BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
4. Hasil Belajar
a. Pengertian hasil belajar
Berdasarkan uraian tentang konsep belajar diatas, dapat dipahami tentang makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan diatas di pertegas lagi oleh K.Brahin (2007: 39) yang menyatakan
bahwa “hasil belajar dapat di artikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang di peroleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”.
Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang di peroleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional.
Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang di capai telah sesuai dengan tujuan yang di kehendaki dapat di ketahui melalui evaluasi.
Sebagaimana di kemukakan oleh Yunanda (2009 : 94) “evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya di bandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan”. Selain itu, dengan di lakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat di jadikan feedback atau tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja di ukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang di pelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang di berikan kepada siswa. Akan tetapi tidak semua perubahan perilaku merupakan hasil
belajar, artinya ada perubahan perilaku yang dipandang sebagai bukan hasil belajar.
Dari definisi di atas dapat diidentifikasikan bahwa perilaku yang bukan hasil belajar itu adalah.
a). Kecenderungan perilaku intrinsif
Perilaku intrinsif adalah pola respon yang dibawa sejak lahir dan sudah dimiliki individu secara relatif sempurna.
b). Kematangan
Kematangan dapat diartikan sebagai kesiapan organ fisik maupun psikis untuk menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Kematangan merupakan proses perkembangan yang datang dari diri individu dan bukan karena pengaruh latihan atau intervensi lingkungan. Perubahan perilaku yang dicapai pada tahap perkembangan tertentu yang disebabkan bukan oleh campur tangan lingkungan disebut kematangan dan bukan hasil belajar.
Kartono (1990:26) mengartikan perilaku “kematangan itu adalah perubahan yang lebih merupakan hasil pertumbuhan fisik dan perubahan biologis dari pada hasil pengalaman”. Perilaku ini disebutnya perilaku pilogenetik. Sedangkan perilaku belajar disebabkan oleh karena pengalaman, dan disebutnya sebagai perilaku ontogenik. Proses belajar yang dialami manusia baik itu yang berkaitan dengan kemampuan fisik, psikis, maupun sosial akan bergantung kepada perpaduan antara kematangan dan pengalaman.
Perpaduan kematangan dan pengalaman ini akan menghasilkan kesiapan belajar.
c). Perilaku keadaan sementara
Perubahan perilaku yang sifatnya sementara, seperti keletihan atau kekuatan pengaruh obat-obat tertentu, bukan hasil belajar. Pengulangan kegiatan secara terus-menerus seringkali ditandai oleh rendahnya efesiensi kegiatan sebagai petunjuk terjadinya keletihan. Keletihan merupakan kondisi yang dapat memperlemah keterampilan. Baik keletihan maupun belajar keduanya dapat dilihat dari tindakan yang ditampilkan. Perbedaannya terletak bahwa yang satu sifatnya sementara dan yang lain bersifat menetap (permanen). Keletihan yang sifatnya sementara lambat laun akan hilang, dan jika keletihan sudah hilang maka keterampilan dan efisiensi tindakan akan kembali normal sekalipun tanpa intervensi lingkungan. Demikian pula dengan pengaruh obat-obatan yang dapat meningkatkan ketahanan, mungkin untuk sementara akan dapat meningkatkan efisiensi tindakan. Namun setelah pengaruh itu hilang efisiensi akan kembali kepada keadaan semula.
b. Macam-macam hasil belajar
Hasil belajar sebagaimana telah di jelaskan di atas meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih jelasnya dapat di jelaskan sebagai berikut : 1) Pemahaman konsep
Pemahaman menurut Suharsimi Arikunto (2009:118) adalah
“bagaimana seorang mempertahankan membedakan, menduga, menerangkan,
memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali dan memperkirakan”.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2005:2-3) “konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian”.
Jadi, konsep ini merupakan sesuatu yang telah melekat dalam hati yang tergambar dalam pikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Orang yang telah memiliki konsep, berarti orang tersebut memiliki pemahaman yang jelas tentang suatu konsep atau citra mental tentang sesuatu. Sesuatu tersebut dapat berupa objek, konkret ataupun gagasan yang abstrak.
Untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman konsep, guru dapat melakukan evaluasi produk. Sehubungan dengan evaluasi produk ini, Mulyono (2000:540) “menyatakan bahwa melalui produk dapat di selidiki apakah dan sampai berapa jauh suatu tujuan intruksional telah tercapai, semua tujuan itu merupakan hasil belajar yang seharusnya diperoleh siswa”. Berdasarkan pandangan Mulyono ini, dapat di ketahui bahwa hasil belajar siswa erat hubungannya dengan tujuan intruksional (pembelajaran) yang telah di rancang guru sebelum melaksanakan proses belajar mengajar.
2. Keterampilan proses
Dimiyati (2002:138) “mengemukakan bahwa keterampilan proses merupakan kerampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa, keterampilan berarti kemampuan
menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efektif dan efisisen untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreatifitasnya”.
Indrawati (1993:3) “merumuskan bahwa keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat di gunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya”. Atau untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi). Dengan kata lain, keterampilan ini di gunakan sebagai wahana penemuan dan pengembangan konsep, prinsip dan teori.
