• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah Berdirinya Pabrik Tahu Rio Saputra

Pabrik tahu Rio Saputra merupakan usaha industri rumah tangga yang bergerak pada usaha pengolahan kedelai menjadi tahu. Usaha industri rumah tangga ini merupakan salah satu usaha pembuatan tahu yang masih menggunakan peralatan tradisional.

Pabrik tahu Rio Saputra merupakan usaha industri rumah tangga yang didirikan pada tahun 2005 oleh Bapak Sukimi yang terletak di Kelurahan Kalebajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa, dimana modal yang digunakan adalah modal sendiri dan sebagian modalnya dari orang tua. Dalam menjalankan operasi pabrik, Bapak Sukimi berperan sebagai pemilik serta merangkap sebagai pimpinan.

Pabrik tahu Rio Saputra berproduksi dengan skala kecil untuk wilayah Kabupaten Gowa, Takalar dan sekitarnya. Pemilik pabrik selalu mengedepankan kualitas produknya dibandingkan dengan kuantitas hal ini untuk memberikan kepuasan dan mendapatkan kepercayaan pelanggan.

4.2 Struktur Organisasi.

Struktur organiasasi pada pabrik ini sangat sederhana yang berbentuk garis sehingga kesatuan komando akan terjalin dengan baik. Wewenang dari atas kebawah, sedang tanggung jawab bergerak dari bawah keatas. Adapun struktur organisasi tugas dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut :

24 Gambar 2. Struktur organisasi Pabrik tahu Rio Saputra

1. Pimpinan

Pimpinan disini bertugas untuk mengawasi jalannya produksi, mengelola keuangan serta melakukan kegiatan pembelian bahan.

2. Bagian produksi

Pada bagian produksi terdapat beberapa orang pekerja yang bertugas sebagai :

a. Bagian Pengumpal

Pada bagian ini sebelum melakukan pengumpalan bagian ini terlebih dahulu merendam kacang kedelai kemudian melakukan proses penggilingan dengan mesin penggiling. Pada tahap ini kacang kedelai yang sudah digiling kemudian dimasak selama 30 menit setelah menjadi bubur maka proses pengumpalan dilakukan, bubur kedelai akan diberi bibit tahu kemudian diendapkan hingga bubur tersebut mengumpal menjadi tahu. Bibit tahu yang

Pimpinan

Bag. pemasaran Bag. produksi

1. Bagian Pengumpal 2. Bagian Kayu 3. Bagian Pencetakan

Distribusi &

transportasi

Penjualan

&

penagihan

25 digunakan adalah pada pabrik tahu Rio Saputra adalah air tahu yang telah didiamkan selama satu malam.

b. Bagian Kayu

Bagian ini bertugas untuk memasukkan sekam kayu jika sekam dibutuhkan untuk memasak bubur kedelai.

c. Bagian Pencetak

Bagian pencetakan bertugas untuk melakukan pencetakan bubur tahu yang telah mengumpal dengan menggunakan alat pencetak dan melakukan pemotongan tahu sampai siap di jual.

d. Bagian pemasaran

Pada bagian pemasaran bertugas untuk mengantarkan barang jadi /tahu putih, ketempat penjualan dan melakukan penagihan kepada para pedagang pengecer.

4.3 Tenaga Kerja atau Karyawan

Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses pembuatan tahu di daerah penelitian diperlukan untuk mengerjakan berbagai kegiatan produksi seperti perendaman, penggilingan, penyaringan, perebusan, sampai pemasaran yang dilakukan dalam proses pembuatan tahu. Secara rinci penggunaan tenaga kerja pada usaha industri dapat dilihat pada Tabel 3.

26 Tabel 3. Klasifikasi Penggunaan Tenaga Kerja Berdasarkan Pendidikan dalam

Pembuatan Tahu untuk Satu Kali Proses Produksi di Daerah Penelitian Tahun, 2014

Lulusan Jumlah Persentase (%)

SMP SMA

3 Orang 4 Orang

42,86 57,14

Jumlah 7 Orang 100

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2014.

