BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan …
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (post operasi)
3. Intervensi keperawatan menurut SIKI
Berdasarkan diagnosa keperawatan resiko infeksi maka intervensi yang bisa dilakukan adalah :
a. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan pasien dapat memenuhi kriteria hasil:
SLKI
Tingkat infeksi : L.14137
1) kebersihan badan meningkat (5) 2) nafsu makan meningkat (5) 3) nyeri menurun (5)
4) kultur area luka membaik (5) Kontrol resiko : L.14128
1) kemampuan mencari informasi tentang faktor resiko meningkat (5)
2) kemampuan mengidentifikasi faktor resiko meningkat (5) 3) kemampuan melakukan strategi kontrol resiko meningkat
(5)
4) kemampuan menghindari faktor resiko meningkat (5) SIKI
Perawatan luka : I.14564 Observasi :
1) Monitor karakteristik luka 2) Monitor tanda-tanda infeksi Terapeutik :
1) Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
2) Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
3) Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu 4) Pasang balutan sesuai jenis luka
5) Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka Edukasi :
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein 3) Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu Pemantauan tanda vital : I. 02060
Observasi
1) Monitor tekanan darah 2) Monitor nadi
3) Monitor suhu tubuh Terapeutik
1) Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 2) Informasikan hasil pemantauan,jika perlu
4. Implementasi
Menurut Kozier, Glenora, Berman, dan Snyder (2011) implementasi adalah fase saat perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan. Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi. Perawat mendelegasikan tindakan untuk intervensi yang sudah disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan serta respon pasien terhadap tindakan yang sudah diberikan.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan menurut Kozier, Glenora, Berman, dan Snyder (2011) adalah menilai atau menghargai. Evaluasi adalah fase terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah aktivitas yang sudah direncanakan, berkelanjutan, dan terarahEvaluasi yang digunakan yaitu SOAP yang meliputi respon subjek (respon pasien), respon objek (respon yang dilihat dari pihak perawat), apakah masalah sudah teratasi atau belum, dan apabila masalah belum teratasi harus dicantumkan rencana selanjutnya.
METODE PENELITIAN
A. Rancangan penelitian
Metode penulisan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode deskriptif melalui pemaparan studi kasus dan menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan memfokuskan pada masalah keperawatan yang sudah di ambil. Peneliti melakukan studi kasus tentang asuhan keperawatan resiko infeksi pada Tn. W dengan post operasi hernioraphy di RSUD Kardinah Kota Tegal.
B. Subjek penelitian
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara convinence sampling method (nonprobability sampling technique), dimana subjek dipilih karena kemudahan atau keinginan penulis.
Partisipan yang dijadikan subjek penelitian adalah pasien post operasi hernioraphy di RSUD Kardinah Kota Tegal dengan kriteria hasil : 1. Pasien post operasi hari ke-1
2. Pasien yang bersedia menjadi responden
3. Pasien yang sudah menandatangani informed consent 4. Kesadaran composmentis dan kooperatif
C. Tempat dan waktu
Lokasi yang digunakan dalam melaksanaan penelitian asuhan keperawatan resiko infeksi pada Tn. W dengan post operasi hernioraphy di ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Kota Tegal pada tanggal 30 Maret – 1 April 2021.
D. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Hernia Adanya penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeutorik dinding perut.
Resiko infeksi Beresiko terhadap terjadinya infeksi yang disebabkan oleh adanya bakteri/virus yang terkontaminasi kedalam luka post operasi.
Asuhan keperawatan Suatu proses pemberian tindakan dalam praktik keperawatan yang akan diberikan langsung kepada pasien, tindakan tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Modern wound dressing Metode dalam perawatan luka secara tertutup dan lembab yang bertujuan untuk mencegah luka post operasi mengalami dehidrasi.
Pendidikan kesehatan diit TKTP
Pemberian informasi mengenai manfaat dan tujuan dari diit tinggi kalori tinggi protein untuk membantu mempercepat proses penyembuhan luka.
