A. Hasil Penelitian
1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
37 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
a. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Sebelum Penerapan Pendekatan Problem Solving
Data hasil kemampuan berpikir kreatif matematika siswa sebelum diterapkan pendekatan problem solving pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar disajikan secara lengkap pada lampiran D, selanjutnya analisis deskriptif terhadap nilai tes kemampuan berpikir kreatif matematika siswa sebelum penerapan pendekatan problem solving dapat dilihat pada tabel berikut:
Table 4.1 Statistik Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar Sebelum Penerapan Pendekatan Problem Solving
Statistik Nilai Statistik
Ukuran sampel 26
Skor terendah 0
Skor tertinggi 5
Skor ideal 8
Rentang skor 5
Rata-rata skor 2,65
Standar deviasi
Variansi
Pada tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar sebelum proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan problem solving adalah 2,69 dari skor ideal 8 yang mungkin dicapai siswa dengan standar deviasi 1,384. Skor yang dicapai siswa tersebut dari skor terendah 0 sampai dengan skor tertinggi 5 dengan rentang skor 5. Skor rata- rata kemampuan berpikir kreatif matematika siswa tersebut tidak mencapai skor ketuntasan minimal kemampuan berpikir kreatif matematika siswa = 2,75 agar termasuk dalam kategori cukup kreatif. Jika kemampuan berpikir
39
kreatif siswa dikelompokkan kedalam 5 kategori maka dapat diperoleh distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Sebelum Diterapkan Pendekatan Problem Solving
No. Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) 1 6,25 ≤ TKBK ≤ 8,00 Sangat Kreatif
(SK)
- -
2 4,50 ≤ TKBK < 6,25 Kreatif (K) 2 8 3 2,75 ≤ TKBK < 4,50 Cukup Kreatif
(CK)
12 46
4 0,75 ≤ TKBK < 2,75 Kurang Kreatif (KK)
10 38
5 0 ≤ TKBK < 0,75 Tidak Kreatif (TK)
2 8
Jumlah 26 100
Pada tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari 26 siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar, terdapat 2 orang atau 8% dari jumlah siswa termasuk dalam kategori kreatif, 12 orang atau 46% dari jumlah siswa termasuk dalam kategori cukup kreatif, 10 orang atau 38% dari jumlah siswa termasuk dalam kategori kurang kreatif, 2 orang atau 8% dari jumlah siswa termasuk dalam kategori tidak kreatif.
Berdasarkan deskripsi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematika siswa tidak mencapai skor ketuntasan minimal = 2,75 sesuai pengkategorian kemampuan berpikir kreatif matematika siswa yang telah dibahas pada bab III dan tergolong kurang kreatif.
b. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Setelah Penerapan Pendekatan Problem Solving
Data hasil kemampuan berpikir kreatif matematika siswa setelah diterapkan pendekatan problem solving pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar disajikan secara lengkap pada lampiran D, selanjutnya analisis deskriptif terhadap nilai tes kemampuan berpikir kreatif matematika siswa setelah penerapan pendekatan problem solving dapat dilihat pada tabel berikut:
Table 4.3 Statistik Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar Setelah Penerapan Pendekatan Problem Solving
Statistik Nilai Statistik
Ukuran sampel 26
Skor terendah 4
Skor tertinggi 8
Skor ideal 8
Rentang skor 4
Rata-rata skor 6,27
Standar deviasi
Variansi
Pada tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematika siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar setelah proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan problem solving adalah 6,27 dari skor ideal 8 yang mungkin dicapai siswa dengan standar deviasi 1,218. Skor yang dicapai siswa tersebut dari skor terendah 4 sampai dengan skor tertinggi 8 dengan rentang skor 4. Skor rata- rata kemampuan berpikir kreatif matematika siswa tersebut telah melebihi skor ketuntasan minimal kemampuan berpikir kreatif matematika siswa = 2,75 agar termasuk dalam kategori cukup kreatif. Jika kemampuan berpikir
41
kreatif siswa dikelompokkan kedalam 5 kategori maka dapat diperoleh distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Setelah Diterapkan Pendekatan Problem Solving
No. Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) 1 6,25 ≤ TKBK ≤ 8,00 Sangat Kreatif
(SK)
11 42
2 4,50 ≤ TKBK < 6,25 Kreatif (K) 13 50 3 2,75 ≤ TKBK < 4,50 Cukup Kreatif
(CK)
2 8
4 0,75 ≤ TKBK < 2,75 Kurang Kreatif (KK)
- -
5 0 ≤ TKBK < 0,75 Tidak Kreatif (TK)
- -
Jumlah 26 100
Pada tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa dari 26 siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar, terdapat 11 orang atau 42% dari jumlah siswa termasuk dalam kategori sangat kreatif, 13 orang atau 50% dari jumlah siswa termasuk dalam kategori kreatif, 2 orang atau 8% dari jumlah siswa termasuk dalam kategori cukup kreatif.
Berdasarkan deskripsi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematika siswa melebihi skor ketuntasan minimal = 2,75 sesuai pengkategorian kemampuan berpikir kreatif matematika siswa yang telah dibahas pada bab III dan tergolong sangat kreatif.
c. Deskripsi Normalized Gain atau Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Setelah Diterapkan Pendekatan Problem Solving
Data pretest dan posttest siswa dihitung dengan menggunakan rumus normalized gain. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa setelah diterapkan pendekatan problem solving pada pembelajaran matematika.
Hasil analisis statistik peningkatan (gain) kemampuan berpikir kreatif matematika siswa setelah diterapkan pendekatan problem solving dikategorikan berdasarkan tingkat kemampuan berpikir kreatif matematika siswa yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa Setelah Diterapkan Pendekatan Problem Solving
Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)
Tinggi 11 42
Sedang 15 58
Rendah - -
Jumlah 26 100
Dari tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa bahwa ada 11 atau 42% siswa yang nilai gainnya yang artinya peningkatan hasil belajarnya berada ada kategori tinggi kemudian ada 15 atau 58% siswa yang nilai yang artinya peningkatan hasil belajarnya berada pada kategori sedang dan tidak ada satupun atau 0% siswa yang peningkatan hasil belajarnya berada pada kategori rendah. Dari hasil perhitungan rata-rata skor
43
gain ternormalisasi kemampuan berpikir kreatif matematika siswa setelah pembelajaran dengan penerapan pendekatan problem solving memperoleh peningkatan sebesar 0,67 dan berada dalam kategori sedang.
Berdasarkan uraian diatas, rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematika siswa sebelum pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem solving sebesar 2,65 yang tidak memenuhi ketuntasan minimal = 2,75 sehingga tergolong kurang kreatif, sedangkan rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematika siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem solving mencapai skor 6,27 yang telah memenuhi ketuntasan minimal = 2,75 dan termasuk dalam kategori sangat kreatif. Selain itu, terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa sebesar 0,67 dengan kategori sedang.
Dari deskripsi data di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata tes kemampuan berfikir kreatif matematika siswa sebelum dan setelah diterapkan pendekatan problem solving memiliki perbedaan. Untuk melihat apakah perbedaan antara kedua kelas cukup berarti atau tidak, maka akan dilakukan uji statistik lebih lanjut.