Tabel 3. Diatas dapat dilihat bahwa penggunaan tenaga kerja dalam pembuatan tahu untuk satu kali proses produksi adalah sebesar 7 orang untuk tenaga kerja. Dengan lama pendidikan formal dari tenaga kerja adalah SMP sebanyak 3 orang atau 42,86 persen dan SMA sebanyak 4 orang atau 57,14 persen, kondisi pendidikan tenaga kerja yang sedemikian rupa dapat mendukung berkembangnya usaha tahu. Dalam proses pembuatan tahu di daerah penelitian, sumber tenaga kerja yang digunakan kebanyakan berasal dari luar keluarga yang dapat dipenuhi dari penduduk yang bertempat tinggal disekitar lokasi usaha.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Kelurahan Kalebajeng cukup tersedia.

Untuk hari kerja dimulai pada hari senin sampai minggu dengan waktu kerja yang berlaku pada pabrik tahu Rio Saputra yaitu :hari senin, selasa, rabu, kamis, sabtu dan minggu dimulai pada jam 06.00 sampai jam 12.00 kemudian istirahat mulai jam 12.00 sampai jam 13.00 atau sekitar satu jam, setelah itu dilanjutkan lagi jam kerja mulai jam 13.00 sampai 14.00 dan untuk hari jum‟at jam kerja dimulai pada jam 06.00 sampai jam 11.00 kemudian istirahat mulai jam 11.00 sampai jam 13.00 setelah itu dilanjutkan lagi jam kerja mulai jam 14.00

27 sampai jam 15.00. sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah jam kerja pada pabrik tahu Rio Saputra dalam proses produksi berkisar 8-10 jam perhari.

Besarnya upah dan gaji disesuaikan dengan kualifikasi karyawan.

Sedangkan sistem pembayarannya dilakukan berdasarkan sistem upah borongan yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jenis dan Jumlah Upah Karyawan Pada Pabrik tahu Rio Saputra di Kelurahan Kalebajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa, 2014.

Karyawan Jumlah (Orang) Upah Perminggu (Rp) Bagian Pengumpalan

Bagian Kayu Bagian Pencetakan Bagian Pemasaran

2 1 2 2

343.000 150.000 343.000 100.000

Jumlah 7 936.000

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2014

Tabel 4 diatas mendeskripsikan bahwa jumlah penggunaan tenaga kerja yaitu sebanyak 7 orang dengan upah masing-masing tenaga kerja yaitu untuk bagian pengumpalan dan pencetakan masing-masing sebanyak Rp 343.000 perminggu dengan jumlah tenaga kerja rata-rata 2 orang, bagian kayu sebesar Rp 150.000 perminggu, dengan jumlah tenaga kerja 1 orang dan bagian pemasaran sebesar Rp 100.000 perminggu dengan 2 orang tenaga kerja.

28

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Proses Produksi Tahu

Proses produksi tahu yang digunakan pabrik tahu Rio Saputra adalah kontinyu, dimana bahan mentah yang masuk proses produksi akan langsung dibuat menjadi produk jadi dan tidak menunggu mengerjakan yang lain. Jadi mulai pabrik berdiri selalu mengerjakan barang yang sama (tidak pernah berganti macam barang yang dikerjakan) sehingga prosesnya tidak pernah terputus dengan mengerjakan barang yang lain. Persiapan fasilitas produksi dilakukan sekali pada saat pabrik mulai bekerja. Sesudah itu, proses produksi berjalan secara rutin.

Urutan proses produksi selalu sama sehingga letak mesin dan peralatan produksi yang lain disesuaikan dengan urutan proses produksinya agar produksi berjalan lancar dan efisien. Adapun proses produksi untuk membuat tahu adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Sekema proses produksi tahu pada Pabrik Tahu Rio Saputra.

