• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO INFEKSI PADA TN. W DENGAN POST OPERASI HERNIORAPHY DI RSUD KARDINAH KOTA TEGAL

N/A
N/A
Viandra Siahay

Academic year: 2024

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO INFEKSI PADA TN. W DENGAN POST OPERASI HERNIORAPHY DI RSUD KARDINAH KOTA TEGAL "

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO INFEKSI PADA TN. W DENGAN POST OPERASI HERNIORAPHY DI

RSUD KARDINAH KOTA TEGAL

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

Ika Vita Putri Ayu Suryani NIM . P1337421018020

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TEGAL JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG 2021

(2)

ii

ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO INFEKSI PADA TN. W DENGAN POST OPERASI HERNIORAPHY DI

RSUD KARDINAH KOTA TEGAL

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan Pada Program Studi DIII Keperawatan Tegal

Ika Vita Putri Ayu Suryani NIM. P1337421018020

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN TEGAL JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG 2021

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii

ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO INFEKSI PADA TN. W DENGAN POST OPERASI HERNIORAPHY DENGAN DI

RSUD KARDINAH KOTA TEGAL

Ika Vita Putri Ayu S1, Cuciati2, Dwi Uswatun Khasanah2

1Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Tegal

2Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang Email : [email protected]

Abstrak

Latar Belakang–Hernia merupakan adanya penonjolan pada organ, jaringan atau struktur yang berada tidak tepat dan melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian tersebut akibat adanya tekanan yang terlalu kuat. Hernia terdiri atas bagian cincin, kantong, dan isi hernia. Hernia jika tidak segera ditangani maka dapat menyebabkan terjadinya komplikasi berupa pembengkakan dan bahkan nyeri di daerah sekitarnya. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menjalani prosedur operasi.

Tujuan–Mengetahui gambaran tentang asuhan keperawatan pada pasien post operasi hernioraphy dengan resiko infeksi di RSUD Kardinah Kota Tegal.

Metode–Studi kasus ini menggunakan metode penelitian deskriptif melalui pendekatan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan pada pasien yang mengalami risiko infeksi post operasi. Proses pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

Hasil–Hasil studi kasus untuk keperawatan yaitu masalah teratasi karena pasien tidak menunjukkan dan merasakan adanya tanda dan gejala infeksi.

Kata Kunci : hernia, resiko infeksi

(8)

viii

NURSING CARE OF INFECTION RISK IN TN. W WITH POST HERNIORAPHY SURGERY WITH

IN KARDINAH HOSPITAL, TEGAL CITY

Ika Vita Putri Ayu S1, Cuciati2, Dwi Uswatun Khasanah2

1Student of the DIII Nursing Study Program in Tegal

2 Lecturer of the Department of Nursing Poltekkes Kemenkes Semarang Email : [email protected]

Abstract

Background–Hernia is a protrusion of an organ, tissue or structure that is not located properly and passes through the wall of a cavity that normally contains that part due to too much pressure. Hernias consist of rings, pouches, and hernia contents. Hernias if not treated immediately can cause complications in the form of swelling and even pain in the surrounding area. Efforts that can be done is to undergo surgical procedures.

Objective–To know the description of nursing care for post-hernioraphy patients with infection risk at Kardinah Hospital, Tegal City.

Methods These case studies use descriptive research methods through nursing care approaches starting from assessment, diagnosis, planning, implementation, and nursing evaluation in patients who are at risk of postoperative infection. The data collection process includes interviews, observations, and documentation studies.

The results of the case study for nursing are the problem is resolved because the patient does not show and feel any signs and symptoms of infection.

Keywords: hernia, risk of infection

(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penulisan ... 3

D. Manfaat Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Konsep Dasar Hernia ... 5

B. Resiko Infeksi Pada Pasien Post Operasi Hernioraphy ... 14

C. Pengelolaan Resiko Infeksi Pada Post Operasi Hernioraphy... 15

D. Asuhan Keperawatan... 16

1. Pengkajian ... 16

2. Diagnosis ... 18

3. Intervensi ... 19

4. Implementasi ... 20

5. Evaluasi ... 21

(10)

x

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

A. Rancangan Penelitian ... 22

B. Subjek Penelitian ... 22

C. Tempat dan Waktu ... 22

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 23

E. Teknik Pengumpulan Data ... 23

F. Teknik Analisa Data ... 24

G. Etika Penelitian ...24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

A. Hasil ... 26

B. Pembahasan …... 39

1. Pengkajian ... 39

2. Diagnosa Keperawatan ... 40

3. Perencanaan ... 40

4. Implementasi ... 42

5. Evaluasi ... 43

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 45

A.Simpulan ... 45

B.Saran ... 46 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ...23

Tabel 4.1 identitas pasien ...27

Tabel 4.2 Riwayat Penyakit ...27

Tabel 4.3 Pola Kesehatan ...28

Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik ...30

Tabel 4.5 Pemeriksaan Diagnostik ...31

Tabel 4.6 Analisa data ...33

Tabel 4.7 Diagnosa keperawatan ...33

Tabel 4.8 Perencanaan keperawatan ...34

Tabel 4.9 Implementasi keperawatan ...35

Tabel 4.10 Evaluasi keperawatan ...39

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway hernia ......12

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan Lampiran 2 : Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 3 : Lembar permohonan menjadi responden

Lampiran 4 : Lembar persetujuan mengikuti kegiatan ( informed consent) Lampiran 5 : Lembar SOP perawatan luka post operasi

Lampiran 6 : Dokumentasi tindakan Lampiran 7 : SAP diit TKTP

Lampiran 8 : Leaflet

Lampiran 9: Lembar bimbingan Lampiran 10 : Lembar Bimbingan Lampiran 11 : Berita acara ujian Lampiran 12 : Lembar penilaian KTI Lampiran 13 : Asuhan keperawatan

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman, industri di dunia semakin maju. Dan hal itu menuntut seseorang bekerja lebih keras untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonominya, yang tentunya dapat mempengaruhi pola hidup dan membuat tubuh bekerja lebih keras sehingga dapat menimbulkan kelelahan dan kelemahan organ tubuh. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya hernia karena terdapat tekanan yang terlalu berlebihan. Agus.

(2018).

Menurut Mutakin (2011) Hernia merupakan adanya penonjolan pada organ, jaringan atau struktur yang berada tidak tepat dan melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian tersebut. Hernia terdiri atas bagian cincin, kantong, dan isi hernia. Hernia diberi nama sesuai dari anatominya, yaitu seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, bilateral, dan masih banyak lagi. Sekitar 75%

hernia sering terjadi di lipatan paha, perbandingan angka kejadian pada pria lebih banyak dari wanita. Amrizal. (2015).

