• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Movie Learning Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VIII dalam Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs. Muhammadiyah Ereng-Ereng Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Pengaruh Movie Learning Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VIII dalam Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs. Muhammadiyah Ereng-Ereng Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEBUDAYAAN ISLAM DI MTS. MUHAMMADIYAH ERENG-ERENG KECAMATAN TOMPOBULU

KABUPATEN BANTAENG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Jurusan Pendidikan Agama Islam

pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

ULIL AMRI NATSIR NIM: 20100116057

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2023

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bersangkutan di bawah ini:

Nama : Ulil Amri Natsir

NIM : 20100116057

Tempat/Tgl. Lahir : Bantaeng, 30 September 1998 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Alamat : Ereng-Ereng, Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng Judul : Pengaruh Movie Learning Terhadap Hasil Belajar Peserta

Didik Kelas VIII dalam Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs. Muhammadiyah Ereng-Ereng Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Samata, 10 Agustus 2023

Penyusun

Ulil Amri Natsir

NIM 20100116057

(3)

iii

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke Hadirat Allah swt. yang telah memberikan nikmat, hidayah dan taufik-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Salawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw. yang dengannya manusia mampu berhijrah dari satu masa yang tidak mengenal peradaban menuju kepada satu masa yang berperadaban.

Karya ilmiah ini membahas tentang ‚Pengaruh Movie Learning terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VIII dalam Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs. Muhammadiyah Ereng-Ereng Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng‛.

‛. Penulis menyadari bahwa pada proses penulisan karya ilmiah ini dari awal sampai akhir tidak luput dari segala kekurangan penulis sendiri maupun berbagai hambatan dan kendala yang sifatnya datang dari eksternal selalu mengiringi proses penulisan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Dengan penuh kesadaran dan dari dalam dasar hati nurani penulis menyampaikan permohonan maaf dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yaitu ayahanda Drs. H. Muh Natsir (alm) dan ibunda Hj. St. Hawariah yang telah membesarkan, mendidik dan membina penulis dengan penuh kasih serta senantiasa memanjatkan doa-doanya untuk penulis. Begitu pula penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:

(5)

v

1. Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D. selaku Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag. selaku Wakil Rektor 1, Prof. Dr.

Wahyuddin Naro, M.Hum. selaku Wakil Rektor II, Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag. selaku Wakil Rektor III, dan Prof. Dr. H. Kamaluddin Abunawas, M.Ag. selaku Wakil Rektor IV, yang telah membina dan memimpin UIN Alauddin Makassar yang menjadi tempat bagi penyusun untuk memperoleh ilmu baik dari segi akademik maupun ekstrakurikuler.

2. Prof. Dr. H. A. Marjuni, S.Ag., M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, beserta Wakil Dekan I Dr. M. Shabir, U, M.Ag. Wakil Dekan II Dr, M. Rusdi T., M.Ag. Wakil Dekan III Dr. H. Ilyas., M.Pd., M.Si. beserta staf yang telah memberikan pelayananan akademik terhadap penulis.

3. Dr. H. Syamsuri, SS. MA. dan Dr. Muhammad Rusmin B, M.Pd.I. selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan petunjuk dan arahannya selama penyelesaian studi.

4. Dr. Muhammad Yahdi, M.Ag. dan Dr. Muhammad Rusmin B, M.Pd.I. selaku Pembimbing I dan Pembimbing II, yang telah memberikan arahan, dan pengetahuan baru dalam penyusunan skripsi ini, serta membimbing penulis sampai tahap penyelesaian.

5. Dr. H. Syamsul Qamar, M.Th.I. dan Dr. Umar Sulaiman, M.Pd. selaku Penguji I dan Penguji II, yang telah memberikan arahan, koreksi dan pengetahuan baru

(6)

vi

dalam penyusunan skripsi ini, serta membimbing penulis sampai tahap penyelesaian.

6. Kepala Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan serta UIN Alauddin Makassar beserta segenap staf yang telah menyiapkan berbagai literatur dan memberikan kemudahan untuk memanfaatkan perpustakaan secara maksimal demi penyelesaian skripsi ini.

7. Rekan-rekan seperjuangan di Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2016 tanpa terkecuali, khususnya kepada rekan-rekan PAI 3-4 yang telah banyak membantu dan memberikan pengalaman dan kenangan yang tidak dapat terlupakan kepada penulis selama mengemban pendidikan di UIN Alauddin Makassar.

8. Rekan-rekan PPL MTs Madani Pao-Pao dan KKN (Kuliah Kerja Nyata) Desa Bentenge Kecamatan Mallawa Kab. Maros, yang telah banyak memberikan pengalaman baru di dalam proses pengabdian kepada masyarakat yang akan diaplikasikan nantinya ketika selesai mengenyam pendidikan di UIN Alauddin Makassar.

Makassar, 10 Agustus 2023 Penulis,

Ulil Amri Natsir NIM: 20100116057

(7)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PERSETUJUAN PROMOTOR ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

TRANSLITERASI ARAB-LATIN... vii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Hipotesis ... 5

D. Definisi Operasional Variabel ... 6

E. Kajian Pustaka... 7

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 13

A. Movie Learning ... 13

B. Hasil Belajar ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 30

B. Populasi dan Sampel ... 31

C. Metode Pengumpulan Data ... 32

D. Instrumen Pengumpulan Data ... 34

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Hasil Penelitian ... 47

B. Pembahasan ... 54

BAB V PENUTUP ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Implikasi Penelitian ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 63

(8)

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN A. Transliterasi Arab-Latin

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya kedalam huruf Latin dapat dilihat ada tabel berikut:

1. Konsonan

Hamzah(ء)yang terletak diawal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun. Jika ia terletak ditengah atau diakhir, maka ditulis dengan tanda (’).

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا Alif tidakdilambangkan tidak dilambangkan

ب Ba B Be

ت Ta T Te

ث s\a s\ es (dengan titik di atas)

ج Jim J Je

ح h}a h} ha (dengan titik di bawah)

خ Kha Kh ka dan ha

د Dal D De

ذ z\al z\ zet (dengan titik di atas)

ر Ra R Er

ز Zai Z Zet

س Sin S Es

ش Syin Sy es dan ya

ص s}ad s} es (dengan titik di bawah)

ض d{ad d} de (dengan titik di bawah)

ط t}a t} te (dengan titik di bawah)

ظ z}a z} zet (dengan titik di bawah)

ع ‘ain ‘ apostrof terbalik

غ Gain G Ge

ؼ Fa F Ef

ؽ Qaf Q Qi

ؾ Kaf K Ka

ؿ Lam L El

ـ Mim M Em

ف Nun N En

و Wau W We

هػ Ha H Ha

ء Hamzah ’ Apostrof

ى Ya Y Ya

(9)

ix 2. Vokal

Vokal bahasa Arab,seperti vokal bahasa Indonesia,terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Vokal rangkap bahasa Arab yanglambangnya berup agabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Contoh:

ََفَيَك: kaifa

ََؿَوَه : haula 3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Contoh:

ََتاَم : ma>ta

ىَمَر : rama>

ََلَيَق : qi>la

ََتَوََيَ : yamu>tu

Tanda Nama Huruf Latin Nama

ََا fath}ah A a

ََا Kasrah I i

ََا d}amah U u

Tanda Nama Huruf Latin Nama

ََىَى fath}ah dan ya>’ Ai a dan i

ََوَػى fath}ah dan wau Au a dan u

Harakat dan

Huruf Nama Huruf dan

Tanda Nama

ى

ﹶ ... اﹶ... fath}ah dan alif atau ya>’ a> a dan garis di atas ىى kasrah dan ya>’ i> i dan garis di atas وَى d}amah dan wau u> u dan garis di atas

(10)

x 4. Ta>’ marbu>t}ah

Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta>’ marbu>t}ah yang hidup atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t].