Berdasarkan skema proses produksi tahu tersebut diatas dapat dideskripsikan bahwa ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam proses

Penggilingan Pencucian

Perendaman

Pemberian air tahu

Pemisahan Penyaringan dimasak

Pencetakan

Penggumpalan Pemotongan

29 produksi tahu yang pertama, perendaman, kedelai diambil dari gudang penyimpanan oleh dua orang tenaga kerja yang bertugas sebagai bagian penggumpalan lalu kedelai dicuci dengan menggunakan air bersih sebanyak dua kali, lalu direndam kedalam ember dengan air selama dua jam, hal ini supaya kedelai mudah untuk digiling, jumlah kedelai yang direndam perhari dalam proses produksi tahu yaitu rata-rata sebanyak 150 kg – 200 kg tergantung dengan ketersediaan bahan baku. Setelah kedelai direndam selama dua jam maka selanjutnya masuk ketahap kedua, pencucian, setelah proses perendaman kedelai dicuci lagi sebanyak 3-4 kali dengan menggunakan air sampai bersih untuk menghilangkan kotoran yang masih tersisa, pencucian dilakukan oleh dua orang tenaga kerja dari bagian penggumpalan.

Tahap ketiga, penggilingan, kacang kedelai yang sudah dicuci dan direndam didalam ember selama dua jam digiling sampai halus dengan menggunakan mesin penggiling dan bubur kedelai mengalir ke dalam ember penampung, penggilingan dilakukan oleh satu orang tenaga kerja dari bagian penggumpalan. Tahap keempat, perebusan, kedelai yang sudah digiling dan menjadi bubur kedelai langsung direbus selama 15-20 menit ke dalam tungku semen berukuran besar dengan cara penguapan, perebusan dilakukan oleh satu orang tenaga kerja dari bagian pengumpalan dan tenaga kerja pada bagian kayu untuk memasukkan sekam kayu pada saat proses pemasakan berlangsung, setelah sari kedelai mendidih maka selanjutnya masuk ketahap penyaringan. Tahap kelima yaitu penyaringan, bubur kedelai yang sudah dimasak tadi lalu dipindahkan ketempat penyaringan berupa tungku semen yang sebelumya telah

30 diletakkan alat saring dan kain sari agar semua sari dalam bubur kedelai tersaring semua, setelah itu bubur kedelai yang sudah mendidih dipindahkan keatas kain sari dengan menggunakan ember kemudian dua orang tenaga kerja masing- masing memegang ke dua ujung kain sari lalu menggoyang-goyangnya sampai ampas bubur kedelai tersaring semua, penyaringan dilakukan berkali-kali hingga bubur kedelai habis dan tidak mengandung sari lagi dengan menyiram air panas, selanjutnya masuk ketahap keenam, pemisahan ampas dan sari kedelai, bubur kedelai dipisahkan dengan sari kedelai dan ditempatkan kedalam karung setelah ampas dan sari kedelai dipisahkan selanjutnya masuk ketahap ketujuh yaitu pemberian bibit tahu (air tahu), sari kedelai yang tertampung didalam tungku semen dicampur dengan ditambahakan bibit tahu (air tahu) yang telah didiamkan selama satu malam yaitu sebanyak dua serok atau sekitar 4-5 liter bibit tahu (air tahu) agar mempermudah penggumpalan sebelum masuk ketahap pencetakan, sari kedelai yang sudah dimasukkan bibit tahu didiamkan selama satu menit agar mengendap.

Selanjutnya tahap kedelapan yaitu penggumpalan, setelah pemberian bibit tahu sari kedelai akan menggumpal setelah menggumpal maka selanjutnya masuk ketahap kesembilan yaitu pencetakan, gumpalan tahu yang mulai mengendap dituangkan kedalam kotak tahu yang berukuran sekitar 50 x 60 cm² dam dialasi kain sari, adonan tahu kotak dikempa selama satu menit dengan diletakkan sebuah papan cetakan tahu kemudian diatasnya diletakkan sebuah batu besar agar air tahu yang masih tercampur dalam adonan tahu dapat terperas habir karena airnya dapat digunakan lagi sebagai bibit tahu, pencetakan dilakukan oleh

31 dua orang tenaga kerja. Selanjutnya masuk ketahap kesepuluh yaitu pemotongan, adonan tahu yang berbentuk kotak yang sudah padat kemudian dipotog-potong menggunakan pisau dapur, ukuran potongan tahu tersebut yaitu 6 x 4 cm².

pemotongan dilakukan oleh dua orang tenaga kerja dari bagian pencetakan, kemudian tahu dikemas kedalam ember besar maka tahu pun siap untuk dipasarkan/dijual.

