BAB III METODOLOGI
3.5 Flowchart Pekerjaan
d. Menyediakan laporan biaya dan rekomendasi untuk pengendalian biaya.
e. Bekerja sama dengan tim proyek untuk memastikan bahwa estimasi biaya akurat dan realistis.
Gambar 3. 7 Manajemen Pelaksanaan Quality Control Kolom
Dilanjutkan dengan manajemen pelaksanaan quality control checklist kolom.
Sebagaimana sesuai dengan gambar 3.7.
Gambar 3. 8 Manajemen Pelaksanaan Quality Control Balok
Sebagaimana gambar 3.8 merupakan flowchart manajemen pelaksanaan quality control checklist balok.
Gambar 3. 9 Manajemen Pelaksanaan Quality Control Plat
Gambar 3.9 merupakan flowchart manajemen pelaksanaan quality control checklist balok
Gambar 3. 10 Flowchart Pekerjaan Quantity Surveyor
Gambar 3. 10 merupakan flowchart manajemen pelaksanaan pekerjaan Quantity Surveyor perhitungan volume tulangan balok pada proyek pembangunan Gedung Pringgodigdo.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Manejemen Pelaksanaan Quality Control
4.1.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam mengerjakan bekisting sistem konvensional yaitu:
1. Meteran
Gambar 4. 1 Meteran
Meteran adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur akurasi panjang, jarak, ataupun dimensi objek dengan satuan tertentu seperti meter ataupun centimeter. Bergantung kepada kebutuhan spesifik, meteran juga memiliki berbagai bentuk. Dilengkapi dengan skala sebagai penunjuk yang mempermudah pengguna untuk membaca dan mencatat hasil pengukuran secara akurat.
2. Penggaris Waterpass
Gambar 4. 2 Waterpass
Penggaris waterpass disini digunakan pada saat checklist kolom yang cukup tinggi. Jika menggunakan meteran, sangat sulit untuk mendeteksi angkanya, maka digunakanlah penggaris waterpass agar dapat membaca dengan jelas. Dengan demikian, pengukuran dapat terlihat dengan jelas.
3. Hal yang akan di Quality Control Checklist (kolom, balok, serta plat lantai yang sudah selesai terpasang tetapi belum di cor)
Kolom adalah salah satu struktur vertikal yang bertugas untuk menopang beban lantai atau atap di atasnya. Kolom sering kali terbuat dari bahan seperti beton bertulang, baja yang ditempatkan secara vertikal di sepanjang bangunan dengan jarak tertentu untuk memberikan dukungan struktural. Kolom harus dirancang untuk mempertimbangkan beban yang diterimanya serta kondisi lingkungan dan iklim di lokasi proyek untuk
memastikan keandalan dan kinerja yang optimal dalam jangka panjang, serta menjaga integritas struktural dan keselamatan bangunan.
Balok merupakan elemen struktural juga. Berbeda dengan kolom, balok merujuk pada elemen struktural yang dipasang secara horizontal.
Dimana fungsinya yaitu untuk meopang beban lantai atau atap serta untuk mentransfer beban ke kolom atau dinding penopang di sekitarnya. Balok sering kali terbiuat dari bahan seperti beton bertulang, baja, dan mereka ditempatkan di atas kolom atau dinding untuk membentuk kerangka struktural bangunan. Sangat penting dalam merancang dan membangun kolom dengan tepat sesuai dengan persyaratan teknis dan keamanan yang relevan agar dapat menjaga integritas struktural dan keselamatan bangunan secara keseluruhan.
Plat lantai mengacu pada elemen horizontal yang membentuk lantai atau langit-langit suatu bangunan. Plat lantai biasanya terbuat dari bahan beton bertulang, atau komposit lainnya serta ditempatkan secara horizontal
dianatar balok untuk membentuk tingkat atau lantai bangunan. Digunakan untuk menopang beban hidup, beban mati, serta beban lateral.