Sedangkan ta>’ marbu>t}ah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan ta>’ marbu>t}ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta>’marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

Contoh:

ََؿاَفَطَََلْاََةَضَوَر : raud}ah al-at}fal>

ََةَلَضاَفَلاََةَنَػيَدَمَلَا : al-madi>nah al-fa>d}ilah

ََةَمَكَلَْا : al-h}ikmah

5. Syaddah (Tasdi>d)

Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydi>d (َﹼ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

Contoh:

ََانَبَر : rabbana>

اَنَػيََنَ :najjaina>

ََقََلَْا : al-haqq

ََمَعَػن : nu‚ima

ََوَدَع : ‘aduwwun

CJika huruf ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah ((ََيَىmaka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi i>.

Contoh:

ََيَلَع : ‘ali> (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)

َََبََرَع : ‘arabi> (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ؿا(alif lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah.

(11)

xi

Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

Contoh:

ََسَمَشلَا : al-syamsu (bukan asy-syamsu)

ََةَلَزَلَزلَا : al-zalzalah (bukan az-zalzalah)

ََةَفَسَلَفَلَا : al-falsafah

ََدَلاَبَلَا : al-bila>du 7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

Contoh:

ََفَوَرَمََأَت : ta’murun>

ََعَوَػنلَا : al-nau‘

ََءَيَش : syai’un

ََتَرَمَأ : umirtu

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur’an (dari al-Qur’a>n), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata- kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditrans- literasi secara utuh.

Contoh:

Fi>Zila>l al-qur’a>n

al-Sunnah qabl al-tadwi>n 9. Lafz} al-Jala>lah (للها)

Kata ‚Allah‛ yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mud}a>f ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

(12)

xii Contoh:

ََللهاََنَيَدdi>nulla>hللهَاَبbilla>h

Adapun ta>’ marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz} al-jala>lah, ditransliterasi dengan huruf [t].

Contoh:

ََةََحَْرَََفََِمَه

الل hum fi> rah}matilla>h

10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-).

Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:

Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l

Inna awwala baitin wud}i‘a linna>si lallaz\i> bi Bakkata muba>rakan Syahru Ramad}a>n al-laz\i> unzila fi>h al-Qur’a>n

Nas}i>r al-Di>n al-T{u>si>

Abu> Nas}r al-Fara>bi>

Al-Gaza>li>

Al-Munqiz\ min al-D}ala>l

Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibn (anak dari) dan Abu>

(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkansebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:

Abu> al-Wali>d Muh}ammad Ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibn Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad (bukan: Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad Ibn)

Nas}r H{a>mid Abu> Zaid, ditulis menjadi: Abu> Zaid, Nas}r H{a>mid (bukan: Zaid, Nas}r

(13)

xiii B. Daftar Singkatan

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:

swt. = subh}a>nahu> wa ta‘a>la>

saw. = s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam a.s. = ‘alaihi al-sala>m

H = Hijrah

M = Masehi

SM = Sebelum Masehi

l. = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja) w. = Wafat tahun

QS …/…: 4 = QS al-Baqarah/2: 4 atau QS A<l ‘Imra>n/3: 4 HR = Hadis Riwayat

H{ami>d Abu>)

(14)

xiv ABSTRAK Nama :Ulil Amri Natsir

NIM :20100116057

Fak/Jurusan :Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam

Judul :Pengaruh Movie Learning Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VIII dalam Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs. Muhammadiyah Ereng-Ereng Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Untuk mengetahui hasil belajar SKI yang diajar tanpa menggunakan movie learning di MTs. Muhammadiyah Ereng-Ereng.

(2) Untuk mengetahui hasil belajar SKI yang diajar dengan menggunakan movie learning di MTs. Muhammadiyah Ereng-Ereng. (3) Untuk mengetahui pengaruh tanpa dan dengan penggunaan metode movie learning di MTs. Muhammadiyah Ereng-Ereng.

Pada penelitian ini digunakan penelitian eksperimen dengan jenis penelitian Quasi Eksperimen. Adapun bentuk design quasi eksperimen yang digunakan adalah Pre test-Post test One Group Design. Penelitian ini dilaksanakan di MTs.

Muhammadiyah Ereng-Ereng. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII MTs. Muhammadiyah Ereng-Ereng tahun ajaran 2021/2022. Sampel dalam penelitian ini diambil dari 1 kelas menggunakan purposive sampling, yaitu kelas VIII dengan jumlah 20 siswa dari populasi. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah tes hasil belajar, lembar observasi dan format dokumentasi.

Adapun teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasilnya menunjukkan bahwa:

Sig (2.tailed) 0,000 < lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak, sehingga terdapat pengaruh yang signifikan antara rata-rata hasil belajar peserta didik MTs Muhammadiyah Ereng-Ereng sebelum dan sesudah penggunaan movie learning.

Dengan kata lain, penggunaan metode movie learning berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik MTs. Muhammadiyah Ereng-Ereng. Dengan kata lain, penerapan metode movie learning berpengaruh terhadap hasil belajar SKI siswa kelas VIII MTs. Muhammadiyah Ereng-Ereng.

Adapun implikasi dalam penelitian ini adalah (1) Kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi pendidik dan peserta didik maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam pembelajaran SKI. (2) Kepada peneliti lainnya yang berkeinginan untuk meneliti dalam wilayah kajian yang sama, diharapkan dapat mengembangkan produk bahan ajar ataupun media yang dapat merepresentasikan metode movie learning berbasis teknologi.

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian dari program wajib dari pemerintah yang memiliki fungsi untuk memajukan suatu bangsa. Sebab, pendidikan menjadi salah satu fondasi untuk menyiapkan sumber saya manusia (SDM) yang berkualitas.