Tahun 2005 sampai dengan 2010, World Health Organization (WHO) mendapatkan data penderita hernia di dunia mencapai 19.173.279 orang. Pada tahun 2011, Negara Uni Emirat Arab menjadi negara dengan jumlah penderita hernia terbesar di dunia yaitu 3.950 orang. Penyebaran hernia paling banyak berada di negara berkembang seperti di Afrika dan juga di Asia Tenggara termasuk Indonesia (Gian, 2017). Selain itu, berdasarkan data yang diperoleh dari Departermen Kesehatan RI pada bulan Januari 2010 - Februari 2011, penderita hernia inguinalis berjumlah 1.243 orang (DepKesRI, 2011). Burney (2012) memperkirakan terdapat 20 juta kasus pembedahan pada kasus penyakit hernia inguinalis setiap tahunnya. Kejadian dan prevalensi di seluruh dunia tidak diketahui pasti.

(15)

Tingkat prosedur tindakan operasi di berbagai negara berkisar antara 100 hingga 300 prosedur per 100.000 orang dalam satu tahun.

Di Indonesia kasus penderita hernia menempati urutan ke-8 dengan jumlah 292.145 kasus. Berdasarkan data kasus yang diperoleh dari RSUD Batang, jumlah kasus hernia inguinalis pada bulan Januari-Desember tahun 2009-2010 terdapat 187 kasus, terdiri dari 138 kasus sudah dilakukan operasi, dan 49 kasus tanpa tindakan operasi. Untuk data di Jawa Tengah, selama bulan Januari-Desember 2012 diperkirakan terdapat 425 penderita. Resiko infeksi pada pasien post operasi dapat saja terjadi karena pada saat dilakukan operasi tindakan yang dilakukan yaitu membuat luka insisi bedah agar area yang bermasalah dapat teratasi, tetapi jika kebersihan area luka insisi tidak diperhatikan dapat menyebabkan infeksi pada luka. Peran perawat yaitu memberikan pendidikan kesehatan pada pasien untuk mencegah terjadinya infeksi dan mencegah komplikasi lainnya, perawat juga berperan sebagai peneliti dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien.

Menurut Jurnal Infeksi Luka Operasi pada pasien dengan post laparatomy yang ditulis Sandy dkk (2015) dijelaskan bahwa Infeksi Luka Operasi (ILO) merupakan infeksi yang terjadi saat mikroorganisme dari kulit, bagian tubuh lain atau lingkungan masuk kedalam luka insisi yang terjadi dalam waktu 30 hari dan jika ada implant terjadi satu tahun paska operasi yang ditandai dengan adanya pus inflamasi, bengkak, nyeri, dan rasa panas, pengobatan kontinue sangat diperlukan untuk menghadapi masalah pasien. Salah satu peran perawat adalah memberikan Asuhan Keperawatan Komprehensif salah satunya dalam tindakan perawatan luka.

Apabila tidak ditangani dengan benar akan memperburuk keadaan pasien.

Memonitor karakterikstik luka, warna, ukuran, bau, dan memberikan perawatan pada luka insisi bedah pasien. Dan kemudian mengevaluasi tentang respon pasien setelah perawat memberikan penatalaksanaan resiko infeksi.

(16)

Dari uraian diatas, penulis termotivasi untuk membuat Karya Tulis Ilmiah dengan masalah yang muncul pada pasien post operasi yaitu resiko infeksi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah yang ada di atas maka perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Hernioraphy Dengan Resiko Infeksi?

C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum

Menggambarkan Asuhan Keperawatan Resiko Infeksi Pada Tn. W dengan Post Operasi Hernioraphy Di RSUD Kardinah Kota Tegal.

2. Tujuan Khusus

a. Menuliskan hasil pengkajian pada pasien post operasi hernioraphy dengan resiko infeksi

b. Menuliskan diagnosa keperawatan pada pasien post operasi hernioraphy dengan resiko infeksi

c. Menuliskan perencanaan untuk mengatasi diagnosa keperawatan pada pasien post operasi hernioraphy dengan resiko infeksi

d. Menuliskan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi resiko infeksi pada pasien post operasi hernioraphy dengan resiko infeksi

e. Menuliskan evaluasi masalah keperawatan resiko infeksi pasien post operasi hernioraphy dengan resiko infeksi

f. Membahas hasil pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, tindakan, dan evaluasi dari tindakan yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa pasien post operasi hernioraphy dengan resiko infeksi

(17)

D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah wawasan dan berbagi ilmu

b. Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi seiring dengan adanya perkembangan zaman

2. Manfaat praktis

a. Dapat meningkatkan ilmu sesuai data dan praktik keperawatan yang sudah di lakukan

b.Mahasiswa dapat mengerti dan mampu menerapkan asuhan keperawatan yang sudah di buat

c. Memperluas pengalaman dalam menghadapi pasien post operasi hernia

d.Meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan

(18)

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Hernia 1. Definisi Hernia

Hernia merupakan terjadinya kelemahan atau defek di dinding rongga peritoneum yang dapat menyebabkan peritoneum terlihat menonjol dan membentuk kantung yang di lapisi oleh serosa biasanya disebut kantung hernia (Robbins & Cotran : 2010 )

Hernia adalah suatu penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian yang lemah dari dinding rongga bersangkutan (R.

Syamsuhidayat dan Win Dedjong, Buku Ajar Ilmu Bedah). Adapun pengertian dari hernia yang lain yaitu : Hernia adalah kondisi yang terjadi ketika organ dalam tubuh menekan dan mencuat melalui jaringan otot atau jaringan ikat di sekitarnya yang lemah. Jaringan ikat tubuh yang seharusnya cukup kuat untuk menahan organ di dalamnya agar tetap berada di posisinya masing-masing. Namun, beberapa hal seperti adanya tekanan menyebabkan jaringan ikat melemah sehingga tidak dapat menahan dan mengakibatkan hernia.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan isi suatu organ seperti peritoneum, lemak, usus dan kandung kemih melalui bagian yang lemah dari dinding abdomen sehingga menimbulkan kantung berisikan material abnormal yang biasanya ditangani dengan proses tindakan operasi.

(19)

2. Klasifikasi Hernia

Menurut Amrizal (2015) klasifikasi hernia dibagi menjadi 3, yaitu : a. Berdasarkan terjadinya

1) Hernia bawaan atau kongenital

Hernia bawaan merupakan hernia yang terjadi sejak bayi dilahirkan akibat prosesus vaginalis yang tidak menutup sempurna saat bayi dalam kandungan.