Gambar 4. 3 Checklist
Gambar 4.3 menunjukkan keadaan ketika tulangan kolom, balok, atau plat lantai telah selesai dirakit dan siap untuk di checklist oleh pihak
pengawas.
4. Denah dan detail kolom, balok dan plat lantai
Gambar detail kolom, balok, dan plat lantai digunakan sebagai pegangan dalam melakukan checklist. Hal ini bertujuan untuk memastikan apakah tulangan yang terpasang sudah sesuai dengan gambar denah rencana dan gambar detail atau tidak. Kegiatan dilakukan dengan membandingkan keadaan di lapangan dengan gambar rencana yang sudah dibuat. Adanya hal tersebut, maka pengawas akan lebih mudah dalam mengecek dan mengoreksi kesalahan yang terjadi. Harapannya, apa yang dikerjakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Untuk mencapai kualitas yang diharapkan.
Gambar 4. 4 Denah Kolom
Gambar 4.4 merupakan contoh gambar denah kolom pada proyek pembangunan Gedung Pringgodigdo.
Gambar 4. 5 Detail Kolom
Gambar 4.5 merupakan contoh gambar detail kolom pada proyek pembangunan Gedung Pringgodigdo.
Gambar 4. 6 Denah Balok
Gambar 4.6 merupakan contoh gambar denah balok pada proyek pembangunan Gedung Pringgodigdo.
Gambar 4. 7 Detail Kolom
Gambar 4.7 merupakan contoh gambar detail balok pada proyek pembangunan Gedung Pringgodigdo.
Gambar 4. 8 Denah Plat
Gambar 4.8 merupakan contoh gambar denah plat lantai pada proyek pembangunan Gedung Pringgodigdo. Detail balok dalam proyek konstruksi memiliki beberapa fungsi penting yang berperan dalam memastikan
keselamatan, kekuatan, dan efisiensi struktur bangunan. Detail balok
memastikan bahwa dimensi balok dan jumlah serta penempatan tulangan (rebar) memenuhi persyaratan desain untuk menopang beban yang diterapkan.
4.1.2 Manajemen Pelaksanaan Quality Control 4.1.2.1 Quality Control Kolom
1. Mengukur panjang tumpuan dan lapangan
Mengukur panjang tumpuan dan lapangan dilakukan untuk
memastikan bahwa semua elemen struktur bangunan ditempatkan dengan tepat.
Gambar 4. 9 Batas Tumpuan Dan Lapangan Pada Kolom
Dimulai dengan mengukur panjang tumpuan dan lapangan pada kolom. Panjang tumpuan ¼ L dan panjang lapangan ½ L seperti gambar 4.9.
Dimana L adalah tinggi dari kolom itu sendiri.
Gambar 4. 10 Decking/Tahu Beton
Pengukuran akan lebih mudah dilakukan karena antara tumpuan dan lapangan di proyek ini biasanya ditunjukkan dengan adanya decking (tahu beton) di sekililingnya dengan contoh seperti gambar 4.10. Selain berfungsi sebagai pembatas, tahu beton juga memilki fungsi untuk memastikan tulangan tetap berada pada di tengah dan tidak menyentuh bekisting agar menjaga struktur terselimuti beton. Sebagai pelindung supaya tulangan tidak mengalami korosi dan kerusakan akibat lingkungan eksternal.
2. Mengukur panjang dan menganalisis ketepatan letak overlapping
Gambar 4. 11 Overlapping pada kolom
Overlapping pada kolom dalam konstruksi merujuk pada sebuah metode penyambungan atau penggabungan dua batang besi tulangan yang bertemu di sebuah kolom. Panjang overlapping yang digunakan pada kolom di proyek ini yaitu sebesar 40d seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.11.
Jadi, panjang overlapping bergantung pada diameternya besi tulangannya.