5.2 Pengadaan Bahan Baku dan Bahan Penolong

Bahan baku merupakan kebutuhan pokok dalam melaksanakan kegiatan proses produksi. Pembuatan tahu membutuhkan bahan baku utama berupa kacang kedelai. Dalam memproduksi tahu, perusahaan menggunakan kacang kedelai dari Amerika, dengan alasan penggunaan kacang kedelai impor lebih berkualitas, harganya cenderung lebih murah, dan kadar susunya lebih banyak dibandingkan dengan kacang kedelai lokal.

Pemenuhan kebutuhan bahan baku diperoleh dengan cara membeli kacang kedelai dari pasar Terong dengan harga rata-rata Rp 8.500,- Per-Kg. Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa biaya pembelian kacang kedelai selama satu bulan yaitu sebesar 69,65 persen dari total biaya operasional.

Rata-rata penggunaan bahan baku selama satu bulan dalam proses produksi adalah sebanyak 195 kg perhari. Jadi dalam satu bulan, perusahaan memerlukan sekitar 5.850. kg

Selain kacang kedelai dalam pembuatan tahu juga membutuhkan beberapa bahan penolong lainnya dalam menghasilkan tahu berupa bibit tahu (air tahu), bahan bakar solar dan sekam kayu.

32 Bibit tahu merupakan air tahu yang telah didiamkan selama satu malam yang berfungsi sebagai bahan pengumpal, sekam kayu digunakan dalam proses pemasakan bubur kacang kedelai sebagai kayu bakar dan bahan bakar solar yang digunakan untuk menjalankan mesin penggiling dalam proses penggilingan kacang kedelai. Biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan bahan baku dan bahan penunjang dalam proses produksi dapat dilihat dalam Tabel 5.

Tabel 5 Bahan Baku dan Bahan Penolong Yang Digunakan Dalam Pembuatan Tahu Selama 1 Bulan, Mei 2014.

No Uraian Jumlah/

Satuan

Harga (Rp) Biaya (Rp) 1

2 3

Kedelai

Bahan Bakar Solar Sekam Kayu

195 kg 7.7 ltr 29 krg

8.500 5.500 5.000

1.657.500,00 42.350,00 145.000,00 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, (Lampiran 2, dan 6).

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa total biaya penggunaan bahan baku dan bahan penolong dalam satu bulan proses produksi tahu yaitu rata-rata sebesar Rp 1.844.850,00. Dengan rincian biaya yaitu untuk pembelian bahan baku berupa kacang kedelai sebesar Rp 1.657.500,00, kemudian biaya pembelian bahan bakar solar sebesar Rp 42.350,00 dan untuk biaya pembelian sekam kayu yaitu sebesar Rp 145.000,00.

Jumlah kedelai yang digunakan untuk satu bulan proses produksi yaitu rata-rata sebanyak 195 kg, dengan harga satuan (Kg) kedelai sebesar Rp 8.500 sehingga rata-rata biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1.657.500, kemudian penggunaan bahan bakar solar yaitu rata-rata sebanyak 7,7 liter perhari dengan harga satuan (Ltr) solar sebesar Rp 5.500 sehingga rata-rata biaya bahan bakar solar yang dikeluarkan setiap hari selama satu bulan sebesar Rp 42.350,

33 sedangkan penggunaan sekam kayu rata-rata sebanyak 29 karung perhari, dengan harga satuan (Krg) sekam kayu sebesar Rp 5.000 sehingga rata-rata biaya sekam kayu sebesar Rp 145.000.

