MANAJEMEN PELAKSANAAN QUALITY CONTROL DAN QUANTITY SURVEYOR KOLOM, BALOK, DAN PLAT PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PRINGGODIGDO UNIVERSITAS
AIRLANGGA KAMPUS B – SURABAYA
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Oleh:
ELSA AL-FITRIA RIFGI PUTRI 211910301044
SANTI LESTARI 211910301099
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER 2024
MANAJEMEN PELAKSANAAN QUALITY CONTROL DAN QUANTITY SURVEYOR KOLOM, BALOK, DAN PLAT PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PRINGGODIGDO UNIVERSITAS
AIRLANGGA KAMPUS B – SURABAYA
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat guna menempuh dan menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktik pada Program Studi S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Jember Oleh :
ELSA AL-FITRIA RIFGI PUTRI 211910301044
SANTI LESTARI 211910301099
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER 2024
LAPORAN KERJA PRAKTIK
S1 TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER
LEMBAR PENGESAHAN Laporan Kerja Praktik
Fakultas Teknik – Program studi S1 Teknik Sipil Tahun Akademik 2023/2024
1. Judul Kegiatan : Manajemen pelaksanaan Quality Control dan Quantity Surveyor Kolom, Balok, dan Plat Pada Proyek Pembangunan Gedung Pringgodigdo Universitas Airlangga Kampus B - Surabaya 2. Penyusun 1
Nama : Elsa Al-Fitria Rifgi Putri
NIM : 211910301044
3. Penyusun 2
Nama : Santi Lestari
NIM : 21191030199
4. Instansi
Nama : PT. Bina Karya
5. Tanggal Pelaksanaan
: 08 Januari 2024 – 22 Februari 2024
Surabaya, 23 Februari 2024 Menyetujui,
Dosen Pembimbing Pembimbing Kerja Praktik
Dr. Ir. Indra Nurtjahjaningtyas, ST. MT NIP. 197010241998032001
Derianto Rahmahadi Pranata, M.T.
Mengetahui, Dekan Fakultas Teknik
Universitas Jember
Ketua Pogram Studi S1 Teknik Sipil Universitas Jember
LAPORAN KERJA PRAKTIK
S1 TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER
Dr. Ir. Gaguk Jatisukamto S.T., M.T., IPM NIP. 196902091998021001
Dr. Ketut Aswatama W, S.T., M.T.
NIP. 197007132000121001
LAPORAN KERJA PRAKTIK
S1 TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER
LEMBAR PERNYATAAN Kami yang bertanda tangan di bawah ini,
Anggota 1
Nama : Elsa Al-Fitria Rifgi Putri
NIM : 211910301044
Anggota 2
Nama : Santi Lestari
NIM : 211910301099
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan kerja praktik yang berjudul:
Manajemen pelaksanaan Quality Control dan Quantity Surveyor Kolom, Balok, dan Plat Pada Proyek Pembangunan Gedung Pringgodigdo Universitas Airlangga Kampus B – Surabaya adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah kami sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi manapun, dan bukan karya jiplakan. Kami bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya, tanpa ada tekanan dan paksaan dari pihak manapun, serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Surabaya, 22 Februari 2024 Yang menyatakan,
Anggota 1
Elsa Al-Fitria Rifgi Putri 211910201044
Anggota 2
Santi Lestari 211910301099
LAPORAN KERJA PRAKTIK
S1 TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas limpahan berkat rahmat dan taufik-Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik “Manajemen pelaksanaan Quality Control dan Quantity Surveyor Kolom, Balok, dan Plat Pada Proyek Pembangunan Gedung
Pringgodigdo Universitas Airlangga Kampus B - Surabaya” dengan baik dan tepat waktu. Pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan laporan ini, khususnya yaitu:
1. Bapak Dr. Triwahju Hardianto, S.T., M.T selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Jember.
2. Bapak Dr. Ketut Aswatama W, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Strata-1 Teknik Sipil Universitas Jember.
3. Ibu Dr. Ir. Indra Nurtjahjaningtyas, ST. MT selaku dosen pembimbing Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang telah memberikan masukan dan segala sesuatu yang bermanfaat untuk menyelesaikan Laporan Kerja Praktik.
4. Bapak Derianto Rahmahadi Pranata, M.T. selaku Pembimbing Kerja Praktik di PT. Bina Karya Proyek Pembangunan Gedung Pringgodigdo – Surabaya.
5. Seluruh karyawan PT. Bina Karya (Persero) pada Proyek Pembangunan Gedung Pringgodigdo – Surabaya yang telah membantu dan memberikan ilmunya.
6. Orang tua yang telah memberikan dukungan moral maupun material.
Penyusun menyadari Laporan Kerja Praktik ini jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran pembaca sangat penyusun butuhkan. Semoga Laporan Kerja Praktik ini dapat bermanfaat.
LAPORAN KERJA PRAKTIK
S1 TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...ii
DAFTAR TABEL...iv
DAFTAR GAMBAR...v
BAB I PENDAHULUAN...8
1.1 Latar Belakang...8
1.2 Rumusan Masalah...9
1.3 Tujuan...9
1.4 Manfaat...10
1.5 Batasan Masalah...10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...11
2.1 Pekerjaan Tulangan...11
2.2 Quality Control...11
2.3 Quantity Surveyor...14
BAB III METODOLOGI...19
3.1 Deskripsi Proyek...19
3.2 Data Umum Proyek...20
3.3 Lokasi Proyek...22
3.4 Struktur Organisasi Proyek...23
3.4.1 Pengertian Umum...23
3.4.2 Struktur Organisasi Proyek...24
3.4.3 Struktur Organisasi Konsultan...28
3.5 Flowchart Pekerjaan...34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...36
4.1 Manejemen Pelaksanaan Quality Control...36
4.1.1 Alat dan Bahan...36
4.1.2 Manajemen Pelaksanaan Quality Control...41
4.1.3 Hasil dan Evaluasi...55
4.2 Quantity Surveyor...59
4.2.1 Alat dan Bahan...59
LAPORAN KERJA PRAKTIK
S1 TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER
4.2.2 Manajemen Pelaksanaan Quatity Surveyor...62
4.2.3 Hasil...70
BAB V PENUTUP...71
5.1 Kesimpulan...71
5.2 Saran...72
LAMPIRAN...73
LAPORAN KERJA PRAKTIK
S1 TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER
DAFTAR TA
Tabel 2. 1 Data berat Besi Ulir...18
YTabel 3. 1 Data Proyek...21
Tabel 3. 2 Data Tiap Lantai Gedung Pringgodigdo...22Y Tabel 4. 1 Data Berat Besi Ulir...60
Tabel 4. 2 Penambahan Panjang Balok dengan Rumus 12D...65
Tabel 4. 3 Jumlah Tulangan Utama Atas Bawah dan Tambahan...66
Tabel 4. 4 Penambahan Sambungan 40D pada Tulangam...66
Tabel 4. 5 Rumus Mencari Panjang Besi yang Dibutuhkan Setiap Sengkang...67
Tabel 4. 6 Rumus yang Digunakan Untuk Menghitung Banyak Sengkang...69
Tabel 4. 7 Rumus yang Digunakan Untuk Menghitung Banyak Sengkang...69
Tabel 4. 8 Hasil Perhitungan Berat Besi pada Balok...70
LAPORAN KERJA PRAKTIK
S1 TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER
DAFTAR GA
Gambar 2. 1 Keterangan Panjang yang Dibutuhkan...16
YGambar 3. 1 Visualisasi Gedung Pringgodigdo 19 Gambar 3. 2 Tinggi dan Fungsi Setiap Lantai...20
Gambar 3. 4 Lokasi Spesifik Proyek Gedung Pringgodigdo...22
Gambar 3. 5 Hubungan Kerja Antar Unit ...23
Gambar 3. 6 Struktur Organisasi Konsultan MK...28
Gambar 3. 7 Flowchart Pekerjaan Quality Control...34
Gambar 3. 8 Flowchart Pekerjaan Quantity Surveyor...35 Y Gambar 4. 1 Meteran...36
Gambar 4. 2 Waterpass...36
Gambar 4. 3 Checklist...38
Gambar 4. 4 Denah Kolom...39
Gambar 4. 5 Detail Kolom...39
Gambar 4. 6 Denah Balok...39
Gambar 4. 7 Detail Kolom...40
Gambar 4. 8 Denah Plat...40
Gambar 4. 9 Batas Tumpuan Dan Lapangan Pada Kolom...41
Gambar 4. 10 Decking/Tahu Beton...41
Gambar 4. 11 Overlapping pada kolom...42
Gambar 4. 12 Sengkang Pada Kolom...43
Gambar 4. 13 Detail Sengkang Kolom...43
Gambar 4. 14 Garis Pinjaman kolom...45
Gambar 4. 15 Bagian Push Pull Pada Pendukung Bekisting Kolom...46
Gambar 4. 16 Memeriksa Jarak Pinjaman...46
Gambar 4. 17 Benang Pada Kolom...47
Gambar 4. 18 Dokumentasi Jarak Antara Benang ...47
Gambar 4. 19 Keadaan Kolom Bagian Bawah Sebelum dan Sesudah Dipasang Penutup Menggunakan Kayu...48
Gambar 4. 20 Panjang Tumpuan dan Lapangan Balok...49
LAPORAN KERJA PRAKTIK
S1 TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER
Gambar 4. 21 Detail Balok...49
Gambar 4. 22 Cakar Ayam pada Pelat Lantai...51
Gambar 4. 23 Ikatan Tulangan Pelat Dengan Balok...52
Gambar 4. 24 Ikatan Tulangan Pelat Lantai...52
Gambar 4. 25 Decking Pelat Lantai...53
Gambar 4. 26 Green Flag Lantai 5 As E – F...54
Gambar 4. 27 Laporan Hasil Checking kolom lantai 5 As E – F...55
Gambar 4. 28 Laporan Hasil Checking Balok Lantai 5 As E – F...57
Gambar 4. 29 Detail Balok...59
Gambar 4. 30 AutoCad...61
Gambar 4. 31 Excel Microsoft...61
Gambar 4. 32 Panjang Tumpuan Dan Lapangan Pada Balok...62
Gambar 4. 33 Pembagian Tumpuan dan Lapangan...63
Gambar 4. 34 Peletakan Hook pada Ujung Balok...63
Gambar 4. 35 Bentuk Hook yang Terletak pada Ujung Balok...64
Gambar 4. 36 Contoh Panjang Bersih 12 Meter...65
Gambar 4. 37 Peletakan Tulangan Utama pada Balok...65
Gambar 4. 38 Letak Torsi pada Balok...67
Gambar 4. 39 Letak Hook pada Tulangan Sengkang...68
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Proyek Pembangunan Gedung Abdoel Gaffar Pringgodigdo, atau disingkat Gedung Pringgodigdo adalah pembangunan gedung di Fakultas Hukum Universitas Airlangga yang terdiri dari 14 lantai. Proyek Pembangunan Gedung Pringgodigdo dimulai pada tanggal 01 Februari 2023 dan diharapkan akan selesai dalam kurun waktu 540 hari kalender. Di dalam proyek pembangunan gedung ini, terdapat hubungan koordinasi antar pihak untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Adanya pembangunan Gedung Pringgodigdo dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan kegiatan akademika di Fakultas Hukum Universitas Airlangga dengan menambah fasilitas yang lebih modern dan lengkap. Fasilitas seperti laboratorium, perpustakaan, dan ruang kelas yang lebih baik dapat membantu meningkatkan kualitas belajar dan mengajar. Selain itu, gedung baru dapat memberikan ruang yang lebih kondusif dan nyaman bagi mahasiswa untuk belajar dan berkreasi.
