• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran karakteristik usia, usia menarche, siklus menstruasi, keluhan menstruasi dan cara mengatasi keluhan menstruasi pada

Negeri 5 Samarinda Tahun 2019

B. Pembahasan

1. Gambaran karakteristik usia, usia menarche, siklus menstruasi, keluhan menstruasi dan cara mengatasi keluhan menstruasi pada

58

59

pendidikan yaitu SD yang dimulai pada saat usia 6 tahun menempuh pendidikan selama 6 tahun menjadi berusia 12 tahun, SMP selama 3 tahun menjadi berusia 15 tahun, lalu dilanjutkan ke jenjang SMA pada saat kelas X & XI menjadi usia berkisar 16-17 tahun. Di usia rentang 16-17 tahun, remaja sudah mengalami pubertas khususnya pada remaja putri yang ditandai dengan sudah mengalami menstruasi.

b. Usia menarche

Hasil statistik siswi SMA Negeri 5 Samarinda pada kelompok jahe sebagian besar mengalami menstruasi pertama kali pada usia 12 tahun yaitu sebanyak 8 siswi dengan presentase 36,4% dan sebagian kecil mengalami haid pertama kali pada usia 14 tahun yaitu sebanyak 3 siswi dengan presentase 13,6%. Sedangkan pada kelompok kombinasi sebagian besar mengalami menstruasi pertama kali pada usia 12 tahun yaitu sebanyak 10 siswi dengan presentase 45,5% dan sebagian kecil mengalami haid pertama kali pada usia 11, 13, dan 14 tahun yaitu masing-masing sebanyak 4 siswi dengan presentase 18,2%.Hal ini berarti sebagian besar responden mengalami menstruasi pertama kali (menarche) pada usia 12 tahun.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Qoyyimah pada tahun 2018 tentang “Pengaruh Pemberian Kombinasi air rebusan Zingiber Officinale Var Rubrum Rhizoma Dengan Mentha Piperita Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada Remaja Putri di SMA Muhammadiyah Boarding School Klaten” yang menyatakan

60

sebagian besar responden pada penelitian mereka memiliki usia Menarche 12 tahun (Qoyyimah and Fentorini, 2018)

Dalam siklus hidup seorang wanita secara normal akan mengalami menarche pada usia 11-13 tahun, masa reproduksi pada usia 14-45 tahun dan monopause pada usia 45-55 tahun (Prawirohardjjo, 2009)

Menurut peneliti, menarche dapat terjadi pada rentang usia 11- 13 tahun karena pada usia tersebut tubuh remaja sudah mulai siap dengan adanya perubahan perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi serta secara psikologis sudah mengerti dengan perubahan yang dialami pada saat pubertas. Cepat atau lambatnya kejadian menarche juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti status gizi, psikologis, gaya hidup dan lingkungan sekitar.

c. Siklus menstruasi

Hasil statistik siswi SMA Negeri 5 Samarinda dalam kelompok jahe menurut siklus menstruasi sebagian besar memiliki siklus menstruasi teratur dengan siklus 28 hari yaitu sebanyak 8 siswi dengan presentase 36,4%, dan sebagian kecil memiliki siklus menstruasitidak teratur dengan siklus 35 hari yaitu sebanyak 1 siswi dengan presentase 4,5%. Sedangkan pada kelompok kombinasi sebagian besar memiliki siklus menstruasi teratur dengan siklus 30 hari yaitu sebanyak 9 siswi dengan presentase 40,9%, dan sebagian kecil memiliki siklus menstruasi teratur dengan siklus 31 hari yaitu sebanyak 1 siswi dengan

61

presentase 4,5% dan siklus 35 hari yaitu sebanyak 1 siswi dengan presentase 4,5%. Hal ini menunjukkan sebagian besar responden memiliki siklus menstruasi 28 dan 30 hari.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ramli dan Santy pada tahun 2017 menyebutkan bahwa dari 117 responden mereka, sebagian besar memiliki siklus menstruasi 29-30 hari (Abdul, 2015). Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Putri terdapat hasil mayoritas respondennya memiliki siklus menstruasi normal selama 21-35 hari sebesar 65%. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa jarak siklus menstruasi berkisar antara 15-45 hari dengan rata- rata 28 hari (Putri, 2017)

Siklus menstruasi adalah jarak antara mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya mestruasi berikutnya. Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus yang klasik ialah 28 hari (Abdul, 2015)