Dimana, pada Gedung Pringgodigdo ini terdapat beberapa dimensi kolom.
3. Mengukur jarak antar sengkang
Sengkang kolom adalah istilah yang dipergunakan dalam dunia konstruksi yang dipasang dalam arah lateral dengan jarak teretntu sesuai dengan yang sudah diperhitungkan dan ditetapkan. Sebagai pengekang agar gaya aksial suatu kolom tetap menyatu dan tidak pecah. Bersifat sangat krusial (penting), dimana fungsinya untuk meningkatkan inti beton agar konstruksi bangunan makin kuat.
Gambar 4. 12 Sengkang Pada Kolom
Seluruh tulangan sudah diperhitungkan dan ditetapkan se-efisien mungkin. Salah satunya, tulangan sengkang pada gambar 4.12. Diameter dan jumlahnya pun sudah diperhitungkan dengan baik. Begitupun dengan jarak antar sengkangnya. Menurut perhitungan, biasanya jarak sengkang di bagian tumpuan lebih rapat dibandingkan dengan jarak sengkang pada bagian
lapangan. Ketika semua langkah pada sebelum-sebelumnya telah selesai dengan benar sesuai yang sudah direncanakan, maka selanjutnya dilakukan pemasangan bekisting oleh pihak pelaksana, yaitu PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.
Gambar 4. 13 Detail Sengkang Kolom
Gambar detail sengkang pada kolom pada gambar 4.13 memberikan informasi yang sangat penting untuk perencanaan dan pengawasan konstruksi.
Komponen-komponen yang terdapat dalam gambar tersebut berupa informasi tentang ukuran dan bentuk kolom, seperti panjang, lebar, dan tinggi.Informasi tentang tulangan utama yang digunakan dalam konstruksi kolom, seperti diameter, panjang, dan jenis tulangan. Dan informasi tentang sengkang yang digunakan dalam konstruksi kolom, seperti ukuran, jenis, dan jumlah
sengkang. Gambar detail sengkang harus sangat diperhatikan karena sudah diperhitungkan dan direncanakan dengan baik oleh perencana. Hal ini penting untuk memastikan bahwa konstruksi kolom sesuai dengan desain dan dapat menopang beban yang diberikan.Memeriksa bekisting serta kebersihannya secara visual.
4. Memeriksa bekisting serta kebersihannya secara visual
Setelah bekisting selesai, hal yang harus diperiksa oleh pihak pengawas adalah apakah bekisting tersebut layak pakai atau tidak. Jika ada lubang ataupun cacat harus dan wajib hukumnya untuk segera dibenahi. Baik itu ditambal dengan plester, diganti, ataupun sebagainya. Hal tersebut
dilakukan agar saat proses pengecoran berjalan dengan lancar. Tidak ada kebocoran saat pengecoran yang mengakibatkan beton (cor) keluar. Serta memastikan kebersihan didalam strukturnya. Tidak ada sampah didalamnya agar sampah tidak ikut dalam proses pengecoran.
5. Check Verticality Column
Check Verticality Column dilakukan ketika kolom yang sebelumnya sudah di checklist sudah terpasang bekisting. Kemudian, yang dilakukan pihak pengawas adalah melakukan checklist kembali terhadap kolom tersebut.
Check Verticality Column adalah suatu tugas yang melibatkan pemeriksaan atau pengecekan terhadap keteraturan atau kesejajaran tiang (kolom) pada suatu struktur bangunan. Pengecekan ini dilakukan untuk memastikan bahwa tiang-tiang tersebut tegak lurus (vertikal) dan tepat di tengah (center), sesuai dengan spesifikasi dan standar yang ditetapkan.
Diawali dengan perhitungan untuk menentukan apakah kolom sudah tepat ditengah atau tidak. Menghitung jarak garis pinjaman luar dengan garis yang lurus dengan tepi kolom sebelum dipasang bekisting lalu dilanjut menghitung jarak antara garis pinjaman luar dengan bekisitng bagian luar.