Sarana utama yang sangat dibutuhkan untuk memajukan kehidupan manusia tidak lain adalah pendidikan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang dilakukam agar pendidikan di Indonesia dapat berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan dalam UUD 1945 alinea keempat yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya yang dilakukan pemerintah salah satunya adalah mendirikan sekolah formal bagi anak bangsa untuk menuntut ilmu.1 Keutamaan orang yang menuntut ilmu dijelaskan dalam al-Qur’an QS al-Mujadalah: 11:

ا و م ك ل الل ح س ف ي ا و ح س فا ف س ل ج م لا ى ف ا و ح س ف ت م ك ل ل ي ق ا ذ ا ا و ن م ا ن ي ذ لا ا ه ي ا ي ل ي ق ا ذ

او ت و ا ن ي ذ لا و م ك ن م ا و ن م ا ن ي ذ لا الل ع ف ر ي ا و ز ش نا ف ا و ز ش نا ا م ب الل و ت ج ر د م ل ع لا

ر ي ب خ ن و ل م ع ت

Terjemahnya:

Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu ‚Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,‛ lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, ‚Berdirilah,‛ (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.2

1Taurinda Mahardayanti, Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Matematika dengan Pemberian Tugas Artikel Internet Kelas VI SD Negeri Tanjungrejo 3 Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2011/2012 (Jurnal Ilmiah Pendidikan: 1(1), 2013), h. 67-76.

2Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung; Mizan, 2020), h. 498.

(16)

Pendidikan di Indonesia masih memiliki segudang permasalahan. Pada survai Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-11 dari 11 negara di Asia Tenggara. Indonesia hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang di survai di dunia. Rendahnya angka indeks pendidikan Indonesia mengakibatkan daya saing juga melemah, sehingga dapat berakibat pada ketidakmampuan negara Indonesia bersaing dengan negara- negara lainnya.3

Sekolah formal merupakan wadah yang menyediakan fasilitas bagi anak bangsa untuk menuntut ilmu. Sekoah formal terdiri dari beberapa komponen dan segala hal yang membantu berjalannya proses pembelajaran. Salah satu komponen penting dalam sekolah adalah guru. Guru adalah salah satu komponen yang ada dalam lembaga pendidikan formal. Kehadiran guru menjadi sangat penting dam memiliki posisi pada garda terdepan dalam suksesnya pelayanan pendidikan, peningkatan kaliualitas pelayanan pendidikan, dan pencapaian tujuan pendidikan.4 Selain itu, guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan besar dan strategis.

Hal ini disebabkan karena guru yang berada dibarisan depan dalam pelaksanaan pendidikan.5

Proses belajar mengajar mencakup komponen, pendekatan, dan berbagai model pembelajaran yang dikembangkan dalam proses tersebut. Tujuan utama diselenggaranya proses belajar mengajar adalah demi tercapainya tujuan

3Sujarwo, Pendidikan di Indonesia Memprihatinkan, Jurnal Pendidikan (Yogyakarta: UNY, 2013), h. 3-5.

4Mamon Sudarma, Profesi Guru (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 37-47.

5Kunandar, Guru Profesional Omplementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), h. 55-56.

(17)

pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran dapat ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah profesionalisme tenaga pendidik, model pembelajaran, metode pembelajaran yang digunakan, fasilitas sekolah, dan masih banyak faktor lainnya. Semua faktor memiliki peranan yang sama pentingnya dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Salah satu faktor adalah profesionalisme guru, dimana guru dituntut untuk mampu menerapkan berbagai model pembelajaran yang ada dalam Kurikulum 2013. Dalam penerapan model pembelajaran tersebut harus memerhatikan berbagai kondisi seperti karakter peserta didik, keadaan lingkungan sekolah, serta berbagai faktor lainnya demi mendapatkan keberhasilan pembelajaran yang diinginkan serta sesuai standar.6

Suprijono mengemukakan pendapatnya tentang model pembelajaran yaitu kerangkan konseptual tentang prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, baik pembelajar maupun pengajar.7 Model pembelajaran merupakan perencanaan atau pola yang dapat diamnfaatkan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual prosedural yang bersifat sistematik berdasarkan teori yang dapat dimanfaatkan untuk mengorganisasi proses pembelajaran sehingga mampu mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran juga terkait dengan pemilihan strategi dan pembuatan struktur, keterampilan, dan aktivitas peserta didik yang memiliki sintaks dalam proses pembelajaran.

6Nelly Nurmelly, Pendekatan, Model, dan Strategi dalam Model Pembelajaran (Palembang:

Widyaiswara Muda BDK Palembang, 2019), h. 9-10.

7Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta:

Universitas Sanata Darma, 2009), h. 100.

(18)

Penerapan strategi pembelajaran di sekolah masih menemui banyak permasalahan, khususnya dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Pada mata pelajaran ini, peserta didik dituntut untuk menguasai banyak materi pembelajaran hanya dengan membaca dan membayangkan. Inilah yang menjadi faktor sulitnya peserta didik untuk memahami materi secara menyeluruh. Untuk itu, dalam pemilihan strategi pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam harus betul-betul didasarkan atas banyak pertimbangan.

Berdasarkan analisis kebutuhan pada siswa di MTs. Muhammadiyah Ereng- Ereng Kelas VIII, siswa membutuhkan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang bisa digunakan dalam kelas untuk membantu mereka dalam proses belajar pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Siswa menyukai media pembelajaran yang tampilannya tidak membosankan dikarenakan buku yang mereka gunakan tidak menarik dan ada beberapa dari mereka yang tidak memiliki buku.

Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk membantu siswa mencapai hasil belajar sesuai tujuan pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah Strategi Movie Learning. Siswa hanya akan bertanya pada bagian- bagian tertentu yang siswa tidak pahami. Tentu ini akan menarik minat belajar siswa karena penyediaan gambar, video, dan audio sama halnya dengan tontonan peserta didik pada gadget yang banyak menyita waktu mereka. Sehingga pada saat proses pembelajaran siswa akan lebih fokus pada gambar, video, dan audio yang disajikan Strategi Movie Learning ini.

Oleh karena itu, melalui Strategi Movie Learning diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Kelas VIII MTs. Muhammadiyah Ereng-Ereng Kecamatan Tompobulu

(19)

Kabupaten Bantaeng. Berdasarkan latar belakang permasalahn tersebut, peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian yang berjudul ‚Penerapan Strategi Movie Learning terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VIII dalam Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs. Muhammadiyah Ereng-Ereng Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng‛.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana hasil belajar Peserta Didik sebelum penerapan Movie Learning pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Peserta Didik Kelas VIII MTs.

Muhammadiyah Ereng-Ereng Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng?

2. Bagaimana hasil belajar Peserta Didik setelah penerapan Movie Learning pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VIII MTs. Muhammadiyah Ereng- Ereng Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng?

3. Apakah ada pengaruh Movie Learning terhadap hasil belajar pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Peserta Didik Kelas VIII MTs. Muhammadiyah Ereng- Ereng Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng?

C. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.8 Dikatakan sementara karena

8Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Cet. XXIV; Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2013), h. 21.

(20)

jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.9

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh mengenai hasil belajar peserta didik pada pembelajaran SKI yang diajar tanpa dan dengan menggunakan movie learning di MTs Muhammadiyah Ereng-Ereng Kabupaten Bantaeng.

D. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional diperlukan untuk menghindari terjadinya kekeliruan penafsiran pembaca terhadap variabel-variabel dalam judul.10 Untuk itu peneliti akan menguraikan dan membahas masing-masing variabel.

1. Metode Movie Learning (variabel bebas/independent)

Movie learning adalah suatu landasan usaha untuk tercapainya kegiatan belajar yang meyenangkan yang terangkum oleh sebuah media yang berupa film.

2. Hasil Belajar (variabel terikat/independent)

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini yakni perolehan yang didapatkan oleh siswa dalam kegiatan belajar yang dinilai langsung oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar dan merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah.

9Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (Cet. XXII; Bandung: Alfabeta, 2015), h. 96.

10Universitas Islam Negeri Alauddin, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah: Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Laporan Penelitian (Makassar: Alauddin University Press, 2013),h. 13.

(21)

E. Kajian Pustaka

Dari penelusuran terhadap beberapa sumber dalam banyak literatur dan beberapa hasil penelitian terdahulu, ditemukan penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti. Adapun penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu Zahro Baqiyatus Sholikah dengan judul

‚Pengaruh Metode Resitasi Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al Qur’an Hadist Di MTsN 1 Tulungagung‛. Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui metode resitasi terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Al Qur’an Hadist di MTsN 1 Tulungagung. (2) Untuk mengetahui pengaruh metode resitasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Qur’an Hadist di MTsN 1 Tulungagung. (3) Untuk mengetahui pengaruh metode resitasi terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al Qur’an hadist di MTsN 1 Tulungagung.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan penelitian expostfacto yang berjenis penelitian korelasional dengan mengambil sampel 33 siswa menggunakan penarikan sampel dengan teknik stratified random sampling. Sumber data: responden dan dokumen. Teknik pengumpulan data:

angket, teknik analisis data: uji validitas, reliabilitas, normalitas, homogenitas, linieritas, dan regresi linier sederhana dengan bantuan SPSS for Windows 21.0. Hasil penelitian: (1) Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara metode resitasi terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran al qur’an hadist di MtsN 1 Tulungagung. Hal ini ditunjukan dengan nilai p value/ signifikansi t untuk variabel metode resitasi terhadap motivasi belajar adalah 0,000 dan nilai tersebut lebih kecil dari pada probabilitas 0,05 (0,000 <

(22)

0,05) dan nilai thitung = 5,993 > ttabel = 2,093 berarti H0 ditolak. (2) Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara metode resitasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran al qur’an hadist di MTsN 1 Tulungagung.

Hal ini ditunjukan dengan nilai p value/ signifikansi t untuk variabel metode resitasi terhadap hasil belajar adalah 0,083 dan nilai tersebut lebih kecil dari pada probabilitas 0,05 (0,083 < 0,05) dan nilai thitung = 2,163 > ttabel = 2,093 berarti H0 di tolak.. (3) Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara metode resitasi terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran al qur’an hadist di MtsN 1 Tulungagung. Hal ini ditunjukan hasilnya dari metode resitasi terhadap motivasi dan hasil belajar dengan nilai p value/

signifikansi t untuk variable metode resitasi terhadap motivasi belajar adalah 0,020 dan nilai tersebut lebih kecil dari pada probabilitas 0,05 (0,020 < 0,05) dan nilai Fhitung = 4,445> Ftabel = 3,32 berarti H0 ditolak.11

2. Penelitian yang dilakukan oleh Yustika Aswar dengan judul penelitian Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran VAK (Visualization, Audiotory, Kinesthetic) Berbasis Media Audio-Visual Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3 Enrekang menunjukkan bahwa hasil belajar Pendidikan Agama Islam kelas kontrol atau kelas yang diajar tanpa menggunakan model pembelajaran VAK (visualization, audiotory, kinesthetic), berbasis media audio-visual memperoleh nilai rata-rata untuk Pre-testsebesar 50,33 dan rata-rata Post-testsebesar 58,17, 2). Hasil belajar

11Ayu Zahro Baqiyatus Sholikah, “Pengaruh Metode Resitasi Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al Qur’an Hadist Di MTsN 1 Tulungagung”, Skripsi (Tulungagung: IAIN Press, 2018), h. 6.

(23)

Pendidikan Agama Islam kelas eksperimen atau kelas yang diajar menggunakan model pembelajaran VAK (visualization, audiotory, kineshtetic), berbasis media audio-visual memperoleh nilai rata-rata untuk Pre-test sebesar 51,51 dan rata-rata Post-test sebesar 74,02, 3). Hasil uji hipotesisi dengan menggunakan uji independen sampel t test gain skordiperoleh nilai sig (2-tailed) 0,000 artinya 0,000<0,05, dengan demikan H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh karena adanya perbedaan hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada peserta didik yang signifikan antara kelas yang di ajar tanpa menggunakan model pembelajaran VAK (visualization, audiotory, kinesthetic) berbasis media audio-visual dengan kelas yang diajardengan model pembelajaran VAK (visualization, audiotory, kinesthetic) berbasis media audio-visual.12

3. Penelitian yang dilakukan oleh Husnul Khatima dengan judul penelitian Pengaruh Pemanfaatan Media Audio-Visual terhadap Hasil Belajar Peserta Didik dalam Mata Pelajaran PAI di SMPN 3 Poso Pesisir Utara menunjukkan bahwa, hasil belajar peserta didik sebelum (pretest) pemanfaatan media audio-visual diperoleh nilai rata-rata yaitu 43,33. Sedangkan hasil hitung setelah (posttest) pemanfaatan media audio-visual diperoleh nilai rata-rata sebanyak 56,67. Pemanfaatan media audio-visual dalam pembelajaran berjalan dengan baik yang ditandai dengan adanya respon positif berdasarkan hasil pengisian angket yang disebarkan kepada peserta didik. Selanjutnya,

12Yustika Aswar, ‚Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran VAK (Visualization, Audiotory, Kinesthetic) Berbasis Media Audio-Visual Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 3 Enrekang‛, Skripsi (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2020).