2) Hernia didapat atau akuisita

Merupakan hernia yang biasa timbul akibat berbagai faktor pemicu

b. Berdasarkan letaknya

1) Hernia inguinalis adalah isi perut yang menonjol di sela paha, dibagi menjadi 2 :

a) Indirek/lateralis

Adanya benjolan di selangkangan yang bisa mengecil atau hilang saat tidur.

b) Direk/medialis

Benjolan yang tidak menghilang bahkan saat berdiri

2) Hernia femoralis, terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita. Adanya penyumbatan lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung.

3) Hernia umbilikalis yaitu, adanya benjolan di sekitar area perut.

Biasanya terjadi pada pasien yang gemuk dan wanita multipara.

4) Hernia diafragmatik, yaitu hernia yang masuk melalui lubang diafragma ke dalam rongga dada

5) Hernia insision, yaitu batang usus atau organ lain yang menonjol melalui jaringan perut lemah. Dapat terjadi melalui

(20)

luka pasca operasi di perut dan hernia ini muncur disekitar area pusar.

6) Hernia nukleus pulposi (HNP) adalah hernia yang melibatkan cakram pada tulang belakang. HNP umumnya terjadi di punggung bawah pada tiga vertebra lumbal bawah.

c. Berdasarkan sifatnya

1) Hernia reponiberl/reducibel

Isi hernia bisa hilang timbul, akan hilang bila berbaring atau di tekan dan timbul bila pasien berdiri atau mengejan. Tidak terdapat keluhan rasa nyeri atau bahkan obstruksi usus.

2) Hernia ireponibel

Isi hernia tidak akan kembali/menghilang apabila digunakan berbaring, karena adanya perlengketan isi kantong pada peritonium kantong hernia.

3) Hernia inkanserata

Isi hernia terjepit oleh cincin hernia, hernia jenis ini merupakan keadaan darurat karena perlu mendapatkan pertolongan secara segera.

3. Etiologi

Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti : a. Batuk kronik

b. Adanya presus vaginalid yang terbuka c. Kelemahan otot dinding perut

d. Tekanan intra abdomen yang meningkat e. Obesitas

f. Kehamilan multipara

g. Mengangkat beban terlalu berat h. Asites

Merupakan adanya penumpukan cairan pada abdomen.

(21)

i. Kelahiran prematur

Menurut Haryono (2012) usia dan jenis pekerjaan juga mempengaruhi terjadinya hernia. Karena semakin bertambahnya usia keadaan dinding perut juga semakin melemah, biasa mengkonsumsi makanan yang kurang serat. dan jenis pekerjaan yang berat juga mempengaruhi karena mengangkat beban berat membuat seseorang mengejan secara sspontan. Dan hernia sering dialami oleh laki-laki dibandingkan perempuan karena laki-laki perokok dapat mempengaruhi kekuatan dinding perut.

Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia adalah hernia inguinalis indirect. Terjadi pada suatu kantoug kongiental dan prosesus vaginalis, kerja otot yang terlalu kuat, mengangkat beban yang berat, batuk kronik, mengejan sewaktu miksi dan defekasi, peregangan otot abdomen karena peningkaran tekanan intra abdomen (TIA). Seperti obesitas dan kehamilan, kelemahan abdomen bisa disebabkan kerena cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir dan usia dapat mempengaruhi kelemahan dinding abdomen (semakin bertambah usia dinding abdomen semakin melemah). Peningkatan tekanan intra abdomen diantaranya mengangkat beban berat, batuk kronis, kehamilan, kegemukan dan gerak badan yang berlebih, bawaan sejak lahir pada usia kchamilan 8 bulan terjadi penurunan testis melalui kanalis inguinal menarik peritoneum dan disebut plekus vaginalis, peritoneum hernia karena canalis inguinalis akan tetap menutup pada usia 2 bulan (Nuari 2015, hal. 229).

(22)

4. Manifestasi Klinis

Menurut Nuari (2015, hal. 229) pada urnumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha. Benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saar istirahat dan bila menangis, rnengejan, mengangkat beban barat atau dalam posisi berdiri dapat timbul kembali, bila terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri. Keadaan umum biasanya baik pada inspeksi ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau pada labia dalam posisi berdiri dan berbaring pasien diminta mengejan dan menurup mulut dalam keadaan berdiri palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia. Diraba konsistensinya dan coba didorong apakah benjolan dapat direposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak, kadang cincin hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar, pemeriksaan melalui skrotum, jari telunjuk dimasukan ke atas 1ateral dari tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermarikus sampai ke anulus inguinalis lateralis pada keadaan normal jari tangan tidak dapar masuk, bila masa sebut menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyeoruh sisi jar! maka iru adalah hernia inguinalis medialis.

Pada umumnya terapi operarif merupakan terapi satu-satunya yang rasional. berapa masalah yang sering terjadi pada fase pasca operasi antara lain kesadaran menurun, sumbatan saluran nafas, hipoventilasi, hipotensi, aritmi kardiak, shok, nyeri, distensi kandung kernih, cemas, aspirasi lambung. Tindakan operatif dilakukan dengan melakukan insisi pada tubuh sehingga tubuh memerlukan waktu untuk penyembuhan luku. Luka bedah karena dilakukan dengan disertai teknik aseptik pada umunmya penyernbuhannya lancar dan cepat. Nuari (2015, hal. 229)

(23)

5. Patofisiologis

Menurut Nuari (2015, hal. 299) Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada laki-laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala ileus yaitu gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih berat dan kontineu, daerah benjolan menjadi merah.

Prosedur bedah akan mengakibatkan hilang cairan, hal ini karena kehilangan darah dan kehilangan cairun ydIlg tidak ierasa melalui paru-

(24)

paru dan kulit. lnsisi bedah mengakibatkan pertahanan primer tubuh tidak adekuat (kulit rusak, trauma jaringan, pcnurunan kerja silia, staris cairan tubuh). Luka bedah sendiri juga merupakan jalan masuk bagi organisme patogen sehingga sewaktu- waktu dapat terjadi infeksi, Rasa nyeri timbul pada semua jcnis operasi, karena terjadi rorehan, tarikan, manipulasi jaringan dan organ. Dapat juga terjadi karena kompresi/stimulasi ujung saraf oleh bahan kimia yang dilepas pads saat operasi ntau karena iscbemi jaringan akihat gangguan suplai darah ke Salah saru bagian, seperti karena rekanan, spasme otot atau hematoma.

