• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK WISATA TAMAN HUTAN RAYA ABDUL LATIEF DESA BATU BELERANG KECAMATAN SINJAI BORONG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN OBJEK WISATA TAMAN HUTAN RAYA ABDUL LATIEF DESA BATU BELERANG KECAMATAN SINJAI BORONG "

Copied!
98
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Taman Hutan Raya (Tahura) Abdul Latief merupakan kawasan hutan yang dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sinjai sebagai bentuk apresiasi terhadap Bupati pertama Kabupaten Sinjai. Taman hutan raya luas ini diberi nama sesuai dengan nama bupati pertama kabupaten Sinjai yaitu Andi Abdul Latief. Keunggulan objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief awalnya hanya dirasakan oleh masyarakat sekitar, namun kemudian banyak masyarakat yang tertarik untuk mengunjungi lokasi ini.

Taman Hutan Raya Abdul Latif yang dulunya setiap hari ramai pengunjung, kini hanya ramai di akhir pekan dan hari libur. Mengingat partisipasi mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan pengembangan dan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, maka penting bagi penelitian ini untuk mengetahui bagaimana masyarakat di Desa Batubelerang berpartisipasi dalam pengembangan objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latif.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat dengan demikian melibatkan partisipasi masyarakat dalam proses mengidentifikasi permasalahan dan peluang yang ada dalam masyarakat, memilih dan mengambil keputusan mengenai alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan, melaksanakan upaya untuk mengatasi permasalahan, dan keterlibatan masyarakat dalam proses evaluasi perubahan yang terjadi. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pembangunan dapat mengatasi masalah ketimpangan akibat kesenjangan antara masyarakat lokal dan pemangku kepentingan. Partisipasi masyarakatlah yang diwujudkan dalam bentuk energi untuk melaksanakan upaya-upaya yang dapat menunjang keberhasilan suatu program. Merupakan bentuk partisipasi masyarakat yang ditawarkan untuk memperlancar upaya mencapai suatu program pembangunan.

Menurut Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh Soetomo (dalam Deviyanti, 2013) partisipasi masyarakat dalam pembangunan terbagi menjadi 4 tingkatan, yaitu :. Partisipasi masyarakat pada tingkat ini berupa tenaga dan uang untuk mengoperasikan dan memelihara proyek yang dibangun.

Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata

Bertujuan untuk bertukar informasi, ide dan keprihatinan mengenai suatu topik atau rencana antara pemerintah, perencana dan masyarakat. Bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan peluang serta cara mengoptimalkannya, selain mengidentifikasi kelemahan dan ancaman untuk memudahkan dalam merumuskan langkah-langkah mengatasinya. Pada hakikatnya tujuan partisipasi yang sebenarnya adalah agar masyarakat lokal dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi maupun partisipasi dalam menikmati hasil pembangunan.

Tinjauan tentang Pengembangan Pariwisata

Sesuai tugas dan wewenangnya, pemerintah merupakan fasilitator yang mempunyai peran dan fungsi dalam mengambil dan menentukan segala kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata. Dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata, tidak hanya pemerintah yang melakukannya sendiri namun pihak lain juga ikut serta dalam pembangunan infrastruktur terkait, yaitu untuk meningkatkan pendapatan dari sektor perekonomian. Helber (dalam Dedy Prasetya, 2014), mengawali jenjang perencanaan pariwisata pada pengembangan pariwisata daerah yang meliputi pengembangan fisik objek dan daya tarik wisata.

Perkembangan dan pengembangan pariwisata di suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan keunikan masing-masing daerah. Pengembangan kawasan wisata merupakan salah satu alternatif yang diharapkan dapat memberikan potensi ekonomi sekaligus upaya konservasi. Pembangunan pariwisata memberikan manfaat pada aspek utama sektor perekonomian, yaitu kemampuan menciptakan lapangan kerja di sektor pariwisata sehingga pendapatan masyarakat dapat meningkat.

Teori Antroposentrisme

Sebaliknya jika alam sendiri tidak bermanfaat bagi kepentingan manusia, maka alam akan terabaikan begitu saja. Dalam pengertian ini, antroposentrisme disebut juga etika teleologis, karena mendasarkan pertimbangan moral pada akibat tindakan tersebut terhadap kepentingan manusia. Kebijakan dan tindakan lingkungan yang baik dianggap baik apabila mempunyai dampak menguntungkan bagi kepentingan manusia.

Misalnya, konservasi hanya dianggap serius jika terbukti memberikan dampak menguntungkan bagi kepentingan manusia, khususnya kepentingan ekonomi. Dengan argumen tersebut, Murdy mengatakan, permasalahannya bukan pada kecenderungan antroposentris manusia yang memanfaatkan alam semesta untuk kepentingannya sendiri.