(24)

hasil uji hipotesis diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, yang artinya H0 ditolak dan H1 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar peserta didik sebelum mendapat perlakuan dan setelah mendapat perlakuan dengan pemanfaatan media audio-visual dalam Mata Pelajaran PAI di SMPN 3 Poso Pesisir Utara.13

4. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhikma dengan judul penelitian\ Efektivitas Penggunaan Media Audio dan Media Visual terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Peserta Didik SMPN 22 Bantimurung Kab. Maros menunjukkan bahwa kedua kelompok tersebut melalui analisis statistik deskriptif yaitu, rata-rata hasil belajar peserta didik yang diajar menggunakan media audio yaitu pretest 41,08 dan posttest sebesar 53,39 sedangkan rata- rata hasil belajar peserta didik yang diajar menggunakan media visual yaitu pretest 33,63 dan posttest sebesar 41. Hasil analisis inferensial data menunjukkan bahwa nilai sig. (2 tailed) atau p-value = 0,901/2 = 0,04 < 0,05, artinya nilai signifikansi lebih kecil dari taraf kesalahan atau H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian hipotesis yang diajukan sudah teruji oleh data. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikansi dari penggunaan media audio dengan media visual terhadap hasil belajar peserta didik SMPN 22 Bantimurung Kab. Maros.14

13Husnul Khatimah,‛ Pengaruh Pemanfaatan Media Audio-Visual terhadap Hasil Belajar Peserta Didik dalam Mata Pelajaran PAI di SMPN 3 Poso Pesisir Utara‛, Skripsi (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2019).

14Nurhikmah,‛ Efektivitas Penggunaan Media Audio dan Media Visual terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Peserta Didik SMPN 22 Bantimurung Kab. Maros‛, Skripsi (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2019).

(25)

5. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Rahmi dengan judul penelitian Perbandingan Antara Media Visual Dan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas X Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA Pesantren Putri Yatama Mandiri Kabupaten Gowa, menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Pesantren Putri Yatama Mandiri kabupaten Gowa yang diajar menggunakan media audio visual berada pada kategori tinggi dengan rata- rata perolehan nilai pre test sebesar 56,54 dan nilai rata-rata post test sebesar 76,36, standar deviasi pre test diperoleh nilai 2,81 dan nilai post test untuk standar deviasi adalah 3,78. Terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam antara yang diajar menggunakan media visual dengan yang diajar menggunakan media audio visual di SMA Pesantren Putri Yatama Mandiri Kabupaten gowa. Hal ini dapat dilihat dar hasil analisis data nilai thitung > ttabel yaitu (2,08 >1,67), maka H0 ditolak dan H1 diterima.15

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui hasil belajar Peserta Didik sebelum penerapan Movie Learning pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Peserta Didik Kelas VIII MTs. Muhammadiyah Ereng-Ereng Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng.

15Nur Rahmi, ‚Perbandingan Antara Media Visual Dan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas X Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA Pesantren Putri Yatama Mandiri Kabupaten Gowa, Skripsi (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2019).

(26)

b. Untuk mengetahui hasil belajar Peserta Didik setelah penerapan Movie Learning pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VIII MTs. Muhammadiyah Ereng-Ereng Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng.

c. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh Movie Learning dengan hasil belajar pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Peserta Didik Kelas VIII MTs.

Muhammadiyah Ereng-Ereng Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng.

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi bagi keilmuan yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran berbasis penemuan.

b. Kegunaan Praktis

1) Dapat menambah referensi bagi mahasiswa lain apabila melakukan penelitian yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran berbasis penemuan.

2) Dapat dijadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran terutama dalam penerapan model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik.

3) Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk sekolah agar agar dapat menemukan cara untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

(27)

13 BAB II

TINJAUAN TEORETIS A. Movie Learning

1. Strategi Movie Learning a. Definisi Strategi Movie Learning

Movie dalam kamus bahasa Inggris artinya adalah gambaran, bioskop, atau film. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif yang akan dimainkan dalam bioskop) lakon (cerita) gambar hidup. Film atau movie secara sederhana dapat didefenisikan sebagai cerita yang dituturkan kepada penonton melalui rangkaian gambar bergerak dan bersuara.1

Menurut Azhar Arsyad, film atau movie atau gambar hidup yang merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Sama halnya dengan film atau movie, video dapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai.2

Sedangkan learning sendiri artinya pembelajaran. Dari masing-masing pengertian tersebut diketahui bahwa Strategi Movie Learning yaitu strategi pembelajaran yang mengaitkan konsep pembelajaran dengan tayangan film atau movie. Tentunya, target pembelajaran terangkum dalam film atau movie tersebut.

1Arda, Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer untuk Siswa Kelas VII (Jurnal Mitra Sains: Volume 3 (1), 2015), h. 11-18.

2Arda, Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer untuk Siswa Kelas VII (Jurnal Mitra Sains: Volume 3 (1), 2015), h. 11-18.

(28)

Strategi Movie Learning ini sangat berkesan sebab mempunyai suatu kekuatan emosi.3

Alamsyah Said dalam Strategi Mengajar Multiple Intelligence mengemukakan bahwa Movie Learning (bahasa inggris) adalah proses atau aktivitas nonton film tertentu sebagai proses pembelajaran terhadap suatu objek atau tema tertentu.4

Sejalan dengan pengertian tersebut pendapat lain mengemukakan strategi movie learning yaitu strategi pembelajaran yang mengaitkan konsep pembelajaran dengan tayangan film atau movie.5 Tentunya, target pembelajaran terangkum dalam film atau movie tersebut. Strategi movie learning ini sangat berkesan sebab mempunyai suatu kekuatan emosi.

Dari beberapa pengertian di atas jelaslah bahwa metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana yang memberi makna materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat difahami atau diserap oleh peserta didik.

Sedangkan movie learning sendiri berasal dari kata Movie yang dalam kamus bahasa Inggris artinya adalah gambaran atau film. Film Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah selaput tipis untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan dalam bioskop) lakon (cerita) gambar hidup. Film atau movie secara sederhana dapat didefinisikan sebagai cerita yang dituturkan kepada penonton melalui rangkaian

3Munif Chatib, Gurunya Manusia (Jakarta: Book Point, 2009) h.187.

4Alamsyah Said, dkk., 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligence: Mengajar Sesuai Kerja Otak dan Belajar Siswa (Jakarta: Kencana, 2015), h. 201.

5Munif Chatib, Gurunya Manusia (Jakarta: Book Point, 2009) h.187.

(29)

gambar bergerak. Azhar Arsyad dalam bukunya Media Pembelajaran film atau movie atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Sama halnya dengan film atau movie, video dapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai.

Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian metode movie learning adalah suatu landasan usaha untuk tercapainya kegiatan belajar yang menyenangkan yang terangkum oleh sebuah media yang berupa film.

b. Tujuan dan Pemanfaatan Strategi Movie Learning

1) Tujuan metode movie learning terkait dengan tiga hal, yaitu untuk tujuan kognitif, untuk tujuan afektif, dan untuk tujuan psikomotorik.