Nuari (2015, hal. 299)

(25)

6. Pathway hernia

Gambar 2.1 pathway hernia

(Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015)

Tekanan intra abdomen (batuk, mengejan, mengangkat benda

berat)

Kelemahan otot dinding abdomen (obesitas, kehamilan, trauma)

Hernia

Hernia kongenital Hernia akuisita

Prostusi hilang timbul

Ketidaknyamanan area inguinal

Obstruksi intestinal

Menurunnya suplay darah ke intestinal

Pembesaran skrotum

Pembedahan

Mual/muntah

Pemenuhan intake cairan

dan nutrisi

Cairan dan nutrisi tubuh tidak

seimbang

Nekrosis intestinal

Peristaltik menurun

nyeri

Resiko ketidakseimbangan

nutrisi dan cairan

Resiko infeksi

(26)

7. Pemeriksaan penunjang

Menurut Nurarif, A, H. & Kusuma, H. (2015) pemeriksaan penunjang hernia yaitu :

a. Radiografi abdomen b. CT Scan

c. Sinar X abdomen

d. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit

8. Penatalaksanaan

Menurut Amin & Kusuma (2015, hal. 76) penanganan hernia ada dua macam:

a. Konservatif,

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Bukan merupakan tindakan definitif sehingga dapat kambuh kembali. Adapun tindakannya terdiri atas:

1) Reposisi

Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam kavum peritoneum atau abdomen. Reposisi dilakukan secara manual, reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia reponibilis dengan cara memakai dua tangan, Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata kecuali pada anak- anak.

2) Suntikan

Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin di daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintuu hernia mengalami sklerosis atau penyempitan sehingga isi hernia keluar dari kavum peritoneum.

3) Sabuk hernia

Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak dilakukan operasi.

(27)

b. Operasi

Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada hernia reponibilis, hernia irreponibilis, hernia strangulasi, hernia inkarserata.

Operasi hernia ada 3 macam:

1) Herniotomy

Mernbuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi hernia ke kavum abdominalis.

2) Hemioraphy

Mulai dari mengangkat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas musculus obliquus Intra abominalis dan musculus Iranversus abdominalis yang berinsersio di tuberculum pubicum).

3) Hernioplasty

Menjahitkan conjoint tendon pada Iigamentum inguinale agar LMR hilang tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otor, Hemioplasty pada hernia inguinalis lareralis ada bermacam-macam menurut kebutuhannya (Ferguson, Bassini, halst, hernioplasty, pada hernia inguinalis media dan hernia femoralis dikerjakan dengan cara Me.Vay)

B. Resiko Infeksi Pada Pasien Post Operasi Hernioraphy 1. Resiko Infeksi Pada Post Operasi Hernioraphy

a. Resiko infeksi menurut Doenges, Moorhouse, dan Murr (2015) yaitu beresiko tinggi terhadap invasi organisme pathogen.

b. Faktor-faktor resiko infeksi menurut Doenges, Moorhouse, dan Murr (2015) yaitu :

1) Ketidakadekuatan pertahanan primer (kulit rusak, jaringan trauma, penurunan kerja silia stasis cairan tubuh, perubahan sekresi Ph, perubahan peristaltik)

(28)

2) Ketidakadekuatan pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin, leucopenia, supresi respon inflamasi)

3) Ketidakadekuatan imunitas didapat : imunosupresi

4) Kerusakan jaringan peningkatan pajanan lingkungan terhadap pathogen prosedur invasive

5) Penyakit kronis : malnutrisi, trauma

6) Agen farmakologis (imunosupresan, terapi antibiotik) 7) Ketuban pecah

8) Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari pajanan terhadap pathogen.

C. Pengelolaan Resiko Infeksi Pada Post Operasi Hernioraphy 1. Modern Wound Care

Menurut kartika (2015) metode perawatan luka menggunakan prinsip moisture balance yang dikenal sebagai modern wound dressing dinyatakan lebih efektif dalam penyembuhan luka.

Modern wound dressing merupakan salah satu metode perawatan luka tertutup dan lembab yang difokuskan untuk menjaga luka dari dehidrasi dan meningkatkan proses penyembuhan luka (Dhivya, Padma, dan Santhini, 2015)

Luka dengan suasana lembab dapat membantu dalam mempercepat fibrinolisis, angiogenesis, menurunkan resiko infeksi, pembentukan growth factor, dan pembentukan sel aktif (Handayani, 2016).

2. Pendidikan Kesehatan Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein 3. Pendidikan kesehatan universal precaunt (Hand Hygiene)

(29)

D. Asuhan Keperawatan Resiko Infeksi Pada Pasien Post Operasi Hernioraphy

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Menurut Lyer et al(1996, dalam setiadi,2012).

a. Identitas

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, tanggal dan jam masuk RS, nomor registrasi, diagnosa, nama orang tua, pekerjaan, suku bangsa.

b. Riwayar penyakit sekarang

Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan masuk dan keluhan yang dirasakan seperti :

1) Terdapat nyeri pada perut bagian bawah(acrotum).

2) Pasien mengeluh terasa mual, dan muntah.

3) Pasien mengeluh sakit saat buang air kecil.

4) Buang air besar keras.

c. Riwayat penyakit dahulu

Meliputi penyakit apasaja yang pernah diderita oleh pasien selama hidupnya

d. Riwayat keperawatan keluarga

Meliputi tentang penyakit yang pernah diderita oleh keluarga seperti DM, hipertensi, dll

e. Pola fungsi kesehatan 1) Pola persepsi

Kebiasaan yang dilakukan oleh pasien seperti merokok, olahraga, dan bagaimana status ekonomi pasien.

2) Pola tidur dan istirahat

(30)

Adanya insisi bedah dapat mengakibatkan adanya rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien, sehingga mempengaruhi kualitas tidurnya.

3) Pola aktivitas

Aktivitas pasien sedikit terganggu karena pasien post operasi tidak dianjurkan untuk banyak bergerak karena beresiko terhadap luka insisi bedah.

4) Pola hubungan dan peran

Dengan keterbatasan gerak memungkinkan pasien tidak dapat melakukan perannya dalam keluarga maupun masyarakat dengan baik.

5) Pola sensorik dan kognitif

Ada tidaknya gangguan sensorik seperti pendengaran, penglihatan, dan juga kognitif seperti ingatan, kemampuan berfikir.

6) Pola penanggulangan stress

Kebiasaan yang digunakan oleh pasien dalam menghadapi setiap masalah yang menimpanya.