Universitas Airlangga adalah pemilik proyek pembangunan Gedung Pringgodigdo. Pemilik memberikan kepercayaan dan tanggung jawab kepada
perencana, kontraktor, dan konsultan untuk merencanakan dan melaksanakan proyek ini. PT. Yodya Karya berperan sebagai konsultan perencana, merancang dan
mengembangkan desain gedung yang sesuai dengan kebutuhan Universitas
Airlangga. PT. Pembangunan Perumahan (Persero) sebagai kontraktor bertanggung jawab untuk membangun gedung berdasarkan desain yang telah disepakati. PT. Bina Karya sebagai konsultan MK memantau pelaksanaan proyek untuk memastikan bahwa proyek berjalan sesuai dengan rencana dan standar yang telah ditetapkan
Peran Quality Control dan Quantity Surveyor sangatlah penting dalam proyek demi tercapainya suatu rencana serta pelaksanaan yang sesuai dengan standart
yang sudah ditetapkan. Tak terkecuali, di dalam manajemen proyek gedung
Pringgodigdo hal tersebut juga hal yang wajib untuk diperhatikan. Dari perencanaan hingga pelaksanaan hal tersebut sangatlah berguna. Quality Control dan Quantity Surveyor bisa dilaksanakan untuk seluruh komponen dalam pembangunan.
Dari latar belakang diatas, Quality Control dan Quantity Surveyor dalam suatu proyek pembangunan sangatlah penting. Oleh karena itu, laporan kerja praktik ini disusun dengan judul “Manajemen pelaksanaan Quality Control dan Quantity Surveyor Kolom, Balok, dan Plat Pada Proyek Pembangunan Gedung Pringgodigdo Universitas Airlangga Kampus B – Surabaya”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah yang diambil dari Kerja Praktik ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana manajemen pelaksanaan Quality Control tulangan kolom, balok, dan plat pada Proyek Pembangunan Gedung Pringgodigdo Fakultas Hukum Universitas Airlangga Kampus B – Surabaya?
b. Bagaimana manajemen pelaksanaan Quantity Surveyor tulangan balok pada Proyek Pembangunan Gedung Pringgodigdo Fakultas Hukum Universitas Airlangga Kampus B – Surabaya?
1.3 Tujuan
Tujuan yang diharapkan dalam laporan kerja praktik ini adalah:
a. Mengetahui manajemen pelaksanaan Quality Control tulangan kolom, balok, dan plat pada Proyek Pembangunan Gedung Pringgodigdo Universitas Airlangga Kampus B – Surabaya.
b. Mengetahui manajemen pelaksanaan Quantity Surveyor tulangan balok pada Proyek Pembangunan Gedung Pringgodigdo Universitas Airlangga Kampus B – Surabaya.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari kegiatan kerja praktik ini adalah sebagai berikut ini adalah:
a. Mahasiswa mengetahui solusi dari suatu permasalahan yang terjadi pada Proyek Pembangunan Gedung Pringgodigdo. Sehingga dapat menambah wawasan untuk menyikapi permasalahan yang sama di lingkungan kerja yang akan datang.
b. Mahasiswa mengetahui pentingnya komunikasi antar owner, perencana, kontraktor dan konsultan agar tidak terjadi kesalahan seperti pada Proyek Pembangunan Gedung Pringgodigdo.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam laporan ini adalah :
a. Pembahasan manajemen pelaksanaanaan Quality Control hanya mencangkup pada tulangan kolom, balok, plat lantai.
b. Pembahasan manajemen pelaksanaan Quantity Surveyor hanya mencangkup pada tulangan balok pada proyek pembangunan Gedung Pringgodigdo Universitas Airlangga.
c. Tidak mencangkup pekerjaan lain sepeti uji kualitas beton dan sebagainya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pekerjaan Tulangan
Pekerjaan tulangan adalah salah satu tahap kritis dalam konstruksi bangunan, khususnya dalam pembangunan struktur beton bertulang. Tulangan adalah material yang digunakan untuk memperkuat beton, meningkatkan kekuatannya terhadap tarik dan lentur yang beton sendiri tidak cukup kuat untuk menahannya. Pekerjaan
tulangan yang dilakukan pada Proyek Pembangunan Gedung Pringgodigdo harus memperhatikan syarat-syarat :
a. Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan, sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang (ring), persyaratannya harus sesuai dengan SNI 07-2052-2002.
b. Pemasangan dan penggunaan tulangan beton, harus disesuaikan dengan gambar konstruksi.
c. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran dan harus bebas dari papan acuan atau lantai kerja dengan memasang selimut beton sesuai dengan ketentuan dalam SNI 2847-2013 dan SNI 07 2052-2002.
d. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus dikeluarkan dari lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Konsultan
MK/Pengawas.
2.2 Quality Control
Penggunaan checklist dalam pemasangan tulangan balok, kolom, dan pelat adalah praktik yang penting dalam industri konstruksi. Checklist ini berfungsi sebagai alat kontrol kualitas untuk memastikan bahwa semua aspek pemasangan tulangan sesuai dengan spesifikasi desain dan standar yang berlaku. Pentingnya checklist dalam pemasangan tulangan untuk kualitas konstruksi, yaitu :
a. Menurut Smith (2019), penggunaan checklist dalam pemasangan tulangan balok membantu memastikan bahwa semua elemen tulangan dipasang sesuai spesifikasi, yang penting untuk kekuatan lentur dan geser balok.
b. Brown (2018) menekankan bahwa checklist untuk tulangan kolom sangat penting untuk memastikan stabilitas dan kemampuan kolom menahan beban aksial dan momen.
c. Davis (2016) menunjukkan bahwa checklist dalam pemasangan tulangan pelat memastikan distribusi beban yang merata dan mencegah retakan pada pelat beton.
Checklist memastikan kepatuhan terhadap standar nasional dan internasional seperti SNI, ACI (American Concrete Institute), dan ASTM. Kepatuhan ini penting untuk mendapatkan sertifikasi dan izin yang diperlukan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan checklist tulangan menurut SNI yaitu :
a. Panjang Tumpuan dan Lapangan
Berdasarkan SNI 2847-2013, Tulangan tumpuan umumnya
ditempatkan pada tepi bentang apabila kolom dan pada balok diletakkan di bagian atas dan bawah dengan jarak sekitar ¼ dari jarak bentang (L).
Sedangkan, tulangan lapangan ditempatkan di tengah bentang (L) dan berjarak sekitar ½ dari jarak bentang (L). Tulangan tumpuan harus ditempatkan dengan benar di daerah tumpuan untuk menangani momen negatif, sedangkan
tulangan lapangan harus ditempatkan di tengah bentang untuk menangani momen positif.
b. Panjang overlapping
Berdasarkan SNI 2847-2013, panjang standart overlapping adalah 40d.
Jika terlalu pendek ditakutkan antar tulangan tidak tersambung dengan baik.
Bila dipasang lebih panjang diperbolehkan, tetapi akan terjadi pemborosan.
Berikut hal yang harus diperhatikan setiap item yang mungkin ada dalam checklist tulangan :
a. Pemeriksaan Desain dan Gambar Kerja
Memastikan bahwa semua gambar struktural, termasuk detail tulangan, telah diperiksa dengan teliti dan sesuai dengan spesifikasi proyek.