3. Sikap
Menurut Azwar (1998:3) “sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek respons fisik”. Jadi, sikap ini harus ada kekompakan antara mental dan fisik secara serempak.jika mental saja yang di munculkan, maka belum tampak secara jelas sikap seseorang yang di tunjukkannya. Selanjutnya, Azwar mengungkapkan tentang struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu: komponen kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang di percayaioleh individu pemilik sikap, komponen afektif, yaitu perasaan yang menyangkut emosional, dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang di miliki seseorang.
Sementara menurut Sardiman (1996:275) “sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu”. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan seseorang.
Dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih di arahkan pada pengertian pemahaman konsep. Dalam pemahaman konsep, maka domain yang sangat berperan adalah domain kognitif.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar murid merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik dari diri maupun dari luar diri murid. Pengenalan terhadap faktor-faktor tersebut penting sekali artinya dalam membantu murid mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya. Disamping itu, diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, akan dapat diidentifikasi faktor yang menyebabkan kegagalan bagi murid sehingga dapat dilakukan antisipasi atau penanganan secara dini agar murid tidak gagal dalam belajarnya atau mengalami kesulitan belajar yang dapat menghambat kesuksesan studi murid.
Guru perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar sehingga dapat dilakukan upaya peningkatan hasil belajar murid dalam proses pembelajaran di sekolah. Bahkan guru dapat melakukan upaya antisipasi jika terjadi kesulitan belajar atau kegagalan murid dalam belajar di sekolah.
Menurut Syah (2000 : 132) “faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu :
1) Faktor internal (faktor dari dalam murid), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani murid.
2) Faktor eksternal (faktor dari luar murid), yakni kondisi lingkungan di sekitar murid.
3) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar murid yang meliputi strategi dan pendekatan yang digunakan murid untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran”.
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Purwanto (2007 : 102) “tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu :
1) Faktor yang ada pada diri organism itu sendiri yang kita sebut faktor individual.
2) Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk faktor individual antara lain : faktor kematangan/
pertumbuhan, kecerdasan, latihan motivasi, dan faktor pribadi.
Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi belajar”.
Berdasarkan pendapat diatas, pada hakikatnya terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar murid, namun pada intinya dapat diklasifikasikan atas dua faktor, yaitu bersumber dari dalam diri murid dan dari luar dirinya. Faktor dari diri murid, berupa : faktor fisik, psikologi, sedangkan faktor dari luar diri murid berupa pendekatan belajar, sekolah, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan pergaulan murid yang mempengaruhi aktivitas belajarnya sehari-hari.
d.Karakteristik Anak
Perkembangan manusia berlangsung sepanjang rentang kehidupan yaitu dimulai pada saat tejadinya pembuahan hingga pada masa lanjut usia. Masing-
masing tahapan perkembangan memiliki karakteristik perilaku yang berbeda satu dengan lainnya.
Anak-anak di Indonesia rata-rata saat masuk sekolah dasar berusia 6 tahun dan akan lulus pada usia 12 tahun. Usia 6-12 tahun tersebut anak berada pada masa kanak-kanak akhir jika mengacu pada pembagian tahapan perkembangan anak. Menurut Piaget, masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasional konkret dimana aktivitas mental anak terfokus pada obyek-obyek yang nyata atau berbagai kejadian yang pernah dialami.
Anak-anak pada usia sekolah dasar masih suka bermain, senang bergerak, dan melakukan sesuatu secara langsung. Menurut Desmita (2012: 35-36) “tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi:
1. Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik
2. Membina hidup sehat
3. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok
4. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin
5. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat
6. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif”.
Endang Poerwanti dan Nur Widodo (2002: 44-45) berpendapat bahwa
“kegiatan belajar pada masa anak sekolah dasar berfungsi dalam mengembangkan kemampuan sebagai berikut.
1. Belajar keterampilan phisik yang diperlukan untuk bermain seperti lari, lompat dan sebagainya
2. Membina sikap positif untuk dirinya sendiri
3. Bergaul dengan teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku dalam masyarakat
4. Belajar memainkan peran sesuai dengan jenis kelamin
5. Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis, dan matematika
6. Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari- hari
7. Mengembangkan kata hati, moral dan skala nilai yang selaras dengan keyakinan dan kebudayaan masyarakat
8. Mengembangkan sikap obyektif terhadap kelompok dan lembaga kemasyarakatan
9. Belajar mencapai kemerdekaan dan kebebasan pribadi dan bertanggung jawab”.
Sedangkan menurut Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 103-104) “tugas-tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir adalah sebagai berikut.
1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain
2. Sebagai makhluk yang sedang tumbuh, mengembagkan sikap yang sehat mengenai diri sendiri
3. Belajar bergaul dengan teman sebaya
4. Mulai mengembangkan peran sosial pria dan wanita
5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung
6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari
7. Mengembangkan kata batin, moral dan skala nilai
8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga 9. Mencapai kebebasan pribadi”.
Dari paparan di atas diketahui bahwa ruang lingkup pergaulan anak sudah semakin luas. Anak tidak hanya mengenal keluarganya saja, tetapi sudah mampu mengenal lingkungan sekolah dan teman sebayanya. Begitu juga dengan peran anak yang mulai berkembang. Anak bukan hanya menjadi seorang anak dari orang tuanya, tetapi mulai menjadi seorang teman dan seorang siswa yang mempunyai tugas untuk belajar. Keterampilan anak pun berkembang. Anak belajar mengembangkan keterampilan fisik; belajar bergaul dengan teman sebayanya; belajar membaca, menulis, berhitung; dan tidak lupa mengembangkan sikap, nilai-nilai dan moral.