Dimana garis pinjaman yang dipakai untuk perhitungan centering kolom pada proyek ini sebesar 30 cm dari garis yang lurus dengan tepi kolom atau dari tepi kolom itu sendiri. Dengan tebal bekisiting yang digunakan di proyek ini ada 2 jenis, yaitu bekisting tebal 2 cm atau bekisting dengan tebal 1,5 cm.
Gambar 4. 14 Garis Pinjaman kolom
Jika ingin mengetahui apakah pemasangan bekisting sudah benar, jarak antara garis pinjaman luar dengan garis lurus dengan tepi kolom harus 30 cm dikurangi dengan tebal bekisting yang dipakai seperti gambar 4.14.
Apabila memakai bekisting 2 cm, maka panjang jarak antara garis pinjaman luar dengan garis lurus tepi kolom haruslah 30 cm dikurangi dengan 2 cm yaitu sebesar 28 cm. Apabila menggunakan bekisting 1,5 cm, maka panjang jarak antara garis pinjaman luar dengan garis lurus tepi kolom haruslah 30 cm dikurangi dengan 1,5 cm yaitu sebesar 28,5 cm. Begitu seterusnya, dilakukan pada seluruh kolom. Apabila perbedaan selisih, maka harus mengubah push pull pada bagian pendukung bekisting kolomnya.
Gambar 4. 15 Bagian Push Pull Pada Pendukung Bekisting Kolom
Gambar 4.15 bagian Push Pull pada pendukung bekisting kolom digunakan sebagai penyangga bekisting kolom. Terpasang dari kaki Base Plate ke Lock Beam (sabuk) Kolom melalui connector khusus. Bagian-bagian tersebut berguna demi kestabilan bekisting saat dipasang.
Gambar 4. 16 Memeriksa Jarak Pinjaman
Dilanjut dengan menganalisis, apakah kolomnya sudah berdiri lurus?
Hal ini dilakukan dengan sangat mudah. Karena pada setiap kolom yang sudah diberi bekisting, di sisinya dapat melihat adanya paku dan benang yang dipasang secara vertikal pada bekisting kolomnya. Menganalisis, apakah jarak antara bekisting bagian atas dengan benang bagian atas sama dengan jarak antara bekisting bagian bawah dengan benang di bagian bawah seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.16. Ketika di bagian atas jaraknya 3 cm maka di bagian bawah juga harus 3cm. Jika berbeda maka harus digerakkan bagian push pull yang tegak pada kolom.
Gambar 4. 17 Benang pada Kolom
Gambar 4.17 menunjukkan adanya benang pada bekisting secara vertikal. Digunakan untuk menunjukkan apakah bekisting dalam keadaan tegak atau tidak.
Gambar 4. 18 Dokumentasi Jarak Antara Benang Dengan Beksiting Atas dan Bawah
Gambar 4.18 menunjukkan kegiatan pengukuran jarak bekisting dengan benang untuk mengetahui apakah bekisting atas dan bawah dalam keadaan rata atau tidak. Ukur jarak antara bekisting atas dan bawah pada beberapa titik di sepanjang benang untuk memastikan kerataan. Biasanya, pengukuran dilakukan di beberapa titik yang berbeda untuk mendapatkan
gambaran yang akurat. Setiap pengukuran selalu didokumentasikan untuk dilaporkan.
6. Penutupan bagian bawah kolom setelah selesai checklist
Gambar 4. 19 Keadaan Kolom Bagian Bawah Sebelum dan Sesudah Dipasang Penutup Menggunakan Kayu
Setelah semua kesalahan selesai direvisi, biasanya bagian bawah kolom selalu di tutup. Biasanya menggunakan adukan semen ataupun kayu hingga bagian bawahnya tertutup sempurna seperti gambar 4.19. Untuk apa?
untuk selanjutnya dilakukan pengecoran. Agar bagian bawah dari kolom tidak berlubang dan proses pengecoran pun berjalan dengan baik. Sehingga,
meminimalisir terjadinya kebocoran atau adonan beton yang keluar dari cetakan bekisting. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi pemborosan material yang disebabkan adanya kebocoran. Sehingga, volume beton yang direncanakan sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.
