• Tidak ada hasil yang ditemukan

36

B. Gambaran Umum Objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief

37

 sebelah Selatan berbatasan dengan lahan milik penduduk dan pemukiman dan sebagian hutan lindung yang berbatasan Kabupaten Bulukumba.

Peta Situasi Taman Hutan Raya Abdul Latief dapat di lihat pada peta berikut :

Gambar 2. Peta Situasi Taman Hutan Raya Abdul Latief Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan

38 2. Kondisi Fisik

Berikut ini adalah kondisi fisik dari kawasanTahura Abdul Latief : a) Topografi

Kawasan Tahura Abdul Latief Sinjai dengan topografi landai, berbukit dan bergunung yang ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan pegunungan/dataran tinggi dan merupakan habitat anoa dan rusa. Kawasan Tahura Abdul Latif Sinjai memiliki beberapa jenis batuan, yaitu batuan kapur bergerigi, singkapan batuan beku pada dindingdinding pegunungan yang berkembang dari jaman kwarter tua.

Salah satu yang paling fenomena khas dari kawasan ini adalah sungai di atas gunung serta pemukiman gempa bumi runtuhan.

b) Tanah

Tanah pada wilayah Tahura Abdul Latief Sinjai merupakan tanah Latosol dan Andosol terbentuk dari bahan volkanik bersifat in ermedier. Andosol biasa dijumpai didaerah volkanik dengan ketinggian tempat antar 1.200-2.000 m dpl.

c) Iklim

Secara klimatoligis, Kecamatan Sinjai Borong yang terletak pada posisi iklim Musim Timur mempunyai curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 2.148 mm sampai dengan 3.392 mm/tahun, dengan jumlah curah hujan berkisar 147 - 188 hari hujan/tahun. Curah hujan per tahun di Stasiun Pengamat Manipi Kecamatan Sinjai Barat yaitu 2.148 mm. Rata-rata Bulan Basah (BB = curah hujan lebih dari 200 mm/bulan) yaitu 3 bulan, Bulan Lembab (BL = curah hujan 100 - 200 mm/

bulan) yaitu 6 bulan dan Bulan Kering (BK = curah hujan kurang dari 100

39

mm/bulan) yaitu 3 bulan. Tipe iklim di lokasi Pengelolaan Taman Hutan Raya di Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong menurut Oldeman termasuk Iklim Tipe D. Biasanya hujan terjadi pada bulan Nopember dan berakhir pada bulan Mei - Juli. Kelembaban udara di dalam kawasan Tahura Abd. Latief dan sekitarnya cukup tinggi, kelembaban mutlak memperlihatkan kisaran yang cukup rendah yaitu berkisar antara 80 % (siang hari) dan 97% (malam dan pagi hari). Suhu dibagian lembah berkisar antara 18 – 22C dan dibagian puncak antara 10 – 18C.

3. Sejarah Kawasan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 890/Menhut-II/1999 tanggal 14 Oktober 1999 telah ditunjuk areal di Propinsi Sulawesi Selatan seluas ± 3.299.005,2 hektar sebagai kawasan hutan diantaranya Kawasan Hutan Lindung Bulu Pattiroang pada Kelompok Hutan Lompobattang- Aparang, Kabupaten Sinjai Propinsi Sulawesi Selatan. Dimana sebagian Kawasan Hutan Lindung Bulu Pattiroang seluas ± 720 Ha tersebut diusulkan oleh Bupati Sinjai untuk diubah fungsi menjadi Taman Hutan Raya dengan tujuan konservasi kawasan, pelestarian potensi sumberdaya alam, penangkaran satwa, koleksi berbagai jenis tumbuhan dan pengembangan ekowisata dengan tetap mempertahankan bahkan meningkatkan fungsi perlindungan tata air di wilayah tersebut dan sekitarnya.

