BAB II TINJAUAN TEORETIS
B. Hasil Belajar
Hasil belajar terangkai dari dua kata yakni hasil dan belajar. Menurut Suharsimi Arikunto dalam Ruswandi menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur. Sedangkan menurut Ernest R. Hilgard dalam Ruswandi menyatakan bahwa belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda
11Basyaruddin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 97-98.
dari perubahan yang ditimbulkan oleh perubahan lainnya dan perubahannya tersebut cenderung bersifat permanen.12
Hasil belajar merupakan suatu ukuran berhasil atau tidaknya seseorang peserta didik dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Hasil suatu pemebelajaran (kemampuan, keterampilan dan sikap) dapat terwujud jika pembelajaran (kegiatan belajar mengajar) terjadi. Baik individu ataupun tim menginginkan suatu pekerjaan dilakukan secara baik dan benar agar memperoleh hasil yang naik dari pekerjaan tersebut. Keberhasilan ini akan tampak dari pemahaman, pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki oleh individu ataupun tim.13
Hasil belajar menjadi objek penilaian kelas dapat berupa kemampuan- kemampuan baru yang didapatkan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran tentang mata pelajaran tertentu. Hasil belajar juga dianggap sebagai kemampuan yang telah diperoleh oleh peserta didik setelah melewati proses belajar.
Dalam proses belajar, peserta didik berusaha mendapatkan atau memperoleh sesuatu yang dapat meningkatkan kemampuannya setelah kegiatan belajar tersebut.14
Pada sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar yang secara
12Ruswandi, Psikologi Pembelajaran (Cet. I; Bandung: Cipta Pesona Sejahtera, 2013), h. 51.
13Z. Arifin, Evaluasi Instruksional (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000), h. 117-119.
14Supratiknya, Penilaian Hasil Belajar dengan Teknik Nontes (Yogyakarta: Universitas Sanata Darma, 2012), h. 201-209.
garis besar membagi menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang meliputi enam aspek, yaitu: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Kemudian dibagi dan disusun secara hierarkis, tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Tingkatan hasil belajar kognitif menurut taksonomi revisi antara lain:
kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasi (C3), kemampuan menganalisis (C4), kemampuan mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6).
1) Ranah Afektif
Secara hirarki hasil belajar afektif dari tingkatan yang paling rendah dan sederhana hingga yang paling tinggi dan kompleks. Ranah penilaian hasil belajar afektif adalah kemampuan yang berkenaan dengan perasaan, emosi, sikap/derajat penerimaan atau penilaian suatu objek. Prosedurnya yaitu penentuan definisi konseptual dan definisi operasional. Pemberian nilai hasil belajar afektif menggunakan skala. Skala adalah alat untuk mengukur nilai sikap, minat, dan perhatian dan lain-lain.
2) Ranah Psikomotor
Hasil belajar pada ranah psikomotor berwujud dalam bentuk keterampilam (skill) serta kemampuan individu dalam bertindak. Ada enam tingkatan keterampilan, yaitu:
a) Gerakan refleks atau gerakan yang tidak sadar.
b) Keterampilan gerakan dasar.
c) Kemampuan perseptual untuk membedakan auditif dan motoris d) Kemampuan dibidang fisik (kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan) e) Gerakan skill mulai sederhana sampai kompleks, dan
f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi gerakan ekspresif dan interprestatif. Selanjutnya dapat dimaknai bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tersebut dapat diukur dan mempunyai tolak ukur.15
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kompetensi atau kemampuan yang dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti dan melakukan proses belajar mengajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor internal terdiri dari:
a) Faktor jasmaniah yang meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh.
b) Faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.
2) Faktor eksternal terdiri dari:
a) Faktor keluarga yang dapat meliputi cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, dan latar belakang kebudayaan.
b) Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran
15Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 45-47.
dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan rumah tugas.
c) Faktor masyarakat dapat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat, dan media massa.
Berdasarkan analisis penulis terhadap penjelasan dia atas bahwa hasil belajar merupakan pencapaian seseorang yang diperoleh atau akibat dari aktivitasnya sendiri dan memungkinkan terjadinya suatu perubahan yang lazimnya dinyatakan dalam bentuk huruf ataupun angka. Benyamin S. Bloom dalam Ruswandi, menge- mukakan bahwa secara garis besar perubahan-perubahan tersebut meliputi tiga aspek, yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor.
