• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakikat Kekuatan Otot Tungkai

BAB II. KERANGKA TEORITIS

2. Hakikat Kekuatan Otot Tungkai

Depdiknas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009:746) mengemukakan pengertian dari kekuatan berasal dari kata kuat yang berarti tenaga atau daya atau kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuaan bertindak. Jadi, kekuatan merupakan kemampuan dalam melakukan suatu tindakan.

Menurut Harsono (1982:49) kekuatan adalah energi untuk melawan suatu tahanan atau kemampuan untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Lebih lanjut Sajoto (1989:16) mengatakan kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuan dalam menggunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja. Kemudian Soebroto (1977:25) mengatakan kekuatan adalah otot kualitas yang memungkinkan pengembangan ketegangan otot dalam kontraksi yang maksimal.

Dari ketiga pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot dalam usaha menahan beban atau pekerjaan dalam waktu yang relatif pendek.

Kekuatan yang dimaksudkan di sini adalah kekuatan khusus. Bompa (1983:220) mengemukakan bahwa Kekuatan khusus, merupakan kekuatan yang khusus diperlukan dalam suatu cabang olahraga tertentu dan merupakan karakteristik setiap cabang olahraga.

Berdasarkan pendapat Bompa di atas dapat dikemukakan bahwa kekuatan yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah

kekuatan khusus diperlukan dalam olahraga renang, terutama dalam renang gaya dada 100 meter. Kekuatan khusus yang dimaksudkan adalah Kekuatan Otot Tungkai.

b. Fungsi

Perenang yang memiliki Kekuatan Otot Tungkai yang bagus akan dapat melakukan gerakan pukulan kaki yang baik yang dapat mempengaruhi penampilan perenang terhadap prestasi renang gaya dada 100 meter. Hal ini merupakan suatu keuntungan bagi atlet. Akibat Kekuatan Otot Tungkai yang bagus yang dimiliki, atlet lebih mudah untuk dapat melakukan dorongan dengan kaki dalam stroke kaki renang gaya dada 100 meter. Oleh sebab itu besar manfaatnya Kekuatan Otot Tungkai terhadap prestasi renang gaya dada 100 meter.

Pearce (2002:114-115) secara anatomi yang termasuk otot tungkai yaitu; tonjolan pada pangkal paha sampai tumit sebelah luar untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 14 : Struktur otot tungkai (Sumber Pearce, 2002:114-115)

Dari gambar di atas dapat dikemukakan otot-otot yang terlibat dalam proses gerakan tungkai terhadap prestasi renang gaya dada 100 meter adalah sebagai berikut; otot gluteus yang membentuk pantat berfungsi untuk menegakkan tubuh dan menggerakkan sendi pinggul.

Otot quadrisep yang kuat di paha depan tersusun atas otot rectus femoris, vastus medialis, vastus lateralis, dan vastus intermedius. Otot- otot ini bergabung pada tendon quadrisep yang melewati lutut, melenturkan pinggul dan mendukung lutut. Di paha terdapat otot aduktor yang berfungsi untuk mengangkat paha dan mendukung pinggul. Di bagian belakang paha terdapat sekelompok otot, termasuk bisep femoris, yang sering disebut hamstring. Otot ini memanjang di pinggul dan berfungsi untuk dapat menekuk lutut.

Otot betis mayor adalah gastrocnemius dan otot soleus yang berfungsi melenturkan dan membentang pada telapak kaki pada saat tungkai kaki merapat ke pinggul untuk melakukan kayuhan. Otot-otot ini dilekatkan ke tulang tumit oleh tendon Achilles. Telapak kaki sendiri terdiri dari otot kecil yang berfungsi menggerakkan jari-jari kaki dan membuatnya dapat mendorong dengan mudah.

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Otot Tungkai Suharno (1993:28) menyatakan bahwa:

“Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Kekuatan Otot Tungkai antara lain sebagai berikut :

1) Besar kecilnya potongan melintang otot (potongan morphologis yang tergantung dari proses hypertropi otot).

2) Jumlah fibril otot yang turut bekerja dalam melawan beban, maka banyak fibril otot yang bekerja berarti kekuatan bertambah besar

3) Tergantung besar kecilnya rangka tubuh, makin besar skelet maka besar kekuatan

4) Intervasi otot baik pusat maupun perifeer.

5) Keadaan zat kimia dalam otot (glycogen, ATP) 6) Keadaan tonus otot saat istirahat, tonus makin rendah

berarti kekuatan otot tersebut saat bekerja makin besar.

7) Umur dan jenis kelamin juga menentukan baik dan tidaknya kekuatan otot”.

Selanjut Soebroto (1977:25) juga mengatakan bahwa kekuatan suatu otot didasar atas: 1) dipengaruhi oleh unsur-unsur struktural otot khususnya volume (isi), 2) kekuatan otot ditentukan oleh kualitas faktor tidak disengaja kepada otot atau sekelompok otot yang bersangkutan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa pada manusia terdapat beberapa keterbatasan terhadap kekuatan.

Sehubungan dengan itu, Syafruddin (1999:41) mengemukakan bahwa sampai usia 10 tahun kekuatan statis antara pria dan wanita sama, tetapi setelah itu pria meningkat lebih cepat dibandingkan wanita.

Wanita meraih kekuatan maksimalnya antara usia 16 dan 30 tahun, sedangkan pria antara 20 dan 20 tahun. Dengan bertambahnya usia maka kekuatan otot manusia akan menurun pula secara perlahan.