4.1.2.2 Quality Control Balok
1. Mengukur panjang tumpuan dan lapangan
Gambar 4. 20 Panjang Tumpuan dan Lapangan Balok
Pengukuran panjang tumpuan dan lapangan pada balok merupakan langkah penting dalam proses konstruksi untuk memastikan struktur balok kuat dan stabil. Berikut adalah uraian langkah-langkah untuk mengukur panjang tumpuan dan lapangan pada balok, di mana panjang tumpuan adalah
¼ L dan panjang lapangan ½ L, dengan L adalah panjang bentang balok dari satu kolom ke kolom lainnya seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.20.
2. Mengidentifikasi ukuran tulangan menurut jenis baloknya
Gambar 4. 21 Detail Balok
Di dalam proyek ini, terdapat lima macam balok yang ditunjukkan pada gambar 4.21. Dimana setiap jenis balok terdapat perbedaan baik dari segi ukuran maupun jumlah tulangannya. Mengenai hal tersebut, sangat perlu
untuk di cek kembali agar menciptakan kesesuaian hingga keselamatan terhadap apa yang telah direncanakan. Harus mengidentifikasi ukuran
diameter tulangannya apakah sudah sesuai dengan yang direncanakan. Berikut adalah data ukuran dari setiap jenis balok yang ada
3. Mengukur jumlah tulangan dan penepatan peletakannya pada balok Menurut data dari gambar 4.21 Maka dapat diketahui jumlah tulangannya di setiap bagian. Baik itu di tulangan atas bagian tumpuan dan lapangan, tulangan di tumpuan bawah bagian tumpuan dan lapangan, tulangan torsi, ataupun tulangan sengkang di bagian tumpuan dan lapangan. Bukan hanya menghitung jumlah tulangan sesuai dengan bagiannya, pihak pengawas juga harus meneliti apakah peletakan tulangannya sudah sesuai dengan bagiannya (tumpuan dan lapangan) serta gambar rencananya.
4. Mengukur jarak sengkang
Melihat gambar 4.21 lagi, maka ditemukan jarak sengkang pada setiap bagian (tumpuan dan lapangan) pula. Karena hal tersebut juga berdasarkan hasil perhitungan perencana, maka juga sangat penting untuk dicek. Jarak antar sengkang apakah sesuai dengan data perencana. Apabila banyak kesalahan, maka akan dijadikan memo untuk pelaporan secara berkala.
5. Memeriksa bekisting serta kebersihannya secara visual
Setelah bekisting selesai, hal yang harus diperiksa oleh pihak pengawas adalah apakah bekisting tersebut layak pakai atau tidak. Jika ada lubang ataupun cacat harus dan wajib hukumnya untuk segera dibenahi. Baik itu ditambal dengan plester, diganti, ataupun sebagainya. Hal tersebut
dilakukan agar saat proses pengecoran berjalan dengan lancar. Tidak ada kebocoran saat pengecoran yang mengakibatkan beton (cor) keluar. Serta memastikan kebersihan didalam strukturnya. Tidak ada sampah didalamnya agar sampah tidak ikut dalam proses pengecoran.