Hal yang mempengaruhi hasil belajar tidak luput dari dua faktor, yaitu:
faktor internal merupakan pengaruh dari dalam diri seseorang dan faktor eksternal yaitu faktor dari luar. Untuk lebih jelasnya berikut pemaparan ahli.
Walisman dalam Ahmad Susanto, berpendapat bahwa faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang meliputi:
kecerdasan, minat dan motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kesehatan jasmani dan rohani. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik, meliputi: keluarga, sekolah, dan masyarakat.16 Lebih lanjut, Rus Effendi dalam Ahmad Susanto mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh macam, yaitu:
16Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (Cet. I; Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 13.
2. Kecerdasan Anak
Kemampuan intelegensi (kecerdasan) sangat memengaruhi cepat atau lambatnya seseorang menerima informasi. Kecerdasan peserta didik sangat membantu pendidik untuk menetukan apakah peserta didik itu mampu mengikuti pelajaran serta untuk meramalkan keberhasilan peserta didik setelah proses belajar mengajar meskipun tidak akan terlepas dari faktor lainnya.
3. Kesiapan atau Kematangan
Kesiapan atau kematangan adalah tingkat perkembangan individu atau organorgan sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Kaitannya dalam proses belajar mengajar, kematangan atau kesiapan ini sangat menentukan berhasil tidaknya sebuah proses belajar mengajar.
4. Bakat Anak
Chaplin dalam Ahmad Susanto, mendefinisikan bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam artian ia memiliki potensi untuk mencapai prestasi sampai pada tingkatan tertentu. Oleh sebab itu, bakat cukup berperan dalam memengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar peserta didik.
5. Kemauan Belajar
Tugas pendidik yang terkadang sukar dilaksanakan adalah menghadirkan kemauan belajar peserta didik belajar. Kemauan belajar yang tinggi disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar tentunya berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang akan diraihnya. Karenanya, kemauan belajar merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
6. Minat
Minat dapat berarti kecenderungan atau kegairahan yang cukup tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seorang peserta didik yang memiliki minat besar terhadap mata pelajaran akan memberikan perhatian lebih banyak jika dibandingkan dengan peserta didik yang tidak memiliki minat dalam belajar.
7. Model Penyajian Materi Pelajaran
Keberhasilan peserta didik dalam proses belajar mengajar sangart bergantung pula pada model penyajian materi. Model penyajian materi yang menyenangkan, menantang dan mudah dimengerti oleh peserta didik tentu akan sangat berpengaruh positif keberhasilan sebuah proses belajar mengajar.
8. Pribadi dan Sikap Pendidik
Pribadi dan sikap pendidik yang baik tentunya tercermin dari sikapnya yang ramah, lemah lembut, membimbing dengan penuh perhatian dan kasih sayang, tanggap terhadap keluhan atau kesulitan siswa, memberikan penilaian yang objektif, rajin, disiplin, serta berdedikasi dan bertanggung jawab penuh dalam segala tindakan yang ia lakukan.
9. Suasana Pengajaran
Suasana pengajaran yang tenang, dialog yang kritis antara pendidik dengan peserta didik serta menumbuhkan suasana yang aktif di antara peserta didik tentunya akan memberikan nilai lebih dalam proses belajar mengajar. Sehingga keberhasilan peserta didik dapat meningkat secara maksimal.
10. Kompotensi Pendidik
Pendidik profesional memiliki kemampuan tertentu. Kemampuan tersebut diperlukan dalam membantu peserta didik dalam belajar. Pendidik yang profesional
adalah pendidik yang berkompeten dalam bidangnya dan menguasai dengan baik bahan ajar serta mampu memilih metode yang tepat sehingga pendekatan tersebut bisa berjalan sebagaimana mestinya.
11. Masyarakat
Dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku manusia dan berbagai macam latar belakang pendidikan. Kehidupan modern dengan keterbukaan serta kondisi yang luas banyak dipengaruhi dan dibentuk oleh kondisi masyarakat ketimbang oleh keluarga dan sekolah.17
17Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, h. 14-18.
30