Gambar ini harus mencakup semua detail mengenai penempatan tulangan, dimensi, dan jenis tulangan yang digunakan. Dan verifikasi bahwa semua material yang akan digunakan telah sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan dalam dokumen kontrak. Ini termasuk jenis baja tulangan (misalnya, baja polos atau baja ulir) dan ukurannya.
b. Pemeriksaan Material
Memastikan bahwa tulangan yang diterima di lokasi proyek memiliki jenis, ukuran (diameter), dan panjang yang sesuai dengan spesifikasi desain.
Dilanjutkan dengan pemeriksaan visual terhadap tulangan untuk memastikan tidak ada kerusakan seperti karat, minyak, lumpur, atau kotoran lainnya yang dapat mempengaruhi daya lekat.
c. Pemeriksaan Pemasangan Tulangan
Pastikan bahwa semua tulangan dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan gambar kerja dan spesifikasi. Pemotongan dan pembengkokan harus dilakukan dengan alat yang tepat untuk menghindari kerusakan pada
tulangan. memverifikasi bahwa tulangan utama (longitudinal) ditempatkan dengan benar pada posisi yang ditentukan dalam gambar kerja. Penempatan yang tepat sangat penting untuk menahan beban lentur pada balok. Periksa bahwa tulangan geser ditempatkan dengan jarak yang benar untuk menahan gaya geser dan memastikan stabilitas struktural. Dan pastikan bahwa jarak antara tulangan dan permukaan luar beton sesuai dengan spesifikasi untuk perlindungan terhadap korosi dan memastikan durabilitas struktur.
d. Pemeriksaan Koneksi dan Sambungan
Semua tulangan harus diikat dengan kawat pengikat pada titik-titik yang sesuai untuk menjaga posisi selama pengecoran beton. Pengikatan yang baik memastikan bahwa tulangan tidak bergeser saat pengecoran.
Memverifikasi bahwa panjang overlap atau sambungan tulangan sesuai dengan spesifikasi desain untuk memastikan kontinuitas kekuatan.
Sambungan tulangan harus dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku.
e. Pemeriksaan Bekisting dan Penyangga
Pastikan bahwa bekisting telah dibangun sesuai dengan dimensi yang ditentukan dalam gambar kerja. Bekisting harus kokoh dan mampu menahan beban beton segar. Pastikan bekisting cukup kokoh untuk menahan beban beton segar dan tetap pada posisi selama pengecoran. Bekisting yang tidak kokoh dapat menyebabkan deformasi atau kegagalan struktur. Sebagaimana menurut SNI 2847-2013, konstruksi bekisting juga harus memenuhi syarat- syarat bekisting yang baik antara lain :
a. Desain bekisting harus memperhatikan metode pengecoran beton.
b. Desain bekisting harus memperhatikan laju pengecoran beton.
c. Desain bekisting harus mempertimbangkan beban konstruksi termasuk beban vertical, horizontal, dan impact.
d. Bekisting harus menghindari perusakan komponen yang telah terpasang sebelumnya.
e. Bekisting harus dipasang dengan rapat untuk mencegah bocornya pasta atau mortar.
f. Bekisting harus disokong atau dilengkapi dengan perkuatan untuk mempertahankan posisi dan bentuk.
2.3 Quantity Surveyor
Di dalam The Royal Institution of Chatered Surveyors (RICS) Report yang berjudul “The Future Role of the Quantity surveyor (1971)” disebutkan peran dari quantity surveyor adalah memastikan semua sumber daya konstruksi digunakan semaksimal mungkin untuk keperntingan masyarakat dengan menyediakan manajemen keuangan proyek dan sebuah jasa konsultasi biaya kepada klien dan desainer selama keseluruhan proses konstruksi (Hansen 2017, 7). Menurut Hansen
(2017, 10) dalam kontrak pelaksanaan pekerjaan konstruksi terdapat dua belah pihak yang terlibat, yaitu pemilik proyek dan kontraktor. Quantity surveyor dapat berperan di dalam salah satu pihak ini. Dan juga dapat berperan dengan memberikan jasa konsultasi profesional.
Untuk menghindari risiko cost overrun dibutuhkan pengendalian biaya (cost control) yang baik dimulai sejak proses perencanaan sampai dengan selesainya pelaksanaan. Dengan demikian untuk memberikan gambaran kepada pemilik proyek mengenai fungsi pengendalian biaya oleh quantity surveyor. Dalam pelaksanaan quantity surveyor perlu memperhatikan mengenai standart serta syarat komponennya.
Salah satunya adalah perhitungan volume balok. Dalam melakukan perhitungan volume penulangan balok, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan agar hasil perhitungan akurat dan sesuai dengan kebutuhan konstruksi. Berikut adalah beberapa hal yang penting untuk diperhatikan:
a. Dimensi Balok
Memastikan bahwa dimensi balok, yaitu panjang, lebar, dan tinggi, diukur dengan tepat. Kesalahan dalam pengukuran dimensi balok dapat menyebabkan kesalahan dalam perhitungan volume.
b. Tipe Tulangan
Menentukan jenis dan ukuran tulangan yang akan digunakan dalam penulangan balok. Pemilihan tipe dan ukuran tulangan harus sesuai dengan kebutuhan desain struktur dan standar yang berlaku.
c. Spacing dan Jumlah Tulangan
Memperhatikan spacing atau jarak antara tulangan dan jumlah tulangan yang diperlukan sesuai dengan desain struktur. Kesalahan dalam menentukan spacing atau jumlah tulangan dapat mempengaruhi kekuatan dan kinerja struktural balok.
d. Perencanaan Penyusunan Tulangan
Meperhatikan pola penyusunan tulangan dalam balok untuk mencapai kekuatan dan kestabilan yang optimal. Pola penyusunan tulangan harus sesuai dengan persyaratan desain dan standar konstruksi yang berlaku.
e. Perhitungan Detail Penulangan
Lakukan perhitungan detail untuk setiap bagian balok yang memerlukan penulangan, seperti bagian bawah, atas, dan samping. Pastikan bahwa tulangan telah diposisikan dengan benar untuk memenuhi kebutuhan struktural balok.
Untuk melakukan perhitungan volume perlu adanya pedoman standar nasional dan internasional seperti SNI, ACI (American Concrete Institute), dan ASTM untuk menentukan panjang tulangan besi yang dibutuhkan. Beberapa pedoman yang terdapat pada pedoman untuk perhitungan volume yaitu :
a. Panjang bengkokan sengkang
Berdasarkan SNI 2847-2013, sengkang (begel) dapat dibuat dengan dua jenis kait yaitu dengan bengkokan 900 dan bengkok kait 1350.
Gambar 2. 1 Keterangan Panjang Hook yang Dibutuhkan
Melihat gambar 2.1 dapat diketahui penggunaan jenis kait 900 maka digunakan tekukan 6d apabila diameter besi ≤16mm. Apabila diameter besi
¿16mm , maka digunakan tekukan 12d pada jenis kait 900. Pada
penggunaan jenis kait 1350 digunakan tekukan 6d. Sebagaimana menurut SNI 2847-2013 pada poin 7.1.3 tentang sengkang dan kait pengikat yaitu :
1) Batang tulangan D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90 derajat ditambah perpanjangan 6db pada ujung bebas batang tulangan; atau 2) Batang tulangan D-19, D-22, dan D-25, bengkokan 90 derajat ditambah
perpanjangan 12db pada ujung bebas batang tulangan; atau
3) Batang tulangan D-25 dan yang lebih kecil, bengkokan 135 derajat ditambah perpanjangan 6db pada ujung bebas batang tulangan.
b. Panjang sambungan besi
Berdasarkan SNI 2847-2013 panjang standart sambungan adalah 40d.
Sama seperti overlapping, jika panjang sambungan melebihi standar yang ditentukan (lebih dari 40d), maka akan terjadi pemborosan material. Ini dapat meningkatkan biaya proyek tanpa memberikan manfaat tambahan bagi kekuatan strukturapabila dipasang lebih maka akan terjadi pemborosan.
Sedangkan apabila panjang sambungan kurang dari yang ditentukan (kurang dari 40d), daya tarik antar sambungan akan tidak tercukupi. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan struktural karena sambungan tidak mampu menahan beban yang diterapkan.
c. Panjang Tumpuan dan Lapangan
Berdasarkan SNI 2847-2013, Tulangan tumpuan umumnya
ditempatkan pada tepi bentang apabila kolom dan pada balok diletakkan di bagian atas dan bawah dengan jarak sekitar ¼ dari jarak bentang (L).
Sedangkan, tulangan lapangan ditempatkan di tengah bentang (L) dan berjarak sekitar ½ dari jarak bentang (L). Tulangan tumpuan harus ditempatkan dengan benar di daerah tumpuan untuk menangani momen negatif, sedangkan tulangan lapangan harus ditempatkan di tengah bentang untuk menangani momen positif. Pemahaman dan penerapan yang tepat dari standar ini adalah kunci untuk desain dan konstruksi yang aman dan efisien.
d. Panjang overlapping
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 2847-2013, panjang standar overlapping tulangan adalah 40 kali diameter tulangan (40d). Standar ini telah ditetapkan untuk memastikan koneksi yang kuat antara tulangan yang bertemu. Overlapping atau sambungan tumpang tindih adalah cara
menyambung dua batang tulangan dengan menempatkannya bersebelahan dan mengikatnya sehingga bekerja sebagai satu kesatuan. Jika overlapping terlalu pendek, ada risiko bahwa antar tulangan tidak akan terhubung dengan baik, yang dapat mengurangi kekuatan struktural dari sambungan tersebut.
e. Data berat besi ulir
Tabel 2. 1 Data Berat Besi Ulir
Tabel 2.1 adalah data berat besi ulir adalah informasi mengenai berat besi ulir per satuan panjangnya. Besi ulir adalah besi yang memiliki
permukaan bergelombang atau berulir dan digunakan sebagai tulangan pada konstruksi beton bertulang. Data berat besi ulir sangat penting dalam
perencanaan dan perhitungan struktur beton bertulang karena berat besi ulir akan mempengaruhi kekuatan dan stabilitas struktur bangunan. Data berat besi ulir biasanya dinyatakan dalam satuan kilogram per meter (kg/m) atau
kilogram per batang (kg/btg) dan dapat bervariasi tergantung pada ukuran dan kualitas besi yang digunakan.
