• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Analisis Kebutuhan Pengembangan Model

Dalam dokumen pengembangan model bimbingan kelompok agentik (Halaman 101-104)

Pada bagian berikut dikemukakan hasil-hasil yang diperoleh pada tahap analisis kebutuhan pengembangan model, sesuai dengan prosedur penelitian yang telah direncanakan dan dilaksanakan. Linier dengan tahap analisis yang telah dikemukakan pada Bab III, hasil yang diperoleh pada tahap analisis meliputi:

gambaran perilaku prososial siswa SMP dan upaya pengembangan yang telah dilakukan, penetapan rencana tujuan umum penelitian pengembangan, hasil analisis karaktersitik siswa sebagai target utama penerapan produk penelitian, ketersediaan sumber daya penunjang yang diperlukan dan penetapan sistem penyajian potensial.

4.1.1. Gambaran Perilaku Prososial Siswa dan Upaya Pengembangan Melalui Pelayaan BK

Penelusuran terhadap gambaran perilaku prososial siswa dilakukan melalui observasi terhadap siswa, wawancara terhadap konselor sekolah dan pengukuran gambaran perilaku prososial dengan mengadministrasikan instrumen yang

relevan. Observasi terhadap siswa dan wawancara terhadap 6 orang konselor sekolah SMP di Kota Padang sekolah dilaksanakan secara bersamaan pada rentang waktu bulan Juni-Juli 2017. Hasil observasi mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa bersikap tidak acuh terhadap orang lain yang membutuhkan bantuan, enggan meminjamkan atau berbagi barang yang dimiliki dengan orang lain dan kurang peduli terhadap orang lain yang mengalami kondisi afektif negatif. Hasil ini selaras dengan informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan konselor sekolah. Berdasarkan data observasi dan wawancara tersebut disimpulkan bahwa perilaku prososial siswa belum berkembang secara optimal.

Wawancara terhadap konselor sekolah juga mengungkap gambaran umum pelaksanaan layanan BK, penyelenggaraan kegiatan bimbingan kelompok, ketertarikan siswa mengikuti bimbingan kelompok, komentar tentang kefektifan model bimbingan kelompok yang biasa dilaksanakan dan kebutuhan konselor terhadap model bimbingan kelompok yang lebih efektif untuk meningkatkan perilaku prososial siswa. Konselor menginformasikan bahwa sejumlah besar jenis kegiatan BK baik yang bersifat individual, kelompok ataupun klasikal, cenderung terselenggara dengan baik. Terkait dengan pelaksanaan bimbingan kelompok, konselor mengemukakan bahwa layanan ini cenderung dapat dilaksanakan sebanyak 5 hingga 8 kali pertemuan untuk setiap semester dan merupakan layanan yang paling digemari siswa. Data ini sejalan dengan temuan penelitian terhadap 690 siswa SMP di Kota Padang yang mengukap bahwa siswa sangat termotivasi untuk mengikuti bimbingan kelompok (Hariko dkk., under review). Namun, kegiatan bimbingan kelompok yang dilakukan selama ini diakui terbatas untuk mengembangkan keterampilan sosial dan memperkaya pengetahuan siswa tentang konten tertentu. Untuk itu diperlukan model bimbingan kelompok yang efektif untuk peningkatan perilaku prososial siswa.

Pengukuran gambaran perilaku prososial siswa dilakukan dengan menggunakan Prosocial Tendecies Measures (PTM - Carlo & Randall, 2002) yang telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. PTM merupakan skala multidimensi yang bertujuan untuk memperoleh data tertulis tentang dimensi- dimensi perilaku altruistis, publik, emosional, patuh, emosional, anonim dan darurat, berdasarkan laporan siswa. Sebanyak 671 orang siswa di tujuh SMP Kota

Padang mengisi PTM. Analisis terhadap data pengisian PTM oleh siswa mengungkapkan bahwa meskipun secara umum perilaku prososial berada pada kategori tinggi, analisis spesifik terhadap masing-masing dimensi menunjukkan bahwa perilaku prososial yang berorientasi kepedulian terhadap orang lain belum berkembang secara optimal (Hariko dkk., in press., untuk tinjauan lebih lengkap).