Pendidikan kesehatan hand hygiene
Pemberian edukasi dan informasi mengenai pentingnya mencuci tangan untuk menghindari terjadinya infeksi pada luka.
E. Teknik pengumpulan data
Metode pengumpulan data berdasarkan teori Zaidin Ali (2016) :
1. Wawancara : suatu komunikasi timbal balik antara perawat dan pasien yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi pasien, yang datanya dibutuhkan oleh perawat untuk menegakkan diagnosis.
2. Pemeriksaan fisik : bermanfaat dalam hal mendapatkan data yang lebih akurat melalui cara langsung melihat, atau meraba bagian yang sakit.
3. Observasi : bermanfaat terutama dalam hal melengkapi atau menyempurnakan metode lain.
4. Dokumentasi partisipan : bermanfaat dalam hal dapat mempelajari kesehatan pasien yang lalu untuk diperhatikan pada asuhan keperawatan yang akan datang.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, dokumentasi partisipan, dan data pasien dilakukan saat pengkajian pada pasien.
F. Teknik analisa data
Setelah dilakukan pengelolaan data dan didapatkan hasil pengelolaan, maka data atau hasil pengelolaan akan disajikan dalam bentuk teks (Teguh, 2018).
G. Etika penulisan
1. Lembar persetujuan (informed consent)
Merupakan persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga yang telah mendapatkan penjelasan secara lengkap dan rinci mengenai tindakan medis yang akan dilakukan.
Peneliti memberikan informasi secara lengkap kepada pasien dan keluarga tentang tujuan penelitian yang dilakukan yaitu terkait Pengelolaan Resiko Infeksi dengan Pasien Post Operasi Hernioraphy di ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Kota Tegal, setelah pasien atau keluarga memahami maksud dan tujuan diberikan informed consent lalu peneliti memberikan hak kepada partisipan untuk bebas berpartisipasi atau menolak. Lembar persetujuan diberikan kepada partisipan apabila partisipan bersedia maka harus menandatangani lembar tersebut.
2. Kerahasiaan (confidentially)
Confidentially merupakan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi, indentitas, maupun masalah-masalah lainnya. Peneliti menjamin kerahasiaan pasien, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Dengan mencantumkan nama menggunakan inisial, alamat yang dituliskan bukan alamat lengkap, dan No. RM hanya 2 angka awal yang dicantumkan.
3. Keadilan (justice)
Peneliti menjunjung tinggi keadilan bagi partisipan dengan tidak membeda-bedakan partisipan satu dengan yang lainnya, tidak memandang sosial ekonominya, pendidikan, suku, serta peneliti tidak akan berlaku diskriminasi kepada partisipan yang diketahui ternyata
tidak bersedia dilakukan penelitian, dan memberikan asuhan keperawatan dengan sesuai.
4. Kejujuran (veracity)
Peneliti menerapkan kejujuran dalam melakukan penelitian dengan menjelaskan informasi kepada partisipan dan keluarga tentang tujuan penelitian secara jujur, tidak terdapat data yang dimanipulasi, pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang sudah di buat.
1. Gambaran lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Kardinah Kota Tegal, yang berada di kelurahan Kejambon tepat di kota Tegal. Posisinya yang strategis berada di persimpangan jalan utama antara kota Tegal dan Purwokerto, sekaligus menjadi pintu masuk tempat sarana pelayanan kesehatan wilayah pantura pulau Jawa. RSUD Kardinah Kota Tegal bermula dari balai pengobatan yang didirikan pada tahun 1927 oleh Raden Ajeng Kardinah, beliau merupakan adik kandung dari Raden Ajeng Kartini.
Penelitian dilakukan selama 3 hari di ruangan Wijaya Kusuma Bawah yang terdiri dari 12 kamar yang saling berhadapan dalam 1 lorong, pada setiap kamar terdiri dari 2 bed, terdapat 1 ruang kamar mandi, juga di fasilitasi 1 buah tv dan kipas angin. Ruangan merupakan bangsal kelas II dan di tujukan untuk pasien yang akan melakukan pembedahan, perawatan dilakukan mulai pre sampai post operasi. Biasanya pasien masuk ke ruangan 1 hari sebelum dilakukan operasi guna untuk memantau keadaan pasien, hingga post operasi untuk memantau dan melakukan perawatan pada pasien dan luka post operasinya.
2. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 30 maret 2021 sampai dengan 1 april 2021.
a. Identitas Pasien
Tabel 4.1 identitas pasien
Identitas Pasien
Nama Pasien Umur
Agama Jenis Kelamin Pendidikan Suku/Bangsa No. Register Tgl. Masuk Diagnosa Medis Ruang/Kelas Tgl. Pengkajian Alamat
Tn. W 69 tahun Islam L SD Jawa 62xxxx 29 Maret 2021
Hernia scrotalis sinistra Wijaya Kusuma Bawah 30 Maret 2021
Slerok
b. Riwayat Penyakit
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Pasien
Keluhan Utama Pasien mengatakan nyeri pada luka post
operasi
Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengatakan ada benjolan di lipatan paha sebelah kiri sudah 6 bulan, jika benjolan itu timbul terasa nyeri.
Pada tanggal 29 Maret datang ke Poli dan langsung dirujuk segera ke IGD untuk rencana program operasi dengan diagnosa hernia scrotalis sinistra, direncanakan melakukan operasi pada tanggal 30 maret 2021 dengan jenis operasi hernioraphy dengan mesh. Saat selesai operasi dan dikaji pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi dengan skala 6, pasien mengatakan sulit untuk merubah posisi, dan takut luka insisi bedahnya lama sembuh .
Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah memiliki penyakit hernia dan tidak mempunyai penyakit menurun
seperti hipertensi dan diabetes.
Riwayat Penyakit Keluarga Pasien mengatakan di keluarga nya tidak ada yang pernah memiliki penyakit hernia dan tidak mempunyai penyakit menurun seperti hipertensi dan diabetes.
Riwayat Alergi Pasien mengatakan tidak memiliki
alergi obat - obatan maupun makanan
Diagnosa Medis Hernia Scrotalis Sinistra
c. Perubahan Pola Kesehatan
Tabel 4.3 Pola Kesehatan
Pola Kesehatan Pasien
Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan Dulunya pasien merupakan seseorang yang bekerja dalam mengangkut barang-barang berat dan tidak mengetahui resiko dari pekerjaannya tersebut, Pasien mengatakan tidak tahu tindakan apa saja yang harus dilakukan setelah operasi dan bagaimana cara merawatnya.
Pola Nutrisi dan Metabolik Pasien mengatakan sebelum masuk RS makan 1 porsi 3x sehari dan minum 7 gelas.
Sesudah di rawat pasien hanya dapat menghabiskan ½ porsi makan dan minum 5 gelas. Porsi makan pasien menurun.
BB : 53 kg TB : 160 cm IMT : 20,7 Pola Eliminasi
a. BAB
b. BAK
Pasien mengatakan sebelum masuk RS BAB 2x sehari dengan konsistensi lunak dan berwarna khas feses.
Saat dikaji pasien terakhir BAB kemarin dengan konsistensi lunak dan berwarna khas feses.
Pada hari pertama operasi terpasang cateter Pasien mengatakan sebelum di rawat BAK 6- 7x sehari.
Saat di kaji pasien BAK 2x sehari.
Pola Aktivitas 1. Makan dan minum di bantu orang
2. Mandi di bantu orang 3. Toileting dibantu orang 4. Berpakaian dibantu orang
5. Mobilisasi di tempat tidur dibantu
orang
6. Berpindah dibantu orang 7. Ambulansi/ROM dibantu orang Pola Istirahat dan Tidur Pasien mengatakan sebelum masuk RS tidur
selama 5 jam di malam hari dan 1 jam di siang hari.
Sesudah dirawat pasien hanya tidur selama 5 jam di malam hari.
Pola Perseptual Pasien mengatakan penglihatan dan
pengecapan tidak ada gangguan, akan tetapi pendengaran sedikit terganggu karena faktor usia.
Pola Persepsi Diri Pasien mengatakan bahwa pasien percaya dan yakin sakitnya akan segera sembuh.