BAB III METODOLOGI 3.1 Deskripsi Proyek
PT. Bina Karya (Persero) saat ini tengah mengerjakan Proyek Gedung Pringgodigdo, yang merupakan gedung Fakultas Hukum Universitas Airlangga di kampus B. Proyek ini mencakup pembangunan gedung setinggi 14 lantai ditambah 1 lantai atap, dengan luas bangunan sebesar 23.379,9 meter persegi dan tinggi
bangunan mencapai 77,394 meter. Gedung ini dirancang untuk mendukung aktivitas akademik dan administratif Fakultas Hukum Universitas Airlangga, menyediakan fasilitas yang modern dan memadai untuk mahasiswa dan staf pengajar dengan visualisasi seperti gambar 3.1.
Gambar 3. 1 Visualisasi Gedung Pringgodigdo
Fungsi dari gedung Pringgodigdo sendiri yaitu sebegai fasilitas pendidikan mahasiswa/i Fakultas Hukum Universitas Airlangga. Sesuai dengan gambar 3.2 Gedung Pringgodigdo Universitas Airlangga Kampus B ini terdiri dari 1 lantai parkir,1 lantai dasar, 2 lantai public area, 3 lantai untuk ruang kelas, 1 lantai moot court, 1 lantai ruang ujian, 2 lantai ruang dosen, 1 lantai ruang rekan dan kaprodi, 1 lantai ruang sidang doktoral, 1 lantai auditorium, dan 1 lantai atap. Dengan adanya desain ini, Gedung Pringgodigdo diharapkan dapat mendukung berbagai ativitas akademik dan administrative secara optimal, memberikan lingkungan belajar yang
modern dan kondusif bagi seluruh civitas akademika Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
Gambar 3. 2 Tinggi dan Fungsi Setiap Lantai
Di dalam proyek ini, terdapat hubungan kerjasama antara berbagai pihak perusahaan. Universitas Airlangga merupakan owner (pengguna jasa) yang bekerja sama dengan PT. Bina Karya (Persero) sebagai Manajemen Kontruksi Pengawas.
Terdapat pula kerjasama operasi dengan PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.
selaku Konraktor Pelaksana Tugas, dan PT. Yodya Karya selaku Konsultan Perencana.
3.2 Data Umum Proyek
Data Uraian
Nama Proyek Proyek Gedung Pringgodigdo Universitas Airlangga
Lokasi Proyek Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan, Airlangga, Kec. Gubeng, Kota Surabaya, Jawa Timur, 60286 Penyedia Jasa PT. PP (Persero) Tbk
Konsultan Pengawas PT. Bina Karya (Persero) Konsultan Perencana PT. Yodya Karya (Persero) Pemberi Tugas dan
Sumber Dana Universitas Airlangga
Nomor Kontrak 01.02.001/UN3.24/PL/PPK/2023 Tanggal Kontrak 01 Februari 2023
Nilai Kontrak Rp. 170.420.874.000,- System Pembayaran Monthly Payment Jenis Kontrak Unit Price
Luas Bangunan 23.379,9 m2
Lingkup Pekerjaan Struktur, Arsitektur, Mekanikal Elektrikal, dan Plumbing
Waktu Pelaksanaan 540 Hari Kalender (1 Februari 2023 s.d Juli 2024) Waktu Pemeliharaan 360 Hari Kalender (Agustus 2024 s.d Juli 2025)
Tabel 3. 1 Data Proyek
Tabel 3.1 menampilkan informasi tentang proyek pembangunan Gedung Pringgodigdo, termasuk lokasi, tinggi, tahap pembangunan, kerja sama, pengawasan, ruang baru, penandatanganan kontrak, waktu, tempat, dan sebagainya.
No. Lantai Total Bangunan
Elevas i
H (m) Luasan (m2) Keliling
1 Lantai Parkir 0 4 2082,08 366,77
2 Lantai Dasar 4 4,5 2082,08 366,77
3 Lantai 1 8,5 4,5 1405,04 255,41
4 Lantai 2 13 4,5 1938,3 343,12
5 Lantai 3 17,5 4,5 1477,04 267,25
6 Lantai 4 22 4,5 1477,04 267,25
7 Lantai 5 26,5 4,5 1477,04 267,25
8 Lantai 6 31 4,5 1477,04 267,25
9 Lantai 7 35,3 4,5 1477,04 267,25
10 Lantai 8 40 4,5 1477,04 267,25
11 Lantai 9 44,5 4,5 1477,04 267,25
12 Lantai 10 49 4,5 1477,04 267,25
13 Lantai 11 53,5 4,5 1477,04 267,25
14 Lantai 12 58 5 1550,64 279,36
15 Atap 63 0 1028,4 193,46
Total 23379,9 4210,14
Tabel 3. 2 Data Tiap Lantai Gedung Pringgodigdo
Tabel 3.2 yang menjelaskan tentang elevasi, luasan, tinggi tiap lantai, dan keliling dari gambar perencanaan proyek pembangunan Gedung Pringgodigdo.
3.3 Lokasi Proyek
Gambar 3. 3 Lokasi Spesifik Proyek Gedung Pringgodigdo
Pada gambar 3.3 dapat diketahui Proyek Gedung Pringgodigdo ini berada di Fakultas Hukum, Universitas Airlangga Kampus B tepatnya di Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan, Airlangga, Kec. Gubeng, Kota Surabaya, Jawa Timur, 60286.
3.4 Struktur Organisasi Proyek 3.4.1 Pengertian Umum
Struktur organisasi proyek secara umum dapat diartikan dua orang atau lebih yang melaksanakan suatu ruang lingkup pekerjaan secara bersama – sama dengan kemampuan dan keahliannya masing – masing untuk mencapai suatu tujuan sesuai yang direncanakan. Pada setiap perencanaan dan pembangunan suatu proyek perlu adanya sistem organisasi kerja yang diharapkan dapat memberikan hasil efisien, tepat waktu serta dengan kualitas yang tinggi. Dalam pembentukan sistem ini harus jelas dalam mengatur batasan wewenang dan tanggung jawab, hak dan kewajiban dari pihak terkait, serta sanksi-sanksi yang
berlaku apabila terjadi pelanggaran. Seperti pada Gambar 3.4, dimana instansi yang terkait dalam pembangunan Gedung Pringgodigdo Universitas Airlangga :
1. Pemilik Proyek : Universitas Airlangga 2. Konsultan Manajemen
Konstruksi
: PT. Bina Karya (Persero) 3. Kontraktor : PT. Pembangunan Perumahan
(Persero) Tbk.
4. Konsultan Perencana PT. Yodya Karya
Gambar 3. 4 Hubungan Kerja Antar Unit Proyek Pembangunan Gedung Pringgodigdo
3.4.2 Struktur Organisasi Proyek
Manajemen suatu proyek harus saling berhubungan dan harus berjalan sesuai peraturan yang telah ditentukan. Bagaimana hal tersebut merupakan fungsi adanya struktur organisasi proyek. Dengan adanya struktur organisasi yang menghasilkan manajemen proyek yang baik dan teratur dalam suatu proyek, maka dapat menunjang keberhasilan dan kelancaran proyek hingga tujuan dari proyek dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Secara garis besar unsur- unsur pengelola proyek yang terlibat di dalam proyek pembangunan Gedung Pringgodigdo Universitas Airlangga adalah sebagai berikut :
1. Pemilik Proyek/Owner
2. Konsultan Manajemen Konstruksi (Pengawas) 3. Kontraktor
4. Konsultan Perencana Perencana
Keempat unsur tersebut mempunyai fungsi dan peranan masing-masing. Fungsi dan peranan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pemilik Proyek / Owner
Pemilik proyek atau lebih dikenal dengan istilah owner adalah perseorangan atau badan hukum/instansi baik swasta maupun pemerintah yang memiliki sumber dana untuk membuat suatu bangunan yang dan berkeinginan mewujudkan suatu proyek, memberikan pekerjaan bangunan serta membayar biaya pekerjaan bangunan. Dalam proyek pembangunan Gedung Pringgodigdo Universitas Airlangga ini pemilik proyek yaitu Universitas Airlangga. Adapun tugas dan wewenang dari pemilik proyek / owner adalah sebagai berikut :
a. Mempunyai ide/gagasan sesuai dengan rencana-rencananya.
b. Menyediakan dana dan lahannya untuk pelaksanaan proyek.
c. Mengambil keputusan terakhir yang mengikat mengenai pembangunan proyek.
d. Mempunyai wewenang mutlak dalam menentukan dan mengangkat manajemen konstruksi, perencana serta pelaksana proyek.
e. Mengeluarkan surat perintah kerja mengenai pembangunan pelaksanaan proyek sesuai dengan dokumen kontrak.
f. Bersama dengan manajemen konstruksi ikut mengawasi
pelaksanaan pekerjaan, berhak memberi instruksi-instruksi kepada pelaksana proyek secara langsung maupun tidak langsung (melalui manajemen konstruksi).
g. Mengesahkan semua dokumen pembayaran atas pembayaran yang harus diberikan kepada pelaksana proyek.
h. Mempunyai wewenang penuh terhadap proyek sehingga berhak menerima/menolak perubahan-perubahan pekerjaan serta pekerjaan tambah dan pekerjaan kurang.
i. Berhak menolak pekerjaan-pekerjaan bila tidak sesuai dengan gambar rencana, bilamana perlu mencabut tugas pelaksana proyek tersebut bila dianggap tidak mampu melaksanakan pekerjaan.
j. Meminta pertanggung jawaban pada semua unsur terkait sebelum masa pemeliharaan habis terjadi kerusakan, sebagaimana ditetapkan bersama.