Berdasarkan temuan yang diperoleh, dilakukan kajian literatur secara lebih komprehensif tentang perilaku prososial, bimbingan kelompok dan perspektif agensi diri.

4.1.2. Tujuan Umum Penelitian Pengembangan

Berdasarkan data gambaran perilaku prososial siswa, kebutuhan terhadap model bimbingan kelompok yang efektif untuk meningkatkan perilaku prososial dan kajian literatur terhadap konsep-konsep teoritis yang terkait dengan penelitian, diperoleh kesimpulan tentang perlunya disusun desain model bimbingan kelompok agentik untuk meningkatkan perilaku prososial siswa SMP.

Sebelum mendesain dan mengembangkan model, peneliti mempertimbangkan tujuan dan kompetensi umum yang diharapkan akan dikuasai siswa setelah memperoleh intervensi berdasarkan model yang dikembangkan. Untuk itu dirumuskan tujuan umum penelitian pengembangan yang akan didesain dan dikembangkan, yaitu menghasilkan model bimbingan kelompok untuk meningkatkan perilaku prososial siswa SMP yang memenuhi kriteria kevalidan dan kepraktisan produk.

4.1.3. Analisis Karakteristik Siswa

Data karakteristik siswa sebagai sasaran utama aplikasi model diperoleh melalui administrasi angket identitas diri, PTM dan inventori motivasi siswa mengikuti bimbingan kelompok. Angket identitas diri siswa diadministrasikan bersamaan dengan PTM yang bertujuan terutama untuk memperoleh data usia, kelas, jenis kelamin, agama dan suku atau etnis. Hasil yang diperoleh yaitu sasaran utama aplikasi model adalah siswa SMP Kota Padang, rata-rata usia 14 tahun, sebagian besar beragama Islam dan berasal dari etnis Minangkabau.

Analisis data PTM mengungkap bahwa perilaku prososial siswa belum berkembang secara optimal, terutama untuk jenis-jenis perilaku prososial yang

berorientasi kepedulian terhadap orang lain, yaitu perilaku prososial altruistis, anonim, emosional dan darurat (Hariko dkk., in press). Hasil analisis PTM yang diperoleh lebih lanjut digunakan sebagai dasar penyusunan Skala Perilaku Prososial Siswa (SPPS) pada tahap desain dan pengembangan. SPPS selanjutnya akan digunakan sebagai alat ukur untuk menilai efektivitas model dalam meningkatkan perilaku prososial siswa SMP. Kemudian, berdasarkan analisis data inventori motivasi siswa mengkuti bimbingan kelompok terungkap bahwa siswa sangat termotivasi untuk mengikuti bimbingan kelompok (Hariko dkk., under review).

4.1.4. Sumber Daya Penunjang

Hasil identifikasi menunjukkan bahwa sejumlah sumber daya penunjang yang dibutuhkan untuk pengembangan model tersedia di lapangan. Sumber daya tersebut ialah siswa dan konselor sekolah sebagai pelaksana kegiatan, pimpinan sekolah sebagai penanggungjawab dan pemberi izin kegiatan, jam pelayanan BK di sekolah dan ruangan kegiatan pelayanan kelompok.

4.1.5. Sistem Penyajian Potensial

Sesuai dengan tujuan penelitian, sistem penyajian model bimbingan kelompok agentik adalah pertemuan tatap muka sepuluh orang siswa dan seorang konselor dalam suasana kelompok untuk membahas topik-topik aktual yang membutuhkan kepedulian dengan mengintegrasikan perspektif agensi diri guna meningkatkan perilaku prososial siswa. Topik dipilih dan dipersiapkan oleh konselor berdasarkan pertimbangan terhadap aspek disposisional pengembangan perilaku prososial, yaitu: keprihatinan empatik, perspektif taking dan penalaran moral prososial. Topik merupakan kejadian faktual dan aktual yang dialami oleh individu atau masyarakat dan memerlukan kepedulian sosial dari siswa.

Kelompok direncanakan bertemu sekali seminggu, selama empat minggu berturut- turut dengan durasi pertemuan untuk masing-masing pertemuan adalah 80 menit.

Dalam dokumen pengembangan model bimbingan kelompok agentik (Halaman 101-104)