Pola Seksualitas dan Reproduksi Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada seksualitas dan reproduksi.
Pola Peran dan Hubungan Pasien mengatakan jika ada masalah selalu dibicarakan secara musyawarah dan baik- baik dengan anak dan istri nya, interaksi dengan perawat ruangan baik.
Pola Manajemen Koping-Stress Pasien mengatakan optimis akan kesembuhannya dan akan melakukan aktivitas seperti biasanya ketika sembuh.
Sistem Nilai dan Keyakinan Pasien beragama islam, selalu melaksanakan sholat 5 waktu dan selalu berdoa untuk kesembuhan dirinya.
d. Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik
Observasi Pasien
Keadaan Umum Baik
Kesadaran Composmentis
GCS Vital Sign
15
TD: 130/90 mmHg N: 91 x/menit RR: 20 x/menit S: 36 C
Kepala Bentuk mesocephal, tidak ada jejas luka,
rambut lurus, rambut putih, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, ada reflek cahaya, mukosa oral lembab, lidah bersih, tidak ada pendarahan pada gusi.
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
parotis, mastoid.
Thorak I: bentuk simetris, tidak ada jejas/luka,
gerak dada simetris, tidak ada retraksi dada.
P: pengembangan dada sama, vocal fremitus normal.
P: suara paru sonor, bunyi jantung S1 S2 normal.
A: vesikuler, tidak ada suara tambahan.
Abdomen I: bentuk simetris, terdapat balutan luka
operasi pada bagian kiri perut bawah (left illiac region), dinding abdomen supel.
P: terdapat nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar.
P: suara perut tympani
A: bising usus normal, 13 x/menit
Genetalia Genetalia tidak ada kelainan dan
terpasang kateter.
Ekstremitas Akral hangat, capillary refill <3 detik, tidak ada edema, tidak ada luka post operasi, tidak ada decubitus, turgor kulit lembab, kulit bersih, kuku bersih, tetapi pasien mengatakan sulit untuk merubah posisi karena luka post operasi bagan abdomen yang masih nyeri.
Ekstermitas kekuatan otot
5 5
3 3
Gerak
Bebas Bebas
Terbatas Terbatas
Terpasang infus RL di tangan kanan 20 tpm.
e. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan EKG dan laboratorium dilakukan pada saat pasien masuk IGD yaitu pada tanggal 29 maret 2021.
Tabel 4.5 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic Nilai rujukan Pasien
Pemeriksaan EKG Normal sinus rhythm
H. R. : 86/sin (0,691 s) PR : 0, 140 s QRS : 0, 104 s
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
RUJUKAN HEMATOLOGI
CBC + Diff + LED CBC
Hemoglobin L 12.0 g/Dl 13.7-17.7
Lekosit 7.4 10^3/ul 4.4-11.3
Hematocrit L 35 42-52
Trombosit 229 10^3/ul 150-521
Eritrosit L 3.82 10^6/ul 4.5-5.9
RDW 13.0 11.5-14.5
MCV 92.1 U 80-96
MCH 31.4 Pcg 28-33
MCHC 34.1 g/Dl 33-36
Diff
Netrofil 65.3 50-70
Limfosit L 23.3 25-40
Monosit H 9.1 2-8
Eosinofil 2 2-4
Basophil 0.1 0-1
Netrofil 4.83 10^3/ul 2.20 – 7.91
Limfosit 1.72 10^3/ul 1.10 – 4.52
NLR 2.8
Laju Endapan Darah
LED 1 Jam H 53 mm/jam 0 – 15
LED 2 Jam H 92 mm/jam 0 – 25
KIMIA KLINIK
SGOT 19.3 U/L <35 u/ l
SGPT 12.4 U/L <46 u/ l
Ureum 29.7 mg/dL 18. 0 – 55.0
Creatinine H 1.43 mg/dL 0.70 – 1. 30
Glukosa Sewaktu 106 mg/dL 75.0 – 121.0
SERO IMUNOLOGI HIV 3 TEST
HIV (Rapid Test ONCOPROBE
Non reaktif Non reaktif
HbsAg Negatif Negatif
Program terapi
a. Infus RL 20 tpm
b. Injeksi ketorolac 30 mg drip/ 8 jam c. Cefotaxim 1 gram/ 8 jam
d. Antalgin 250 mg 3x1 oral e. Sofratulle
3. Analisis masalah
Tabel 4.6 Analisa data
Analisa data Penyebab Masalah
Ds: - Do:
1) terdapat luka insisi post operasi di abdomen