Sesuai amanat pasal 19 Undang-undang nomor 41 Tahun 1999, Tim Terpadu telah melaksanakan pengkajian di lapangan secara menyeluruh dan obyektif, sebagaimana Berita Acara Hasil Kajian tanggal 4 Nopember 2006 bahwa Tim Terpadu merekomendasikan Kawasan Hutan Lindung Bulu Pattiroang pada

40

Kelompok Hutan Lompobattang-Aparang, Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan memenuhi syarat untuk diubah fungsi menjadi Kawasan Pelestarian Alam dengan fungsi Taman Hutan Raya, karena memiliki potensi keindahan dan fenomena alam yang indah, yakni air terjun, Sumber air panas, padang savana, sungai diatas gunung, batuan kapur bergerigi, panorama alam dengan hawa yang sejuk dan jembatan alam tanah. Merupakan ekosistem asli hutan pegunungan primer dan sekunder dengan kenaekaragaman flora dan fauna yang khas dan tergolong endemik Sulawesi diantaranya jamur mahkota, anoa gunung (Bubalus quarlesi), Babi rusa (Babyrousa babyrussa), ayam hutan (Gallus gallus), pelatuk Sulawesi (Dendrocopos temminckii), rusa dan enggang. Memiliki potensi areal yang dapat dikembangkan untuk penangkaran satwa dan koleksi berbagai jenis tumbuhan.

Masyarakat di sekitar kawasan Hutan Lindung Bulu Pattiroang pada prinsipnya mendukung terbentuknya Taman Hutan Raya (Tahura) Sinjai supaya nantinya dapat meningkatkan nilai manfaat hutan lindung bagi masyarakat untuk dikembangkan pola-pola pembangunan kehutanan yang memberikan akses kepada masyarakat untuk mengelola dan menerima manfaat ekonomi langsung dari kawasan hutan melalui berbagai program seperti Pembangunan Hutan Penyangga Kopi, Hutan Serbaguna (dengan mengembangkan jenis buah-buahan), dan beberapa model agroforestry lainnya.

Pada tahun 1990-an, Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan bahwa setiap Provinsi diharapkan dapat mengembangkan minimal satu Taman Hutan Raya pada setiap provinsi. Kawasan Hutan Pattiroang dipilih karena memenuhi

41 berbagai kriteria sebagai Tahura antara lain :

1). Memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam seperti air terjun, pemandian, camping ground, jalur Forest Tracking dan berbagai potensi ekowisata lainnya serta untuk kegiatan lainnya;

2). Kawasan Pattiroang memiliki luas wilayah yang cukup untuk pengembangan koleksi tumbuhan dan/atau satwa;

3). Merupakan wilayah yang memiliki ciri khas ekosistem, karena menjadi bagian dari ekosistem Kelompok Hutan Lompobattang yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan khas. Selain itu, kawasan Pattiroang merupakan hulu dari Sub DAS Aparang yang menjadi penyangga kehidupan bagi masyarakat hulu dan bahkan Kota Sinjai dan sekitarnya.

Tahura Abdul Latief Sinjai awalnya berstatus sebagai kawasan Hutan Lindung Bulu Pattiroang yang batas-batasnya ditetapkan pada tahun 1982 berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian tanggal 12 Oktober 1982 No.

760/Kpts/Um/10/82, selanjutnya Pengesahan Menteri Kehutanan tanggal 30 April 1997 ditetapkan sebagai Hutan Lindung dan termasuk Kelompok Hutan Lompobattang Aparang dengan luas seluruhnya 6.965 Ha. Tahapan ditunjuknya Kawasan Taman Hutan Raya yang sebelumnya merupakan Kawasan Hutan Lindung Bulu Pattiroang sebagai berikut :

1. Surat Bupati Sinjai No. 522.51/777/Set tanggal 12 Juli 2004, Nomor:

522/236/SET tanggal 28 Pebruari 2005 dan Nomor 522/1357/Set tanggal 3 Desember 2007.

42

2. Rekomendasi Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 522/3007/SET tanggal 8 Juli 2005.

3. Dirjen PHKA (vide surat Nomor S.618/IV-KK/2004 tanggal 14 September 2004 dan Nomor S.271/IV-KK/2005 tanggal 6 Mei 2005).

