• Tidak ada hasil yang ditemukan

56

C. Partisipasi Masyarakat dalam pengembangan objek wisata Taman Hutan

57

Tahap pengambilan keputusan yaitu keikutsertaan masyarakat dalam rapat pengambilan keputusan yang dilaksanakan baik oleh pihak Dinas Terkait, oleh pengurus dan Pengelola Taman Hutan Raya Abdul Latief, maupun oleh Masyarakat serta pihak perangkat desa. Parameter yang digunakan untuk menentukan derajat partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan adalah keterlibatan dalam identifkasi masalah, perumusan tujuan, dan pengambilan keputusan terkait pengembangan wisata. Untuk mengetahui sejauh mana Partisipasi masyarakat sekitar Objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai, Maka dilakukan wawancara dengan informan Berinisial SL, selaku Sekertaris Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai mengemukakan bahwa :

“Kalau saya melihat partisipasi masyarakat Desa Batu Belerang dalam Upaya meningkatkan objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief tergolong kurang, karna kurang keterbukaan pihak-pihak pengelola untuk melibatkan masyarakat dalam hal partisipasi seperti rapat-rapat perencanaan sebuah program, hanya masyarakat tertentu saja yang sering ikut berpartisipasi, adapun partisipasi masyarakat biasanya hanya dalam bentuk kerja bakti, itupun sangat jarang di lakukan di sekitaran objek wisata..” (Hasil Wawancara bersama dengan Informan SL, tanggal 29 September 2019).

Selain daripada penjelasan dari Sekertaris Desa Batu Belerang, peneliti juga mewawancarai masyarakat yang terkait dengan indikator yang ingin di ketahui dan salah satunya adalah informan yang berinisial RD selaku masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief, mengemukakan bahwa :

“Mengenai hal Partisipasi dek, sebagian besar masyarakat disini itu kurang dilibatkan baik dalam bentuk rapat-rapat atau perencanaan

58

program program lainnya karena petugas serta pengelolanya kurang terbuka dan kurang akrab dengan masyarakat sekitar karna jarang melakukan sosialisasi-sosialisasi ataupun kegiatan lainnya yang melbatkan masyarakat. Disamping itu saya liat kebanyakan petugasnya dari daerah lain yang bekerja disitu”. (Hasil Wawancara bersama dengan Informan RD, tanggal 2 Oktober 2019).

Adapun hasil wawancara bersama dengan pihak pengelola terkait kebijakan apa saja yang akan di ambil untuk lebih memberdayakan masyarakat. Hasil wawancaranya adalah sebagai berikut :

“Upaya pemberdayaan masyarakat dilakukan secara bertahap melalui Prakondisi Pemberdayaan Masyarakat, Pembentukan dan Pembinaan Kelembagaan, Pendampingan Pemberdayan Masyarakat, Pembinaan dan Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif, Peningkatan Kapasitas Masyarakat, Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat, Pengembangan Kemitraan/Kolaborasi, Penetapan Daerah Penyangga, Monitoring dan Evaluasi. Itu semua akan di lakukan secara bertahap dengan melihat kondisi serta faktor-faktor pendukung lainnya.” (Hasil Wawancara bersama dengan Informan AR, tanggal 25 September 2019).

Selain dari penjelasan pihak pengelola di atas, peneliti juga mewawancarai masyarakat yang terkait dengan indikator yang ingin di ketahui dan salah satunya adalah informan yang berinisial HS selaku masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief, mengemukakan bahwa :

“kalau undangan-undangan misalnya rapat atau pertemuan-pertemuan khususnya di tahura menurut saya sangat minim, kami pun sebagai masyarakat kurang mengetahui rencana atau program apa saja yang akan di lakukan kedepannya”. (Hasil Wawancara bersama dengan Informan HS, tanggal 5 Oktober 2019).

Senada dengan apa yang di kemukakan oleh informan yang berinisial HS di atas, adapun pendapat informan berinisial SD adalah sebagai berikut :

“ya pernah di undang rapat, pada waktu itu kalau tidak salah rapat waktu mau di bangun ini tahura sama rapat penataan Blok, itupun Cuma sekali di

59

undang dan selanjutnya tidak ada lagi rapat-rapat susulan”. (Hasil Wawancara bersama dengan Informan SD, tanggal 25 September 2019).