Pembelian kacang kedelai dilakukan setiap 1 minggu sekali setiap pembelian minimal 2.000 kg, tergantung pada kebutuhan usahanya. Pembelian dilakukan dengan pembayaran secara tunai, kemudian pemasok mengantar langsung ke perusahaan. Kacang kedelai yang sudah di antar langsung di letakkan di dalam gudang penyimpanan.

5.3 Peralatan Produksi Tahu

Teknologi atau peralatan yang digunakan dalam usaha produksi tahu masih tergolong tradisional, meskipun dalam proses penghancuran kacang kedelai sudah menggunakan mesin penggiling selanjutnya pada tahap penyaringan masih menggunakan alat tradisional, hal ini dapat dilihat dari proses penyaringan yang masih menggunakan kain sari kemudian 2 orang tenaga kerja memegang masing- masing kedua ujung kain sari lalu menggoyang-goyangnya. Pencetakan yang masih menggunakan cetakan kayu, kemudian untuk pemotongan tahu yang telah melalui tahap pengepresan juga masih menggunakan pisau dapur, sampai pada tahap proses pengemasannya juga masih memerlukan bantuan tangan manusia secara langsung.

Terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum berproduksi yaitu mesin dan peralatan. Mesin dan alat-alat yang dibutuhkan untuk proses produksi tahu adalah mesin giling, tungku semen, cetakan tahu, ember, kain sari, alat saring, bak plastik, bak air, serok, pisau, dan kotak tahu.

34 Dalam memproduksi tahu pabrik tahu Rio Saputra menggunakan 1 mesin alat penggiling dengan harga awal sebesar Rp 4.000.000 dan harga akhir sebesar Rp 1.000.000 dengan umur ekonomis selama 5 tahun, 3 buah tungku semen dengan harga awal sebesar Rp 4.500.000 dan harga akhir Rp 1.125.000 dengan umur ekonomis 5 tahun, cetakan tahu sebanyak 6 buah dengan harga awal sebesar Rp 120.000 dan harga akhir sebesar Rp 30.000 dengan umur ekonomis 5 tahun, 30 buah ember dengan harga awal sebesar Rp 300.000 dan harga akhir sebesar Rp 75.000 dengan umur ekonomis 5 tahun, kain sari 6 buah dengan harga awal yaitu sebesar Rp 30.000 dan harga akhir sebesar Rp 3.000 dengan umur ekonomis 2 tahun, kemudian 1 buah alat saring dengan harga awal yaitu sebesar Rp 250.000 dan harga akhir sebesar Rp 62.500 dengan umur ekonomis 5 tahun, selanjutnya 3 buah bak plastik dengan harga awal sebesar Rp 1.200.000 dan harga akhir sebesar Rp 300.000 dengan umur ekonomis 5 tahun, 1 buah bak air dengan harga awal sebesar Rp 500.000 dan harga akhir sebesar Rp 125.000 dengan umur ekonomis 5 tahun, 2 buah serok dengan harga awal sebesar Rp 30.000 dan harga akhir sebesar Rp 7.500 dengan umur ekonomis 5 tahun, 2 buah pisau dengan harga awal sebesar Rp 20.000 dan harga akhir sebesar Rp 5.000 dengan umur ekonomis 5 tahun, 1 buah pompa air dengan harga awal sebesar Rp 300.000 dan harga akhir sebesar Rp 75.000 dengan umur ekonomis 5 tahun, dan 6 buah kotak tahu dengan harga awal yaitu sebesar Rp 90.000 dan harga akhir sebesar Rp 22.500 dengan umur ekonomis 5 tahun. (Lihat lampiran 4)

35 5.4 Biaya Produksi Usaha Tahu Pada Pabrik Tahu Rio Saputra

Biaya produksi adalah seluruh pengeluaran untuk membiayai proses produksi dalam usaha. Biaya yang dihitung dalam penelitian ini adalah biaya yang dikeluarkan selama satu kali produksi yang tergolong ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan alat, pajak tanah, dan biaya listrik, sedangkan biaya variabel meliputi biaya pembelian kedelai, bahan bakar solar, sekam kayu, dan tenaga kerja. Dimana biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel) akan dibahas sebagai berikut :