Dalam hubungannya dengan tujuan kognitif, film atau movie dapat digunakan untuk:

a) Mengajarkan pengenalan kembali atau pembedaan stimulasi gerak yang relevan, seperti kecepatan obyek yang bergerak, dan sebagainya.

b) Mengajarkan aturan dan prinsip. Film atau movie dapat juga menunjukkan deretan ungkapan verbal, seperti pada gambar diam dan media cetak. Misalnya untuk mengajarkan arti ikhlas, ketabahan, dan sebagainya.

c) Memperlihatkan contoh model penampilan, terutama pada situasi yang menunjukkan interaksi manusia.6

Dengan hubungannya dengan tujuan afektif, film atau movie dapat mempengaruhi emosi dan sikap seseorang, yakni dengan menggunakan berbagai cara

6S. Nasution, Teknologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) h. 104.

(30)

dan efek. Ia merupakan alat yang cocok untuk memperagakan informasi afektif, baik melalui efek optis maupun melalui gambaran visual yang berkaitan.

Dalam hubungannya dengan tujuan psikomotor, film atau movie digunakan untuk memperlihatkan contoh keterampilan gerak. Media ini juga dapat memperlambat atau mempercepat gerak, mengajarkan cara menggunakan suatu alat, cara mengerjakan suatu perbuatan, dan sebagainya. Selain itu, film atau movie juga dapat memberikan umpan balik tertunda kepada siswa secara visual untuk menunjukkan tingkat kemampuan mereka dalam mengerjakan keterampilan gerak, setelah beberapa waktu kemudian.

Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar.

Sedangkan Movie learning merupakan salah satu metode dalam proses pembelajaran yang mana mempunyai tujuan, yakni terkait dengan tiga hal yaitu media pembelajaran sebagai sumber belajar, fungsi semantik, dan fungsi manipulatif.

Dalam hubungan dengan media pembelajaran sebagai sumber belajar dengan film secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Dalam kalimat ‚sumber belajar‛ ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain.

Dalam hubungan film dengan fungsi semantik sebagai media yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (simbol verbal) makna atau maksud benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalistik).

Dalam hubungan film dengan fungsi manipulatif yang didasarkan pada cirri- ciri (karakteristik) umum yang dimilikinya sebagaimana disebut diatas. Berdasarkan karakteristik umum ini, media memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi batas- batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi.

(31)

Hamdani dalam bukunya yang berjudul Strategi Belajar Mengajar, mengemukakan Secara umum movie atau film sebagai media pembelajaran memiliki beberapa fungsi, di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau.

Dengan perantaraan gambar, potret, slide, film, video, atau media yang lain, siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang benda atau peristiwa sejarah.

b. Mengamati benda atau peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, bahaya, atau terlarang. Misalnya, video tentang kehidupan harimau di hutan, keadaan dan kesibukan dipusat reactor nuklir, dan sebagainya.

c. Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati. Dengan slide, film, atau video, siswa dapat mengamati pelangi, gunung meletus, pertempuran, sebagainya.

d. Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati suatu objek secara serempak. Dengan siaran radio atau telivisi, ratusan, bahkan ribuan siswa dapat mengikuti kuliah yang disajikan seorang narasumber dalam waktu yang sama.

2) Adapun pemanfaatan harus memperhatikan hal-hal berikut.

Film atau movie harus dipilih, agar sesuai dengan pelajaran yang sedang diberikan. Untuk itu guru harus mengenal film atau movie yang tersedia dan lebih dahulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi pelajaran. Sesudah film atau movie dipertunjukkan perlu diadakan diskusi, yang juga perlu disiapkan sebelumnya.

Ada kalanya film atau movie tertentu perlu diputar dua kali atau lebih untuk memperhatikan aspek-aspek tertentu, agar anak-anak tidak memandang film atau

(32)

movie itu sebagai hiburan, sebelumnya mereka ditugaskan untuk memperhatikan hal-hal tertentu, sesudah itu dapat dites berapa banyakkah yang dapat mereka tangkap dari film atau movie itu. Penggunaan film atau movie dalam pendidikan dan pengajaran di kelas sangat berguna atau bermanfaat, terutama untuk:

a) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.

b) Menambah daya ingat pada pelajaran.

c) Mengembangkan daya fantasi anak didik.

d) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.7

Lebih lanjut strategi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif yang bermakna sehingga tercipta pembelajaran yang mudah dipahami dan menyenangkan.

3) Langkah-Langkah Penerapan Strategi Movie Learning

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam penggunaan film atau movie sebagai media pembelajaran. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

a) Langkah persiapan guru

Di awal guru harus mempersiapkan unit pelajaran terlebih dahulu. Kemudian baru memilih film atau movie yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Juga perlu diketahui panjangnya film atau movie, tingkat rekomendasi, tahun produksi serta diskripsi dari film atau movie tersebut. Selain itu film atau movie tersebut diujicobakan memuat rencana secara eksplisit cara menghubungkan film atau movie tersebut dengan kegiatan-kegiatan lainnya.

b) Mempersiapkan Kelas

7S. Nasution, Teknologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) h. 104.

(33)

Siswa dipersiapkan terlebih dahulu supaya mereka mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam pikiran mereka sewaktu menyaksikan film atau movie tersebut. Untuk itu dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

menjelaskan maksud pembuatan film atau movie, menjelaskan secara ringkas isi film atau movie, menjelaskan bagian-bagian yang harus mendapat perhatian khusus sewaktu menonton film atau movie. Harus dijelaskan mengapa terdapat ketidakcocokan pendapat dengan bagian isi film atau movie bila ditemui ketidaksesuaian.

c) Langkah Penyajian

Setelah siswa dikondisikan barulah film atau movie diputar. Dalam penyajian ini harus disiapkan perlengkapan yang diperlukan antara lain: proyektor, layar, pengeras suara, disk film atau movie dan tempat proyektor. Guru harus memperhatikan keadaan ruangan gelap atau tidak dan juga guru dapat menghubungkannya dengan berbagai alat lainnya.

d) Aktivitas Lanjutan

Aktivitas lanjutan ini dapat berupa tanya jawab, guna mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan. Kalau masih terdapat kekeliruan bisa dilakukan dengan pengulangan pemutaran film atau movie tersebut. Pengertian yang diperoleh siswa dari melihat film atau movie akan lebih banyak manfaatnya bila diikuti dengan aktivitas lanjutan. Aktivitas tersebut dapat berupa: membaca buku tentang masalah yang ditonton jika buku tersebut tersedia, membuat karangan tentang apa yang telah ditonton, mengunjungi lokasi di mana film atau movie tersebut dibuat, jika dipandang perlu adakan tes atau ujian

(34)

tentang materi yang disajikan lewat film atau movie tersebut.8

Hal diatas diharapkan menjadi tindak lanjut dari pengaplikasian styrategi ini agar peserta didik lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru.