Menurut peneliti, siklus menstruasi pada normalnya berkisar 21-35 hari. Panjang siklus menstruasi setiap orang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh beberapa hal seperti hormon yang diproduksi tubuh, asupan nutrisi, aktivitas sehari-hari, keadaan psikis dan tingkat stress yang dialami. Remaja dengan tingkat stress yang tinggi akan mengalami perubahan siklus menstruasi pada dirinya, bisa menjadi lebih cepat ataupun lebih lambat. Hal ini disebabkan karena pada saat

62

stress, hormon-hormon di dalam tubuh tidak bekerja efektif seperti biasanya.

d. Keluhan menstruasi

Hasil statistik siswi SMA Negeri 5 Samarinda yang digolongkan dalam keluhan yang dimiliki saat menstruasi pada kelompok jahe seluruhnya memiliki keluhan kram pada perut bagian bawah yaitu sebanyak 22 siswi dengan presentase 100%, dan sebagian kecil memiliki keluhan kurang nafsu makan yaitu sebanyak 1 siswi dengan presentase 4,5%. Sedangkan pada kelompok kombinasi sebagian besar mmiliki keluhan saat menstruasi nyeri menyebar ke pinggang yaitu sebanyak 17 siswi dengan presentase 77,3 %, dan sebagian kecil memiliki keluhan kurang nafsu makan yaitu sebanyak 1 siswi dengan presentase 4,5%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada saat menstruasi memiliki keluhan kram pada perut bagian bawah dan nyeri yang menyebar ke pinggang.

Pada umumnya wanita merasakan keluhan berupa nyeri atau kram perut menjelang haid yang dapat berlangsung hingga 2-3 hari, dimulai sehari sebelum mulai haid (Andriani, 2013).

Menurut peneliti, mayoritas pada remaja usia sekolah, saat sedang menstruasi memiliki lebih banyak keluhan dibandingkan dengan wanita dewasa. Hal ini disebabkan karena pada remaja usia sekolah kegiatan-kegiatan yang dilakukan lebih banyak dan kompleks seperti kegiatan belajar mengajar, ulangan harian dan ujian akhir

63

semester, kegiatan ekstrakulikuler dan beberapa kegiatan lainnya yang dilakukan di luar sekolah.

e. Cara mengatasi keluhan

Hasil statistik siswi SMA Negeri 5 Samarinda yang digolongkan dalam cara mengatasi keluhan saat menstruasi pada kelompok jahe sebagian besar mengatasi keluhan menstruasi dengan cara lainnya antara lain tidur yaitu sebanyak 12 siswi dengan presentase 54,5%, dan sebagian kecil mengatasi keluhan menstruasi dengan cara kompres hangat yaitu sebanyak 2 siswi dengan presentase 9,1%. Sedangkan pada kelompok kombinasi sebagian besar mengatasi keluhan menstruasi dengan cara lainnya antara lain tidur yaitu sebanyak 12 siswi dengan presentase 54,5%, dan sebagian kecil mengatasi keluhan menstruasi dengan cara kompres hangat yaitu sebanyak 2 siswi dengan presentase 9,1%. Hal ini menunjukkan sebagian besar responden mengatasi keluhan menstruasinya dengan cara tidur.

Pengurangan nyeri dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara farmakologi dan nonfarmakologi. Secara farmakologis nyeri dapat ditangani dengan terapi analgesik, namun penggunaan analgesik akan berdampak ketagihan dan akan memberikan efek samping obat yang berbahaya bagi pasien jika diminum dalam jangka panjang. Sedangkan secara nonfarmakologis penanganan nyeri

64

menstruasi dengan terapi herbal, yoga, kompres dingin atau hangat, massage atau distraksi(Suparmi and Musriyati, 2017)

Menurut peneliti, pada saat seseorang mengalami nyeri, tubuh dan pikiran akan merespon dengan segera untuk melakukan sesuatu yang dianggap dapat mengurangi nyerinya. Upaya yang dilakukan remaja untuk menangani nyerinya pada saat menstruasi dapat berupa pengaturan posisi, aroma terapi, kompres hangat, dan istirahat.

Mayoritas siswi SMA Negeri 5 Samarinda menangani nyeri menstruasinya dengan istirahat atau tidur. Pada saat istirahat atau tidur, tubuh akan merasa lebih nyaman dan rileks, sehingga siswi akan merasakan nyeri yang dialaminya berkurang.

2. Tingkat nyeri dismenore primer pada siswi SMA Negeri 5 Samarinda

Dokumen terkait