saksi Demma‟ Minda yang merupakan anak terdakwa

sebagai tim pengelola kegiatan tanpa melalui musyawarah desa dan tanpa menerbitkan SK pembentukan tim pengelola kegiatan. Sehingga tindakan terdakwa mengakibatkan unsur diatas terpenuhi.

4. Dapat merugikan keuangan Negara atau Perekonomian Negara

Yang dimaksud dengan Keuangan Negara adalah seluruh kekayaan negara sedang perekonomian Negara adalah suatu usaha bersama berdasarkan pada kebijaksanaan pemerintah baik ditingkat pusat maupun daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dengan tujuan untuk memberikan manfaat, kemakmuran dan kesejahteraan kepada seluruh kehidupan masyarakat.

Maka perbuatan Terdakwa yang memperoleh Dana Desa bersumber dari APBN yang tidak digunakan dengan semestinya sehingga ditemukan kerugian negara sebesar Rp.245.556.654,- (dua ratus empat puluh lima juta lima ratus lima puluh enam ribu enam ratus lima puluh empat rupiah). Berdasarkan uraian tersebut maka unsur merugikan keuangan Negara atau Perekonomian Negara telah terpenuhi.

Mengenai pasal 18 ayat (1) yang berbunyi: “ pembayaran uang pengganti yang jumlah sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.”

Maka terdakwa harus membayar uang pengganti sebesar Rp.245.556.654,- (dua ratus empat puluh lima juta lima ratus lima puluh enam ribu enam ratus lima puluh empat rupiah) sesuai dengan kerugian negara yang ditimbulkan.

4. Amar Putusan

Selanjutnya dalam Putusan, terdakwa dijatuhi hukuman dengan Amar Putusan

sebagai berikut:

1. Menyatakan Terdakwa DANIEL KAPUANGAN tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama sebagaimana didakwakan dalam dakwaan Primair Penuntut Umum;

2. Membebaskan Terdakwa dari dakwaan Primair.

3. Menyatakan Terdakwa DANIEL KAPUANGAN telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama sebagaimana dalam dakwaan Subsidiair Penuntut Umum;

4. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada Terdakwa tersebut dengan pidana penjara selama 2 (dua) Tahun dan pidana denda sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan;

5. Menjatuhkan pidana tambahan kepada Terdakwa untuk membayar uang pengganti sebesar Rp245.556.654,00 (dua ratus empat puluh lima juta lima ratus lima puluh enam ribu enam ratus lima puluh empat rupiah), apabila Terdakwa dalam Terdakwa dalam waktu 1 (satu) bulan setelah perkara ini berkekuatan hukum tetap tidak membayar uang pengganti tersebut, maka harta bendanya disita dan dilelang oleh negara. Apabila Terdakwa tidak mempunyai harta benda maka diganti dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun;

6. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

7. Menetapkan agar Terdakwa tetap ditahan;

5. Analisis Kasus

Menurut Penulis hakim harusnya mempertimbangkan bahwa Tindak Pidana Korupsi tidak hanya menyangkut kerugian Negara akan tetapi perbuatan tersebut juga berdampak pada pelayanan publik (public service) yang tidak maksimal, ketika pelayanan publik tidak maksimal maka tujuan bernegara untuk mencapai kesejahteraan bersama tidak tercapai dengan demikian perbuatan Terdakwa tidak mendukung hakikat hidup bernegara.

Berdasarkan perkara korupsi yang dilakukan terdakwa seharusnya warga Desa Sepakuan mendapatkan manfaat dari adanya bantuan keuangan untuk pembuatan irigasi yang pastinya dapat menciptakan lingkungan yang bersih serta sawah-sawah mereka dapat dialiri air dengan baik jika dana bantuan keuangan tersebut tidak di salah gunakan.

Selain itu jika dilihat dari latar belakang jabatannya, Terdakwa merupakan seorang Kepala Desa yang harusnya sebagai pemimpin desa ia memberikan contoh yang baik kepada warganya, bukan memberikan contoh yang tidak baik yang merupakan perbuatan yang tercela seperti korupsi ini.

Selain itu harus dipahami bahwa Tindak Pidana Korupsi merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes against humanity) yang tergolong dalam kejahatan luar biasa (extra ordinary crimes) yang menurut penulis harusnya hukuman terhadap koruptor itu adalah hukuman luar biasa juga.

B. Faktor Yang Menjadi Hal Yang Memberatkan Dan Meringankan Sehingga Hakim Menjatuhkan Sanksi Pidana Terkait Penyalahgunaan Dana Desa Pada Putusan Nomor 26/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Mamuju.

1. Faktor Memberatkan Dan Meringankan

Terkait dengan studi putusan No. 26/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Mam yang merupakan perkara tindak pidana korupsi yang dilakukan kepala desa Sepakuan Kecamatan Balla Kabupaten Mamasa yang diperiksa, diadili dan diputuskan di Pengadilan Negeri Mamuju oleh majelis hakim dengan berbagai pertimbangan.