4.1.2.3 Quality Control Plat Lantai
1. Mengukur ketinggian plat lantai (tebal plat lantai)
Mengukur apakah tebal plat lantai telah sesuai dengan yang
direncanakan, yaitu 0,15m atau setara dengan 15cm. Sesuai dengan data dan design yang telah direncanakan. Tentukan beberapa titik pengukuran yang tersebar merata di seluruh permukaan plat lantai. Ini penting untuk
memastikan bahwa tebal plat seragam di seluruh area. Mengecek cakar ayam telah terpasang dengan baik
Gambar 4. 22 Cakar Ayam pada Pelat Lantai
Cakar ayam (korset) yang ditunjukkan pada gambar 4.22 adalah pemisah antara besi atas dan besi bawah pada plat lantai. Ini membantu mengatur posisi besi tulangan agar tetap terpisah dan terdistribusi dengan baik dalam struktur beton. Dengan menjaga jarak yang tepat antara tulangan atas dan bawah, cakar ayam membantu memastikan bahwa lapisan selimut beton (cover concrete) memiliki ketebalan yang sesuai. Selimut beton yang cukup melindungi tulangan dari korosi dan kerusakan akibat kondisi lingkungan.
2. Mengecek ikatan tulangan plat dengan balok disekitarnya
Gambar 4. 23 Ikatan Tulangan Pelat Dengan Balok
Antara tulangan plat yang berada dekat balok dengan tulangan balok itu sendiri akan diikat menggunakan bendrat. Hal itu merupakan salah satu cara yang cukup efektif untuk mengikat struktur beton bersama-sama dalam konstruksi bengunan. Dengan demikian, bendrat akan menembah kekuatan tambahan pada sambungan antara balok dan pelat. Penggunaan bendrat untuk mengikat balok dan plat merupakan praktik standart dalam konstruksi beton bertulang untuk memastikan kekuatan, kestabilan, dan kinerja struktural yang optimal.
3. Mengecek ikatan antar tulangan plat dan jarak antar tulangannya
Bendrat digunakan untuk mengikat batang-batang tulangan sehingga membentuk kerangka yang kokoh. Pengikatan ini penting agar tulangan tidak bergeser atau berubah posisi selama proses pengecoran.
Gambar 4. 24 Ikatan Tulangan Pelat Lantai
Dengan mengikat tulangan pada titik-titik tertentu, bendrat membantu menjaga jarak yang tepat antara tulangan atas dan bawah serta memastikan bahwa tulangan tetap pada posisi yang direncanakan. Gambar 4.24
menunjukkan bendrat yang mengikat antar tulangan-tulangan pada pelat lantai.
4. Mengecek penempatan beton decking
Beton decking adalah cetakan beton yang memiliki ketebalan
bervariasi yang disesuaikan dengan ketebalan selimut beton. Digunakan untuk menjaga jarak selimut beton. Beton decking berperan penting dalam
memastikan bahwa jarak selimut beton sesuai dengan rencana awal
pembangunan. Keberadaan beton decking pada plat lantai juga untuk menjaga tulangan plat lantai bagian bawah tetap berada ditempatnya dan tidak
menempel pada bekisting. Sehingga tulangan tetap berada didalam selimut beton tidak ada yang melebihi batasan yang telah ditentukan.
Gambar 4. 25 Decking Pelat Lantai
Gambar 4.25 merupakan contoh penempatan decking beton yang diikatkan dengan bantuan bendrat pada tulangan pelat lantai. Hal ini dilakukan
agar tulangan pelat bagian bawah tidak menyentuh pada bekisting. Sehingga selimut beton dapat melapisi tulangan dengan baik.
5. Memeriksa bekisting dan kebersihannya secara visual
Setelah bekisting selesai, hal yang harus diperiksa oleh pihak pengawas adalah apakah bekisting tersebut layak pakai atau tidak. Jika ada lubang ataupun cacat harus dan wajib hukumnya untuk segera dibenahi. Baik itu ditambal dengan plester, diganti, ataupun sebagainya. Hal tersebut
dilakukan agar saat proses pengecoran berjalan dengan lancar. Tidak ada kebocoran saat pengecoran yang mengakibatkan beton (cor) keluar. Serta memastikan kebersihan didalam strukturnya. Tidak ada sampah didalamnya agar sampah tidak ikut dalam proses pengecoran.