Berdasarkan Hasil wawancara di atas, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam identifkasi masalah, perumusan tujuan, dan pengambilan keputusan terkait ini tergolong kurang di karenakan tidak adanya kegiatan rapat ataupun wadah diskusi yang di sediakan pengelola atau pihak terkait untuk masyarakat mengeluarkan ide-ide atau pemikirannya.

Di kesempatan yang sama peneliti melakukan wawancara Dengan informan WH untuk mengetahui apa-apa saja bentuk partisipasi masyarakat dalam hal perencanaan. Adapun Hasil wawancaranya adalah sebagai berikut :

“Pernah di undang rapat pada waktu itu baru mau di bangun tahura.

Banyak warga hadir pada waktu itu untuk mengetahui apa-apa saja hasil rapatnya, dan semenjank tahura itu sudah terbentuk sudah jarang sekali ada undangan untuk rapat dan biasanya adapi tamu-tamu penting yang datang di tahura baruki di kabari lagi sama pemerintah.” (Hasil Wawancara bersama dengan Informan WH, tanggal 27 September 2019).

Hal senada juga disampaikan oleh informan MR selaku masyarakat setempat, yang mengemukakan bahwa :

“Iye kalau masalah keterlibatan masyarakat sini ke tahura itu dek sangat kurang, bahkan sebagian besar warga disini itu tidak kenal sama petugas petugasnya karna jarang keliatan tidak pernah juga melakukan sosialisasi ke warga sekitar.” (Hasil Wawancara bersama dengan Informan WH, tanggal 2 Oktober 2019).

Berdasarkan hasil dari wawancara bersama dengan informan di atas maka dapat di ketahui bahwa peran dari pihak pengelola ataupun pihak-pihak terkait untuk melibatkan masyarakat dalam hal pengambilan keputasan itu sangatlah minim Sehingga masyarakat kurang mengetahui apa apa saja program yang

60

direncanakan dan dilakukan pihak terkait di objek wisata pengembangan objek wisata Taman Hutan Raya Abdul latief.

2. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pelaksanaan

Parameter Partisipasi Masyarakat dalam tahap Pelaksanaan adalah keterlibatan Masyarakat dalam beberapa hal, di antaranya penyediaan fasilitas untuk pengunjung, Pemandu wisata (petugas/tenaga) dari masayarakat, pengelolaan usaha-usaha penjualan makanan dan minuman, penjual cindera mata, Masyarakat turut serta dalam menjaga keamanan, kenyamanan, ketertiban dan kebersihan lokasi wisata, serta turut serta dalam mempromosikan objek wisata.

Untuk mengetahui langkah-langkah apa saja yang di lakukan oleh pihak pengelola objek wisata dalam hal pelaksanaan maka peneliti melakukan wawancara bersama informan berinisial AR sebagai berikut :

“Pengembangan ekowisata yang akan dilakukan dalam mewujudkan visi pengelolaan adalah dengan mengembangkan wisata alam yang berdaya saing melalui atraksi dan aktivitas wisata minat khusus berbasis kegiatan wisata petualangan seperti caving, pendakian, pengamatan satwa, camping.

dalam pengembangannya selain di site prioritas tersebut juga akan dikembangkan di site lainnya dan dilakukan secara terbatas. Wisata minat khusus ini merupakan wisata yang umumnya dalam kelompok kecil dengan tujuan perjalanan untuk suatu pengalaman tertentu. Wisata minat khusus dikembangkan untuk meminimalkan dampak negatif dari kegiatan pariwisata. Pengembangan dan diversifikasi produk layanan wisata diarahkan pada peningkatan kualitas layanan dan pengembangan paket- paket wisata yang harus diiringi oleh keahlian dan keterampilan interpretasi dan pendampingan pengunjung. Jadi pada tahap ini tidak boleh sembarang tenaga pendamping tapi harus benar-benar memiliki keahlian dibidangnya masing-masing.” (Hasil Wawancara bersama dengan Informan AR, tanggal 25 September 2019).