7) Pola tata nilai dan kepercayaan

Bagaimana ketaatan dan kepercayaan pasien dalam melakukan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya.

f. Pengkajian fisik 1) Keadaan umum

Kesadaran pasien composmentis, ekspresi wajah terlihat menahan nyeri dan sedikit meringis apabila menggerakkan tubuh.

2) Vital sign 3) BB/TB 4) Kepala

Mulai dari bentuk kepala, ekspresi wajah, ada jejas atau tidak di wajah, wajah pucat atau tidak.

(31)

5) Genetalia

Meliputi kebersihan genetalia 6) Leher

Apakah ada pembengkakan di leher atau tidak 7) Mulut

Meliputi kebersihan mulut, ada atau tidak pembengkakan pada gusi, dan ada tidaknya perdarahan di mulut dan bibir, dan menilai keadaan bibir lembab atau tidak

8) Abdomen

Apakah ada kelainan pada warna kulit abdomen, ada jejas atau tidak, terdapat nyeri tekan atau tidak, bising usus normal atau tidak.

9) Ekstremitas

Ada atau tidaknya kelainan, dan apakah ada keterbatasan dalam melakukan pergerakan di ekstremitas

10) Terapi

Jenis terapi yang diberikan kepada pasien, seperti pemberian obat

g. Pengetahuan keluarga

Menilai tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita pasien.

2. Diagnosa keperawatan menurut SDKI

a. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (post operasi)

(32)

3. Intervensi keperawatan menurut SIKI

Berdasarkan diagnosa keperawatan resiko infeksi maka intervensi yang bisa dilakukan adalah :

a. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan pasien dapat memenuhi kriteria hasil:

SLKI

Tingkat infeksi : L.14137

1) kebersihan badan meningkat (5) 2) nafsu makan meningkat (5) 3) nyeri menurun (5)

4) kultur area luka membaik (5) Kontrol resiko : L.14128

1) kemampuan mencari informasi tentang faktor resiko meningkat (5)

2) kemampuan mengidentifikasi faktor resiko meningkat (5) 3) kemampuan melakukan strategi kontrol resiko meningkat

(5)

4) kemampuan menghindari faktor resiko meningkat (5) SIKI

Perawatan luka : I.14564 Observasi :

1) Monitor karakteristik luka 2) Monitor tanda-tanda infeksi Terapeutik :

1) Lepaskan balutan dan plester secara perlahan

2) Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan

3) Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu 4) Pasang balutan sesuai jenis luka

(33)

5) Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka Edukasi :

1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

2) Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein 3) Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri

Kolaborasi :

1) Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu Pemantauan tanda vital : I. 02060

Observasi

1) Monitor tekanan darah 2) Monitor nadi

3) Monitor suhu tubuh Terapeutik

1) Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 2) Informasikan hasil pemantauan,jika perlu

4. Implementasi

Menurut Kozier, Glenora, Berman, dan Snyder (2011) implementasi adalah fase saat perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan. Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi. Perawat mendelegasikan tindakan untuk intervensi yang sudah disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan serta respon pasien terhadap tindakan yang sudah diberikan.

(34)

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan menurut Kozier, Glenora, Berman, dan Snyder (2011) adalah menilai atau menghargai. Evaluasi adalah fase terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah aktivitas yang sudah direncanakan, berkelanjutan, dan terarahEvaluasi yang digunakan yaitu SOAP yang meliputi respon subjek (respon pasien), respon objek (respon yang dilihat dari pihak perawat), apakah masalah sudah teratasi atau belum, dan apabila masalah belum teratasi harus dicantumkan rencana selanjutnya.

(35)

22 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian

Metode penulisan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode deskriptif melalui pemaparan studi kasus dan menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan memfokuskan pada masalah keperawatan yang sudah di ambil. Peneliti melakukan studi kasus tentang asuhan keperawatan resiko infeksi pada Tn. W dengan post operasi hernioraphy di RSUD Kardinah Kota Tegal.

B. Subjek penelitian

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara convinence sampling method (nonprobability sampling technique), dimana subjek dipilih karena kemudahan atau keinginan penulis.

Partisipan yang dijadikan subjek penelitian adalah pasien post operasi hernioraphy di RSUD Kardinah Kota Tegal dengan kriteria hasil : 1. Pasien post operasi hari ke-1

2. Pasien yang bersedia menjadi responden

3. Pasien yang sudah menandatangani informed consent 4. Kesadaran composmentis dan kooperatif

C. Tempat dan waktu

Lokasi yang digunakan dalam melaksanaan penelitian asuhan keperawatan resiko infeksi pada Tn. W dengan post operasi hernioraphy di ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Kota Tegal pada tanggal 30 Maret – 1 April 2021.

(36)

D. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Hernia Adanya penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeutorik dinding perut.

Resiko infeksi Beresiko terhadap terjadinya infeksi yang disebabkan oleh adanya bakteri/virus yang terkontaminasi kedalam luka post operasi.

Asuhan keperawatan Suatu proses pemberian tindakan dalam praktik keperawatan yang akan diberikan langsung kepada pasien, tindakan tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Modern wound dressing Metode dalam perawatan luka secara tertutup dan lembab yang bertujuan untuk mencegah luka post operasi mengalami dehidrasi.

Pendidikan kesehatan diit TKTP

Pemberian informasi mengenai manfaat dan tujuan dari diit tinggi kalori tinggi protein untuk membantu mempercepat proses penyembuhan luka.

Pendidikan kesehatan hand hygiene

Pemberian edukasi dan informasi mengenai pentingnya mencuci tangan untuk menghindari terjadinya infeksi pada luka.

E. Teknik pengumpulan data

Metode pengumpulan data berdasarkan teori Zaidin Ali (2016) :

1. Wawancara : suatu komunikasi timbal balik antara perawat dan pasien yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi pasien, yang datanya dibutuhkan oleh perawat untuk menegakkan diagnosis.

2. Pemeriksaan fisik : bermanfaat dalam hal mendapatkan data yang lebih akurat melalui cara langsung melihat, atau meraba bagian yang sakit.

3. Observasi : bermanfaat terutama dalam hal melengkapi atau menyempurnakan metode lain.

4. Dokumentasi partisipan : bermanfaat dalam hal dapat mempelajari kesehatan pasien yang lalu untuk diperhatikan pada asuhan keperawatan yang akan datang.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, dokumentasi partisipan, dan data pasien dilakukan saat pengkajian pada pasien.

(37)

F. Teknik analisa data

Setelah dilakukan pengelolaan data dan didapatkan hasil pengelolaan, maka data atau hasil pengelolaan akan disajikan dalam bentuk teks (Teguh, 2018).