5.4.1 Biaya Tetap Yang Dikeluarkan Pabrik Tahu Rio Saputra

Biaya tetap adalah biaya yang tidak mempengaruhi produksi dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit dan meskipun tidak melakukan produksi, besarnya biaya tidak tergantung pada besar kecilnya biaya produksi yang diperoleh. Biaya tetap yang dikeluarkan dalam penelitian ini meliputi NPA (nilai penyusutan alat), biaya pajak bangunan dan biaya iuran listrik. Penyusutan yang dihitung adalah berdasarkan alat-alat milik perusahaan seperti mesin penggiling, ember, tungku semen, bak plastik, pompa air, cetakan, serok, kain sari, bak air, pisau, alat saring dan kotak tahu. Besarnya biaya tetap yang dikeluarkan dalam usaha produksi tahu pada pabrik tahu Rio Saputra di Kelurahan Kalebajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel 6.

36 Tabel 6. Biaya Tetap Usaha Tahu Pada Pabrik Tahu Rio Saputra di Kelurahan

Kalebajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa Selama Satu Bulan, Mei 2014.

No Uraian Biaya Tetap (Rp) Persentase (%) 1

2 3

Penyusutan Peralatan Pajak Bangunan Listrik

1.147,57 90,28 5.000

18,39 01,45 80,15

Jumlah 6.237,85 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014.

Berdasarkan Tabel 6. dapat diketahui bahwa biaya tetap terbesar yang digunakan adalah biaya listrik yaitu sebesar Rp 5.000 atau sebesar 80,15 persen dari semua biaya tetap yang dikeluarkan. Kemudian pengeluaran terendah yaitu biaya pajak bangunan sebesar Rp 90,28 atau sebesar 01,45 persen dan biaya penyusutan peralatan sebesar Rp 1.147,57 atau 18,39 persen.

Biaya penyusutan diatas diperoleh dari pengurangan nilai awal dan nilai akhir dibagi dengan waktu pemakaian dikali dengan jumlah alat, kemudian perhitungan pajak diperoleh dari pajak tanah pertahun dibagi dengan 360 hari pertahunnya dan iuran listrik diperoleh dari biaya beban listrik selama satu bulan dibagi dengan 30 hari dalam satu bulan.

5.4.2 Biaya Variabel Yang Dikeluarkan Pabrik Tahu Rio Saputra.

Biaya variabel yaitu biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh hasil produksi. Biaya variabel yang dikeluarkan dalam penelitian ini yaitu biaya bahan baku kedelai, biaya bahan bakar solar, tenaga kerja, dan biaya pembelian sekam kayu. Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan dalam usaha produksi tahu pada pabrik tahu Rio Saputra di Kelurahan Kalebajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel 7.

37 Tabel 7. Biaya variabel Usaha Tahu Pada Pabrik Tahu Rio Saputra di Kelurahan Kalebajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa selama 1 Bulan, 2014.

No Uraian Jumlah / Satuan

Biaya Variabel

(Rp) Persentase (%) 1

2 3 4

Kedelai BBM Sekam Kayu Tenaga Kerja

195 kg 8,6 ltr 29 krg 7 org

1.657.500,00 42.350,00 145.000,00 534.857,14

69,65 01,78 06,09 22,47 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014.

Berdasarkan Tabel 7. dapat diketahui bahwa biaya terbesar digunakan untuk pembelian kedelai yaitu sebesar Rp 1.657.500,00 atau sebesar 69,65 persen dari semua biaya yang dikeluarkan dengan rata-rata penggunaan sebanyak 195 kg perhari. Kemudian pengeluaran terendah yaitu biaya untuk pembelian bahan bakar solar sebesar Rp 42.350,00 atau sebesar 01,78 persen dengan rata-rata penggunaan sebanyak 7,7 liter perhari. Biaya untuk pembelian sekam kayu yaitu sebesar Rp 145.000,00 atau sebesar 06,09 persen rata-rata penggunaan sebanyak 29 karung perhari dan biaya tenaga kerja sebesar Rp 534.857,14 atau 22,47 persen dengan penggunaan tenaga kerja sebanyak 7 orang.