4. Pertimbangan Teknis Dirjen PHKA Nomor s.27/IV-KK/2005 tanggal 16 Mei 2006

5. Menteri Kehutanan (vide surat Nomor S.529/Menhut-VII/2005 tanggal 14 September 2005).

6. Berita Acara Hasil Kajian Tim Terpadu tanggal 4 November 2006.

7. Surat persetujuan Prinsip Perubahan Fungsi Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan No. S.290/Menhut-VII/2008 tanggal 19 Mei 2008.

8. Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.267/Menhut-II/2008 Tanggal 1 Agustus 2008 Tentang Perubahan Fungsi sebagian Kawasan Hutan Lindung Bulu Pattiroang Pada Kelompok Hutan Lompobattang- Apareng ± 720 (Tujuh Ratus Dua Puluh) Hektar terletak di Kabupaten Sinjai, Propinsi Sulawesi Selatan menjadi Kawasan Pelestarian Alam dengan Fungsi Taman Hutan Raya.

9. Peraturan Bupati Sinjai Nomor 26 Tahun 2014 tanggal 30 Juni 2014 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Taman Hutan Raya Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai.

43 4. Visi, Misi dan tujuan Pengelolaan a). Visi

Visi merupakan pernyataan sikap mengenai kondisi ideal kawasan yang akan diwujudkan dalam jangka waktu tertentu di masa depan, dalam hal ini untuk jangka waktu 10 tahun (2016-2025). Penentuan visi pengelolaan Tahura Abdul Latief tidak lepas dari nilai penting kawasan berdasarkan mandat penunjukannya sebagai kawasan konservasi.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka visi pengelolaan Taman Hutan Raya Abdul Latief adalah “Taman Hutan Raya Abdul Latief Sinjai Sebagai Pusat Konservasi Anoa, Media Edukasi dan Ekowisata Bersama Masyarakat”,

dengan visi tersebut Taman Hutan Raya Abdul Latief bercita – cita menjadi salah satu daerah tujuan pengamatan anoa di Indonesia yang berkonstribusi positif bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dengan tetap memegang prinsip-prinsip kelestarian ekosistemnya.

b). Misi

Berdasarkan visi tersebut, ditetapkan misi pengelolaan Taman Hutan Raya Abdul Latief Sinjai, yaitu :

a. Mempertahankan keutuhan kawasan dan keanekaragaman hayati bernilai penting bagi ekosistem TAHURA Abdul Latief.

b. Mengoptimalkan jasa lingkungan kawasan melalui pengembangan ekowisata dan menciptakan kawasan tahura yang ramah terhadap anoa.

c. Menciptakan kebun koleksi tanaman dataran tinggi d. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat.

44

e. Menciptakan wisata alam yang berdaya saing.

f. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

c). Tujuan Pengelolaan

Pengelolaan Taman Hutan Raya Abdul Latief Sinjai bertujuan untuk :

a. Perlindungan ekosistem dan keanekaragaman hayati bernilai penting bagi Taman Hutan Raya Abdul Latief ditujukan untuk mencegah dan membatasi kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas manusia, kebakaran hutan, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaannya.

b. Memepertahankan, menjaga dan melindungi habitat anoa dan rusa denganmenciptakan kawasan konservasi yang ramah untuk berkembang biak serta meningkatkan populasi spesies bernilai penting bagi ekosistem seperti jenis-jenis yang merupakan spesies kunci (key spesies), spesies endemik, spesies terancam punah serta spesies lainnya yang bernilai ekonomi bagi masyarakat.

c. Menciptakan kebun koleksi berbagai jenis tanaman dataran tinggi .

d. Sebagai wadah kebersamaan dalam membangun Kabupaten Sinjai, dengan memberikan ruang kepada semua pihak/ stakeholder yanga ada untuk berperan serta dalam pengembangan Taman Hutan Raya Abdul Latief Sinjai.

e. Sebagai Tempat Ekowisata yang unggul karena nyaman, mendidik dan membumi bersama masyarakat sekitar.

f. Menjadi sumber kehidupan masyarakat, khususnya yang bermukim disekitar

45

kawasan Taman Hutan Raya Abdul Latief Sinjai, dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan, disamping itu dengan adanya Blok Tradisional untuk pengembangan Kopi Organik yang dikelola dan hasilnya akan dinikmati oleh masyarakat setempat.