Sedangkan tanggung jawab owner/pemilik proyek adalah sebagai berikut:
a. Memelihara hubungan kerja secara professional.
b. Membuat keputusan yang tepat sesuai dengan waktunya.
c. Memberikan dana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek.
d. Menerima suatu pekerjaan apabila telah sesuai dengan persyaratan.
2. Konsultan MK
Konsultan MK ditunjuk langsung oleh owner proyek untuk mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh kontraktor dan memberikan laporan kegiatan kepada owner. Dalam Proyek Pembangunan Gedung Pringgodigdo Universitas Airlangga ditunjuk PT. Bina Karya sebagai Konsultan MK. Tugas dan tanggung jawab konsultan pengawas adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pengawasan pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor sesuai dengan spesifikasi Rencana Kerja dan Syarat- syarat serta gambar kerja.
b. Melakukan pengawasan manajemen, pembayaran dan semua yang berhubungan dengan pelaksanaan di lapangan sesuai dengan kriteria tugas yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak .
c. Mengawasi kemajuan pelaksanaan dan mengambil tindakan yang cepat dan tepat agara batas waktu pelaksanaan minimal sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
d. Memberikan masukan, pendapat teknis tentang penambahan atau pengurangan biaya dan waktu pekerjaan.
e. Memberikan bantuan dan petunjuk kepada kontraktor dalam mengusahakan perijinan sehubungan dengan pelaksanaan pembangunan.
3. Kontraktor
Kontraktor merupakan pihak berbadan hukum yang memiliki tugas untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi proyek sesuai dengan
persyaratan, prosedur, dan biaya konstruksi yang sudah disepakati. Pada Proyek Pembangunan Gedung Pringgodigdo Universitas Airlangga Kampus B – Surabaya diberikan tugas kepada PT. PP (Persero), Tbk.
sebagai kontraktor utamanya.
Tugas dan tanggung jawab kontraktor adalah sebagai berikut :
a. Bertanggung jawab atas penempatan bahan baku dan material yang dipakai dalam pelaksanaan sesuai spesifikasi.
b. Bertanggung jawab atas penempatan personil proyek dengan keahlian yang sesuai dengan jabatan pada struktur organisasi dari kontraktor.
c. Bertanggung jawab atas kebenaran hasil pelaksanaan sesuai dengan spesifikasi.
d. Menyusun strategi untuk mempercepat suatu pekerjaan agar tepat waktu sesuai dengan kontrak.
e. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan dan bulanan.
f. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat.
g. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikan sesuai ketetapan yang berlaku.
4. Konsultan Perencana
Konsultan Perencana bertugas untuk merancang dan merencanakan struktur sesuai dengan keinginan owner dengan mempertimbangkan banyak aspek seperti lingkungan sekitar pembangunan proyek, jenis tanah, model bangunan. Dalam Proyek Pembangunan Gedung Pringgodigdo Universitas Airlangga Kampus B – Surabaya PT. Yodya Karya dipilih sebagai Konsultan Perencana.
Tugas dan tanggung jawab konsultan perencana adalah sebagai berikut : a. Menampung dan mengembangkan informasi-informasi yang
diberikan oleh pemilik mengenai konstruksi yang akan direncanakan.
b. Membuat sketsa rencana.
c. Membuat rencana laur.
d. Membuat gambar kerja (tampak, potongan, dan detail-detail) e. Membuat spesifikasi Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) f. Mempersiapkan pelelangan.
g. Menerbitkan Surat Perintah Kerja (SPK).
5. Sub Kontraktor
Pada pembangunan suatu proyek, pastinya terdapat kerjasama antara perusahaan kontraktor utama dengan badan hukum lainnya untuk membantu pekerjaan pada bidang tertentu, yang biasanya disebut dengan sub kontraktor. Pada Proyek Pembangunan Gedung Pringgodigdo sub kontraktor yang berperan Krakatau Steel dan Hanil Jaya Steel (Pembesian) dan Varia Usaha Beton dan Dynamix (Pemasok Beton Ready Mix dan site mix)
3.4.3 Struktur Organisasi Konsultan
Konsultan Mk adalah perseroan atau badan hukum yang menerima pekerjaan dalam hal mengawasi apa yang telah dilakukan oleh pihak pengawas.
Mengawasi dan mengecek sesuai dengan perencanaan dan penyelenggraan yang telah dibuat oleh perencana. Bukan hanya itu, konsultan MK bekerja untuk mengawasi segala pekerjaan di lapangan sesuai dengan biaya yang telah
ditentukan sesuai dengan gambar rencana, peraturan dan syarat-syarat yang telah ditentukan.
Gambar 3. 5 Struktur Organisasi Konsultan MK Pada Proyek Pembangunan Pringgodigdo Universitas Airlangga
Gambar 3.5 merupakan struktur organisasi Konsultan MK yang dipegang oleh PT. Bina Karya (Persero) pada proyek pembangunan Gedung
Pringgodingdo Universitas Airlangga
Setiap bagian dari Konsultan MK pada proyek ini adalah PT. Bina Karya (Persero), memiliki tugas dan wewenang masing-masing dalam pengawasan Proyek Pembangunan Gedung Pringgodingdo Universitas Airlangga yang akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Koordinator Cabang Surabaya
Koordinator yang dimaksud dalam hal ini adalah koordinator PT.
Bina Karya pada cabang Surabaya. Koordinator cabang adalah seorang yang bertanggung jawab mengkoordinasikan dan mengawasi berbagai aspek operasional perusahaan atau organisasi di wilayah cabang tersebut.
a. Bertanggung jawab dalam membuat laporan kepada atasan mengenai pelaksanaan perkerjaan dan melakukan evaluasi kinerja secara berkala dengan tujuan untuk membantu memastikan bahwa target dan
progress yang terjadi di lapangan
b. Mengkoordinasikan tim yang bekerja di cabang perusahaan dnegan melibatkan pengawasan, peneltian, dan memberikan arahan teknis untuk memastikan.
2. Team Leader
Team Leader adalah individu yang bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan dan mengawasi tim proyek konstruksi dari awal hingga akhir. Mereka memiliki peran yang sangat penting dalam memastikan proyek berjalan dengan lancar, tepat waktu, serta sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan oleh perusahaan. Orang yang terpilih menjadi team leader biasanya memiliki latar belakang, pengalaman, serta
pemahaman yang kuat di industri konstruksi khususnya tentang proses dan praktik yang terkait. Tugas dan tanggung jawabnya yaitu :
a. Mengkoordinasikan dan mengawasi seluruh tim proyek konstruksi dari awal hingga akhir.
b. Memastikan proyek berjalan lancar, tepat waktu, dan sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan.
c. Memiliki latar belakang dan pengalaman yang kuat di industri konstruksi, termasuk pemahaman mendalam tentang proses dan praktik terkait.
d. Mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang muncul selama proyek.
e. Melakukan komunikasi efektif dengan semua anggota tim dan pemangku kepentingan lainnya.
3. Tenaga Administrasi
Tenaga administrasi adalah seseorang yang bertanggung jawab di lingkup administratif di sebuah perusahaan atau proyek. Mereka berperan penting dalam menjaga kelancaran operasional dan mengkoordinasikan berbagai kegiatan administratif. Tugas dan tanggung jawabnya yaitu :
a. Menangani kegiatan administratif harian proyek.
b. Mengelola dokumen, jadwal, dan korespondensi proyek.
c. Menyediakan dukungan administrasi untuk memastikan kelancaran operasional.
d. Mengkoordinasikan kegiatan antara berbagai departemen dan pihak eksternal.
e. Memastikan kepatuhan terhadap prosedur administratif dan kebijakan perusahaan.
4. Tenaga Ahli Sipil
Tenaga Ahli Sipil memiliki peran yang penting dalam proses pembangunan suatu bangunan. Mereka berperan dalam merancang,
merencanakan, mengawasi, dan mengelola berbagai aspek konstruksi untuk memastikan bahwa proyek berjalan lancar, aman, dan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Tugas dan tanggung jawabnya yaitu :
a. Bertanggung jawab atas perencanaan, desain, dan pengawasan konstruksi struktur bangunan.
b. Melakukan analisis teknis dan studi kelayakan.
c. Menyediakan solusi rekayasa untuk masalah yang muncul selama konstruksi.
d. Memastikan bahwa proyek sesuai dengan standar teknik dan peraturan yang berlaku.
e. Bekerja sama dengan arsitek, insinyur, dan pihak lain untuk mencapai tujuan proyek.