Setelah melakukan wawancara dengan pihak pengelola selanjutnya peneliti melakukan wawancara bersama masyarakat Untuk mengetahui sejauh

61

mana Partisipasi masyarakat sekitar Objek Wisata Taman Hutan Raya pada tahap pelaksanaan, wawancara dengan informan Berinisial MR, selaku Masyarakat Sekitar objek wisata mengemukakan bahwa :

“kalau usaha-usaha seperti warung kopi atau penjual-penjual makanan ringan di objek wisata tahura ini hanya beberapa saja di karenakan masalah lahan dan tempat yang terbatas di tambah lagi karena lokasi objek wisata ini dan lokasi kebun masyarakat saling berdempetan dan sempat beberapa tahun yang lalu terjadi perebutan tanah antara warga sekitar dan dari pihak objek wisata yang saling mengklaim hak kepemiikan lahan jadi akhirnya sampai saat ini kurang antusias masyarakat ke objek wisata ini di latar belakangi oleh hal tersebut”.(Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial MR, tanggal 2 Oktober 2019).

Berdasarkan hasil wawancara di atas di ketahui bahwa pada tahun 2006, saat itu Bagian selatan kawasan taman hutan raya Abdul latief yang berbatasan dengan lahan milik penduduk dan pemukiman serta sebagian hutan lindung yang berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba tepatnya diblok pemanfaatan dengan luas lahan ± 100 Ha telah terjadi pendudukan lahan oleh penduduk Desa yang mengklaim bahwa sebagian dari kawasan blok pemanfaatan tersebut adalah lokasi mereka, dan melarang adanya aktifitas pengelolaan di lahan tersebut karna menurut mereka aktifitas tersebut dapat merusak atau mengganggu tanaman perkebunan seperti Kopi, Coklat dan Tembakau yang mereka tanam di lahan tersebut.

Hal senada juga disampaikan oleh informan WH selaku masyarakat setempat, yang mengemukakan bahwa :

“Kalau Pemilik penginapan di dekat objek wisata itu orangnya dari daerah tanete (Kab.Bulukumba), dia itu membeli tanah warga yang dekat dari objek wisata untuk di kemudian di buat tempat penginapan buat pengunjung. Jadi pemilik penginapan itu orang dari luar dan masyarakat merasa terbatasi

62

melakukan usaha-usaha karna terkendala lahan sebab adanya kemarin itu sengketa antara masyarakat dan pemerintah tentang lahan yang sekarang dijadikan kawasan observasi oleh pihak tahura dek”.(Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial WH, tanggal 27 September 2019).

Di kesempatan yang lain peneliti juga mewawancarai masyarakat lainnya mengenai peningkatan ekonomi masyarakat sekitar objek Wisata melalui penumbuhan minat dan bakat masyarakat akan hal pembuatan oleh-oleh serta pernak pernik atau cindera mata khas. Maka dari itu peneliti melakukan wawancara bersama informan HN selaku masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief :

“Kalau mengenai hal pelatihan pembuatan oleh-oleh dan pernak pernik khas pernah saya dengar akan di lakukan, tapi info jelasnya mengenai kapan akan di lakukan saya kurang tau karna saya dapat info ini hanya dari warga sekitar saja jadi info pastinya saya tidak tau”. (Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial HN, tanggal 5 Oktober 2019).

Adapun hasil wawancara peneliti bersama dengan Masyarakat serta pemerintah setempat dalam hal ini bersama dengan sekertaris Desa Batu Belerang mengenai tahap pelaksanaan yakni dari segi Masyarakat turut serta dalam menjaga keamanan, kenyamanan, ketertiban dan kebersihan lokasi wisata, adanya pemandu wisata yang melibatkan masyarakat, serta keturutsertaan masyarakat dalam mempromosikan objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief. Berikut hasil wawancara peneliti bersama dengan beberapa Informan :

“Kalau segi menjaga keamanan partisipasinya ya ada seperti Pengawasan pengunjung yang menginap camping di sekitar tahura ini untuk tidak melakukan sesuatu yang bersifat terlarang dan tidak membuang sampah sembarangan.” (Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial SD, tanggal 25 September 2019).