Kerangka Pikir

Yang menjadi permasalahan dan sumber bencana dalam krisis lingkungan hidup adalah tujuan yang tidak tepat dan berlebihan yang dikejar manusia, di luar batas toleransi ekosistem itu sendiri. Sepanjang manusia memanfaatkan alam semesta dan seluruh isinya untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingannya dengan cara yang berguna dan tepat (proper Purposes), maka hal tersebut dapat dibenarkan secara moral. Kehidupan dan kesejahteraan manusia bergantung pada alam semesta, sebagaimana spesies lain di alam semesta juga bergantung pada keberadaan spesies lain.

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Objek Wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten.

Fokus Penelitian

Deskripsi Fokus Penelitian

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Teknik Penentuan Sampel

Jenis dan Sumber Data

Teknik Pengumpulan Data

Dokumentasi adalah kegiatan pencarian data tentang item atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, risalah rapat, agenda, dan lain-lain.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan sebaiknya disesuaikan dengan masalah yang telah dirumuskan peneliti untuk memudahkan peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya. Data yang diperoleh peneliti berkaitan dengan seluruh permasalahan penelitian kemudian dipilah-pilah sesuai dengan kebutuhan, kemudian data yang telah direduksi dan disajikan secara sistematis akan diberikan suatu kesimpulan sementara. Sebab data yang diperoleh peneliti di lapangan tidak dapat disajikan secara keseluruhan, melainkan hanya disajikan secara umum kemudian dijelaskan secara khusus.

Langkah selanjutnya atau terakhir dari reduksi data dan penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah menarik kesimpulan dan memverifikasi. Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan berubah apabila ditemukan data baru pada penelitian selanjutnya. Langkah ini dilakukan untuk sampai pada kesimpulan yang diperoleh di lapangan kemudian diverifikasi kembali dengan cara mengkajinya di lapangan, sehingga memudahkan peneliti selanjutnya dalam menjawab fokus skripsi.

Penarikan kesimpulan merupakan hasil dari proses penelitian yang telah dilakukan, namun kesimpulan tersebut bersifat sementara dan akan berubah seiring dengan ditemukannya data baru di kemudian hari.

Pengujian Keabsahan Data

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Desa Batu Belerang

Dengan luas sekitar 2.371 hektar, Desa Batu Belerang terdiri dari empat dusun yaitu Dusun Jeppara, Dusun Bontoe, Dusun Kalimbu, dan Dusun Mattirotasi. Seperti daerah lain di Sulawesi Selatan, Desa Batu Belerang diketahui mempunyai dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Biasanya musim kemarau dimulai pada bulan Juni hingga September, sedangkan musim hujan dimulai pada bulan Desember hingga Maret.

Keadaan ini berubah setiap enam bulan setelah melewati masa transisi, yaitu pada bulan April hingga Mei dan Oktober hingga November. Curah hujan di berbagai wilayah Kabupaten Sinjai umumnya tidak merata karena pengaruh kondisi iklim, kondisi geografis, dan sirkulasi. Curah hujan yang turun pada bulan Desember rata-rata mencapai 676 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli sampai September yang biasanya dikatakan hampir tidak ada hujan.

Berdasarkan Tabel 2 diatas diperoleh data sekunder, dapat diketahui bahwa wilayah Desa Batu Belerang terdiri dari total 619 Kepala Keluarga (KK), jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.064 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 977 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 977 jiwa. jumlah penduduk 1.422 jiwa pada tahun 2019 Selain itu juga dapat dilihat dari bentuk partisipasi masyarakat dalam hal berorganisasi atau bergabung dalam kelembagaan perkumpulan desa baik berupa koperasi, kelompok tani, kelompok pemuda (karang taruna) dan lembaga sejenisnya. Selain itu, terlihat bahwa masyarakat sudah lama aktif menghidupkan kembali lembaga adat dan pertemuan adat/sangkep.

Melalui adat sangkep, pemerintah daerah merumuskan perjanjian atau aturan (ade') yang mengatur kehidupan sehari-hari, baik yang berkaitan erat dengan norma adat, norma moral, maupun norma lain yang berkaitan dengan interaksi sosial masyarakat, interaksi dengan lingkungan, dan interaksi dengan Sang Pencipta. Khusus interaksi masyarakat dengan lingkungan, dalam hal ini interaksi masyarakat dengan kawasan hutan menjadi topik utama pengumpulan informasi karena berkaitan dengan tujuan kegiatan identifikasi yang dilakukan. Gambaran tersebut menunjukkan perlunya terus melestarikan kearifan lokal yang dimiliki masyarakat guna mendukung produk-produk sah yang dihasilkan oleh pemerintah pusat dan daerah.