G. Etika penulisan

1. Lembar persetujuan (informed consent)

Merupakan persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga yang telah mendapatkan penjelasan secara lengkap dan rinci mengenai tindakan medis yang akan dilakukan.

Peneliti memberikan informasi secara lengkap kepada pasien dan keluarga tentang tujuan penelitian yang dilakukan yaitu terkait Pengelolaan Resiko Infeksi dengan Pasien Post Operasi Hernioraphy di ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Kota Tegal, setelah pasien atau keluarga memahami maksud dan tujuan diberikan informed consent lalu peneliti memberikan hak kepada partisipan untuk bebas berpartisipasi atau menolak. Lembar persetujuan diberikan kepada partisipan apabila partisipan bersedia maka harus menandatangani lembar tersebut.

2. Kerahasiaan (confidentially)

Confidentially merupakan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi, indentitas, maupun masalah-masalah lainnya. Peneliti menjamin kerahasiaan pasien, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Dengan mencantumkan nama menggunakan inisial, alamat yang dituliskan bukan alamat lengkap, dan No. RM hanya 2 angka awal yang dicantumkan.

3. Keadilan (justice)

Peneliti menjunjung tinggi keadilan bagi partisipan dengan tidak membeda-bedakan partisipan satu dengan yang lainnya, tidak memandang sosial ekonominya, pendidikan, suku, serta peneliti tidak akan berlaku diskriminasi kepada partisipan yang diketahui ternyata

(38)

tidak bersedia dilakukan penelitian, dan memberikan asuhan keperawatan dengan sesuai.

4. Kejujuran (veracity)

Peneliti menerapkan kejujuran dalam melakukan penelitian dengan menjelaskan informasi kepada partisipan dan keluarga tentang tujuan penelitian secara jujur, tidak terdapat data yang dimanipulasi, pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang sudah di buat.

(39)

26 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Kardinah Kota Tegal, yang berada di kelurahan Kejambon tepat di kota Tegal. Posisinya yang strategis berada di persimpangan jalan utama antara kota Tegal dan Purwokerto, sekaligus menjadi pintu masuk tempat sarana pelayanan kesehatan wilayah pantura pulau Jawa. RSUD Kardinah Kota Tegal bermula dari balai pengobatan yang didirikan pada tahun 1927 oleh Raden Ajeng Kardinah, beliau merupakan adik kandung dari Raden Ajeng Kartini.

Penelitian dilakukan selama 3 hari di ruangan Wijaya Kusuma Bawah yang terdiri dari 12 kamar yang saling berhadapan dalam 1 lorong, pada setiap kamar terdiri dari 2 bed, terdapat 1 ruang kamar mandi, juga di fasilitasi 1 buah tv dan kipas angin. Ruangan merupakan bangsal kelas II dan di tujukan untuk pasien yang akan melakukan pembedahan, perawatan dilakukan mulai pre sampai post operasi. Biasanya pasien masuk ke ruangan 1 hari sebelum dilakukan operasi guna untuk memantau keadaan pasien, hingga post operasi untuk memantau dan melakukan perawatan pada pasien dan luka post operasinya.

(40)

2. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 30 maret 2021 sampai dengan 1 april 2021.

a. Identitas Pasien

Tabel 4.1 identitas pasien

Identitas Pasien

Nama Pasien Umur

Agama Jenis Kelamin Pendidikan Suku/Bangsa No. Register Tgl. Masuk Diagnosa Medis Ruang/Kelas Tgl. Pengkajian Alamat

Tn. W 69 tahun Islam L SD Jawa 62xxxx 29 Maret 2021

Hernia scrotalis sinistra Wijaya Kusuma Bawah 30 Maret 2021

Slerok

b. Riwayat Penyakit

Tabel 4.2 Riwayat Penyakit

Riwayat Penyakit Pasien

Keluhan Utama Pasien mengatakan nyeri pada luka post

operasi

Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengatakan ada benjolan di lipatan paha sebelah kiri sudah 6 bulan, jika benjolan itu timbul terasa nyeri.

Pada tanggal 29 Maret datang ke Poli dan langsung dirujuk segera ke IGD untuk rencana program operasi dengan diagnosa hernia scrotalis sinistra, direncanakan melakukan operasi pada tanggal 30 maret 2021 dengan jenis operasi hernioraphy dengan mesh. Saat selesai operasi dan dikaji pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi dengan skala 6, pasien mengatakan sulit untuk merubah posisi, dan takut luka insisi bedahnya lama sembuh .

Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah memiliki penyakit hernia dan tidak mempunyai penyakit menurun

(41)

seperti hipertensi dan diabetes.

Riwayat Penyakit Keluarga Pasien mengatakan di keluarga nya tidak ada yang pernah memiliki penyakit hernia dan tidak mempunyai penyakit menurun seperti hipertensi dan diabetes.

Riwayat Alergi Pasien mengatakan tidak memiliki

alergi obat - obatan maupun makanan

Diagnosa Medis Hernia Scrotalis Sinistra

c. Perubahan Pola Kesehatan

Tabel 4.3 Pola Kesehatan

Pola Kesehatan Pasien

Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan Dulunya pasien merupakan seseorang yang bekerja dalam mengangkut barang-barang berat dan tidak mengetahui resiko dari pekerjaannya tersebut, Pasien mengatakan tidak tahu tindakan apa saja yang harus dilakukan setelah operasi dan bagaimana cara merawatnya.

Pola Nutrisi dan Metabolik Pasien mengatakan sebelum masuk RS makan 1 porsi 3x sehari dan minum 7 gelas.

Sesudah di rawat pasien hanya dapat menghabiskan ½ porsi makan dan minum 5 gelas. Porsi makan pasien menurun.

BB : 53 kg TB : 160 cm IMT : 20,7 Pola Eliminasi

a. BAB

b. BAK

Pasien mengatakan sebelum masuk RS BAB 2x sehari dengan konsistensi lunak dan berwarna khas feses.

Saat dikaji pasien terakhir BAB kemarin dengan konsistensi lunak dan berwarna khas feses.

Pada hari pertama operasi terpasang cateter Pasien mengatakan sebelum di rawat BAK 6- 7x sehari.

Saat di kaji pasien BAK 2x sehari.

Pola Aktivitas 1. Makan dan minum di bantu orang

2. Mandi di bantu orang 3. Toileting dibantu orang 4. Berpakaian dibantu orang

5. Mobilisasi di tempat tidur dibantu

(42)

orang

6. Berpindah dibantu orang 7. Ambulansi/ROM dibantu orang Pola Istirahat dan Tidur Pasien mengatakan sebelum masuk RS tidur

selama 5 jam di malam hari dan 1 jam di siang hari.