63

Senada dengan informasi yang diberikan, hal yang sama dituturkan oleh informan RD selaku Masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar objek wisata.

Berikut adalah wawancara bersama informan RD :

“untuk menjaga keamanan dan ketertiban pengunjung yang datang, biasanya kami disini melakukan pengawasan baik dari segi keamanan dan ketertiban khususnya pada hari libur kan banyak pengunjung yang menginap di sekitaran objek wisata dengan mendirikan tenda-tenda camping dan kebanyakan anak muda jadi kami biasanya memberikan himbauan himbauan atau peringatan kepada mereka supaya tidak melakukan sesuatu yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban seperti meminum minuman keras dan sebagainya”. (Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial RD, tanggal 2 Oktober 2019).

Untuk mengetahui antusias masyarakat sekitar objek wisata dalam hal memberikan kenyamanan dan daya tarik wisata maka peneliti melakukan wawancara bersama dengan Sekertaris Desa Batu Belerang :

“Untuk memberikan daya tarik kepada pengunjung kami dari pihak pemerintah desa turut serta berpartisipasi dalam hal pembuatan spot-spot fhoto serta membangun beberapa Gazebo itu di harapkan untuk memberikan kenyamanan kepada para pengujung, pembuatan fasilitas tersebut melibatkan partisipasi dari beberapa masyarakat baik dari segi pembuatannya hingga tahap pembangunannya itu berkat kerjasama dan bantuan dari masyarakat. Kalau dalam hal keturutsertaan masyarakat dalam hal mempromosikan objek wisata ini cukup besar. saya liat dari beberapa postingan postingan di media sosial yang berisi ajakan untuk berkunjung ke objek wisata ini.” (Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial SL, tanggal 29 September 2019).

Berdasarakan hasil dari beberapa wawancara diatas bersama masyarakat dan pemerintahan yang terkait, bahwa Pertisipasi Masyarakat dalam tahap pelaksanaan itu sangat minim. masyarakat memilih berpartisipasi pada pengawasan yang bersifat preventif. sebagian besar warga bersikap tidak peduli, padahal secara substansi seharusnya masyarakat lokal harus dan wajib ikut serta dalam meciptakan keamanan dan ketentraman akan tetapi kurangnya

64

pemberdayaan Masyarakat secara terstruktur mengakibatkan partisipasi masyarakat di lapangan sangat minim padahal seharusnya Masyarakatlah yang harus menjadi sentral dan menjadikan subjek dari semua proses pengembangan objek wisata. Adapun pengawasan yang bersifat kompleks hanya dilakukan oleh segelintir masyarakat yang kritis termasuk elite masyarakat lokal.

3. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pemanfaatan Hasil

Parameter Partisipasi Masyarakat dalam tahap Pemanfaatan Hasil yaitu Menjadi lapangan pekerjaan bagi masyarakat banyak, Penghasilan masayarakat meningkat, Tingkat kesenjangan sosial menurun.

Untuk mengetahui sejauh mana Partisipasi masyarakat sekitar Objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief pada tahap pemanfaatan hasil, seperti manfaat, dampak serta hasil yang di peroleh masyarakat dengan adanya objek wisata, Maka dilakukan wawancara dengan informan Berinisial SL, selaku Sekertaris Desa Batubelerang mengemukakan bahwa :

“Ya di harapkan berdampak baik bagi masyarakat dengan adanya objek wisata ini khususnya untuk segi ekonomi dan di harapkan masyarakat dapat membantu dan turut serta menjaga dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada.” (Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial SL, tanggal 29 September 2019).

Hal serupa juga di kemukakan oleh informan yang berinisial AR, Selaku Pengelola di objek wisata taman Hutan Raya Abdul Latief yang mengemukakan bahwa :

“Dengan adanya objek Wisata ini di harapkan mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat khususnya dalam segi sosial ekonomi.