6. Green Flag
Berdasarkan prosedur manajemen pelaksanaan Quality Control yang telah diterapkan, apabila semua checklist telah selesai direvisi, dalam keadaan sudah benar, dan siap untuk dilakukan pengecoran maka diadakannya
pelaksanaan green flag. Green flag menandakan bahwa semua tahapan persiapan telah selesai dan siap untuk dilanjutkan ke tahap pengecoran. Green flag juga bertujuan sebagai bentuk dokumentasi resmi atas selesainya proses checklist. Proses checklist yang telah selesai dan diverifikasi oleh pihak pelaksana dan pihak pengawas didokumentasikan dengan jelas. Hal ini mencakup semua revisi dan pengecekan yang telah dilakukan.
Gambar 4. 26 Green Flag Lantai 5 As E – F
Dengan adanya green flag, tulangan yang telah dipasang dan dicek diharapkan sudah sesuai dengan perencanaan dan spesifikasi yang telah ditetapkan. Penekanan pada best quality memastikan bahwa struktur tulangan memenuhi standar kualitas tertinggi, memberikan keamanan dan kekuatan pada struktur bangunan. Setelah green flag dikibarkan, kegiatan pengecoran bisa dimulai. Dengan demikian, green flag tidak hanya menandai kesiapan untuk pengecoran tetapi juga memastikan bahwa semua langkah-langkah quality control telah diikuti dengan benar dan bahwa hasil akhirnya akan sesuai dengan standar kualitas yang tinggi. Dokumentasi yang akurat dan lengkap juga membantu dalam menjaga transparansi dan akuntabilitas dalam proyek konstruksi.
4.1.3 Hasil dan Evaluasi
Evaluasi atau catatan yang dilakukan selama checking kolom, balok, serta plat dilaporkan secara berkala. Sebagai contoh berikut hasil dan evaluasi pada saat checking kolom, serta plat balok lantai 5 As E-F yaitu sebagai berikut :
Gambar 4. 27 Laporan Hasil Checking kolom lantai 5 As E – F
a. Checking Kolom :
Sepihak Atas Kurang 2 Begel
Begel adalah cincin atau kait pengikat yang digunakan untuk memperkuat tulangan utama pada kolom. Pemeriksaan ini melibatkan memastikan bahwa begel tidak kurang dari jumlah yang diperlukan.
Kekurangan begel bisa menyebabkan kurangnya dukungan terhadap tulangan utama dan bisa mengurangi kekuatan struktur kolom.
Ikatan Bendrat Besi Sepihak
Bendrat atau kawat pengikat digunakan untuk mengikat tulangan besi agar tetap pada tempatnya selama proses pengecoran. Pemeriksaan ini melibatkan memastikan bahwa ikatan bendrat besi telah dilakukan dengan baik dan tidak hanya di satu sisi (sepihak), karena ikatan yang tidak merata bisa menyebabkan pergeseran tulangan saat pengecoran.
Beton Decking
Beton decking adalah lapisan beton yang diletakkan di antara tulangan dan bekisting untuk memastikan bahwa tulangan berada di posisi yang tepat dan tidak menyentuh bekisting, yang bisa menyebabkan korosi. Pemeriksaan ini melibatkan memastikan bahwa ketebalan beton decking sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.
Sepatu Kolom
Sepatu kolom atau base plate adalah pelat baja yang dipasang di dasar kolom untuk mendistribusikan beban ke pondasi. Pemeriksaan ini melibatkan memastikan bahwa sepatu kolom terpasang dengan benar dan kokoh, serta berada di posisi yang tepat sesuai dengan desain struktur.
Memastikan bahwa semua elemen seperti begel, ikatan bendrat besi, beton decking, dan sepatu kolom telah dipasang dan berfungsi dengan baik adalah kunci untuk mencegah masalah struktural di masa depan.