Sesudah dirawat pasien hanya tidur selama 5 jam di malam hari.

Pola Perseptual Pasien mengatakan penglihatan dan

pengecapan tidak ada gangguan, akan tetapi pendengaran sedikit terganggu karena faktor usia.

Pola Persepsi Diri Pasien mengatakan bahwa pasien percaya dan yakin sakitnya akan segera sembuh.

Pola Seksualitas dan Reproduksi Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada seksualitas dan reproduksi.

Pola Peran dan Hubungan Pasien mengatakan jika ada masalah selalu dibicarakan secara musyawarah dan baik- baik dengan anak dan istri nya, interaksi dengan perawat ruangan baik.

Pola Manajemen Koping-Stress Pasien mengatakan optimis akan kesembuhannya dan akan melakukan aktivitas seperti biasanya ketika sembuh.

Sistem Nilai dan Keyakinan Pasien beragama islam, selalu melaksanakan sholat 5 waktu dan selalu berdoa untuk kesembuhan dirinya.

d. Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik

Observasi Pasien

Keadaan Umum Baik

Kesadaran Composmentis

GCS Vital Sign

15

TD: 130/90 mmHg N: 91 x/menit RR: 20 x/menit S: 36 C

Kepala Bentuk mesocephal, tidak ada jejas luka,

rambut lurus, rambut putih, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, ada reflek cahaya, mukosa oral lembab, lidah bersih, tidak ada pendarahan pada gusi.

Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,

(43)

parotis, mastoid.

Thorak I: bentuk simetris, tidak ada jejas/luka,

gerak dada simetris, tidak ada retraksi dada.

P: pengembangan dada sama, vocal fremitus normal.

P: suara paru sonor, bunyi jantung S1 S2 normal.

A: vesikuler, tidak ada suara tambahan.

Abdomen I: bentuk simetris, terdapat balutan luka

operasi pada bagian kiri perut bawah (left illiac region), dinding abdomen supel.

P: terdapat nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar.

P: suara perut tympani

A: bising usus normal, 13 x/menit

Genetalia Genetalia tidak ada kelainan dan

terpasang kateter.

Ekstremitas Akral hangat, capillary refill <3 detik, tidak ada edema, tidak ada luka post operasi, tidak ada decubitus, turgor kulit lembab, kulit bersih, kuku bersih, tetapi pasien mengatakan sulit untuk merubah posisi karena luka post operasi bagan abdomen yang masih nyeri.

Ekstermitas kekuatan otot

5 5

3 3

Gerak

Bebas Bebas

Terbatas Terbatas

Terpasang infus RL di tangan kanan 20 tpm.

(44)

e. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan EKG dan laboratorium dilakukan pada saat pasien masuk IGD yaitu pada tanggal 29 maret 2021.

Tabel 4.5 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostic Nilai rujukan Pasien

Pemeriksaan EKG Normal sinus rhythm

H. R. : 86/sin (0,691 s) PR : 0, 140 s QRS : 0, 104 s

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI

RUJUKAN HEMATOLOGI

CBC + Diff + LED CBC

Hemoglobin L 12.0 g/Dl 13.7-17.7

Lekosit 7.4 10^3/ul 4.4-11.3

Hematocrit L 35 42-52

Trombosit 229 10^3/ul 150-521

Eritrosit L 3.82 10^6/ul 4.5-5.9

RDW 13.0 11.5-14.5

MCV 92.1 U 80-96

MCH 31.4 Pcg 28-33

MCHC 34.1 g/Dl 33-36

Diff

Netrofil 65.3 50-70

Limfosit L 23.3 25-40

Monosit H 9.1 2-8

Eosinofil 2 2-4

Basophil 0.1 0-1

Netrofil 4.83 10^3/ul 2.20 – 7.91

Limfosit 1.72 10^3/ul 1.10 – 4.52

NLR 2.8

Laju Endapan Darah

LED 1 Jam H 53 mm/jam 0 – 15

LED 2 Jam H 92 mm/jam 0 – 25

KIMIA KLINIK

SGOT 19.3 U/L <35 u/ l

SGPT 12.4 U/L <46 u/ l

Ureum 29.7 mg/dL 18. 0 – 55.0

Creatinine H 1.43 mg/dL 0.70 – 1. 30

Glukosa Sewaktu 106 mg/dL 75.0 – 121.0

SERO IMUNOLOGI HIV 3 TEST

HIV (Rapid Test ONCOPROBE

Non reaktif Non reaktif

HbsAg Negatif Negatif

(45)

Program terapi

a. Infus RL 20 tpm

b. Injeksi ketorolac 30 mg drip/ 8 jam c. Cefotaxim 1 gram/ 8 jam

d. Antalgin 250 mg 3x1 oral e. Sofratulle

3. Analisis masalah

Tabel 4.6 Analisa data

Analisa data Penyebab Masalah

Ds: - Do:

1) terdapat luka insisi post operasi di abdomen

2) panjang luka ± 10 cm

3) pasien tampak menghindari luka insisi

4) leukosit :7.4 10^3/ul 5) S : 36˚C

Efek prosedur invasif Resiko infeksi

4. Diagnosis keperawatan

Tabel 4.7 Diagnosa keperawatan

Data Masalah Etiologi/penyebab

Ds: - Do:

1) terdapat luka insisi post operasi di abdomen 2) panjang luka ± 10 cm

3) pasien tampak

menghindari luka insisi 4) leukosit :7.4 10^3/ul 5) S : 36˚C

Resiko infeksi Efek prosedur invasif

(46)

5. perencanaan

Tabel 4.8 Perencanaan keperawatan

Diagnosa Keperawatan Kriteria hasil (SLKI)

Intervensi (SIKI) Resiko infeksi

berhubungan dengan efek prosedur invasif

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan pasien dapat memenuhi kriteria hasil:

Tingkat infeksi : L.14137 5) kebersihan badan

meningkat (5)

6) nafsu makan

meningkat (5) 7) nyeri menurun (5) 8) kultur area luka

membaik (5) Kontrol resiko : L.14128

5) kemampuan mencari informasi tentang faktor resiko meningkat (5)

6) kemampuan

mengidentifikasi faktor resiko meningkat (5) 7) kemampuan

melakukan strategi kontrol resiko meningkat (5)

8) kemampuan

menghindari faktor resiko meningkat (5)

Perawatan luka : I.14564 Observasi :

a. Monitor karakteristik luka

b. Monitor tanda-tanda infeksi

Terapeutik :

a. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan b. Bersihkan dengan

cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan c. Berikan salep yang

sesuai ke kulit/lesi, jika perlu

d. Pasang balutan sesuai jenis luka

e. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka

Edukasi :

a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi

b. Anjurkan mengkonsumsi

makanan tinggi kalori dan protein

c. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri

Kolaborasi :

a. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu Pemantauan tanda vital : I.