Hakim sebelum menjatuhkan sanksi pidana yang layak bagi terdakwa, maka terlebih dahulu mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan pemidanaan, yaitu:

Hal-hal yang memberatkan

a. Perbuatan terdakwa tidak mendukung program pemerintah dalam pemberantasan korupsi.

b. Perbuatan Terdakwa sebagai seorang Kepala Desa harusnya menjadi contoh yang baik bagi masyarakatnya.

c. Terdakwa belum ada itikad baik untuk mengembalikan kerugian Negara sebagai akibat perbuatannya.

Hal-hal yang meringankan

a. Terdakwa belum pernah dihukum

b. Terdakwa berlaku sopan selama persidangan berlangsung

c. Terdakwa merupakan kepala keluarga yang bertanggung jawab untuk memenuhi nafkah istri dan anak-anaknya

d. Terdakwa mengakui dan menyesali perbuatannya e. Terdakwa menikmati hasil dari tindak pidana

Setelah memeriksa segala yang terungkap dipersidangan, majelis Hakim bermusyawarah maka diambillah putusan yang menyatakan bahwa terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana yang terdapat dalam amar putusan Pengadilan Negeri Mamuju atas perkara pidana No. 26/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Mam.

2. Analisis Kasus

Berdasarkan pemaparan diatas, hakim dalam menjatuhkan putusan No.26/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Mam menggunakan pertimbangan yuridis dan sosiologis . Pertimbangan yuridis berkaitan dengan Fakta-fakta Hukum yang ditemukan didepaan persidangan seperti dakwaan penuntut umum, keterangan saksi, keterangan ahli, barang bukti dan keterangan terdakwa serta lain sebagaimanya, dan dalam undang- undang harus dimuat dalam putusan. Selain itu, untuk menjatuhkan putusan hakim harus pula mempertimbangkan unsur-unsur pasal yang didakwakan terhadap terdakwa. Sedangkan pertimbangan Sosiologis terdapat dalam hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa.

penulis telah mencermati pertimbangan hakim ketika menetapkan apa yang menjadi hal-hal yang memberatkan atau sebaliknya menjadi faktor pengurang pidana (hal-hal yang meringankan). Tetapi, bagaimana sesungguhnya proses penalaran hukum dilakukan hakim tidak mungkin diketahui terpidana maupun keluarga korban, apalagi masyarakat umum.

Alasan yang digunakan dalam menentukan berat ringannya pidana tentu harus logis dan dapat dipertanggungjawabkan. Ini bukan hanya soal perhitungan kesepadanan (setimpal atau tidaknya perbuatan dan derajat kesalahan terpidana dengan pidana yang dijatuhkan), namun lebih daripada itu merupakan pesan yang dikomunikasikan hakim melalui putusan dan pertimbangannya pada publik.

Berdasarkan analisis penulis pertimbangan yuridis hakim telah sesuai yaitu telah memenuhi unsur- unsur pasal yang telah didakwakan terhadap terdakwa.

Namun berdasarkan pertimbangan sosiologis penulis menganggap pertimbangan hakim masih kurang terutama pada hal yang memberatkan. Menurut penulis hakim harusnya mempertimbangkan bahwa tindak pidana korupsi tidak hanya persoalan kerugian Negara dan tidak mendukung program pemerintah seperti yang tercantum dalam hal yang memberatkan. Tetapi juga sangat berdampak pada pelayanan publik yang tidak maksimal sehingga tujuan bernegara untuk mencapai kesejahteraan tidak sesuai dan perbuatan terdakwa juga dapat merusak kepercayaan masyarakat, yang seharusnya warga Desa Sepakuan mendapat manfaat dari adanya bantuan keuangan jika saja bantuan itu tidak disalah gunakan.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka penulis dapat menyimpulkan :

1. Tindak Pidana Korupsi yang dilakukan oleh pejabat Kepala Desa Sepakuan telah terbukti sesuai dengan rumusan pasal 3 jo pasal 18 ayat (1) RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana. Perbuatan tersebut telah terbukti secara sah dan meyakinkan bertentangan dengan hukum pada putusan No.

26/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Mam. Penerapan hukum pidana materil terhadap terdakwa Daniel Kapuangan telah sesuai dan telah memenuhi unsur delik sebagaimana dalam dakwaan kesatu subsidiair penuntut umum, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan majelis hakim yang dikaitkan dengan berbagai alat bukti yang dihadirkan dimuka persidangan. Sedangkan penerapan hukum pidana formil sudah sesuai dengan syarat sahnya putusan yang diatur dalam pasal 197 KUHAP.

2. Dasar pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan putusan menggunakan pertimbangan yuridis dan pertimbangan sosiologis dan tidak menggunakan pertimbangan filosofis. Pertimbangan yuridis dengan melihat dari fakta-fakta persidangan yang diperoleh dari dari dakwaan jaksa penuntut umum, keterangan saksi, keterangan ahli, barang bukti, keterangan terdakwa dan lainnya. Pertimbangan sosiologis didasarkan pada latar belakang terdakwa, kemampuan bertanggung jawab terdakwa dan akibat yang ditimbulkan dari

Dokumen terkait