5.4.3 Total Biaya Produksi

Total biaya produksi adalah jumlah dari biaya tetap ditambah dengan jumlah biaya variabel, terdiri dari biaya tetap meliputi biaya pajak, listrik, dan penyusutan peralatan sedangkan biaya variabel (tidak tetap) meliputi biaya penggunaan bahan baku kedelai, sekam kayu, tenaga kerja, dan bahan bakar solar.

Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk usaha produksi tahu setiap hari selama satu bulan yaitu sebagai berikut :

38 Tabel 8. Rata-rata Biaya Produksi Usaha Tahu Pada Pabrik Tahu Rio Saputra di Kelurahan Kalebajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa, Mei 2014.

No Jenis Biaya Nilai (Rp)

1.

2.

Biaya Tetap

- Penyusutan Peralatan - Pajak Bangunan - Listrik

Biaya Variabel - Kedelai - Sekam Kayu - Tenaga Kerja - BBM

1.147,57 90,28 5.000,00 1.657.500,00 145.000,00 534.857,14 42.350,00

Total Biaya Produksi 2.385.945,00

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2014.

Tabel diatas menunjukkan bahwa biaya variabel (kedelai, sekam kayu, tenaga kerja, dan bahan bakar solar) untuk setiap hari produksi selama satu bulan sebesar Rp 2.379.707 kemudian biaya tetap (pajak bangunan, penyusutan peralatan, dan listrik) yaitu sebesar Rp 6.237,85 sehingga total biaya produksi yang dikeluarkan pabrik tahu Rio Saputra selama satu bulan proses produksi yaitu sebesar Rp 2.385.945

5.5 Penerimaan Usaha Tahu Pada Pabrik Tahu Rio Saputra

Penerimaan usaha produksi tahu merupakan hasil kali antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Sementara penerimaan adalah hasil produksi berupa tahu putih yang keseluruhannya dijual. Besarnya penerimaan yang diperoleh pengusaha dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi yang dihasilkan pengusaha dan harga jual yang sesuai, maka semakin besar pula penerimaan yang akan diperoleh perusahaan. Besarnya hasil produksi dan penerimaan yang

39 diperoleh dalam usaha produksi tahu pada pabrik tahu Rio Saputra di Kelurahan Kalebajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata Produksi dan Penerimaan Usaha Tahu Pada Pabrik Tahu Rio Saputra di Kelurahan Kalebajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa Selama Satu Bulan, Mei 2014.

No Uraian Jumlah Rata-rata

1 2

Produksi (Potong) Tahu Putih

Penerimaan (Rp)

350.400 87.600.000

11.680 2.920.000 Sumber : Analisis Data Primer Setelah Diolah, 2014.

Tabel 9. Dapat diketahui bahwa produksi tahu yang dihasilkan yaitu sebanyak 350.400 potong dengan penerimaan sebanyak Rp 87.600.000. Besarnya penerimaan yang diperoleh pengusaha dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi yang dihasilkan pengusaha dengan harga jual yang sesuai, maka semakin besar pula penerimaan yang akan diperoleh perusahaan. Rata-rata produksi yang dihasilkan pabrik tahu Rio Saputra di Kelurahan Kalebajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa selama satu bulan dalam proses produksi tahu sebesar 11.680 potong dengan harga jual Rp 250,00/potong sedangkan rata-rata penerimaan yang diperoleh perusahaan sebesar Rp 2.920.000,00. Hal ini sesuai dengan pendapat Bangun, (2007) bahwa penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diterima perusahaan atas penjualan barang hasil produksinya, hal tersebut dapat diperoleh dari jumlah produksi yang dihasilkan dikali dengan harga jual.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya penerimaan (hasil penjualan) usaha tahu pada pabrik tahu Rio Saputra sebesar Rp 87.600.000,-, dengan rata-rata penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 2.920.000,-. Semua komponen penerimaan pada usaha tahu tersebut diperoleh dari jumlah produksi

Dokumen terkait