02060 Observasi

a. Monitor tekanan darah b. Monitor nadi

(47)

c. Monitor suhu tubuh Terapeutik

a. Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan b. Informasikan hasil

pemantauan,jika perlu

6. Implementasi

Tabel 4.6 Implementasi keperawatan

Pasien Diagnosa kep.

Hari/tanggal Jam Tindakan

1 Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif

Selasa/30 maret 2021

12 : 30

12 : 40

12 : 50

13 : 05

a. Mengukur TTV

S : Pasien mengatakan

bersedia dan

menanyakan hasil pengukuran TTV O : TD : 130/90 mmHg, Suhu: 36˚C, N : 86x/mnt b. Berkolaborasi

pemberian injeksi cetorolac 30 mg drip/8 jam dan cefotaxim 1 gram drip/8 jam

S : pasien mengatakan bersedia diberikan tindakan injeksi cetorolac dan cefotaxim O : pasien tampak kooperatif

c. Memonitor karakteristik luka

S : pasien mengatakan luka terasa sakit

O : area sekitar balutan luka tampak bersih d. Memonitor tanda-tanda

infeksi

S : Pasien mengatakan tidak merasakan panas pada luka

O : tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi seperti pembengkakan, kemerahan, luka tampak bersih

(48)

13 : 15

13 : 30

e. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi

S : pasien mengatakan sebelumnya tidak mengetahui tanda dan gejala terjadinya infeksi O : setelah diberikan edukasi pasien tampak memahami tanda dan gejala infeksi

f. Menganjurkan

mengkonsumsi makanan tinggi kaloro dan tinggi protein

S : pasien mengatakan bingung dengan jenis makanan apa saja yang harus dikonsumsi untuk mempercepat proses penyembuhan luka operasi

O : pasien tampak bingung memilah jenis bahan makanan yang dapat dikonsumsi dan sebaiknya dihindari Rabu/31

maret 2021 08 : 00

08 : 10

08 : 20

08 : 35

a. Mengukur TTV

S : pasien mengatakan bersedia

O : TD : 150/90 mmHg, Suhu:36,5˚C,N:82x/mntt b. Berkolaborasi

pemberian injeksi cetorolac 30 mg drip/8 jam dan cefotaxim 1 gram drip/8 jam

S : pasien mengatakan bersedia diberikan obat injeksi

O : pasien tampak kooperatif

c. Memonitor karakteristik luka

S : pasien mengatakan rasa nyeri pada luka sedikit berkurang O : area luka tampak mulai membaik

d. Memonitor tanda-tanda infeksi

S : pasien mengatakan tidak merasakan tanda infeksi seperti panas, gatal pada area luka O : tidak terlihat adanya

(49)

08 : 50

09 : 10

tanda infeksi pada luka e. Menganjurkan

mengkonsumsi makanan tinggi kalori tinggi protein

S : pasie mengatakan sudah bisa menentukan jenis makanan apasaja yang bagus untuk dikonsumsi dan yang seharusnya dihindari O : pasien dapat

menjawab jenis

makanan yang

mempercepat dan menghambat

penyembuhan luka f. Mengajarkan prosedur

perawatan luka secara mandiri

S : pasien mengatakan masih takut apabila lukanya tidak cepat sembuh

O : pasien tampak khawatir dengan keadaan lukanya Kamis/1 april

2021 08 : 00

08 : 10

08 : 20

08 : 35

a. Mengukur TTV

S : pasien mengatakan bersedia dilakukan pengukuran TTV

O : TD : 140/90 mmHg, Suhu: 36˚C, N : 82x/mnt b. Berkolaborasi pemberian

injeksi cetorolac 30 mg drip/8 jam dan cefotaxim 1 gram drip/8 jam S : pasien mengatakan bersedia diberikan tindakan injeksi

O : pasien tampak kooperatif

c. Memonitor tanda-tanda infeksi

S : pasien mengatakan tidak merasakan adanya tanda infeksi

O : luka tampak terbebas dari adanya tanda dan gejala infeksi

d. Melepaskan balutan dan plester secara perlahan S : pasien mengatakan tidak merasakan nyeri O : pasien tampak tenang

(50)

08 : 40

08 : 45

08 : 50

08 : 55

09 : 00

e. Membersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik sesuai kebutuhan

S : -

O : luka tampak bersih, tidak ada pus/nanah, tidak keluar darah pada luka insisi

f. Pemberian salep yang sesuai ke luka/lesi S : -

O : diberikan sofratulle pada luka insisi pasien g. Memasang balutan sesuai

dengan jenis luka S : -

O : luka dibalut dengan menggunakan prosedur steril

h. Mempertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka

i. Mengajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri

S : pasien mengatakan akan mencoba merawat lukanya sebaik mungkin O : pasien tidak tampak cemas

Gambar

Gambar 2.1 Pathway hernia .............................................................................12
Gambar 2.1 pathway hernia
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 4.1 identitas pasien
+7

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan: Diagnosa yang ditemukan pada kasus post operasi herniotomi pada Tn.K adalah Nyeri akut b.d agens cedera fisik (insisi pembedahan), Gangguan mobilitas

Tujuan umum dari penelitian adalah mengetahui cara untuk menangani pasien Tn.S dengan post operasi appendiktomi hari ke- 4 di bangsal mawar RSUD Sragen.. Tujuan khusus

dengan intervensi yang akan diberikan pada pasien post operasi. hernia

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan keluarga pasien post operasi lebih aktif dalam mencari informasi tentang pencegahan infeksi luka post operasi serta dapat

Diagnosa yang muncul gangguan pola eliminasi b/d prosedur pembedahan, nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan, resiko infeksi b/d adanya insisi luka operasi,

S : klien mengatakan merasa kurang nyaman karena terpasang selang pipis, pasien juga mengatakan nyeri post operasi, P: nyeri ketika beraktivitas, Q: seperti ditusuk-tusuk, R:

Hasil evaluasi yang didapat dari diagnosa ke 3 adalah secara subyektif: pasien mengatakan sedikit tahu tentang penyakitnya dan cara perawatan luka post

post operasi section seasarea indikasi ketuban pecah dini adalah masa pulihnya alat-alat reproduksi setelah kelahiran janin setelah insisi abdomen dan uterus di sebabkan