5. Tenaga Ahli Arsitek
Ahli Arsitektur, atau arsitek, memiliki tanggung jawab yang penting dalam proyek konstruksi, terutama dalam aspek desain arsitektur. Mereka tidak hanya berfokus pada estetika bangunan, tetapi juga pada
fungsionalitas, keamanan, dan keberlanjutan. Tugas dan tanggung jawabnya yaitu :
a. Bertanggung jawab atas desain arsitektur bangunan.
b. Mengembangkan konsep desain yang estetis dan fungsional.
c. Menghasilkan gambar dan rencana arsitektur.
d. Berkolaborasi dengan tenaga ahli sipil, mekanikal, dan elektrikal untuk memastikan integrasi desain yang mulus.
e. Memastikan bahwa desain memenuhi peraturan zonasi, kode bangunan, dan standar keselamatan.
6. Tenaga Ahli Mekanikal
Tenaga Ahli Mekanikal, atau sering disebut sebagai insinyur mekanikal, adalah profesional yang terlatih untuk merancang, menguji, memelihara, dan memperbaiki peralatan mekanikal. Mereka memainkan peran penting dalam berbagai proyek teknik, termasuk konstruksi, manufaktur, dan industri lainnya. Tugas dan tanggung jawabnya yaitu :
a. Merancang, menguji, memelihara, dan memperbaiki sistem dan peralatan mekanikal.
b. Memastikan bahwa sistem mekanikal berfungsi dengan efisien dan aman.
c. Melakukan analisis kinerja dan pemeliharaan preventif.
d. Mengatasi masalah teknis dan melakukan perbaikan jika diperlukan.
e. Bekerja sama dengan tim lainnya untuk mengintegrasikan sistem mekanikal dengan aspek lain dari proyek.
7. Tenaga Ahli Elektrikal
Tenaga Ahli Elektrikal dalah seorang yang memiliki tanggung jawab yang penting untuk memastikan listrik pada proyek berjalan dengan baik. Juga turut memastikan keandalan, keamanan, dan efisiensi seluruh sistem listrik dalam proyek. Tenaga Ahli Elektrikal akan memastikan bahwa sistem listrik proyek berjalan dengan baik, aman, dan efisien sesuai dengan tujuan proyek dan kebutuhan pengguna.Tugas dan tanggung jawabnya yaitu :
a. Merancang dan mengawasi instalasi sistem listrik.
b. Memastikan keandalan, keamanan, dan efisiensi sistem listrik.
c. Melakukan pengujian dan inspeksi terhadap instalasi listrik.
d. Memperbaiki masalah listrik dan memastikan kepatuhan terhadap kode dan standar listrik.
e. Mengembangkan rencana pemeliharaan dan operasi untuk sistem listrik.
8. Tenaga Ahli K3 Konstruksi
Tenaga Ahli K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Konstruksi adalah seseornag yang memiliki tanggung jawab utama untuk memastikan bahwa semua aspek keselamatan dan kesehatan kerja dipatuhi selama pelaksanaan proyek konstruksi berlangsung. Tugas dan tanggung jawabnya yaitu :
a. Memastikan bahwa semua aspek keselamatan dan kesehatan kerja dipatuhi selama proyek berlangsung.
b. Melakukan inspeksi rutin dan audit keselamatan.
c. Mengidentifikasi risiko dan mengembangkan langkah mitigasi.
d. Memberikan pelatihan keselamatan kepada pekerja.
e. Mengelola laporan kecelakaan dan investigasi insiden.
9. Drafter CAD/CAM
Drafter adalah seorang profesional yang bertanggung jawab untuk menghasilkan gambar teknik yang diperlukan dalam berbagai proyek konstruksi, termasuk proyek sipil, arsitektur, mekanik, dan listrik. Tugas dan tanggung jawabnya yaitu :
a. Menghasilkan gambar teknik menggunakan perangkat lunak CAD/CAM.
b. Menginterpretasikan sketsa dan spesifikasi teknis untuk membuat gambar detail.
c. Memastikan akurasi dan konsistensi dalam semua gambar teknik.
d. Berkolaborasi dengan insinyur dan arsitek untuk memastikan bahwa gambar memenuhi spesifikasi proyek.
e. Memperbarui dan memelihara dokumen desain sepanjang proyek.
10. Cost Estimator
Cost Estimator adalah seorang profesional yang bertanggung jawab untuk memperkirakan biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek konstruksi. Tugas ini melibatkan analisis rinci tentang semua aspek proyek, termasuk material, tenaga kerja, peralatan, waktu, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi biaya total. Tugas dan tanggung jawabnya yaitu:
a. Melakukan estimasi biaya proyek konstruksi.
b. Mengumpulkan dan menganalisis data biaya dari berbagai sumber.
c. Mengembangkan anggaran dan proyeksi biaya.
d. Menyediakan laporan biaya dan rekomendasi untuk pengendalian biaya.
e. Bekerja sama dengan tim proyek untuk memastikan bahwa estimasi biaya akurat dan realistis.
3.5 Flowchart Pekerjaan
Gambar 3. 6 Flowchart Pekerjaan sebelum melakukan Quality Control
Gambar 3.6 merupakan flowchart sebelum melakukan pekerjaan Quality Control. Alat dan bahan harus dipersiapkan terlebih dahulu. Lalu, bisa dilanjut dengan pelaksanaan quality control.
Gambar 3. 7 Manajemen Pelaksanaan Quality Control Kolom
Dilanjutkan dengan manajemen pelaksanaan quality control checklist kolom.
Sebagaimana sesuai dengan gambar 3.7.
Gambar 3. 8 Manajemen Pelaksanaan Quality Control Balok
Sebagaimana gambar 3.8 merupakan flowchart manajemen pelaksanaan quality control checklist balok.
Gambar 3. 9 Manajemen Pelaksanaan Quality Control Plat
Gambar 3.9 merupakan flowchart manajemen pelaksanaan quality control checklist balok
Gambar 3. 10 Flowchart Pekerjaan Quantity Surveyor
Gambar 3. 10 merupakan flowchart manajemen pelaksanaan pekerjaan Quantity Surveyor perhitungan volume tulangan balok pada proyek pembangunan Gedung Pringgodigdo.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Manejemen Pelaksanaan Quality Control
4.1.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam mengerjakan bekisting sistem konvensional yaitu:
1. Meteran
Gambar 4. 1 Meteran
Meteran adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur akurasi panjang, jarak, ataupun dimensi objek dengan satuan tertentu seperti meter ataupun centimeter. Bergantung kepada kebutuhan spesifik, meteran juga memiliki berbagai bentuk. Dilengkapi dengan skala sebagai penunjuk yang mempermudah pengguna untuk membaca dan mencatat hasil pengukuran secara akurat.
2. Penggaris Waterpass
Gambar 4. 2 Waterpass
Penggaris waterpass disini digunakan pada saat checklist kolom yang cukup tinggi. Jika menggunakan meteran, sangat sulit untuk mendeteksi angkanya, maka digunakanlah penggaris waterpass agar dapat membaca dengan jelas. Dengan demikian, pengukuran dapat terlihat dengan jelas.
3. Hal yang akan di Quality Control Checklist (kolom, balok, serta plat lantai yang sudah selesai terpasang tetapi belum di cor)
Kolom adalah salah satu struktur vertikal yang bertugas untuk menopang beban lantai atau atap di atasnya. Kolom sering kali terbuat dari bahan seperti beton bertulang, baja yang ditempatkan secara vertikal di sepanjang bangunan dengan jarak tertentu untuk memberikan dukungan struktural. Kolom harus dirancang untuk mempertimbangkan beban yang diterimanya serta kondisi lingkungan dan iklim di lokasi proyek untuk
memastikan keandalan dan kinerja yang optimal dalam jangka panjang, serta menjaga integritas struktural dan keselamatan bangunan.
Balok merupakan elemen struktural juga. Berbeda dengan kolom, balok merujuk pada elemen struktural yang dipasang secara horizontal.
Dimana fungsinya yaitu untuk meopang beban lantai atau atap serta untuk mentransfer beban ke kolom atau dinding penopang di sekitarnya. Balok sering kali terbiuat dari bahan seperti beton bertulang, baja, dan mereka ditempatkan di atas kolom atau dinding untuk membentuk kerangka struktural bangunan. Sangat penting dalam merancang dan membangun kolom dengan tepat sesuai dengan persyaratan teknis dan keamanan yang relevan agar dapat menjaga integritas struktural dan keselamatan bangunan secara keseluruhan.
Plat lantai mengacu pada elemen horizontal yang membentuk lantai atau langit-langit suatu bangunan. Plat lantai biasanya terbuat dari bahan beton bertulang, atau komposit lainnya serta ditempatkan secara horizontal
dianatar balok untuk membentuk tingkat atau lantai bangunan. Digunakan untuk menopang beban hidup, beban mati, serta beban lateral.
Gambar 4. 3 Checklist
Gambar 4.3 menunjukkan keadaan ketika tulangan kolom, balok, atau plat lantai telah selesai dirakit dan siap untuk di checklist oleh pihak
pengawas.
4. Denah dan detail kolom, balok dan plat lantai
Gambar detail kolom, balok, dan plat lantai digunakan sebagai pegangan dalam melakukan checklist. Hal ini bertujuan untuk memastikan apakah tulangan yang terpasang sudah sesuai dengan gambar denah rencana dan gambar detail atau tidak. Kegiatan dilakukan dengan membandingkan keadaan di lapangan dengan gambar rencana yang sudah dibuat. Adanya hal tersebut, maka pengawas akan lebih mudah dalam mengecek dan mengoreksi kesalahan yang terjadi. Harapannya, apa yang dikerjakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Untuk mencapai kualitas yang diharapkan.