Masyarakat di harapkan dapat memanfaatkan apa-apa yang telah ada di objek wisata ini seperti menyiapkan fasilitas penginapan bagi pengunjung,

65

berjualan di sekitaran objek wisata, dan utamanya dapat lebih mengembangkan lagi objek wisata ini kedepannya.” (Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial AR, tanggal 25 September 2019).

Di Kesempatan yang sama peneliti melakukan wawancara bersama masyarakat mengenai dampak yang di rasakan setelah adanya objek wisata ini :

“Dampak yang kami rasakan setelah adanya objek wisata ini yaitu jalanan menuju desa kami semakin bagus. Akses jalan masuk ke desa pun semakin lancar tapi di sisi lain kami harapkan kepada pihak pengelola memberikan ruang kepada warga untuk menggunakan lokasi yang sebelum adanya objek wisata ini secara turun temurun kami gunakan untuk bertani akan tetapi setelah adanya objek wisata ini dan pihak pengelola mengklaim tanah yang kami gunakan tersebut adalah termasuk kawasan hutan lindung jadi lama kelamaan lokasi pertanian semakin berkurang.” (Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial WH, tanggal 27 September 2019).

Hal senada juga di sampaikan oleh masyarakat yang berprofesi sebagai petani yang bertempat tinggal di sekitaran kawasan hutan lindung dan blok pemanfaatan Taman Hutan Raya Abdul Latief :

“Semenjak adanya objek wisata ini sebagian masyarakat yang tidak terlalu menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian merasa ya untung untung saja akan tetapi sebagian masyarakat yang mata pencahariannya sebagai petani merasa bahwa setelah adanya blok pemanfaatan yang mengambil dan mengklaim sebagian lokasi perkebunan masyarakat dan tidak di perbolehkan lagi untuk beraktifitas di kawasan tersebut sangat berdampak untuk penghasilan kami karna tempat kami menggantungkan hidup kami waktu ke waktu semakin di kuasai oleh pengelola padahal tanah tersebut secara turun temurun dari nenek moyang kami itu memang adalah lahan produktif pertanian warga disini dek”. (Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial HN, tanggal 5 Oktober 2019).

Untuk terus mengetahui informasi mengenai apa saja dampak serta manfaat yang di rasakan masyarakat dengan adanya objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief, penulis melakukan wawancara bersama dengan informan MR,

66

selaku masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar objek wisata mengemukakan bahwa :

“iye salah satu manfaat yang kami rasakan itu jalanan sudah bagus jadi transportasi juga sudah lancarmi ke sini ka sebelumn-sebelumnya jarang sekali ada mobil sampai disini di karenakan jalanan yang menanjak dan rusak.” (Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial MR, tanggal 2 Oktober 2019).

Hal senada juga di sampaikan oleh informan SD selaku petani yang bertempat tinggal di sekitar objek wisata terkait dampak yang di timbulkan dengan adanya objek wisata taman hutan raya abdul latief ini ;

“saya rasa dengan adanya tahura ini bukan menguntungkan masyarakat sekitar akan tetapi menurut saya malah merugikan karena lahan yang dulunya kami garap untuk di tanami tembakau itu malah di klaim oleh pemerintah masuk sebagai kawasan hutan lindung dan tidak memperbolehkan warga disini itu untuk bercocok tanam lagi karna alasannya akan merusak dan mengganggu hewan yang di lindungi.” (Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial SD, tanggal 25 September 2019).

Dari beberapa hasil wawancara di atas bersama narasumber dapat di ketahui bahwa dengan adanya objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief, sebagian masyarakat merasa di untungkan dan sebagiannya lagi merasa sangat di rugikan terutama para petani yang menggantungkan hidupnya di alam karna mereka megatakan lahan yang dulunya adalah lahan pertanian tempat mereka bercocok tanam, kini semakin di ambil alih oleh pemerintah dan pihak pengelola jadi secara otomatis pendapatan warga pun menurun karna bekurangnya lahan pertanian.