5. Struktur organisasi

Struktur organisasi menjelaskan bagaimana tugas kerja akan dibagi, dikelompokkan dan dikoordinasikan secara formal. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan diantara fungsi, bagian atau posisi maupun orang-orang yang menunjukkan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dari setiap jabatan yang ada.

Kerangka organisasi tersebut disebut sebagai desain organisasi dan bentu spesifik dari kerangka kerja organisasi dinamakan dengan struktur organisasi (Stephen P.

Robbins, 2007).

Untuk memenuhi volume dan beban kerja di tingkat pemangkuan serta karena tuntutan kebutuhan dan efektifitas dalam pencapaian visi dan misi pengelolaan, maka stuktur organisasi dan tata kerja UPT Pengelolaan Tahura Abdul Latief tersebut sebagaimana Gambar 2 sebagai berikut :

46

Gambar 2. Struktur organisasi dan tata kerja UPT Pengelolaan Taman Hutan Raya Abdul Latief Kabupaten Sinjai.

6. Aksesibilitas

Aksesibilitas menuju kawasan Tahura Abdul Latief berjarak antara ± 60 km dari Kota Sinjai dan dapat ditempuh dalam waktu ± 60 menit dan terdiri atas jalan beraspal sepanjang ± 53,5 km dan jalan hosmix dan rabat beton ± 6,5 km kondisi jalan aspal yang cukup baik. Untuk menuju lokasi Tahura Abdul Latief dari Makassar dapat ditempuh dengan beberapa rute sebagai berikut:

 Makassar – Gowa – Takalar – Jeneponto – Bantaeng- Bulukumba- Sinjai 222 Km (5jam);

 Makassar – Maros – Bone – Sinjai – sepanjang 183 Km (4 jam);

 Makassar – Gowa (Malino) – Manipi – Sinjai Borong – sepanjang 153 Km (3,5 jam);

7. Sarana dan Prasarana

Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan faktor penting dalam pengembangan suatu obyek wisata. Sarana dan prasarana yang telah tersedia diantaranya dapat dilihat dari Tabel 3.

47

Tabel 3. Jenis, Luas dan Kondisi Sarana dan Prasarana Tahura Abdul Latief

No. Jenis barang

Jumlah (Unit,Buah)/

Panjang (m)

Kondisi Keterangan

1 2 4 5 6

1. Kantor UPTD Pengelolaan Tahura

1 Baik dan

berfungsi -

2. Pos Jaga 1 Rusak ringan Perlu Rehab

3. Pintu Gerbang 2 Rusak ringan Perlu perhatian dan pemeliharaan 4. Villa/Balai Pertemuan 2 1 rusak berat

1 baik

Perlu perhatian dan Pemeliharaan 5.

Jalan Tracking rabat beton

±780 Baik Perlu pembenahan

6. Jalan Tracking Wisata (alam)

1.000 Rusak Perlu pemeliharaan dan penataan

7. Jalan Tracking Wisata (dekat Villa lama)

±500 Rusak Perlu perbaikan atau pemeliharaan

8. Embung 3 1 baik

1 rusak ringan 1 rusak berat

Perlu perbaikan atau pemeliharaan

9. Menara pemantau 1 Baik Perlu pembenahan

10. Papan Nama TAHURA (Beton)

1 Baik Sudah dilakukan

pengecatan ulang

11. MCK 2 Baik -

12. Gasebo 2 Baik -

13. Kursi Busa/Besi 6 Baik dan

berfungsi

-

14. Meja Biro 5 Baik dan

berfungsi

- 15.

16. Lemari Arsip 2 Baik dan

berfungsi

-

17. Tiang bendera (bambu) 1 Rusak ringan Perlu perhatian /penggantian 18. Ginset/Penerangan 2 1 Rusak 1 baik

dan berfungsi

Perlu ada jaringan listrik

18. Tempat Ginset/Gudang

1 Rusak ringan Perlu perbaikan atau pemeliharaan 19. Bak Penampungan Air 1 Rusak

berat/tidak berfungsi

Perlu perbaikan dan kelengkapan perpipaan

20. Kandang Satwa 5 1 rusak ringan

4 baik

Perlu pemeliharaan dan perbaikan

Sumber : Data UPTD Pengelolaan Tahura Abdul Latief

48 8. Potensi Wisata Alam

Tahura Abdul Latief memiliki berbagai macam potensi alam didalamnya, berikut ini adalah potensi wisata alam yang ada dalam kawasan Tahura :

a. Potensi Flora dan Fauna

Potensi flora di kawasan Tahura Abdul Latief memiliki kekhasan tersendiri.