Gambar 4. 4 Denah Kolom
Gambar 4.4 merupakan contoh gambar denah kolom pada proyek pembangunan Gedung Pringgodigdo.
Gambar 4. 5 Detail Kolom
Gambar 4.5 merupakan contoh gambar detail kolom pada proyek pembangunan Gedung Pringgodigdo.
Gambar 4. 6 Denah Balok
Gambar 4.6 merupakan contoh gambar denah balok pada proyek pembangunan Gedung Pringgodigdo.
Gambar 4. 7 Detail Kolom
Gambar 4.7 merupakan contoh gambar detail balok pada proyek pembangunan Gedung Pringgodigdo.
Gambar 4. 8 Denah Plat
Gambar 4.8 merupakan contoh gambar denah plat lantai pada proyek pembangunan Gedung Pringgodigdo. Detail balok dalam proyek konstruksi memiliki beberapa fungsi penting yang berperan dalam memastikan
keselamatan, kekuatan, dan efisiensi struktur bangunan. Detail balok
memastikan bahwa dimensi balok dan jumlah serta penempatan tulangan (rebar) memenuhi persyaratan desain untuk menopang beban yang diterapkan.
4.1.2 Manajemen Pelaksanaan Quality Control 4.1.2.1 Quality Control Kolom
1. Mengukur panjang tumpuan dan lapangan
Mengukur panjang tumpuan dan lapangan dilakukan untuk
memastikan bahwa semua elemen struktur bangunan ditempatkan dengan tepat.
Gambar 4. 9 Batas Tumpuan Dan Lapangan Pada Kolom
Dimulai dengan mengukur panjang tumpuan dan lapangan pada kolom. Panjang tumpuan ¼ L dan panjang lapangan ½ L seperti gambar 4.9.
Dimana L adalah tinggi dari kolom itu sendiri.
Gambar 4. 10 Decking/Tahu Beton
Pengukuran akan lebih mudah dilakukan karena antara tumpuan dan lapangan di proyek ini biasanya ditunjukkan dengan adanya decking (tahu beton) di sekililingnya dengan contoh seperti gambar 4.10. Selain berfungsi sebagai pembatas, tahu beton juga memilki fungsi untuk memastikan tulangan tetap berada pada di tengah dan tidak menyentuh bekisting agar menjaga struktur terselimuti beton. Sebagai pelindung supaya tulangan tidak mengalami korosi dan kerusakan akibat lingkungan eksternal.
2. Mengukur panjang dan menganalisis ketepatan letak overlapping
Gambar 4. 11 Overlapping pada kolom
Overlapping pada kolom dalam konstruksi merujuk pada sebuah metode penyambungan atau penggabungan dua batang besi tulangan yang bertemu di sebuah kolom. Panjang overlapping yang digunakan pada kolom di proyek ini yaitu sebesar 40d seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.11.
Jadi, panjang overlapping bergantung pada diameternya besi tulangannya.
Dimana, pada Gedung Pringgodigdo ini terdapat beberapa dimensi kolom.
3. Mengukur jarak antar sengkang
Sengkang kolom adalah istilah yang dipergunakan dalam dunia konstruksi yang dipasang dalam arah lateral dengan jarak teretntu sesuai dengan yang sudah diperhitungkan dan ditetapkan. Sebagai pengekang agar gaya aksial suatu kolom tetap menyatu dan tidak pecah. Bersifat sangat krusial (penting), dimana fungsinya untuk meningkatkan inti beton agar konstruksi bangunan makin kuat.
Gambar 4. 12 Sengkang Pada Kolom
Seluruh tulangan sudah diperhitungkan dan ditetapkan se-efisien mungkin. Salah satunya, tulangan sengkang pada gambar 4.12. Diameter dan jumlahnya pun sudah diperhitungkan dengan baik. Begitupun dengan jarak antar sengkangnya. Menurut perhitungan, biasanya jarak sengkang di bagian tumpuan lebih rapat dibandingkan dengan jarak sengkang pada bagian
lapangan. Ketika semua langkah pada sebelum-sebelumnya telah selesai dengan benar sesuai yang sudah direncanakan, maka selanjutnya dilakukan pemasangan bekisting oleh pihak pelaksana, yaitu PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.
Gambar 4. 13 Detail Sengkang Kolom
Gambar detail sengkang pada kolom pada gambar 4.13 memberikan informasi yang sangat penting untuk perencanaan dan pengawasan konstruksi.
Komponen-komponen yang terdapat dalam gambar tersebut berupa informasi tentang ukuran dan bentuk kolom, seperti panjang, lebar, dan tinggi.Informasi tentang tulangan utama yang digunakan dalam konstruksi kolom, seperti diameter, panjang, dan jenis tulangan. Dan informasi tentang sengkang yang digunakan dalam konstruksi kolom, seperti ukuran, jenis, dan jumlah
sengkang. Gambar detail sengkang harus sangat diperhatikan karena sudah diperhitungkan dan direncanakan dengan baik oleh perencana. Hal ini penting untuk memastikan bahwa konstruksi kolom sesuai dengan desain dan dapat menopang beban yang diberikan.Memeriksa bekisting serta kebersihannya secara visual.
4. Memeriksa bekisting serta kebersihannya secara visual
Setelah bekisting selesai, hal yang harus diperiksa oleh pihak pengawas adalah apakah bekisting tersebut layak pakai atau tidak. Jika ada lubang ataupun cacat harus dan wajib hukumnya untuk segera dibenahi. Baik itu ditambal dengan plester, diganti, ataupun sebagainya. Hal tersebut
dilakukan agar saat proses pengecoran berjalan dengan lancar. Tidak ada kebocoran saat pengecoran yang mengakibatkan beton (cor) keluar. Serta memastikan kebersihan didalam strukturnya. Tidak ada sampah didalamnya agar sampah tidak ikut dalam proses pengecoran.
5. Check Verticality Column
Check Verticality Column dilakukan ketika kolom yang sebelumnya sudah di checklist sudah terpasang bekisting. Kemudian, yang dilakukan pihak pengawas adalah melakukan checklist kembali terhadap kolom tersebut.
Check Verticality Column adalah suatu tugas yang melibatkan pemeriksaan atau pengecekan terhadap keteraturan atau kesejajaran tiang (kolom) pada suatu struktur bangunan. Pengecekan ini dilakukan untuk memastikan bahwa tiang-tiang tersebut tegak lurus (vertikal) dan tepat di tengah (center), sesuai dengan spesifikasi dan standar yang ditetapkan.
Diawali dengan perhitungan untuk menentukan apakah kolom sudah tepat ditengah atau tidak. Menghitung jarak garis pinjaman luar dengan garis yang lurus dengan tepi kolom sebelum dipasang bekisting lalu dilanjut menghitung jarak antara garis pinjaman luar dengan bekisitng bagian luar.
Dimana garis pinjaman yang dipakai untuk perhitungan centering kolom pada proyek ini sebesar 30 cm dari garis yang lurus dengan tepi kolom atau dari tepi kolom itu sendiri. Dengan tebal bekisiting yang digunakan di proyek ini ada 2 jenis, yaitu bekisting tebal 2 cm atau bekisting dengan tebal 1,5 cm.
Gambar 4. 14 Garis Pinjaman kolom
Jika ingin mengetahui apakah pemasangan bekisting sudah benar, jarak antara garis pinjaman luar dengan garis lurus dengan tepi kolom harus 30 cm dikurangi dengan tebal bekisting yang dipakai seperti gambar 4.14.
Apabila memakai bekisting 2 cm, maka panjang jarak antara garis pinjaman luar dengan garis lurus tepi kolom haruslah 30 cm dikurangi dengan 2 cm yaitu sebesar 28 cm. Apabila menggunakan bekisting 1,5 cm, maka panjang jarak antara garis pinjaman luar dengan garis lurus tepi kolom haruslah 30 cm dikurangi dengan 1,5 cm yaitu sebesar 28,5 cm. Begitu seterusnya, dilakukan pada seluruh kolom. Apabila perbedaan selisih, maka harus mengubah push pull pada bagian pendukung bekisting kolomnya.
Gambar 4. 15 Bagian Push Pull Pada Pendukung Bekisting Kolom
Gambar 4.15 bagian Push Pull pada pendukung bekisting kolom digunakan sebagai penyangga bekisting kolom. Terpasang dari kaki Base Plate ke Lock Beam (sabuk) Kolom melalui connector khusus. Bagian-bagian tersebut berguna demi kestabilan bekisting saat dipasang.
Gambar 4. 16 Memeriksa Jarak Pinjaman
Dilanjut dengan menganalisis, apakah kolomnya sudah berdiri lurus?
Hal ini dilakukan dengan sangat mudah. Karena pada setiap kolom yang sudah diberi bekisting, di sisinya dapat melihat adanya paku dan benang yang dipasang secara vertikal pada bekisting kolomnya. Menganalisis, apakah jarak antara bekisting bagian atas dengan benang bagian atas sama dengan jarak antara bekisting bagian bawah dengan benang di bagian bawah seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.16. Ketika di bagian atas jaraknya 3 cm maka di bagian bawah juga harus 3cm. Jika berbeda maka harus digerakkan bagian push pull yang tegak pada kolom.
Gambar 4. 17 Benang pada Kolom
Gambar 4.17 menunjukkan adanya benang pada bekisting secara vertikal. Digunakan untuk menunjukkan apakah bekisting dalam keadaan tegak atau tidak.
