32 Indonesia
Laporan Tahunan 2023
Menguatkan
Investasi Publik untuk Anak
Anak-anak perlu dilibatkan dalam perjalanan Indonesia menuju kesejahteraan ekonomi. Untuk itu, dibutuhkan langkah-langkah perlindungan sosial yang lebih inklusif dan efektif, ditambah dengan intervensi sektor sosial yang tepat sasaran, untuk memberikan jaring pengaman sosial yang kuat bagi rumah tangga miskin dan rentan serta memastikan tersedianya akses yang lebih luas bagi pelayanan dasar publik yang berkualitas untuk anak-anak.
Komitmen kuat untuk menghapuskan kemiskinan melekat pada cita-cita Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Angka kemiskinan nasional mencapai 9,36 persen pada 2023, dengan kemiskinan anak secara moneter sebesar 11,8 persen – yaitu sekitar 9,3 juta anak tinggal bersama rumah tangga miskin - menggarisbawahi masih
diperlukannya upaya-upaya besar untuk mencapai tujuan tersebut. Kemiskinan anak tetap beragam di seluruh Indonesia, dan menyebabkan jutaan anak dalam situasi yang sangat rentan.
Kesulitan ekonomi bukanlah satu-satunya kekhawatiran yang mempengaruhi kualitas hidup anak-anak.
Diperkirakan terdapat 40 persen anak yang menghadapi kesulitan yang disebabkan oleh masalah sosial dan faktor ekonomi setidaknya dalam dua dari tujuh dimensi kehidupan (makanan dan gizi, kesehatan, pendidikan, perlindungan anak, fasilitas [air, sanitasi, bahan bakar dapur], perumahan, dan informasi). Hal ini menunjukkan multifaset tantangan alamiah untuk memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan anak.
Rahman Demeru Katinting, 11, di rumahnya di Desa Balong, Bulukumba, Sulawesi Selatan, Indonesia.
© UNICEF/UNI0848148/Al Asad 32 Indonesia
Laporan Tahunan 2023 Menguatkan Investasi
Publik untuk Anak
Indonesia 33 Laporan Tahunan 2023Indonesia 33 Laporan Tahunan 2023 Menguatkan Investasi
Publik untuk Anak
34 Indonesia
Laporan Tahunan 2023
Pada 2023, UNICEF terus melakukan advokasi agar alokasi sumber anggaran publik untuk anak dan keluarga dapat ditingkatkan dan lebih efisien. Advokasi ini menghasilkan capaian penting, yaitu diadopsinya Pembiayaan Publik untuk Anak dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Prinsip-Prinsip Kebijakan Fiskal (KEM-
PPKF) 2024, beserta kenaikan alokasi anggaran untuk pendidikan (20,4 persen), kesehatan (5,6 persen), dan perlindungan sosial (13,1 persen).
Analisis Anggaran Anak UNICEF yang dilaksanakan pada tingkat nasional dan daerah telah mendorong perhatian besar dari pemerintah untuk meningkatkan identifikasi penandaan anggaran terkait anak dan membuat sistem penganggaran yang secara konsisten mampu menyediakan data dengan memberikan pelatihan kepada pemangku kepentingan terkait. Upaya ini bertujuan meningkatkan transparansi, efisiensi, dan akuntabilitas belanja negara yang ditujukan untuk memberi manfaat bagi anak-anak.
Upaya kerja sama dengan pemerintah untuk mempercepat reformasi perlindungan sosial membuahkan hasil yang positif, termasuk desain sistem informasi pendaftaran program sosial terpadu untuk memperluas cakupan perlindungan sosial dan bermanfaat bagi anak, juga pertimbangan tentang cara terbaik untuk melindungi keluarga rentan dari masalah perubahan iklim.
UNICEF juga mendukung upaya peningkatan kapasitas untuk lebih dari 300 staf pemerintah tingkat pusat dan daerah untuk melaksanakan program yang responsif terhadap iklim dan bencana, serta penganggaran berbasis bukti, dan mendesain ulang program bantuan sosial agar lebih sensitif terhadap anak, lebih efisien dan adaptif.
Program bersama untuk pembiayaan yang inovatif, dilaksanakan bersama badan-badan PBB lainnya telah
memasuki tahun ketiga, dan UNICEF berfokus pada penerbitan obligasi daerah dan pemanfaatan dana sosial Islam untuk program terkait anak.
Peluncuran Studi Lanskap Obligasi Daerah di Indonesia, diikuti dengan pelatihan tentang pembiayaan inovatif untuk lebih dari 100 peserta dari instansi pemerintah pusat dan daerah, memberikan fondasi bagi penerbitan obligasi daerah yang lebih efektif dan pemanfaatan sukuk untuk kepentingan anak-anak di daerah.