Disamping memiliki keanekaragaman hayati karena merupakan satu kesatuan dengan kawasan Gunung Lompobattang, kawasan Tahura Abdul Latief juga memiliki areal pemanfaatan tradisional dengan tanaman buah-buahan. Pada areal dengan kondisi tegakan yang baik seperti pada blok perlindungan kita dapat jumpai pemandangan khas hutan hujan tropis seperti pohon-pohon besar dengan beranekaragam jenis yang yang akan memberikan pengalaman menarik bagi yang melintasinya dan jika dilihat dari kejauhan akan menghasilkan hamparan pepehonan yang hijau dan indah.

Dari hasil identifikasi dan wawancara dengan masyarakat sekitar, diperoleh beberapa jenis tanaman dan beberapa jenis diantaranya berpotensi sebagai tanaman obat. Jenis tanaman tersebut didominasi oleh: Mahoni (Swietenia mahagoni), Kesambi (Seleichera oleosa), Klokos (Syzygium javanica), Sono Keling (Dalbergia sp.), Beringin (Ficus sp.), Rajumas (Duabanga moluccana), Buak Oda (Palaquium poetida), Gaharu (Disoxylum sp.), Sengon (Paraserianthes falcataria), Jenitri (Elaeocarpus ganitrus), Nangka (Arthocarpus integra), dan Kemiri (Aleurites moluccana), Leda (Eucalyptus deglupta). Sedangkan untuk

49

vegetasi tingkat bawah di dominasi oleh: Anggrek (Cymbidium simulans rople), Paku Gunung (Pteris sp.), Pakis Hutan (Angiopteris evecta).

Potensi fauna yang berhasil diidentifikasi baik perjumpaan langsung maupun berdasarkan informasi masyarakat pada wilayah tahura terdapat 38 jenis antara lain: Biawak (Varanus salvator), Kera (Macaca sp.), Babi Hutan (Sus vittatus), Lutung (Presbitis cristata), Rusa (Rusa timorensis), Ular Piton (Phyton timorensis), dan Kuskus beruang (Ailurops ursinus). Untuk satwa jenis Aves didominasi oleh Ayam Hutan (Gallus specdiv), Burung Kecial (Zosterops palpebrosus), Burung Tekukur Hutan, Burung Ganggang, Burung Salessere, dan Cikong-cikong.

Tabel 4. Jenis Satwa Yang Teridentifikasi di Lokasi Pengamatan Air Terjun Wae Lulu’e Kawasan Tahura Abdul Latief

No Jenis satwa Nama satwa

1 Aves Burung Salessere

2 Aves Burung ganggang

3 Aves Burung cikong-cikong

4 Aves Burung Tekukur Hutan

5 Aves Burung kecial

6 Aves Burung raja udang

7 Mamalia Kera

8 Mamalia Monyet

9 Insecta Kupu-kupu

10 Reptil Biawak

11 Reptil Kadal

12 Reptil Ular piton

Sumber : Data UPTD Pengelolaan Tahura Abdul Latief

50

Hasil pengamatan pada lokasi Air Terjun Wae Lulu’e dan sekitarnya dijumpai 12 jenis satwa terdiri dari 6 jenis burung, 2 jenis mamalia, 1 jenis serangga, dan 3 jenis reptil sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 5. Jenis Satwa Yang Teridentifikasi Di Lokasi Pengamatan Air Panas Belerang Kawasan Tahura Abdul Latief Kabupaten Sinjai

No Jenis satwa Nama satwa

1 Aves Burung kluing

2 Aves Burung tegunggung

3 Aves Burung punglor hitam

4 Aves Burung kloncer

5 Aves Burung tong-tong suit

6 Aves ayam hutan

7 Mamalia Babi hutan

8 Mamalia Rusa

9 Insecta Kupu-kupu

10 Reptil Biawak

Sumber : Data UPTD Pengelolaan Tahura Abdul Latief

Pengamatan di lokasi Air Panas Belerang dijumpai 10 jenis satwa ,terdiri dari 6 jenis burung, 2 jenis mamalia, 1 jenis insecta dan 1 jenis Reptil, sebagaimana pada Tabel 3.