2) panjang luka ± 10 cm
3) pasien tampak menghindari luka insisi
4) leukosit :7.4 10^3/ul 5) S : 36˚C
Efek prosedur invasif Resiko infeksi
4. Diagnosis keperawatan
Tabel 4.7 Diagnosa keperawatan
Data Masalah Etiologi/penyebab
Ds: - Do:
1) terdapat luka insisi post operasi di abdomen 2) panjang luka ± 10 cm
3) pasien tampak
menghindari luka insisi 4) leukosit :7.4 10^3/ul 5) S : 36˚C
Resiko infeksi Efek prosedur invasif
5. perencanaan
Tabel 4.8 Perencanaan keperawatan
Diagnosa Keperawatan Kriteria hasil (SLKI)
Intervensi (SIKI) Resiko infeksi
berhubungan dengan efek prosedur invasif
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan pasien dapat memenuhi kriteria hasil:
Tingkat infeksi : L.14137 5) kebersihan badan
meningkat (5)
6) nafsu makan
meningkat (5) 7) nyeri menurun (5) 8) kultur area luka
membaik (5) Kontrol resiko : L.14128
5) kemampuan mencari informasi tentang faktor resiko meningkat (5)
6) kemampuan
mengidentifikasi faktor resiko meningkat (5) 7) kemampuan
melakukan strategi kontrol resiko meningkat (5)
8) kemampuan
menghindari faktor resiko meningkat (5)
Perawatan luka : I.14564 Observasi :
a. Monitor karakteristik luka
b. Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik :
a. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan b. Bersihkan dengan
cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan c. Berikan salep yang
sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
d. Pasang balutan sesuai jenis luka
e. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
Edukasi :
a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b. Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan protein
c. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu Pemantauan tanda vital : I.
02060 Observasi
a. Monitor tekanan darah b. Monitor nadi
c. Monitor suhu tubuh Terapeutik
a. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan b. Informasikan hasil
pemantauan,jika perlu
6. Implementasi
Tabel 4.6 Implementasi keperawatan
Pasien Diagnosa kep.
Hari/tanggal Jam Tindakan
1 Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif
Selasa/30 maret 2021
12 : 30
12 : 40
12 : 50
13 : 05
a. Mengukur TTV
S : Pasien mengatakan
bersedia dan
menanyakan hasil pengukuran TTV O : TD : 130/90 mmHg, Suhu: 36˚C, N : 86x/mnt b. Berkolaborasi
pemberian injeksi cetorolac 30 mg drip/8 jam dan cefotaxim 1 gram drip/8 jam
S : pasien mengatakan bersedia diberikan tindakan injeksi cetorolac dan cefotaxim O : pasien tampak kooperatif
c. Memonitor karakteristik luka
S : pasien mengatakan luka terasa sakit
O : area sekitar balutan luka tampak bersih d. Memonitor tanda-tanda
infeksi
S : Pasien mengatakan tidak merasakan panas pada luka
O : tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi seperti pembengkakan, kemerahan, luka tampak bersih
13 : 15
13 : 30
e. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
S : pasien mengatakan sebelumnya tidak mengetahui tanda dan gejala terjadinya infeksi O : setelah diberikan edukasi pasien tampak memahami tanda dan gejala infeksi
f. Menganjurkan
mengkonsumsi makanan tinggi kaloro dan tinggi protein
S : pasien mengatakan bingung dengan jenis makanan apa saja yang harus dikonsumsi untuk mempercepat proses penyembuhan luka operasi
O : pasien tampak bingung memilah jenis bahan makanan yang dapat dikonsumsi dan sebaiknya dihindari Rabu/31
maret 2021 08 : 00
08 : 10
08 : 20