Dukungan UNICEF untuk pengoptimalan dana sosial Islam di Aceh memberikan manfaat nyata bagi anak- anak, dengan penyaluran Dana Sosial Islam sebesar 600 ribu dolar AS pada 2023 - memberikan manfaat bagi hampir 700 rumah tangga dan sekitar 2.300 anak melalui beragam intervensi yang responsif terhadap anak.
Untuk meningkatkan perencanaan yang sensitif anak di tingkat pemerintah daerah, UNICEF membuat Sistem Informasi Pemantauan untuk mencatat masukan dan perspektif anak selama tahap
perencanaan. Pendekatan ini membantu memastikan pemerintah daerah mengetahui kebutuhan anak dan remaja, mengintegrasikan aspirasi mereka ke dalam proses perencanaan dan penganggaran, kemudian menindaklanjuti dan melaporkan kebutuhan itu
sehingga meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (Kementerian PPPA) berkomitmen memperluas inisiatif ini dengan mengintegrasikannya ke dalam amandemen Peraturan Menteri tentang Forum Anak dan Peraturan Presiden tentang kota ramah anak.
UNICEF juga mendukung pemerintah di tujuh provinsi yaitu Aceh, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua, Papua Selatan, dan Papua Tengah dalam merumuskan rencana pembangunan jangka menengah yang mengintergrasikan isu-isu dan perspektif anak.
Menguatkan Investasi Publik untuk Anak
Adriana Bailuma sedang menggendong putrinya di belakang rumah mereka di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
© UNICEF/UN0740409/Ifansasti
Indonesia 35 Laporan Tahunan 2023
Di sebuah rumah sederhana di Gampong Lamlagang, Banda Aceh, sinar matahari masuk melalui sela-sela atap seng, menyinari lantai kayu yang sudah usang – yang menjadi salah satu penanda kemiskinan.
Ini adalah rumah keluarga Ernawati, 46, yang baru saja menjanda dan menghadapi kesulitan keuangan setelah suaminya meninggal secara mendadak pada 2021.
“Saya harus membesarkan anak-anak sendiri. Untuk menghidupi empat anak kami, saya menerima jasa cuci baju,” kata Ernawati dengan berlinang air mata.
Sebagai tulang punggung, Ernawati hanya mendapatkan pendapatan dengan jasa mencuci baju. Pekerjaan ini makin berat saat mesin cucinya rusak, sehingga ia harus mengerjakan semuanya secara manual, begitu pun dengan layanan penjemputan dan pengantaran. Tak hanya itu, putranya yang berusia 13 tahun terpaksa berhenti bersekolah, sementara putranya yang berusia 20 tahun mengidap penyakit autoimun.
Pada penghujung 2022, keadaan
Ernawati dan keluarganya mulai berubah ketika Kepala Gampong Lamlagang
menceritakan kesulitan mereka kepada Baitul Mal Aceh (BMA), lembaga keuangan syariah yang menghimpun, mengelola, dan mendistribusikan dana umat Islam. Melalui program Zakat untuk Pembangunan (Zakat For Development/Z4D) BMA, Ernawati menerima bantuan tunai sehingga ia dapat membeli mesin cuci baru dan membuat area untuk mencuci. Hal ini mengurangi beban kerjanya, dan ia pun dapat menjajaki sumber pendapatan baru, seperti berjualan teh di lingkungan tempat tinggalnya.
UNICEF, didukung oleh Dana SDG Bersama (Joint SDG Fund), membangun kapasitas BMA untuk memastikan program-program tersebut menjawab kebutuhan anak-anak.
Sejak 2022, BMA telah menyalurkan 600 ribu dolar AS dari Dana Sosial Islam (ZISWAF) untuk 688 rumah tangga dan sekitar 2.300 anak di 23 kabupaten/kota di Aceh yang terdampak kesulitan ekonomi, layanan sanitasi, atau gizi.
Bagi banyak orang di BMA, upaya ini sangat berarti. Rizki, Pejabat Pelaksana di BMA yang telah mendedikasikan lebih dari 15 tahun untuk upaya-upaya ini, mengatakan para pekerja terdorong untuk membantu keluarga-keluarga di Aceh dengan
“panggilan dari hati”.
Cerita
Kebijakan Sosial
Ibu Ernawati, yang kondisi ekonominya berubah dengan hibah tunai dari BMA melalui program Zakat for Development (Z4D), bersama putrinya di Gampong Lamlagang, Banda Aceh, Indonesia.
© UNICEF/Robertson
35