Tabel  2. Data Rekapitulasi Jumlah Penduduk Desa Batu Belerang
Tabel 2. Data Rekapitulasi Jumlah Penduduk Desa Batu Belerang

Gambaran Umum objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief

Kawasan Tahura Abdul Latief Sinjai mempunyai topografi terjal, berbukit dan pegunungan yang ditumbuhi berbagai jenis vegetasi pegunungan/pegunungan dan merupakan habitat rusa dan kijang. Tanah di kawasan Tahura Abdul Latief Sinjai merupakan tanah Latosol dan Andosol yang terbentuk dari bahan antara vulkanik. Tahura Abdul Latief Sinjai pada mulanya berstatus kawasan hutan lindung Bulu Pattiroang yang batas-batasnya ditetapkan pada tahun 1982 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 12 Oktober 1982 No.

Penetapan visi pengelolaan Tahura Abdul Latief tidak lepas dari pentingnya nilai kawasan berdasarkan amanah peruntukannya sebagai kawasan konservasi. Sebagai wadah kekompakan dalam pembangunan Kabupaten Sinjai, dengan memberikan ruang bagi seluruh pihak/stakeholder yang ada untuk ikut serta dalam pengembangan Taman Hutan Raya Abdul Latief Sinjai. Tahura Abdul Latief mempunyai beberapa jenis potensi alam didalamnya, berikut potensi wisata alam yang ada di kawasan Tahura.

Kawasan Tahura Abdul Latief selain memiliki keanekaragaman hayati karena merupakan bagian dari kawasan pegunungan Lompobattang, juga memiliki kawasan pemanfaatan tradisional dengan tanaman buah-buahan. Jenis satwa yang teridentifikasi di Tempat Pengamatan Air Terjun Wae Lulu'e Kawasan Tahura Abdul Latief. Jenis satwa yang ditemukan di lokasi pengamatan air panas belerang di kawasan Tahura Abdul Latief, kabupaten Sinjai.

Dengan ketinggian yang lebih tinggi dari kawasan sekitarnya, di titik-titik tertentu kawasan Tahura Abdul Latief kita bisa menyaksikan pemandangan alam yang indah dari kawasan di bawahnya. Daya tarik utama potensi air di kawasan Tahura Abdul Latief adalah air terjun Wae Lulu’e dan Wae Buru’e yang berjarak sekitar 4 km dan 6 km dari pintu gerbang Tahura Abdul Latief. Kawasan Tahura Abdul Latief mempunyai sumber air panas yang sering dikunjungi masyarakat yaitu Sumber Air Panas Belerang.

Tabel 7 menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan setiap tahunnya mengalami peningkatan, jumlah kunjungan tertinggi khususnya ke objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latif terjadi pada tahun 2019 yaitu sebanyak 12.600 orang sedangkan pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2017 hanya sebanyak 12.600 orang. 200 .Partisipasi masyarakat dalam pengembangan tempat wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong.

Gambar  2.  Peta  Situasi  Taman  Hutan  Raya  Abdul  Latief  Kabupaten  Sinjai  Provinsi Sulawesi Selatan
Gambar 2. Peta Situasi Taman Hutan Raya Abdul Latief Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan objek wisata Taman

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Pembaca diharapkan dapat menambah pengetahuan ilmu-ilmu sosial khususnya bidang sosiologi lingkungan dan sosiologi pariwisata melalui berbagai partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata khususnya objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong. Kabupaten Sinjai. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk mempelajari lebih banyak sumber dan referensi terkait partisipasi masyarakat dalam pengembangan objek wisata Taman Hutan Raya Abdul Latief Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai agar hasil penelitian dapat lebih baik dan lengkap. Diharapkan juga agar lebih siap dalam proses pengambilan dan pengumpulan data, sehingga diharapkan hasil penelitiannya lebih baik.

Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam Program Desa Siaga di Desa Badung Kecamatan Playen Kabupaten Gunung Kidul.

Gambar

Tabel  2. Data Rekapitulasi Jumlah Penduduk Desa Batu Belerang
Gambar  2.  Peta  Situasi  Taman  Hutan  Raya  Abdul  Latief  Kabupaten  Sinjai  Provinsi Sulawesi Selatan
Gambar 2. Struktur organisasi dan tata kerja UPT Pengelolaan Taman Hutan Raya  Abdul Latief Kabupaten Sinjai
Tabel 3. Jenis, Luas dan Kondisi Sarana dan Prasarana Tahura Abdul Latief
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ditujukan pada pilar pertama untuk memahami kondisi yang terdapat di kelurahan lokasi Stunting Tahun 2022 yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Surabaya,

SDos :tum!e{mf emineminotiften routbe eine '.:ttennung bet $tfaff en n'idt nur in ben tutnetif d]en, fonbetn aucf} in melreren anbtten iflicf>em notroenl:Jig.. ~eoen bem