08 : 35
a. Mengukur TTV
S : pasien mengatakan bersedia
O : TD : 150/90 mmHg, Suhu:36,5˚C,N:82x/mntt b. Berkolaborasi
pemberian injeksi cetorolac 30 mg drip/8 jam dan cefotaxim 1 gram drip/8 jam
S : pasien mengatakan bersedia diberikan obat injeksi
O : pasien tampak kooperatif
c. Memonitor karakteristik luka
S : pasien mengatakan rasa nyeri pada luka sedikit berkurang O : area luka tampak mulai membaik
d. Memonitor tanda-tanda infeksi
S : pasien mengatakan tidak merasakan tanda infeksi seperti panas, gatal pada area luka O : tidak terlihat adanya
08 : 50
09 : 10
tanda infeksi pada luka e. Menganjurkan
mengkonsumsi makanan tinggi kalori tinggi protein
S : pasie mengatakan sudah bisa menentukan jenis makanan apasaja yang bagus untuk dikonsumsi dan yang seharusnya dihindari O : pasien dapat
menjawab jenis
makanan yang
mempercepat dan menghambat
penyembuhan luka f. Mengajarkan prosedur
perawatan luka secara mandiri
S : pasien mengatakan masih takut apabila lukanya tidak cepat sembuh
O : pasien tampak khawatir dengan keadaan lukanya Kamis/1 april
2021 08 : 00
08 : 10
08 : 20
08 : 35
a. Mengukur TTV
S : pasien mengatakan bersedia dilakukan pengukuran TTV
O : TD : 140/90 mmHg, Suhu: 36˚C, N : 82x/mnt b. Berkolaborasi pemberian
injeksi cetorolac 30 mg drip/8 jam dan cefotaxim 1 gram drip/8 jam S : pasien mengatakan bersedia diberikan tindakan injeksi
O : pasien tampak kooperatif
c. Memonitor tanda-tanda infeksi
S : pasien mengatakan tidak merasakan adanya tanda infeksi
O : luka tampak terbebas dari adanya tanda dan gejala infeksi
d. Melepaskan balutan dan plester secara perlahan S : pasien mengatakan tidak merasakan nyeri O : pasien tampak tenang
08 : 40
08 : 45
08 : 50
08 : 55
09 : 00
e. Membersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik sesuai kebutuhan
S : -
O : luka tampak bersih, tidak ada pus/nanah, tidak keluar darah pada luka insisi
f. Pemberian salep yang sesuai ke luka/lesi S : -
O : diberikan sofratulle pada luka insisi pasien g. Memasang balutan sesuai
dengan jenis luka S : -
O : luka dibalut dengan menggunakan prosedur steril
h. Mempertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
i. Mengajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
S : pasien mengatakan akan mencoba merawat lukanya sebaik mungkin O : pasien tidak tampak cemas
7. Evaluasi
Tabel 4.7 Evaluasi keperawatan
Pasien Diagnosa Keperawatan
Hari/tanggal Evaluasi
1 Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
Selasa/30 maret 2021
Rabu/31 maret 2021
S :
a. Pasien mengatakan tidak merasakan tanda dan gejala panas, gatal pada luka insisi b. pasien dan keluarga mengatakan
memahami jenis makanan yang harus dikonsumsi dan yang harus dihindari
O :
1) terdapat insisi post operasi di abdomen
2) Insisi post operasi terlihat bersih 3) Tidak ada tanda-tanda infeksi 4) Pasien dan keluarga tampak
memahami jenis makanan TKTP
5) TTV :
TD : 130/90 mmHg S : 36^C
N : 86x/mnt A: masalah belum teratasi P: lanjutkan intervensi
S:
1) Pasien mengatakan tidak merasakan adanya tanda dan gejala infeksi
2) Pasien mengatakan tidak terasa panas pada insisi post operasi O:
1) Luka insisi post operasi bersih 2) Tidak ada tanda infeksi seperti
adanya pembengkakan atau kemerahan pada luka
3) Pasien dan keluarga dapat menyebutkan contoh tanda dan gejala infeksi
4) Pasien dapat menjelaskan kembali makanan yang dapat dikonsumsi dan dihindari 5) TTV :