Adapun Strategi Movie Learning punya poin-poin prosedur sebagai berikut:

1) Konsep

Konsep adalah materi yang akan diajarkan kepada siswa, biasanya terdapat dalam indikator hasil belajar.

2) Film atau Movie

Film atau Movie yang di putar dan menjadi solusi dari materi pembelajaran.

Film atau movie dapat diputar secara utuh atau dipotong- potong, disesuaikan dengan waktu yang tersedia.

3) Diskusi

Siswa mendiskusikan isi film atau movie berkaitan dengan masalah yang sesuai dengan indikator hasil belajar.9

Lebih Lanjut poin-poin prosedur dari Strategi Movie Learning yakni konsep, film, dan diskusi diharapkan dilaksanakan agar mendapat hasil yang maksimal Ketika menerapkannya.

4) Kelebihan dan Kelemahan Strategi Movie Learning

Dalam penggunaan media film terdapat kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan Strategi Movie Learning sebagai media pembelajaran, yakni:

1) Kelebihan

a. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.

8Basyaruddin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 97-98.

9Munif Chatib, Gurunya Manusia (Jakarta: Book Point, 2009), h.188.

(35)

b. Memberi efek menarik yang tidak dimiliki media lain.

c. Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam waktu yang singkat.

d. Film atau movie dapat membawa siswa dari negara satu ke negara yang lain dan dari masa yang satu ke masa yang lain.

e. Film atau movie dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan.

f. Dapat menyajikan pesan yang sukar dan langka karena telah direkam terlebih dahulu.

g. Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.

h. Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.

i. Mengembangkan imajinasi peserta didik.

j. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistik.

k. Sangat kuat memengaruhi emosi seseorang.

l. Film atau movie sangat baik menjelaskan suatu proses dan dapat menjelaskan suatu keterampilan dan lain-lain.

m. Semua peserta didik dapat belajar dan film atau movie, baik yang pandai maupun yang kurang pandai.10

Lebih lanjut kelebihan dari strategi ini diharapkan menjadi acuan bagi guru untuk memanfaatkan strategi Movie Learning dalam pembelajaran agar hasil dapat optimal kepada peserta didik.

10Munadi, Media Pembelajaran (Jakarta: Persada Pers, 2008), h.116.

(36)

2) Kelemahan

Di samping movie leaming atau pembelajaran dengan menggunakan video memiliki kelebihan di dalam strategi tersebut juga terdapat kelemahan yang dimiliki dalam proses pembelajaran, yaitu:

a. Terlalu menekankan pentingnya materi, ketimbang proses pengembangan materi tersebut.

b. Pemanfaatan media ini juga terkesan memakan biaya yang tidak murah.

c. Memerlukan waktu yang panjang.

d. Penanyangannya juga terkait peralatan lainnya seperi videoplayer, layar bagi kelas besar beserta LED dan lain-lain.11

Lebih lanjut kelemahan dari strategi ini diharapkan menjadi acuan bagi guru untuk selanjutnya strategi Movie Learning dalam pembelajaran agar hasil dapat optimal kepada peserta didik.

B. Hasil Belajar

Hasil belajar terangkai dari dua kata yakni hasil dan belajar. Menurut Suharsimi Arikunto dalam Ruswandi menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati dan dapat diukur. Sedangkan menurut Ernest R. Hilgard dalam Ruswandi menyatakan bahwa belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda

11Basyaruddin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 97-98.

(37)

dari perubahan yang ditimbulkan oleh perubahan lainnya dan perubahannya tersebut cenderung bersifat permanen.12

Hasil belajar merupakan suatu ukuran berhasil atau tidaknya seseorang peserta didik dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Hasil suatu pemebelajaran (kemampuan, keterampilan dan sikap) dapat terwujud jika pembelajaran (kegiatan belajar mengajar) terjadi. Baik individu ataupun tim menginginkan suatu pekerjaan dilakukan secara baik dan benar agar memperoleh hasil yang naik dari pekerjaan tersebut. Keberhasilan ini akan tampak dari pemahaman, pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki oleh individu ataupun tim.13

Hasil belajar menjadi objek penilaian kelas dapat berupa kemampuan- kemampuan baru yang didapatkan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran tentang mata pelajaran tertentu. Hasil belajar juga dianggap sebagai kemampuan yang telah diperoleh oleh peserta didik setelah melewati proses belajar.

Dalam proses belajar, peserta didik berusaha mendapatkan atau memperoleh sesuatu yang dapat meningkatkan kemampuannya setelah kegiatan belajar tersebut.14

Pada sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar yang secara

12Ruswandi, Psikologi Pembelajaran (Cet. I; Bandung: Cipta Pesona Sejahtera, 2013), h. 51.

13Z. Arifin, Evaluasi Instruksional (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000), h. 117-119.

14Supratiknya, Penilaian Hasil Belajar dengan Teknik Nontes (Yogyakarta: Universitas Sanata Darma, 2012), h. 201-209.

(38)

garis besar membagi menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang meliputi enam aspek, yaitu: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Kemudian dibagi dan disusun secara hierarkis, tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Tingkatan hasil belajar kognitif menurut taksonomi revisi antara lain:

kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasi (C3), kemampuan menganalisis (C4), kemampuan mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6).

1) Ranah Afektif

Secara hirarki hasil belajar afektif dari tingkatan yang paling rendah dan sederhana hingga yang paling tinggi dan kompleks. Ranah penilaian hasil belajar afektif adalah kemampuan yang berkenaan dengan perasaan, emosi, sikap/derajat penerimaan atau penilaian suatu objek. Prosedurnya yaitu penentuan definisi konseptual dan definisi operasional. Pemberian nilai hasil belajar afektif menggunakan skala. Skala adalah alat untuk mengukur nilai sikap, minat, dan perhatian dan lain-lain.

2) Ranah Psikomotor

Hasil belajar pada ranah psikomotor berwujud dalam bentuk keterampilam (skill) serta kemampuan individu dalam bertindak. Ada enam tingkatan keterampilan, yaitu:

(39)

a) Gerakan refleks atau gerakan yang tidak sadar.

b) Keterampilan gerakan dasar.

c) Kemampuan perseptual untuk membedakan auditif dan motoris d) Kemampuan dibidang fisik (kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan) e) Gerakan skill mulai sederhana sampai kompleks, dan

f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi gerakan ekspresif dan interprestatif. Selanjutnya dapat dimaknai bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tersebut dapat diukur dan mempunyai tolak ukur.15

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kompetensi atau kemampuan yang dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti dan melakukan proses belajar mengajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor internal terdiri dari:

a) Faktor jasmaniah yang meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh.

b) Faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.

2) Faktor eksternal terdiri dari:

a) Faktor keluarga yang dapat meliputi cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, dan latar belakang kebudayaan.

b) Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran

15Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 45-47.

(40)

dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan rumah tugas.

c) Faktor masyarakat dapat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat, dan media massa.