67

4. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Evaluasi

Parameter Partisipasi Masyarakat dalam tahap Evaluasi yaitu Masyarakat memberikan penilaian kebijakan pembangunan pariwisata, Masyarakat menilai, mengkritik, dan memberikan saran terhadap pengelolaan pariwisata.

Untuk mengetahui Sejauh mana Partisipasi Masyarakat pada tahap Evaluasi, maka peneliti melakukan wawancara bersama informan sebagai berikut :

“Menurut saya seharusnya pihak pengelola lebih memberdayakan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitaran objek wisata baik untuk bekerja di dalam objek wisata maupun hal-hal lain yang bersifat meberdayakan karna saya liat kebanyakan orang yang bekerja di dalam objek wisata itu orang dari luar, sangat kurang masyarakat asli disini yang dipekerjakan tapi mungkin karna warga disini kurang menanggapi adanya objek wisata ini ataupun hal lain”.

(Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial MR, tanggal 2 Oktober 2019).

Pada kesempatan yang sama Peneliti juga melakukan wawancara bersama informan yang berinisial SD mengenai harapan ataupun kritik serta saran dengan adanya Objek wisata Taman hutan Raya Abdul Latief ini :

“Harapan kami disini tidak banyakji dek kami hanya minta kepada pihak pengelola untuk memberikan kepada warga lokasi untuk bertani yang sebelumnya memang kami gunakan, karna pendapataan warga pun berkurang dan bahkan kami merasa semenjak adanya objek wisata ini perekonomian semakin menurun dan hanya menguntungkan pihak pihak tertentu saja.” (Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial SD, tanggal 25 September 2019).

Berdasarkan hasil dari wawancara bersama informan di atas menunjukkan bahwa dengan adanya objek wisata Taman Hutan Raya Abdul latief di harapkan berdampak baik bagi masyarakat sekitar, namun hal tersebut berbanding terbalik mulai dari pemberdayaan masyarakat sekitar untuk bekerja pada objek wisata hingga kasus antara masyarakat sekitar dan pihak pengelola mengenai penguasaan

68

lahan yang hingga saat ini belum ada titik terang untuk menyelesaikan kasus tersebut.

Di kesempatan yang sama peneliti juga melakukan wawancara bersama dengan informan RD selaku masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar kawasan objek wisata :

“Harusnya ada kerja sama antara pemerintah dengan instansi atau organisasi terkait mengenai pengembangan dan pemberdayaan masyarakat agar supaya masyarakat memiliki pengetahuan misalnya apa itu ekonomi kreatif atau hewan-hewan jenis apa saja yang di lindungi di tahura sehingga timbul kerja sama antara masyarakat dengan pihak pengelola agar saling menguntungkan.”

(Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial RD, tanggal 2 Oktober 2019).

Adapun hasil wawancara peneliti bersama dengan pihak pemerintah Desa membahas mengenai pengembangan objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief :

“Pengembangan wisata tahura harus menerapkan prinsip-prinsip pelestarian dalam hal pemanfaatannya agar tidak melampaui daya dukung lingkungan.

Hal ini penting agar dengan berjalannya pembangunan pariwisata , daya dukungnya ya itu menyokong kebutuhan berbagai pemanfaatan dan tidak merusak alam, budaya, maupun lingkungan.” (Hasil wawancara bersama dengan informan berinisial SL, tanggal 29 September 2019).

Membahas Mengenai dampak serta manfaat yang di timbulkan dengan adanya objek wisata ini maka peneliti melakukan wawancara bersama dengan pihak pengelola Taman Hutan Raya Abdul Latief :

“Kontribusi terhadap pemerintah setempat yaitu di harapkan terjalin kerjasama antara pemerintah Desa, Kecamatan serta pihak pengelola terutama pembinaan kepada masyarakat yang bermukim di sekitar Tahura agar senantiasa terjaga ketertiban, kebersihan serta keamanan. Adapun dampak kepada masyarakat yang di timbulkan dengan selesainya penataan Blok Tahura yaitu penglibatan masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi seperti budidaya lebah madu, industri kerajinan, penanaman

Dokumen terkait