TD : 150/90 mmHg S : 36,5 ^ C N : 82x/mnt A: masalah belum teratasi P: lanjutkan intervensi
Kamis/1 april 2021
S :
1) Pasien mengatakan dapat memahami tanda dan gejala infeksi
2) Pasien mengatakan selalu menjaga kebersihan tubuh supaya tidak terjadi infeksi pada insisi post operasi
3) Pasien mengatakan akan merawat lukanya dengan sebaik mungkin selama dirumah O:
1) Keadaan pasien membaik 2) Tidak ada tanda infeksi yang
dirasakan pasien 3) TTV
TD : 140/90 mmHg S : 36^ C
N : 82x/mnt A: masalah teratasi P: hentikan intervensi
mengatakan bahwa penderita hernia tertinggi adalah penderita dengan jenis pekerjaan yang berat. Menurut Merry Fuji Astuti (2010) yang dari hasil penelitiannya mengatakan hernia banyak terjadi pada usia antara 41-65 tahun. Penegakan diagnosis hernia ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari hasil anamnesis pasien banyak yang tidak menunjukan gejala terjadinya hernia hingga pasien menyadari adanya pembengkakan di daerah lipat paha. Beberapa pasien menunjukan gejala nyeri yang timbul mendadak dan bertambah berat ketika mengangkat benda berat. Dari data diatas didapatkan kesimpulan bahwa faktor utama penyebab terjadinya hernia yaitu adanya tekanan yang terlalu berlebihan di perut yang dapat disebabkan oleh mengejan terlalu kuat dan mengangkat benda berat.
Pada abdomen pasien terdapat luka balut post operasi hernia yang dapat mengakibatkan terjadinya resiko infeksi, Peningkatan usia mempengaruhi perubahan struktural dan fungsional tubuh yang menyebabkan kulit serta jaringan subkutis lebih rentan terhadap infeksi (Sandy, 2015). Menurut teori imunologi, pada usia dewasa akhir (36- 45 tahun) sistem imun tubuh mulai menjurus kepada penuaan, sehingga menyebabkan atrofi timus. Sistem imun akan mengalami penurunan kemudian menyebabkan jaringan timus seluruhnya digantikan oleh jaringan lemak, hal tersebut menyebabkan peningkatan usia berisiko menyebabkan infeksi daerah operasi (Rosaliya dan Suryani, 2010).
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang di peroleh dari pasien post operasi hernia adalah nyeri akut, hambatan mobilitas fisik, resiko infeksi, gangguan pola tidur, dan ansietas. Untuk penelitian ini penulis memfokuskan pada diagnosa resiko infeksi pada pasien post operasi hernioraphy. Menurut SDKI resiko infeksi yaitu beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik, karena adanya : penyakit kronis, efek prosedur
invasif, malnutrisi, ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer, dan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder. Yang dibuktikan dengan adanya luka insisi pembedahan pada abdomen, dan pasien tampak khawatir dengan keadaan luka post operasinya. Penyebab infeksi daerah operasi memang sulit untuk ditentukan, namun ada beberapa penyebab yang sering dikaitkan dengan flora mikroba, petugas bedah, teknik pembedahan, lingkungan, dan faktor pasien sebagai pejamu (Gruendemann dan Mangnum, 2005). Faktor kebersihan dan juga nutrisi sangat penting bagi kesehatan dan proses penyembuhan luka insisi bedah, dan apabila sampai terjadi infeksi akan berakibat buruk bagi pasien. Luka di tubuh memberikan peluang sebagai tempat masuknya bakteri, dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi (Potter dan Perry, 2005). Faktor risiko terjadinya infeksi daerah operasi antara lain kondisi pasien, prosedur operasi, jenis operasi, dan perawatan pasca infeksi (Kemenkes RI, 2011).