51 9. Potensi Pegunungan

Tahura Abdul Latief berada pada ketinggian 1.200 - 2.000 mdpl dengan kondisi kelerengan lahannya bervariasi dari datar, landai, agak curam sampaisangat curam dengan kelerengan 15 – 40 % dan 5 – 15 %. Dengan ketinggian yang lebih tinggi dari kawasan sekitarnya, pada titik-titik tertentu kawasan Tahura Abdul Latief kita bisa menyaksikan pemandangan alam yang indah dari daerah yang berada di bawahnya.

Kondisi kelerengan yang bervariasi juga berpotensi menjadi daya tarik wisata. Dipadukan dengan jalan setapak yang dinaungi oleh vegetasi yang masih rapat pada beberapa lokasi bisa menjadi daya tarik bagi yang ingin menikmati kegiatan lintas alam atau kegiatan pengamatan satwa. Kondisi kelerengan yang beragam juga cocok untuk kegiatan olah raga minat khusus lainnya seperti sepeda gunung.

10. Potensi Air

Ciri khas dari kawasan pegunungan dengan kondisi tegakan yang masih baik adalah melimpahnya potensi air. Bisa berupa mata air, sungai dan air terjun.

Begitupula di kawasan Tahura Abdul latief. Sungai utama di kawasan Tahura abdul Latif adalah sungai Wae Lulu’e dan Wae buru’e yang mengalir sepanjang Tahura. Pertemuan kedua sungai ini telah dibendung dan dijadikan sumber baku PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Kabupaten Sinjai. Keberadaan sungai Wae Lulu’e menjadi daya tarik tersendri karena dibeberapa titik memiliki pemandangan yang indah yang bisa dimanfaatkan oleh para pengunjung sebagai tempat istirahat setelah menelusuri jalan setapak di Tahura. Potensi perairan

52

lainnya yaitu Wae Buru’e. Wae Buru’e ini mengeluarkan bau belerang yang biasa dijadikan obat gatal-gatal oleh masyarakat setempat.

Daya tarik utama dari potensi perairan di kawasan Tahura Abdul Latief adalah air terjun Wae Lulu’e dan Air Terjun Wae Buru’e berjarak sekitar 4 Km dan 6 KM dari pintu gerbang Tahura Abdul latief. Air terjun ini bisa dicapai dengan kendaraan roda dua lalu berjalan kaki. Keberadaan obyek wisata ini sudah dikenal luas oleh masyarakat, sehingga warga yang datang berkunjung kebanyakan berasal dari luar desa Batu Belerang. Debit air yang konstan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk menikmati kesejukan air terjun terutama saat musim kemarau.

11. Potensi Air panas Belerang

Kawasan Tahura Abdul Latief terdapat sumber mata air panas yang sering dikunjungi oleh masyarakat yaitu Air Panas Belerang. Air Panas Belerang merupakan wisata alam berupa sumber air panas belerang dimana masyarakat yang berkunjung ke Air Panas Belerang untuk melakukan kegiatan ritual budaya/

keagamaan sehingga keberadaan Air Panas Belerang ini oleh masyarakat sekitar masih dianggap memiliki nilai religius.

Sementara itu direncanakan pembebasan lahan untuk bumi perkemahan, lahan untuk taman bunga, pembuatan lokasi pengembangan lebah madu, ulat sutra, serta lokasi outbond. Di sekitaran kawasan wisata terdapat beberapa tempat penginapan, Kantin, serta warung kopi.