Gambar 4. 18 Dokumentasi Jarak Antara Benang Dengan Beksiting Atas dan Bawah
Gambar 4.18 menunjukkan kegiatan pengukuran jarak bekisting dengan benang untuk mengetahui apakah bekisting atas dan bawah dalam keadaan rata atau tidak. Ukur jarak antara bekisting atas dan bawah pada beberapa titik di sepanjang benang untuk memastikan kerataan. Biasanya, pengukuran dilakukan di beberapa titik yang berbeda untuk mendapatkan
gambaran yang akurat. Setiap pengukuran selalu didokumentasikan untuk dilaporkan.
6. Penutupan bagian bawah kolom setelah selesai checklist
Gambar 4. 19 Keadaan Kolom Bagian Bawah Sebelum dan Sesudah Dipasang Penutup Menggunakan Kayu
Setelah semua kesalahan selesai direvisi, biasanya bagian bawah kolom selalu di tutup. Biasanya menggunakan adukan semen ataupun kayu hingga bagian bawahnya tertutup sempurna seperti gambar 4.19. Untuk apa?
untuk selanjutnya dilakukan pengecoran. Agar bagian bawah dari kolom tidak berlubang dan proses pengecoran pun berjalan dengan baik. Sehingga,
meminimalisir terjadinya kebocoran atau adonan beton yang keluar dari cetakan bekisting. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi pemborosan material yang disebabkan adanya kebocoran. Sehingga, volume beton yang direncanakan sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.
4.1.2.2 Quality Control Balok
1. Mengukur panjang tumpuan dan lapangan
Gambar 4. 20 Panjang Tumpuan dan Lapangan Balok
Pengukuran panjang tumpuan dan lapangan pada balok merupakan langkah penting dalam proses konstruksi untuk memastikan struktur balok kuat dan stabil. Berikut adalah uraian langkah-langkah untuk mengukur panjang tumpuan dan lapangan pada balok, di mana panjang tumpuan adalah
¼ L dan panjang lapangan ½ L, dengan L adalah panjang bentang balok dari satu kolom ke kolom lainnya seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.20.
2. Mengidentifikasi ukuran tulangan menurut jenis baloknya
Gambar 4. 21 Detail Balok
Di dalam proyek ini, terdapat lima macam balok yang ditunjukkan pada gambar 4.21. Dimana setiap jenis balok terdapat perbedaan baik dari segi ukuran maupun jumlah tulangannya. Mengenai hal tersebut, sangat perlu
untuk di cek kembali agar menciptakan kesesuaian hingga keselamatan terhadap apa yang telah direncanakan. Harus mengidentifikasi ukuran
diameter tulangannya apakah sudah sesuai dengan yang direncanakan. Berikut adalah data ukuran dari setiap jenis balok yang ada
3. Mengukur jumlah tulangan dan penepatan peletakannya pada balok Menurut data dari gambar 4.21 Maka dapat diketahui jumlah tulangannya di setiap bagian. Baik itu di tulangan atas bagian tumpuan dan lapangan, tulangan di tumpuan bawah bagian tumpuan dan lapangan, tulangan torsi, ataupun tulangan sengkang di bagian tumpuan dan lapangan. Bukan hanya menghitung jumlah tulangan sesuai dengan bagiannya, pihak pengawas juga harus meneliti apakah peletakan tulangannya sudah sesuai dengan bagiannya (tumpuan dan lapangan) serta gambar rencananya.
4. Mengukur jarak sengkang
Melihat gambar 4.21 lagi, maka ditemukan jarak sengkang pada setiap bagian (tumpuan dan lapangan) pula. Karena hal tersebut juga berdasarkan hasil perhitungan perencana, maka juga sangat penting untuk dicek. Jarak antar sengkang apakah sesuai dengan data perencana. Apabila banyak kesalahan, maka akan dijadikan memo untuk pelaporan secara berkala.
5. Memeriksa bekisting serta kebersihannya secara visual
Setelah bekisting selesai, hal yang harus diperiksa oleh pihak pengawas adalah apakah bekisting tersebut layak pakai atau tidak. Jika ada lubang ataupun cacat harus dan wajib hukumnya untuk segera dibenahi. Baik itu ditambal dengan plester, diganti, ataupun sebagainya. Hal tersebut
dilakukan agar saat proses pengecoran berjalan dengan lancar. Tidak ada kebocoran saat pengecoran yang mengakibatkan beton (cor) keluar. Serta memastikan kebersihan didalam strukturnya. Tidak ada sampah didalamnya agar sampah tidak ikut dalam proses pengecoran.
4.1.2.3 Quality Control Plat Lantai
1. Mengukur ketinggian plat lantai (tebal plat lantai)
Mengukur apakah tebal plat lantai telah sesuai dengan yang
direncanakan, yaitu 0,15m atau setara dengan 15cm. Sesuai dengan data dan design yang telah direncanakan. Tentukan beberapa titik pengukuran yang tersebar merata di seluruh permukaan plat lantai. Ini penting untuk
memastikan bahwa tebal plat seragam di seluruh area. Mengecek cakar ayam telah terpasang dengan baik
Gambar 4. 22 Cakar Ayam pada Pelat Lantai
Cakar ayam (korset) yang ditunjukkan pada gambar 4.22 adalah pemisah antara besi atas dan besi bawah pada plat lantai. Ini membantu mengatur posisi besi tulangan agar tetap terpisah dan terdistribusi dengan baik dalam struktur beton. Dengan menjaga jarak yang tepat antara tulangan atas dan bawah, cakar ayam membantu memastikan bahwa lapisan selimut beton (cover concrete) memiliki ketebalan yang sesuai. Selimut beton yang cukup melindungi tulangan dari korosi dan kerusakan akibat kondisi lingkungan.
2. Mengecek ikatan tulangan plat dengan balok disekitarnya
Gambar 4. 23 Ikatan Tulangan Pelat Dengan Balok
Antara tulangan plat yang berada dekat balok dengan tulangan balok itu sendiri akan diikat menggunakan bendrat. Hal itu merupakan salah satu cara yang cukup efektif untuk mengikat struktur beton bersama-sama dalam konstruksi bengunan. Dengan demikian, bendrat akan menembah kekuatan tambahan pada sambungan antara balok dan pelat. Penggunaan bendrat untuk mengikat balok dan plat merupakan praktik standart dalam konstruksi beton bertulang untuk memastikan kekuatan, kestabilan, dan kinerja struktural yang optimal.
3. Mengecek ikatan antar tulangan plat dan jarak antar tulangannya
Bendrat digunakan untuk mengikat batang-batang tulangan sehingga membentuk kerangka yang kokoh. Pengikatan ini penting agar tulangan tidak bergeser atau berubah posisi selama proses pengecoran.
Gambar 4. 24 Ikatan Tulangan Pelat Lantai
Dengan mengikat tulangan pada titik-titik tertentu, bendrat membantu menjaga jarak yang tepat antara tulangan atas dan bawah serta memastikan bahwa tulangan tetap pada posisi yang direncanakan. Gambar 4.24
menunjukkan bendrat yang mengikat antar tulangan-tulangan pada pelat lantai.
4. Mengecek penempatan beton decking
Beton decking adalah cetakan beton yang memiliki ketebalan
bervariasi yang disesuaikan dengan ketebalan selimut beton. Digunakan untuk menjaga jarak selimut beton. Beton decking berperan penting dalam
memastikan bahwa jarak selimut beton sesuai dengan rencana awal
pembangunan. Keberadaan beton decking pada plat lantai juga untuk menjaga tulangan plat lantai bagian bawah tetap berada ditempatnya dan tidak
menempel pada bekisting. Sehingga tulangan tetap berada didalam selimut beton tidak ada yang melebihi batasan yang telah ditentukan.
Gambar 4. 25 Decking Pelat Lantai
Gambar 4.25 merupakan contoh penempatan decking beton yang diikatkan dengan bantuan bendrat pada tulangan pelat lantai. Hal ini dilakukan
agar tulangan pelat bagian bawah tidak menyentuh pada bekisting. Sehingga selimut beton dapat melapisi tulangan dengan baik.
5. Memeriksa bekisting dan kebersihannya secara visual
Setelah bekisting selesai, hal yang harus diperiksa oleh pihak pengawas adalah apakah bekisting tersebut layak pakai atau tidak. Jika ada lubang ataupun cacat harus dan wajib hukumnya untuk segera dibenahi. Baik itu ditambal dengan plester, diganti, ataupun sebagainya. Hal tersebut
dilakukan agar saat proses pengecoran berjalan dengan lancar. Tidak ada kebocoran saat pengecoran yang mengakibatkan beton (cor) keluar. Serta memastikan kebersihan didalam strukturnya. Tidak ada sampah didalamnya agar sampah tidak ikut dalam proses pengecoran.
6. Green Flag
Berdasarkan prosedur manajemen pelaksanaan Quality Control yang telah diterapkan, apabila semua checklist telah selesai direvisi, dalam keadaan sudah benar, dan siap untuk dilakukan pengecoran maka diadakannya
pelaksanaan green flag. Green flag menandakan bahwa semua tahapan persiapan telah selesai dan siap untuk dilanjutkan ke tahap pengecoran. Green flag juga bertujuan sebagai bentuk dokumentasi resmi atas selesainya proses checklist. Proses checklist yang telah selesai dan diverifikasi oleh pihak pelaksana dan pihak pengawas didokumentasikan dengan jelas. Hal ini mencakup semua revisi dan pengecekan yang telah dilakukan.