Berdasarkan analisis penulis terhadap penjelasan dia atas bahwa hasil belajar merupakan pencapaian seseorang yang diperoleh atau akibat dari aktivitasnya sendiri dan memungkinkan terjadinya suatu perubahan yang lazimnya dinyatakan dalam bentuk huruf ataupun angka. Benyamin S. Bloom dalam Ruswandi, menge- mukakan bahwa secara garis besar perubahan-perubahan tersebut meliputi tiga aspek, yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor.

Hal yang mempengaruhi hasil belajar tidak luput dari dua faktor, yaitu:

faktor internal merupakan pengaruh dari dalam diri seseorang dan faktor eksternal yaitu faktor dari luar. Untuk lebih jelasnya berikut pemaparan ahli.

Walisman dalam Ahmad Susanto, berpendapat bahwa faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang meliputi:

kecerdasan, minat dan motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kesehatan jasmani dan rohani. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik, meliputi: keluarga, sekolah, dan masyarakat.16 Lebih lanjut, Rus Effendi dalam Ahmad Susanto mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh macam, yaitu:

16Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (Cet. I; Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 13.

(41)

2. Kecerdasan Anak

Kemampuan intelegensi (kecerdasan) sangat memengaruhi cepat atau lambatnya seseorang menerima informasi. Kecerdasan peserta didik sangat membantu pendidik untuk menetukan apakah peserta didik itu mampu mengikuti pelajaran serta untuk meramalkan keberhasilan peserta didik setelah proses belajar mengajar meskipun tidak akan terlepas dari faktor lainnya.

3. Kesiapan atau Kematangan

Kesiapan atau kematangan adalah tingkat perkembangan individu atau organorgan sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Kaitannya dalam proses belajar mengajar, kematangan atau kesiapan ini sangat menentukan berhasil tidaknya sebuah proses belajar mengajar.

4. Bakat Anak

Chaplin dalam Ahmad Susanto, mendefinisikan bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam artian ia memiliki potensi untuk mencapai prestasi sampai pada tingkatan tertentu. Oleh sebab itu, bakat cukup berperan dalam memengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar peserta didik.

5. Kemauan Belajar

Tugas pendidik yang terkadang sukar dilaksanakan adalah menghadirkan kemauan belajar peserta didik belajar. Kemauan belajar yang tinggi disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar tentunya berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang akan diraihnya. Karenanya, kemauan belajar merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

(42)

6. Minat

Minat dapat berarti kecenderungan atau kegairahan yang cukup tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seorang peserta didik yang memiliki minat besar terhadap mata pelajaran akan memberikan perhatian lebih banyak jika dibandingkan dengan peserta didik yang tidak memiliki minat dalam belajar.

7. Model Penyajian Materi Pelajaran

Keberhasilan peserta didik dalam proses belajar mengajar sangart bergantung pula pada model penyajian materi. Model penyajian materi yang menyenangkan, menantang dan mudah dimengerti oleh peserta didik tentu akan sangat berpengaruh positif keberhasilan sebuah proses belajar mengajar.

8. Pribadi dan Sikap Pendidik

Pribadi dan sikap pendidik yang baik tentunya tercermin dari sikapnya yang ramah, lemah lembut, membimbing dengan penuh perhatian dan kasih sayang, tanggap terhadap keluhan atau kesulitan siswa, memberikan penilaian yang objektif, rajin, disiplin, serta berdedikasi dan bertanggung jawab penuh dalam segala tindakan yang ia lakukan.

9. Suasana Pengajaran

Suasana pengajaran yang tenang, dialog yang kritis antara pendidik dengan peserta didik serta menumbuhkan suasana yang aktif di antara peserta didik tentunya akan memberikan nilai lebih dalam proses belajar mengajar. Sehingga keberhasilan peserta didik dapat meningkat secara maksimal.

10. Kompotensi Pendidik

Pendidik profesional memiliki kemampuan tertentu. Kemampuan tersebut diperlukan dalam membantu peserta didik dalam belajar. Pendidik yang profesional

(43)

adalah pendidik yang berkompeten dalam bidangnya dan menguasai dengan baik bahan ajar serta mampu memilih metode yang tepat sehingga pendekatan tersebut bisa berjalan sebagaimana mestinya.

11. Masyarakat

Dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku manusia dan berbagai macam latar belakang pendidikan. Kehidupan modern dengan keterbukaan serta kondisi yang luas banyak dipengaruhi dan dibentuk oleh kondisi masyarakat ketimbang oleh keluarga dan sekolah.17

17Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, h. 14-18.

(44)

30 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen.

Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang variabel-variabel bebasnya dilakukan perlakuan, atau treatment dilakukan pada saat penelitian berlangsung, sehingga penelitian ini biasanya dipisahkan dengan penelitian ex post facto.Adapun desain penelitiannya adalah quasi eksperimen dengan bentuk pre test post test one group desain..33

Metode penelitian ini dapat diartikan sebagai metode percobaan. Dalam penelitian ini, peneliti memakai satu kelas dan digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel, dimana pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian. Analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di MTs. Muhammadiyah Ereng-Ereng Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng. Waktu penelitian dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2021/2022.

33Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur (Bandung: Kencana, 2013), h.37.

Gambar

Tabel 3.2 Sampel Peserta Didik pada Kelas VIII di MTs Erang-Erang Kecamatan  Tompo Bolu Kabupaten Bantaeng
Tabel 3.1 Tingkat Penguasaan Materi
Tabel distribusi dapat dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Pre Test  Hasil Belajar SKI Peserta Didik MTs Muhammadiyah Ereng- Ereng-Ereng
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, dan angket sedangkan teknik analisis data yang

peneliti untuk mendapatkan data yang relevan. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi,. wawancara, dan dokumentasi. Sebab bagi peniliti kualitatif

“penerapan variasi media pembelajaran juga memerlukan suatu metode pembelajaran. Karena dalam penyajiannya masih ada siswa yang belum mengerti maksud dari penyajian

Analisis deskriptif adalah statistik yang menggambarkan kegiatan berupa pengumpulan data dan penyajian data dalam bentuk tabel, grafik, ataupun diagram, agar

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini ada dua, yaituAngket yaitu bentuk pertanyaan atau pernyataan yang dibagi kepada responden untuk memperoleh

Hasil penelitian ini adalah jawaban atas rumusan masalah yang penulis tetapkan sebelumnya, seperti yang telah disebutkan pada bab terdahulu, bahwa terdapat tiga rumusan masalah

Berdasarkan pemaparan teori di atas sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti bahwa prestasi belajar siswa sangat memerlukan optimalisasi peran guru dan

Sebagian besar peserta didik menyatakan bahwa pelajaran sejarah kebudayaan islam adalah pembelajaran yang membosankan karena hanya berisikan cerita sejarah, mereka tidak melihat apakah