53

12.Kontribusi Objek Wisata Kabupaten Sinjai Tahun 2017-2019

Salah satu sektor yang sangat potensial untuk dikembangkan atau dapat dijadikan andalan bagi pemasukan pendapatan asli daerah (PAD) yaitu dari sektor pariwisata. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian nasional maupun daerah. Pemerintah melakukan berbagai upaya dalam mengembangkan sektor pariwisata, karena sektor pariwisata memiliki kontribusi dalam penerimaan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja.

Pesatnya perkembangan industri pariwisata akan berimbas pada penerimaan yang diterima oleh daerah di sektor pariwisata. Penerimaan sektor pariwisata bersumber dari pajak hotel dan restoran, pajak hiburan dan retribusi objek wisata berupa karcis masuk ke obyek wisata. Penerimaan sektor pariwisata inilah yang nantinya menjadi salah satu penambah pendapatan asli daerah (PAD). objek wisata berupa karcis masuk ke obyek wisata. Penerimaan sektor pariwisata inilah yang menjadi salah satu penambah pendapatan asli daerah (PAD). besarnya kontribusi tersebut ditentukan oleh besarnya jumlah wisaatawan yang berkunjung ke kabupaten sinjai yang kemudian dapat dilihat melalui tabel 6 dibawah ini:

54

Tabel 6 : Jumlah penerimaan Retribusi Obyek wisata Kabupaten Sinjai tahun 2017 - 2019

No. Objek Wisata

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2017 2018 2019

1. Taman Purbakala Batu Pake Gojeng

48.345.500 74.359.000 60.355.000 2. Air Terjun Lembang Saukang 3.612.500 6.135.000 7.500.000 3. Air Terjun Kembar 1.567.500 1.570.000 1.650.000 4. Taman Hutan Raya Abdul

Latief

1.000.000 40.600.000 62.400.000 5. Hutan Mangrove Tongke-

tongke

18.900.000 279.400.000 276.095.000 Jumlah 73.425.500 402.064.000 408.000.000 Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sinjai, Tahun 2020.

Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat di lihat bahwa Kontribusi retribusi Objek Wisata Kabupaten Sinjai mengalami peningkatan selama dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2019. Khususnya di Taman Hutan Raya Abdul Latief, Peningkatan Jumlah penerimaan retribusi dari tahun 2017 yaitu Sebesar Rp.1.000.000 mengalami peningkatan pada tahun 2018 Sebesar Rp. 40.600.000 kemudian mengalami peningkatan yang sangat pesat pada tahun 2019 yaitu sebesar Rp.62.400.000.

55

Adapun Jumlah Pengunjung Objek wisata Kabupaten Sinjai Tahun 2017- 2018 dapat di lihat pada tabel 7 Berikut :

Tabel 7 : Jumlah Pengunjung Obyek wisata Kabupaten Sinjai tahun 2017 – 2019

No. Objek Wisata

Jumlah Pengunjung

2017 2018 2019

1. Taman Purbakala Batu Pake Gojeng

19.724 16.000 13.345

2. Air Terjun Lembang Saukang 1.445 227 1.500

3. Air Terjun Kembar 627 379 330

4. Taman Hutan Raya Abdul Latief

200 7.600 12.600

5. Hutan Mangrove Tongke- tongke

4.100 58.400 59.425

Jumlah 26.096 82.606 87.200

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sinjai, Tahun 2020.

Tabel 7, Menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan dari tahun 2017- 2019, meningkat setiap tahunnya, jumlah kunjungan khususnya pada objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief terbesar terjadi pada tahun 2019 yaitu 12.600 sedangkan pada tahun sebelumnya yaitu di tahun 2017 hanya sebesar 200.

Peningkatan jumlah wisatawan tentu berpengaruh terhadap besarnya kontribusi sektor pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sinjai.

Salah satu alasan terjadinya Peningkatan jumlah penerimaan Retribusi serta peningkatan Jumlah pengunjung dari tahun ke tahun pada Objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief karena di dalam kawasan Objek wisata Tahura ini terdapat beberapa daya tarik wisata seperti Potensi Flora dan Fauna, Air Terjun Serta Air panas Belerang sehingga menambah minat pengunjung untuk datang dan melakukan aktifitas Wisata di tempat tersebut.

56

C. Partisipasi Masyarakat dalam pengembangan objek wisata Taman Hutan

Dokumen terkait