Kekuatan Otot Tungkai dapat meningkatkan unjuk kerja keterampilan motorik mempunyai peranan yang sangat menentukan untuk prestasi renang gaya dada 100 meter. Di samping postur tubuh yang tinggi belum cukup apabila otot-otot tersebut kurang mempunyai

kekuatan. Jika seorang perenang tidak memiliki Kekuatan Otot Tungkai yang cukup bagus tidak akan dapat berenang dengan jarak tempuh yang ingin dicapai. Pada renang gaya dada 100 meter, perenang sangat membutuhkan kekuatan yang dominan untuk melakukan dorongan laju dari belakang. Dengan demikian, kekuatan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah Kekuatan Otot Tungkai.

Kekuatan merupakan kemampuan sekelompok otot mengatasi pembebanan dalam waktu yang singkat. Artinya, kemampuan sekelompok otot untuk mempertahankan prestasi kekuatan dalam waktu singkat untuk mencapai tujuan. Hal ini berlaku dalam prestasi renang gaya dada 100 meter yang memanfaatkan frekuensi gerakan tungkai kaki. Oleh sebab itu, seorang atlet renang harus memiliki Kekuatan Otot Tungkai dalam mencapai prestasi renang gaya dada 100 meter.

Selanjutnya Pate dkk dalam bukunya ‘Scientific Foundations of Coaching’ yang diterjemahkan oleh Kasiyo (1993:150) bahwa,

“gerakan dari ruas badan terjadi karena kontraksi otot-otot rangka”.

Beberapa otot berbentuk gelondong panjang. Otot panjang yang berbentuk gelondong menggerakkan kaki. Kebanyakan penampilan olahraga melibatkan gerakan gerakan yang disebabkan oleh kekuatan, yang salah satunya dihasilkan oleh kontraksi otot.

Menurut Soekarman (1989:32) ada empat cara kontraksi otot yaitu; kontraksi isotonic, isometric, eksentrik dan isokinetik. Kontraksi isotonic juga dinamakan kontraksi konsentrik atau dinamik. Dalam

kontraksi ini terjadi pemendekan otot. Kontraksi ini terjadi pada atlet mengangkat bola, dan lain-lain. Pada kontraksi isometrik tidak kelihatan adanya gerakan . juga dinamakan kontraksi statik, mempertahankan sikiap tubuh adalah salah satu dari kontraksi isometrik. Kemudian, pada kontraksi eksentrik biasanya terjadi pemendekkan, atau panjang otot itu tetap. Tetapi adakalanya ada perpanjangan otot pada waktu kontraksi eksentrik. Sedangkan ketegangan yang timbul pada waktu otot menjadi pendek dengan kecepatan (kinetic) yang sama (iso) dinamakan kontraksi isokinetik.

Contohnya ialah stroke tungkai disaat berenang gaya dada 100 meter.

Setiap kecepatan maju dalam berenang adalah hasil dari dua kekuatan.

Satu kekuatan cenderung untuk menahannya disebut hambatan yang disebabkan oleh air yang harus didesak maju, kekuatan yang kedua ialah kekuatan yang mendorongnya maju disebut dorongan yang diperoleh dari gerakan atau dorongan tungkai kaki.

Begitu juga dalam kemampuan renang gaya dada 100 meter, untuk mencapai prestasi maksimal, otot rangka tungkai dituntut untuk berkontraksi secara isokinetik sehingga menghasilkan kekuatan otot yang baik. Kekuatan otot yang baik adalah penentu penampilan yang penting dalam prestasi renang gaya dada 100 meter, karena apabila otot dapat berkontraksi dan dapat mempertahankan teknik renang dengan baik secara efektif dan efisien, maka dikatakan perenang tersebut memiliki kekuatan otot yang baik. Sebaliknya, apabila seorang perenang memiliki otot yang tidak kuat, maka dikatakan perenang tersebut mempunyai kekuatan otot yang rendah. Oleh sebab itu otot

sebagai penghasil kekuatan melalui kontraksi isokinetik, sangat penting dalam menunjang prestasi renang gaya dada 100 meter yang maksimal. Dari teori tersebut dalam prestasi renang gaya dada 100 meter, seorang perenang harus memiliki Kekuatan Otot Tungkai.

Kekuatan Otot Tungkai merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang sangat menentukan dalam prestasi renang gaya dada 100 meter, khususnya pada gerakan kaki perenang. Apabila gerakan kaki lebih kuat sehingga menghasilkan tenaga dorong yang kuat untuk menggerakkan laju tubuh secara cepat dan apabila digunakan dalam jarak 100 meter akan mempunyai kecepatan yang lebih daripada bentuk gerakan yang lain.

Menurut, Leonard (2004:106) menjelaskan bahwa “seseorang mampu berenang dengan kemampuan renang gaya dada 100 meter membutuhkan unsur kekuatan, khususnya adalah Kekuatan Otot Tungkai secara keseluruhan”. Jadi, apabila perenang tidak memiliki Kekuatan Otot Tungkai yang baik, seorang perenang kesulitan untuk berenang dengan cepat sampai memasuki garis finish.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa Kekuatan Otot Tungkai merupakan kemampuan kontraksi otot-otot tungkai yang terlibat secara kuat untuk mengupayakan prestasi renang gaya dada 100 meter yang maksimal. Kekuatan Otot Tungkai seseorang dapat diukur diukur dengan stopwatch melalui sebuah tes yang menyerupai gerakan pada tungkai gaya dada itu sendiri. Menurut Johnson (1986:137) adapun bentuk tes yang dapat dilakukan untuk mengukur Kekuatan Otot Tungkai adalah melalui half squat jump test dengan

menghitung banyaknya jumlah pengulangan half squat jump test yang dilakukan selama 30 detik.

Dokumen terkait